PEDOMAN OBSERVASI
j. Nilai dan fungsi yang terkandung dalam tradisi Wacan di Desa Suwangi Timur
PEDOMAN WAWANCARA
Profil Narasumber
Nama :
Alamat :
Usia :
Pekerjaan :
Tempat/tanggal Wawancara :
Daftar Pertanyaan
8. Apa saja usaha yang dilakukan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan
tradisi wacan?
9. Apa saja usaha yang dilakukan pemerintah dalam menjaga dan melestarikan
tradisi wacan?
10. Bahasa apa yang digunakan dalam pembacaan tradisi wacan?
2. Apa saja jenis wacan dan jenis nada dalam pembacaan wacan?
8. Apakah dalam tradisi wacan mengandung nilai-nilai Pendidikan? lalu apa saja
nilai-nilai tersebut?
3. Apakah nada dalam pembacaan tradisi wacan mempengaruhi makna dan hasil
sekarang?
7. Apakah ada usaha dari pemerintