Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENELITIAN SOSIAL

TRADISI MONGGAH MOLO DI TERLANGU

Disusun oleh:
Annisa Luthfia Rahma
Gusti Ade Syauqi
Farah Amalia
M. Ariq Rinanndi
Teguh Ardiansyah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Penelitian Sosiologi dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu kami. Tugas penelitian ini masih
jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga Laporan penelitian ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Brebes, 9 April 2018


BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah


budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa,
maka peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
untuk punah. Mempelajari kebudayaan bukanlah suatu
kegiatan yang mudah dan sederhana, karena banyak sekali
batasan konsep dari berbagai bahasa, sejarah, sumber bacaan
atau literatur baik pendekatan metode juga telah banyak
disiplin ilmu lain yang juga mengkaji berbagai macam
permasalahan terkait kebudayaan seperti, Sosiologi,
Psikoanalisis, Psikologi (Perilaku) dan sebagainya yang masing-
masing mempunyai tingkat kejelasan sendiri-sendiri tergantung
pada konsep dan penekanan masing-masing.
Apabila ditinjau dari asal katanya, maka “Kebudayaan”
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “Budhayah”, yang
merupakan bentuk jamak dari “Budhi‟ yang berarti Budi atau
Akal. Dalam hal ini,‟Kebudayaan‟ dapat diartikan sebagai hal-
hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Dalam disiplin Ilmu Antropologi Budaya, pengertian
Kebudayaan dan Budaya tidak dibedakan. Adapun pengertian
Kebudayaan dalam kaitannya dengan Ilmu Sosial Budaya Dasar
(ISBD) adalah: “Penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-
nilai insani yang tercakup di dalamnya usaha memanusiakan
diri di dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial”.
Manusia memanusiakan dirinya dan memanusiakan
lingkungannya.
Di daerah provinsi Jawa Tengah khususnya kabupaten
Brebes, di desa Terlangu ada sebuah tradisi yang bernama
MONGGAH MOLO. Terlangu adalah desa di kecamatan Brebes,
Brebes, Jawa Tengah, Indonesia.Perbatasan wilayah yaitu
sebelah utara desa Pulosari, sebelah timur desa Wangandalem
dan desa Pemaron, sebelah selatan desa Pemaron dan desa
Lengkong, sedangkan sebelah barat desa Pulosari. Rata-rata
penduduknya bermata pencaharian petani, produk utamanya
yaitu bawang merah. Letak desa Terlangu cukup strategis dari
sisi transportasinya, yaitu dengan adanya penghubung jalan
dari kota Brebes ke kecamatan Jatibarang, yamg bisa dijadikan
jalur alternatif menuju ke Purwokerto. Terlangu berasal dari
kata Tangian karena, dulunya desa ini di kelilingi oleh sungai-
sungai.
Upacara Adat Munggah Molo merupakan salah satu yang ada
dalam tradisi Jawa atau tradisi nenek moyang yang dalam era
millenium ini menjadi salah satu khasanah budaya yang ada di
nusantara. Tradisi ini dilakukan ketika seseorang dalam proses
membangun rumah, lebih tepat waktunya ketika menaikkan
kerangka atap rumah (Molo) untuk penyangga genteng. Pada
saat upacara tradisi Monggah Molo ini, diharapkan
menggunakan pakaian yang menutup aurat, dan menyediakan
syarat-syarat seperti:
1. Satu ikat padi kuning dimaksudkan agar keluarga hidup
makmur dan menuju kejayannya tetapi, menunduk seperti padi
yang menguning tersebut yang dimaksudkan agar keluarga
tersebut tidak sombong dalam mencapai kejayaan dan
kemakmurannya.
2. Bendera merah putih yang melambangkan rasa
nasionalisme.
3. Uang logam yang melambangkan sebagai modal usaha dalam
keluarga.
4. Jajanan pasar yang melambangkan rasa syukur terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah syarat-syarat tersebut telah dipenuhi kemudian,
keluarga tersebut memanggil tokoh agama untuk mendoakan
dan memimpin prosesi adat tersebut, dan dilanjutkan dengan
acara makan bersama dengan tukang bangunan rumah
tersebut beserta para masyarakat sekitar.
Itulah tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat di
desa Terlangu dan di beberapa daerah lainnya. Menurut tokoh
masyarkat di desa Terlangu mengatakan bahwa tradisi ini
bukan berarti melenceng dari syari'at islam. Karna sejatinya
tradisi ini adalah ungkapan rasa syukur kehadirat Allah SWT
dan Nabi Muhammad SAW, dan ini bentuk akulturasi Jawa dan
Islam yang telah ada sejak dahulu. Semoga tradisi ini selalu
berlanjut di era globalisasi. Dan tradisi ini lebih bisa dikenal
oleh para remaja di zaman sekarang ini.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah tradisi Monggah Molo merupakan tradisi turun-temurun?

2. Apakah tradisi Monggah Molo merupakan tradisi mistis?

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui tradisi yang ada di Desa Terlangu, yaitu tradisi


Monggah Molo.
BAB II
PEMBAHASAN
Lokasi Penelitian
Terlangu adalah desa di kecamatan Brebes, Brebes, Jawa
Tengah, Indonesia.Perbatasan wilayah yaitu sebelah
utara desa Pulosari,sebelah timur desa
Wangandalem dan desa Pemaron, sebelah
selatan desa Pemaron dan desa Lengkong, sedangkan
sebelah barat desa Pulosari.
Kondisi geografis / demografis
Rata-rata penduduknya bermata pencaharian petani,
produk utamanya yaitu bawang merah. Letak desa
Terlangu cukup strategis dari sisi transportasinya, yaitu
dengan adanya penghubung jalan dari kota Brebes ke
kecamatan Jatibarang, yamg bisa dijadikan jalur
alternatif menuju ke Purwokerto.
https://id.wikipedia.org/wiki/Terlangu,_Brebes,_Brebes
Hasil observasi / penelitian
Tradisi Monggah Molo merupakan tradisi yang turun-
temurun, tetapi tradisi tersebut masih banyak orang
yang tidak tau seperti di Desa Terlangu sendiri ternyata
masih banyak warga / orang yang belum mengetahui
tradisi tersebut. Saat kita mencari informasi tentang
tradisi tersebut kepada Bapak Roni, beliau merupakan
kyai yang ada di Desa Terlangu, dan beliau mengerti
tentang tradisi tersebut. Menurutnya, tradisi tersebut
tradisi yang sudah ada sejak dulu tetapi, masih banyak
warga yang tidak mengetahuinya. Tradisi tersebut
merupakan tradisi dimana pemasangan kayu pada atap
rumah, dan menurut Bapak Roni, tradisi tersebut boleh
dilakukan boleh tidak dan tradisi tersebut bukan tradisi
yang dianggap mistis atau mempunyai makna
tersendiri, tradisi itu merupakan adat untuk warga
yang sedang membangun rumah.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tradisi monggah molo merupakan tradisi yang turun-
temurun, dan merupakan tradisi yang boleh dilakukan
atau tidak saat membangun rumah, tradisi ini bukan
tradisi yang mistis.
Saran
Sebagai warga sudah sepatutnya kita menjaga dan
melestarikan tradisi yang sudah turun-temurun ini. Dan
semoga dengan kita mengetahui tradisi tersebut, kita
dapat lebih bisa memperkenalkan kepada masyarakat
dan bisa terus melestarikannya.

Anda mungkin juga menyukai