Anda di halaman 1dari 40

Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI

Waktu Observasi : Senin, 24 Mei 2021

Lokasi Observasi : Desa Suwangi Timur Kecamatan Sakra Lombok Timur

Hal-hal yang diobservasi adalah:

a. Letak geografis Desa Suwangi Timur

b. Keadaan Pendidikan masyarakat Desa Suwangi Timur

c. Keadaan Kesehatan masyarakat Desa Suwangi Timur

d. Keadaan ekonomi masyarakat Desa Suwangi Timur

e. Jumlah penduduk Desa Suwangi Timur

f. Keadaan sosial budaya masyarakat Desa Suwangi Timur

g. Keadaan Agama dan kepercayaan masyarakat Desa Suwangi Timur

h. Keberadaan tradisi Wacan di Desa Suwangi Timur

i. Perkembangan tradisi Wacan dari masa ke masa di Desa Suwangi Timur

j. Nilai dan fungsi yang terkandung dalam tradisi Wacan di Desa Suwangi Timur

k. Pengaruh tradisi Wacan terhadap kehidupan masyarakat di Desa Suwangi Timur


Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

Profil Narasumber

Nama :

Alamat :

Usia :

Pekerjaan :

Tempat/tanggal Wawancara :

Daftar Pertanyaan

A. Bagaimanakah perkembangan Tradisi Wacan di Desa Suwangi Timur

Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur?

1. Apa itu tradisi wacan?

2. Bagaimana sejarah lahirnya tradisi wacan?

3. Siapa saja yang boleh melakukan tradisi pembacaan wacan?

4. Apa saja yang menjadi syarat-syarat bisa dilakukannya pembacaan wacan?

5. Apa saja yang harus dipersiapakna sebelum pembacaan wacan?

6. Mengapa pembacaaan tradisi wacan dilakukan pada acara-acara tertentu seperti

acara perkawinan, acara sunatan, dll?

7. Bagaimana eksistensi tradisi wacan saat ini?

8. Apa saja usaha yang dilakukan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan

tradisi wacan?

9. Apa saja usaha yang dilakukan pemerintah dalam menjaga dan melestarikan

tradisi wacan?
10. Bahasa apa yang digunakan dalam pembacaan tradisi wacan?

B. Apakah nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Wacan di Desa Suwangi

Timur Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur?

1. nilai apa saja yang terkandung dalam tradisi wacan?

2. Apa saja jenis wacan dan jenis nada dalam pembacaan wacan?

3. Apakah nada pembacaan wacan berpengaruh terhadap makna wacan?

4. Bagaimana pandangan agama terhadap tradisi wacan?

5. Kapan tradisi wacan ini dilakukan?

6. Apakah dalam tradisi wacan mengandung nilai sosial kemasyarakatan? Lalu

nilai apa sajakah itu?

7. Apa saja fungsi dari pembacaan tradisi wacan?

8. Apakah dalam tradisi wacan mengandung nilai-nilai Pendidikan? lalu apa saja

nilai-nilai tersebut?

C. Bagaimana pengaruh Tradisi Wacan pada masyarakat Desa Suwangi Timur

Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur?

1. Bagaimana pengaruh tradisi wacan terhadap kehidupan masyarakat?

2. Bagaimana pengaruh tradisi wacan terhadap kehidupan pribadi anda?

3. Apakah nada dalam pembacaan tradisi wacan mempengaruhi makna dan hasil

dari pembacaan tradisi wacan?

4. Bagaimana respon masyarakat terhadap tradisi wacan?

5. Bagaimana antusiasme pemuda/pemudi dalam melihat perkembangan tradisi

wacan dewasa ini?


6. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara tradisi wacan dulu dengan

sekarang?

7. Apakah ada usaha dari pemerintah kabupaten dalam menjaga dan melestarikan

tradisi wacan?

8. Apakah ada usaha pemerintah desa dalam menjaga dan melestarikan tradisi

wacan?

9. Sebagai tokoh adat, apakah tradisi wacan ini perlu dijaga dan dilestarikan?

10. Sebagai tokoh pemuda, apakah tradisi wacan ini perlu dijaga dan dilestarikan?
Lampiran 3

DATA INFORMAN

No Nama Alamat Usia Pekerjaa Jabatan Paraf

1 H. Diok Saidi Dusun Turun 43 Th Petani Kepala Desa

Tangis

2 Abdul Hanan Dusun Genteng 19 Th Pelajar Pembayun

3 Papuk Azin Dusun Genteng 70 Th Petani Tokoh masyarakat

4 Mamiq Ningsih Mengkuru 68 Th Petani Pembayun

5 Lalu Tamrin Sakra Barat 57 Th Petani Pembayun

6 H. Irham Masturo Sakra 60 Th Petani Pembayun

7 Lalu Sudarman Sakra Barat 51 Th Petani Pembayun

8 Herman Batu Lawang 35 Th Petani Tokoh Pemuda

9 Usman Jayadi Dusun Genteng 37 Th Petani Tokoh Pemuda

10 Papuk Hamzan Dusun Pegondang 68 Th - Tokoh Agama

11 Amak Azin Dusun Genteng 30 Th Petani Tokoh Pemuda

12 Zul Fadli Dusun Genteng 25 Th Pelajar Tokoh Pemuda

13 Ageng Safardi Sakra 63 TH Petani Pembayun

Lampiran 4
HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Ageng Safardi

Alamat : Sakra

Usia : 63 Tahun

Pekerjaan : Petani/Pembayun Senior

Tempat/tanggal wawancara : Sakra. Sabtu, 12 Juni dan Selasa, 22 Juni 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa itu tradisi wacan?

Jawaban: Tradisi Wacan dalam artian bahasa artinya wacana, berbahasa yang baik-baik,

berprilaku baik-baik, sedangkan secara istilah wacan merupakan sebuah syair-syair yang

berisi kisah-kisah politik, ekonomi dan keyakinan/agama, kepemimpinan, nasehat

kehidupan, kisah para nabi dan rasul yang tertulis dalam daun lontar yang pembacaannya

dengan cara dilagukan atau ditembangkan.

2. Bagaimana sejarah awal perkembangan tradisi wacan?

Jawaban: perkembangan tradisi wacan dimulai sejak zaman jauh sebelum Islam masuk

ke Lombok dan mulai berkembang dengan baik pada saat kerajaan-kerajaan Islam

menebarkan sayap-sayap kekuasaannya, yang memulai tradisi ini adalah para pujangga-

pujangga kerajaan, berkisah tentang keluarga raja, politik dan ekonomi kerajaan.

3. Sejak kapan bapak mengenal tradisi wacan?

Jawaban: Saya mulai menekuni tradisi wacan pada tahun 1986-1987 dan menjadi

pembayun aktif pada tahun 2000-an sampai sekarang, saat itu saya di desa santong

Kabupaten Lombok Utara (KLU) pada saat itu saya dan beberapa rekan memang
diajarkan oleh keluarga sendiri tentang tradisi ini dan saya beserta kawan-kawan saya

masih suka berkelana. Perkembangan tradisi wacan tahun 1990-an itu terbilang baru baru

dimulai dan diterima baik oleh masyarakat, karena pada waktu itu pengguna tradisi ini

terbilang cukup banyak lebih-lebih yang ada di kecamatan sakra, masih sangat kental dan

dijaga baik oleh masyarakat dan pemerintah.

4. Bagaimana cara membedakan tulisan asli dengan Salinan dalam lontar syair tradisi

wacan?

Jawaban: Dalam beberapa kasus berbeda dengan temuan-temuan di lapangan, sulit

dibedakan mana yang merupakan salinana dan mana yang merupakan karangan. Sebegai

contoh misalnya, nasah-naskah fiqh, naskah-naskah fiqih ini agak sedikit sulit dibedakan

apakah ia merupajkan salinana atau karangan. Karena pembahasan hampir sama, bab

bersuci, solat, atau lainnya semua sama pembicaraannya. Selanjutmnya untuk

membedakan mana yang Salinan dan yang bukan Salinan tidak mudah. Memang dalam

tradisi islam, penyalinan atau mengarang beda tipis, karena harus mengikui paham

mazhab. Bagi pengikut mazhad syafi’i harus sama dengan imam-imam pendahulunya,

tidak boleh berbeda. Biasanya penulis belakangan memberikan penjelasan atau syarah

terhadap isi kitab sebelumnya.

5. Bagaimana perkembangan tradisi wacan pada tahun 2000-an?

Jawaban: Perkembangan tradisi wacan tahun 2000-an masih sama dengan tahun tahun

sebelumnya, bahkan pada tahun 2000-an ini kami sebagai para pembaca tradisi wacan

atau pembayun merasa sangat bersyukur karena ada perhatian lebih dari pemerintah,

kami sering diundang dalam acara-acara besar terkait dengan budaya sasak, bahkan
sampai ke pulau seberang (sumbawa) untuk membaca dan menjelaskan apa itu tradisi

pembacaan wacan.

6. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam melestarian

tradisi wacan?

Jawaban: Sejauh ini upaya yang dapat kami lakukan adalah kami memiliki kelompok

pembayun dan memiliki jadwal untuk sekedar membaca wacan dari rumah ke rumah para

pembayun se NTB., ini adalah bentuk sosialisasi kecil yang kami lakukan agar tradisi ini

terus berkembang dan agar masyarakat yang masih awam akan tradisi ini tahu sedikit

demi sedikit. Kemudian dari pemerintah belum ada tindakan yang spesifik terkait proses

pelestarian tradisi ini, hanya saja dalam beberapa acara besar kami selalu diundang untuk

tampil.

7. Apa saja nilai dan fungsi yang ada dalam tradisi wacan?

Jawaban: Jadi nilai dan fungsi yang ada pada tradisi wacan ini banyak sekali salah

satunya ada disana nilai dan fungsi adat, nilai dan fungsi kesenian, nilai dan fungsi

agama, nilai dan fungsi medis, dan nilai dan fungsi sosial. Disebut nilai dan fungsi adat

karena tradisi wacan ini merupakan wujud dan bentuk dari kebudayaan dan adat istiadat

masyarakat sasak, tradisi ini banyak dilakukan pada saat upacara-upacara adat yang ada

dan berkembang pada masyarakat sasak. Selanjutnya nilai dan fungsi kesenian, disebut

nilai dan fungsi kesenian karena tradisi wacan ini merupakan salah satu bentuk kesenian

tradisional seperti rebana, kelentang (besi) dan gamelan. Kemudian disebut nilai dan

fungsi medis karena dalam tradisi wacan, perkembangan dan pengaruhnya terhadap

pribadi orang dan masyarakat banyak sekali dalam prakteknya digunakan sebagai media

penyembuhan/ medis dan wacan yang dibacakan disesuaikan dengan jenis penyakit yang
dialami penderita, dan terakhir adalah fungsi sosial dimana dalam pelaksanaan dan

kandungan tradisi wacan ini mengandung banyak sekali nilai-nilai kebaikan dan

kebijaksanaan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.

8. Bagaimana pengaruh yang masyarakat rasakan dengan adanya tradisi wacan?

Jawaban: Pengaruh yang dirasakan pada masyarakat Desa Suwangi Timur Kecamatan

Sakra adalah semkain kuatnya nilai kebersamaan dan gotong royong, nilai moral dan

etika dan mental serta kepribadian masyarakat sebagai akibat dari adanya tradisi wacan

yang sering di lakukan di tengah kehidupan bermasyarakat.

9. Darimana bapak mendapatkan naskah-naskah wacan dan berapa naskah yang

bapak pegang saat ini?

Jawaban: saya mendapatkan nasah-naskah syair wacan ini dari berbagai macam sumber,

pertama dari mamiq (bapak) saya sendiri, kedua dari beberapa tokoh yang ada di sakra

yang mempercayakan saya untuk menjaga dan merawatnya, beberapa lagi juga

merupakan aset dari komunitas para pembayun sasak. Kurang lebih yang ada di rumah

saya ada 5 naskah asli dan 3 nasah Salinan. Setiap pembayun yang ada di Lombok ini

pasti memilii naskah untuk dijadikan pegangan dan sebagainya.

10. Bahasa apa yang digunakan dalam tradisi wacan?

Jawaban: jadi kalau membahas Bahasa, beberapa takepan ada yang menggunakan

Bahasa Jawa, Bali, Arab Melayu, beberapa takepan lain juga isinya merupakan salinana

yang sudah berbahasa sasak. Seperti beberapa takepan yang saya pegang sekarang, ada

yang berbahasa arab melayu, ada juga yang berbahasa sasak alus. dalam proses

pelaksanaan tradisi ini ada dua orang yang bertugas menjadi pembayun (pembaca syair

wacan), pembayun pertama membacakan syair menggunakan bahasa (sesuai dengan


Bahasa syair, bahasa Jawa, Bali, Arab Melayu) dan pembayun kedua sebagai penerjemah

kedalam bahasa masyaraat penganutnya, yaitu bahasa Sasak asli.


HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Abdul Hanan

Alamat : Dusun Genteng

Usia : 19 Tahun

Pekerjaan : Pelajar/Pembayun Junior

Tempat/tanggal wawancara : Dusun Genteng. Jumat, 18 Juni 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Bagaimana perkembangan tradisi wacan saat ini?

Jawaban: perkembangan tradisi wacan pada zaman sekarang sangat baik dan terjaga

keasliannya, tradisi wacan ini adalah tradisi yang baik serta mengandung hal-hal baik,

jadi tidak ada alasan bagi kami warga masyarakat Lombok khususnya masyarakat Desa

Suangi Timur untuk tidak melestarikan dan menjaganya dengan baik.

2. Bahasa dan tulisan apa yang digunakan dalam tradisi wacan?

Jawaban: bahasa yang digunakan dalam tradisi wacan ini adalah Bahasa sasak halus

(kawi) yang terdiri dari huruf jejawan yang berjumlah delapan belas huruf, yaitu: Ha/a,

Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, Nya.

3. Apakah ada syair wacan yang anda ketahui?

Jawaban: nama syairnya adalah Sedoran Pengabut Gunung-Gunung yang berbunyi:

Dadye kagyat sekuwehing amiril mukminin hungu saking pameraman pungua pungun

tumedun anaring jane wisme hame wereh hasucucian, raris anggabil toye ning uduk…..

Ake kemuh ake kurah waye ….. Ake cak natre riusing mangka ne munggah saking

setinggil braje lepe ….. Hanuju bale pasalatan. Raris hang rangsuk busaning salat jubah
wastre tekaning mah kute, anggelar ikang pasujudan ……. Nulye, asembahyang rong

rekaat salam sawu setalam hang bace ayat kursi tekaning dzikir, dinulur dining do doe

hiku anede nde maring-maring sang yang wawe kasan make miwah yayah rere derpon aje

manggeh seng kalaning dunya. Setekaning yaumilkiyamah.

4. Selama belajar wacan, nilai dan fungsi apa yang anda ketahui dalam tradisi wacan?

Jawaban: Secara umum dan sepengetahuan saya selama belajar tradisi ini, Wacan ini

mengandung banyak sekali kisah, nilai dan norma serta banyak juga senggeger. Salah

satu nilai dan fungsi yang ada dalam tradisi wacan ini adalah nilai dan fungsi medis,

karna saya pribadi pernah merasakannya sendiri. Waktu itu saya terkena sakit pusing,

tubuh saya sangat panas dan harus di infus beberapa hari, selanjutnya setelah itu sakit

saya tak kunjung membaik. Lalu saya disuruh mendatangi tuak saya (paman saya) selaku

mengku dan pembayun di desa sakra. Lalu sampai sana saya Cuma di percikkan air yang

sebelumnya sudah di bacakan wacan (aik tumpu atau aik oat) dan luar biasanya saya

langsung merasakan perubahan seketika, pusing saya langsung terasa berkurang dan lebih

segar dan suhu badan saya dalam hitungan jam langsung berangsur normal. Nilai dan

fungsi lain juga adalah nilai dan fungsi sosial karena selama saya mengikuti prosesi

mewacan di berbagai tempat bersama rombongan, sambutan yang kami terima sangat

baik mulai dari awal persiapan acara sampai selesai.


HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Mamiq Ningsih

Alamat : Mengkuru

Usia : 68 Tahun

Pekerjaan : Petani/Pembayun Senior

Tempat/tanggal wawancara : Mengkuru. Sabtu, 26 Juni 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Kapan saja tradisi wacan ini bisa dilakukan?

Jawaban: Pembacaan wacan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, pembacaan wacan

dalam hal pengobatan, pembacaan wacan dalam hal upacara adat seperti pernikahan,

sunatan dan ngurisang, dan pembacaan wacan dalam hal upacara agama seperi pada

maulid Nabi besar Muhammad SAW, Isro’ Mi’roj Nabi Besar Muhammad SAW dan

beberapa kisah tentang sifat-sifat para Nabi dan Rasul. Sedangkan hal hal yang

dipersipkan ada beberapa macam seperti: Aik Kumkuman (Air Bunga), Beras, Benang

Lekok (daun sirih), Buak (buah pinang), Ayam (Satu Hidup dan Satu Sudah

dimasak/Panggang) Reke Atau Dulang (nampan besar) Yang Berisi Makanan (Nasi,

Lauk,Buah-Buahan dll).

2. Nilai agama apa saja yang ada dalam tadisi wacan?

Jawaban: Nilai-nilai lain yang dapat kita simpulkan dari berbagai jenis syair yang ada

dalam tradisi wacan itu seperi nilai Maliq, merupakan system nilai yang mengatur hal-hal

boleh dan tidak boleh dikerjakan. Orang sasak apabila sudah mengatakan maliq, maka
sesuatu tidak boleh dikerjakan sama sekali. Dalam agama islam disebut haram. Contoh

perbuatan maliq dalam masyarakat sasak adalah lekak (berbohong), ngerimongin kemaliq

(mengotori tempat-temapt suci), malihini adat (mengingkari adat), wade dengan

(menghina orang), nyiksak dan nyakitin dengan (menyakiti orang), melilak dengan

(mempermaluan orang). Selanjutnya ada nilai yang Namanya Merang, adalah system

nilai yang digunakan untuk memotivasi dapat diartikan sebagai semangat terhadap

sesuatu masalah secara kolektif. Merupakan sikap kehati-hatian dalam bertutur kata dan

berbuat. Kemudian ada nilai Tatas, memiliki arti memahami, meguasai, seluk beluk

kehidupan dengan segala aspeknya untuk membangun kesejahtrasaan dan mengemban

tugas sebagai khalifah di bumi. Nilai ini berwujud: tao, ceket, pergine, totos, solah. Ada

juga nilai Tuhu, berarti bersungguh-sunggguh, tekun dan benar melaksanakan tugas dan

pekerjaannya sesuai dengan peran dan fungsinya dalam masyarakat. Indicator nilai ini

diwujudkan dengan kata pacu, pasu, genem, kerah, kencak, paut. Kemudian ada Trasne,

berarti mengembangkan cinta kasih dalam membangun interaksi sosial. Rme,

dimaknakan sebagai kegiatan yang mengekspresikan kegotongroyongan dalam kerja.

Patut/solah entan, system nilai yang diterapkan oleh orang sasak yang berupa sikap

realistis. Patuh, patuh berarti seiring seirama, senasib, seperjuangan, seia sekata, tidak

suka bertentangan atau berselisih paham ajaran patuh ini mencerminkan sila persatuan

Indonesia. Pacu, dimaknakan sebagai sikap yang mencerminkan ketulusan dalam bekerja,

sabar, tabah dan tekun. Paut, dalam sesenggak sasak seiring kita dengar ungkapan “kalah

paut isik culuk” paut dalam Bahasa sasak bermakna pantas, sesuai. Terakhir ada nilai

Pasu, tekun bekerja, tidak pemalas, mudah disuruh, bekerja tanpa pamrih.
HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Lalu Tamrin

Alamat : Sakra Barat

Usia : 57 Tahun

Pekerjaan : Petani/Pembayun Senior

Tempat/tanggal wawancara : Dusun Genteng. Rabu, 09 Juni 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa itu tradisi wacan dan bagaimana sejarah wacan yang anda ketahui?

Jawaban: tradisi wacan atau membaca syair wacan merupakan tradisi yang diwarikan

oleh nenek moyang kita dulu dari zaman kerajaan-kerajaan yang ada di Lombok. Tradisi

ini merupakan bagian dari salah satu tradisi tulis sealigus kesenian dalam masyarakat

Sasak. Isi dari tradisi wacan ini adalah nasehat-nasehat, cerita-cerita rakyat, kisah kisah

para nabi dan rasul, aturan tentang agama, politik, ekonomi dan sosial kemasyarakatan.

2. Sejak kapan bapak aktif menjadi seorang pembayun?

Jawaban: saya mengenal tradisi wacan ini saat saya masih berumur 18 tahun namun

mulai tertarik dan belajar di usia 20-an ke atas. sekitar tahun 1980-1990-an. Saya kenal

dan belajar dari keluarga saya yaitu papuk (kakek) saya, yang pada saat itu juga

merupakan pembayun aktif di desa sakra. Saya sendiri aktif menjadi pembayun dan mulai

diundang dalam acara-acara adat pada tahun 2009 sampai dengan sekarang.

3. Bagaimana perembangan tradisi wacan tahun 90 an?


Jawaban: Kalau dulu, prosesi pembacaan tardisi wacan dlakukan dengan sederhana

namun tetap meriah karena menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat,

menjadi tontonan khalayak ramai. Jumlah pengguna tradisi wacan dulu dengan sekarang

juga berbeda, jauh lebih banyak pengguna dulu dengan sekarang. Bedanya adalah dulu

tradisi ini masih terlaksana dengan sangat sederhana segingga masyarakat baik yang

bergelar Lalu atau masyarakat biasa banyak menggunakan tradisi ini. Berbeda dengan

sekarang, walaupun sekarang tradisi ini sudah mendapat perhatian lebih oleh pemeintah

dan sudah memiliki omuniotas pembayun, namun pengguna dari tradisi ini semakin tahun

semain berurang.

4. Bagaimana perkembangan tradisi wacan pada tahun 2000-an?

Jawaban: kalua tentang perkembangan, tradisi ini dari tahun ke tahun jelas mengalami

perkembangan, perkembangan yang paling terlihat adalah ada pada pengguna atau

peminat dari tradisi ini semain mengurang, kenapa? Karena para orang tua, tokoh adat

atau para pembayun banyak yang sudah tua dan meninggal sebelum mengajarkan atau

mewariskan tradisi ini ke anak cucunya. Namun kalau dibilang punah, tidak juga. Karena

dibeberapa wilayah atau desa, tradisi ini masih ada dan berkembang. Contohnya di

kecamatan sakra, di sakra masih sangat terjaga dan sudah ada komunitas-komunitas

pembaca wacan (pembayun).

5. Bagaimana perkembangan dan keadaan tradisi wacan sekarang?

Jawaban: Terkait dengan perkembangan yang sekarang, tidak bisa kita pungkiri, saya

pribadi sebagai seorang pembayun merasakan perubahan dan perembangannya. Mulai

dari jumlah peminat, jumlah pengguna dan banyaknya stigma bahwa tradisi wacan dalam

tradisi pernikahan relative ribet dan membutuhkan biaya yang lumayan besar. Tidak
seperrti pada tahun awal-awal di kenal dan berkembang, biasanya pembayun hanya

disuguhkan dengan hasil-hasil bumi yang ada. Tapi terlepas dari itu semua syukurnya

kami di sini masih melestarikan dan menjaga tradisi ini, karena ini adalah tradisi yang

sangat berharga dan memiliki nilai dan fungsi yang banyak dalam menjalankan

kehidupan bermasyarakat.

6. Apa saja nilai adat yang terkandung dalam tradisi wacan?

Jawaban: Proses pembacaan wacan dalam segala hajat baik itu dalam upacara agama,

upacara adat, ataupun pada prosesi pengobatan merupakan sebuah bukti dari nilai dan

fungsi adat dalam kehidupan bermasyarakat, semua itu adalah wujud dari budaya dan

adat yang kita miliki. Selanjutnya nilai dan fungsi adat dalam tradisi wacan itu banyak

sekali, disana ada system nilai dari adat urip, adat pati, adat krame, adat tapsila, dan adat

yang mengatur alam.


HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : H. Irham Masturo

Alamat : Sakra

Usia : 60 Tahun

Pekerjaan : Petani/Pembayun Senior

Tempat/tanggal wawancara : Sakra. Rabu, 30 Juni 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apakah pembacaan syair wacan dalam pengobatan tradisional tidak melanggar

aturan agama islam atau syirik?

Jawaban: dalam tradisi wacan, apalagi syair-syair yang dibacakan untuk keperluan

pengobatan tradisional itu justru isinya tentang ajaran agama, tentang kekuasaan Allah

yang maha segala, maha kuasa. Memang dalam praktinya terlihat sekilas seperti

pengobatan yang menggunakan syarat dan ketentuan yang banyak, namun dalam Islam

sendiri sudah ada hukum atau aturan bahwasanya yang menyembuhkan itu adalah Allah

semata, proses pembacaan syair wacan dan segala macamnya adalah usaha dan sebagai

perantara kesembuhan

2. Apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum membaca syair wacan?


Jawaban: yang harus disiapkan adalah beras secukupnya, dulang atau nampan yang

berisi buah-buahan, jajanan, ayam panggang), penginang yang berisi apur, lekok, buak,

gambir. Dan alakedar dari yang memiliki hajat atau yang akan dibacakan syair wacan.

3. Apa makna filosofis dari apur, lekok, buak, dan gambir sebagai bahan yang harus

ada dalam pembacaan tradisi wacan?

Jawaban: Nilai dan makna filsafat dari sesembahan yang dipersiapkan dalam prosesi

pembacaan tradisi wacan itu merujuk kepada kesadaran dan ketakwaan. Apur

melambangkan tulang, lekok/daun sirih melambangkan kulit, buak/buah pinang

melambangkan daging, dan gambir melambangkan darah getir. Dari semua itu

melambangkan satu kesatuan tubuh manusia yang apabila satu saja kurang maka

kehidupan tidak akan berjalan dengan baik, begitu pula sebaliknya apabila semuanya

lengkap dan dalam keadaan baik maka kehidupan berjalan dengan baik. Artinya adalah

kita sebagai manusia makhluk ciptaan tuhan harus pandai-pandai menysyukuri nikmat

yang telah diberikan.


HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Lalu Sudarman

Alamat : Sakra Barat

Usia : 51 Tahun

Pekerjaan : Petani/Pembayun Senior

Tempat/tanggal wawancara : Sakra Barat. Kamis, 24 Juni 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Selain mengandung niali dan fungsi medis, nilai apa yang bapak sendiri dapatkan

dalam tradisi wacan?

Jawaban: Selain asik mendengarkan para pembayun membacakan syair wacan dengan

lagu-lagu yang merdu, secara tidak langsung pada saat proses pembacaan tersebut kita

diajarkan untuk menjadi pendengar yang baik dan mengandung nilai saling menghargai

satu sama lain, memperbaiki hubungan baik terhadap sesama manusia lebih-lebih kepada

sang pencipta yaitu Allah SWT. Kemudian proses kegiatan pembacaan tradisi wacan dari

satu lokasi ke lokasi lainnya, begitu seterusnya maka akan memberikan dampak kepada

kehidupan masyarakat pendukungnya khuhsusnya di daerah kecamatan sakra lebih-lebih

di desa suangi timur ini.

2. Apa pandangan bapak terhadap tradisi wacan?

Jawaban: Tradisi wacan ini akan terus bisa dijadikan pedoman dan contoh bagi

masyarakat penganutnya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selama masyarakat

selalu menjalankan ajaran-ajaran dan memahami prinsip hidup dari nilai dan fungsi yang

ada dalam tradisi wacan ini.


3. Apakah lagu dalam pembacaan syair mempengaruhi arti dari wacan yang sedang

dibacakan?

Jawaban: kalua lagu-lagu yang digunakan itu tergantung dari pembayun itu sendiri, itu

hanya mengekspresikan dari bacaan yang ada pembayun yang menguasia banyak lagu

tentu lebih mudah dan akan lebih indah didengarkan oleh pendengar atau penonton, tidak

merubah arti atau makna yang sebenarnya.

4. Bagaimana pandangan anda tentang nilai dan fungsi medis dalam tradisi wacan?

Jawaban: Dalam hal ini, Alhamdulillah sudah banyak yang datang untuk berobat ke

rumah saya, banyak yang datang dengan berbagai macam penyakit mulai dari penyakit

ringan, sampai dengan penyakit berat. Proses pengobatanpun tergantung dari jenis

penyait yang dialami orang, apabila jenis penyakitnya ringan seperti pusing, demam dan

sejenisnya, pengobatan cuup dlakuan satu sampai dua kali. Sedangkan apabila jenis

penyakit yang berat butuh dua sampai tiga kali pengobatan, saya pribadi pernah

mengobati orang yang dakok (bisu) dan alhamdulillah setelah tiga kali pengobatan pasien

berangsur membaik.
HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Herman

Alamat : Suangi Timur

Usia : 35 Tahun

Pekerjaan : Petani/tokoh pemuda

Tempat/tanggal wawancara : Batu Lawang. Senin, 5 Juli 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Sejak kapan anda kenla dengan tradisi wacan dan bagaimana menurut anda tradisi

wacan di waktu sekarang?

Jawaban: saya mengenal tradisi wacan saat duduk dibangku Tsanawiyah, pas MTS. Saya

diperkenalan oleh ake saya yang pada saat itu beliau juga merupakan orang yang pernah

belajar tradisi membaca syair wacan. Terkait dengan tradisi wacan saat ini, alhamdulillah

tradisi ini masih ada dan berembang dalam masyarakat, khususnya masyarakat dusun

genteng suwangi timur. Karena memang para orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat yang

ada di dusun genteng suwangi timur ini rata-rata tahu dan paham akan tradisi wacan.

2. Selaku tokoh pemuda, apakah tradisi wacan ini perlu dilestarikan?

Jawaban: Harus. Tradisi ini harus teris di jaga dan dilestarikan, karena ini peninggalan nene

moyang ita, tradisi ini juga adalah tradisi yang baik, banyak nilai agama, adat, bagi saya,

dengan menjaga dan melestarian tradisi ini adalah cara kita menghormati dan mencintai adat

yang kita miliki.

3. Apakah ada Pengauruh yang anda rasakan sebelum dan sesudah memahami tradisi

wacan?
Jawaban: Sebelumnya memang saya hanya tau bahwa itu adalah tradisi yang baik,. Namun

setelah mendengar cerita dan sempat ikut melaksanaan tradisi ini ternyata luar biasa sekali,

pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi secara emosional menjadi lebih tau dan paham

tentang adat dan agama, sedangkan pengauh terhadap kehidupan sosial, ternyata atas apay

ng telah kami warga genteng laukan selama ini merupakan perwujudan dari ajaran ajaran

agama yang ada dalam tradisi wacan.


HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Usman Jayadi

Alamat : dusun genteng

Usia : 37 Tahun

Pekerjaan : Petani/tokoh masyaraat

Tempat/tanggal wawancara : Dusun Genteng Rabu, 06 Juli 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Bagaimana antusiasme pemuda dusun genteng suwangi melihat perkembangan

tradisi ini?

Jawaban: Pemuda-pemuda yang ada di dusun genteng ini saya lihat cukup semangat,

tidak cuek terhadap hal-hal yang berbau adat bahkan bukan hanya tradisi wacan, kami

para pemuda disini memiliki jadwal untuk Latihan gendang belek, dan melaksanakan

adat (sorong sera haji krame) saat salah satu warga ataupun rekan remaja yang sedang

melakukan upacara pernikahan.

2. Apa pengaruh yang dirasakan masyarakat Dusun Genteng Desa Suwangi Timur

dalam kehidupan sosial masyarakat?

Jawaban: Pada perkembangannya, pengaruh dari tradisi wacan ini semakin hari semakin

terlihat karena masyarakat kita disini kakek dan nenek moyang mrekea rata-rata adalah

orang yang bisa membaca wacan sehingga nilai-nilai yang mreka tahu dan pegang selama

ini secara tidak langsung di wariskan baik itu dalam bentuk cerita-cerita dan tindakan.

Sehingga tidak heran jika orang-orang sini sangat suka bekerjasama (bareng-bareng)

dalam melakukan sesuatu.


HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Papuk Hamzan

Alamat : Dusun Pegondang

Usia : 68 Tahun

Pekerjaan :-

Tempat/tanggal wawancara : Dusun Pegondang. Jumat, 18 Juni 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Bagaimana perkembangan tradisi wacan tahun 90 an dalam lingkup masyarakat

suwangi timur?

Jawaban: Tradisi membaca syair Wacan atau Nyaer dari segi bacaan maupun isi tetaplah

sama, yang membedakannya itu pada perkembangan dari tahun ke tahun. Di Desa

Suwangi Timur sendiri, yang terlihat jelas adalah pada jumlah pengguna dan peminat

tradisi ini, terlebih lagi dalam adat perkawinan (Sorong Serah Aji Krame). Perubahan

terasa sangat jelas, dulu pengguna tradisi ini lumayan banyak, lebih-lebih bagi orang-

orang yang berpangkat “Lalu” (keturunan berdarah biru dalam strata sosial masyaakat

Sasak). Rata-rata menggunakan tradisi wacan dalam prosesi adat perkawinan, Bahkan

beberapa keluarga mengharuskan pembacaan tradisi Wacan dalam upacara adat

pernikahan, karena menurut kepercayaannya, dengan di adakannya pembacaan tradisi

Wacan saat prosesi Sorong Serah Aji Krame menjadi bukti bahwa pernikahan itu adalah

pernikahan yang benar dan baik secara adat dan apabila pernikahan itu tanpa diadaan

pembacaan tradisi Wacan, itu bisa dicap atau dinilai sebagai pernikahan yang kurang baik

menurut adat.
2. Seberapa penting tradisi wacan ini kehidupan bermasyarakat?

Jawaban: Demikian pentingnya naskah-naskah dalam kehidupan masyarakat sasak,

sehingga tidaklah mengherankan kalau hampir pada setiap kampung dapat ditemukan

naskah-naskah. Pada umumnya naskah-naskah yang banyak tersebar di masyarakat

adalah naskah-naskah yang ada hubungannya dengan upacara-upacara adat seperti

nyunatang, ngurisang, nyelametang, dan upacara pengobatan tradisional.

3. Bagaimana pandangan agama terkait tradisi pengobatan dengan syair wacan?

Jawaban: Wacan itu isinya adalah kebiasaan-kebiasaan baik leluhur sasak. Disana ada

nilai agama, saling menghormati, menjaga, menjalani hidp Bersama, membahas etika dan

adab dalam berbicara dan berbuat. Apalagi wacan tentang kisah para nabi dan rasul,

sudah jelas bahwasanya itu bahas agama yang ada dalam adat.
HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Amak Azin

Alamat : Dusun Genteng

Usia : 30 Tahun

Pekerjaan : Petani/tokoh pemuda

Tempat/tanggal wawancara : Dusun Genteng. Senin, 17 Mei 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa yang bapak ketahui tentang tradisi wacan?

Jawaban: Tradisi wacan itu adalah kegiatan mecawan atau membaca syair kalau Bahasa

sini itu Nyaer, biasanya dlakukan pada upacara adat dan agama seperti nyunatang

(sunatan), syukuran, mempringati maulid Nabi, acara pernikahan dan untuk pengobatan.

2. Bagaimana presentasi jumlah pengguna tradisi wacan di Dusun Genteng Desa

Suangi Timur?

Jawaban: pengguna tradisi wacan untuk saat ini ada namun tida banya, apalagi dalam hal

upacara pernikahan, yang banyak dilakukan masyarakat dalam melakuan tradiosi wacan

ini pada saat pengobatan dan upacara-upacara keagamaan lainnya seperti, acara

Syukuran, Nyunatang, Ngurisang, dan acara dalam memperingati Maulid Nabi Besar

Muhammad SAW.

3. Apa contoh nilai dalam tradisi wacan yang diaplikasian oleh msyarakat?

Jawaban: Salah satu contoh yang bisa diambil adalah Ketika salah seorang warga desa

sedang mengalami kesusahan atau musibah atau sedang ada acara begawe, maka tanpa
diundangpun masyarakat berbondong-bondong berdatangan ke tempat acara untuk ikut

membantu guna meringankan beban sesama.


HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : Zul Fadli

Alamat : Dusun Genteng

Usia : 27 Tahun

Pekerjaan : Pelajar/tokoh pemuda

Tempat/tanggal wawancara : Pancor Selong. Minggu, 4 juli 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa yang anda etahui tentang tradisi wacan?

Jawaban: tradisi wacan adalah tradisi membaca syair-syair yang tertulis dalam takepan

lontar, biasanya dibacakan saat upacara pernikahan (sorong sera haji krame) dan untuk

pengobatan traditional.

2. Sejak kapan anda mengenal tradisi wacan?

Jawaban: saya mengenal tradisi wacan sejak masih kecil, arena saya sendiri lahir dari

keluarga yang memang pernah belajar tradisi wacan.

3. Bagaimana pandangan anda terhadap tradisi wacan?

Jawaban: menurut saya tradisi ini adalah tradisi yang harus kita lestarikan karena

semakin hari, tak bisa kita pungkiri tradisi ini mengalami menurunan pengguna dan

penganut.

4. Sebagai tokoh pemuda, bagaimana upaya yang pemuda genteng lakukan untuk

melestarian tradisi wacan?


Jawaban: usaha kami sebagai remaja untuk melestarikan tradisi ini adalah dengan

belajar dan tetap menggunakan tradisi ini dalam berbagai egiatan baik itu saat upacara

adat maupun agama, beberapa remaja yang ada di dusun ini termasuk saya juga sedang

dalam tahap beajar membaca wacan, namun kalo boleh jujur, belajat membaca wacan

sangat sulit. Butuh eseriusan dan harus banyak mendengar para senior dalam segi bacaan.
HASIL WAWANCARA

Identitas informan

Nama : H. Diok Saidi

Alamat : Dusun Turun Tangis

Usia : 43 Tahun

Pekerjaan : Petani/Kepala Desa

Tempat/tanggal wawancara : Dusun Turun Tangis. Rabu, 02 Juni 2021

Pertanyaan-pertanyaan

1. Bagaimana keadaan ekonomi masyarakat Suangi Timur?

Jawaban: perekonomian dan ualitas hidup masyarakat desa suwangi timur alhamdulillah

bai dan terus mengalami peningkatan, Sebagian besar warga masyaraat mengandalan

lahan perebunan dan persawahanuntu beerja alias kami di desa suwangi timur ini rata-rata

berprofesi sebagai petani, hasil bumi yang menjadi sumber penghasilan masyarakat

adalah padi, singkong, tembakau, dan kunyit. Terkait dengan singong dan kunyit, masih

dijual dengan harga yang relative rendah karena belum ada produk olahan, hanya dijual

mentah ke pasar-pasar.

2. Bagaimana kondisi sosial kemasyarakatan warga Suwangi Timur?

Jawaban: Alhamdulillah kami disini sama seperi desa-desa yang ada di kecamatan sakra

pada umumnya yaitu masih menjunjung nilai sosial yang tinggi, orang orangnya sangat

menjaga dan menghormati adat yang ada, karang taruna juga turut atif dalam kegiatan-

kegiatan yang berbau sosial dan adat. Beberapa pengurus remaja di beberapa dusun

memiliki bewrbagai macam kegiatan positif terkait sosial dan adat seperti yang ada pada
dusun gexccnteng, dusun pegondang dan turun tangis terenal dengan keaktifan dan

semangat.

3. Nilai apa saja yang ada dalam tradisi wacan yang kemudian tercermin dalam

kehidupan masyarakat?

Jawaban: Seperti yang kita ketahui bahwa dalam tradisi wacan ini mengandung banyak

sekali nilai khususnya nilai agama maka tidak heran pengaruh yang kami warga Suwangi

Timur rasakan juga ada walaupun tidak banyak, ketaatan beribadah, saling membantu

sama lain, banyak juga anggota masyarakat yang memiliki perekonomian yang lebih

tidak segan-segan untuk menyumbangkan sebagian harta untuk pembangunan masjid,

pesantren ataupun hanya sekedar memberikan bantuan kepada anak yatim, banyak para

orang tua yang semakin semangat menyekolahkan anak-anaknya untuk mengaji dan

menempuh sekolah yang berbasis agama, termasuk saya pribadi, setelah melihat dan

menimbang keadaan dunia yang sekarang dan beberapa nasehat dan nilai-nilai yang saya

dapatkan dari para tohoh agama dan adat serta nilai-nilai fungsi yang ada pada tradisi

wacan, saya juga menyekolahkan anak saya ke sekolah yang memperdalam ilmu agama

sesuai dengan ajaran agama dan nenek moyang.

4. Bagaimana pengaruh tradisi wacan dalam kehidupan sosial adat masyarakat?

Jawaban: Dalam hal ini, masyarakat sasak khususnya para warga masyarakat Desa

Suwangi Timur juga merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi semangat gotong

royong. Dalam proses pembacaan tradisi wacan mulai dari persiapan sampai dengan

akhir itu juga dilakukan secara bergotong royong, tidak hanya pada saat pembacaaan

tradisi ini, banyak aktivitas sosial keasyarakatan yang dilakukan secara bergotong royong

seperti pada saat pernikahan, kematian, dan upacara-upacara adat lainnya. Wujud dari
pengaruh tradisi wacan ini adalah masyarakat akan datang dan membantu warga yang

akan mengadakan sebuah acara ataupun upacara adat, contoh yang paling jelas adalah

pada saat acara kematian, masyarakat akan datang dan bekerjhasama dalam menyiapkan

segala hal yang dibutuhkan keluarga mulai dari awal (langar) sam[pai akhir, para warga

tidak sungkan untuk membagi tugas, ada yang mencari dan membawakan kayu bakar,

buah Nangka, buah papaya, beras, dan bumbu-bumbu masak dan lain sebagainya. Tidak

hanya itu saja, masyarakat juga memiliki sengata gotong royong yang tinggi dalam hal

maslah pembangunan tempat-tempat umum dan sarana dan prasarana umum, baik itu

pemvbangunan masjid, musholla, pesantren, berugak, pos kamling dan lain lain.
Lampiran 5

PETA LOKASI PENELITIAN


Lampiran 6

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto 01: Kantor Desa Suwangi Timur

Foto 02: Wawancara dengan bapak H. Diok Siadi selaku Kepala Desa
Suwangi Timur tentang profil dan perkembangan desa serta menanyakan
bagaimana perkembangan tradisi wacan di desa tersebut.
Foto 03: Wawancara Bapak Ageng Safardi selaku pembayun Desa
Sakra mengenai sejarah awal muncul sampai dengan pengaruhnya
terhadap kehidupan masyarakat Desa Sakra secara umum dan
masyarakat Desa Suwangi Timur secara khusus.

Foto 04: Dokumentasi beberpa jenis takepan lontar tradisi wacan pada
kediaman bapak ageng safardi, takepan itu berupa takepan syair wacan
puspakarme, syair wacan kisah nabi bercukur. dan syair wacan indrajaya.
Foto 05: Doumentasi tulisan asli dari syair wacan Puspakarme, syair
wacan ini biasa dibacakan pada saat upacara adat syukuran atau hajatan
dari salah satu anggota masyarakat.

Foto 06: Dokumentasi tulisan asli syair wacan kisah Nabi bercukur, syair
ini berkisah tentang kisah Nabi dalam bercukur dan syair ini biasaya
dibacakan pada saat upacara adat ngurisang (mencukur rambut bayi)
Foto 07: Dokumentasi tulisan syair wacan indrajaya, tulisan syair ini
biasanya di bacakan untuk pengobatan tradisional seperi dibacakan untuk
anak yang menderita penyakit sulit untu berbicara.

Foto 08: Dokumentasi pembacaan syair wacan untuk tujuan pengobatan


tradisional (proses pembuatan aik tumpu/air obat). Air hasil dari
pembacaan syair inilah yang biasanya di gunakan untuk obat, bai itu
dengan cara di minum, dipercik-percikan kepada pasien.
Foto 09: Dokumentasi salinan dari syair wacan yang berisah tentang nabi
bercuur oleh Bapak Ageng Safardi, proses penyalinan dilaukan secara
mandiri dan bertujuan untuk mengantisipasi apabila syair asli hilang atau
rusak.

Foto 10: Dokumentasi salinan dari syair wacan puspekarma oleh Bapak
Ageng Safardi, proses penyalinan dilaukan secara mandiri dan bertujuan
untuk mengantisipasi apabila syair asli hilang atau rusak.
Foto 11: potret proses Pembacaan syair Wacan puspekarme oleh ageng
safardi atau wong ngagung dalam salah satu acara tasyakuran salah satu
masyarakt yang ada di desa sakra.

Foto 12: Pembacaan syair Wacan pada acara adat dan agama. Yaitu pada
acara pernikahan (Sorong Serah Aji Krame). Terlihat jelas para pembayun
(penyorong dan penampi) saling berhadapan dan saling sambut salam
membacakan syair wacan.

Anda mungkin juga menyukai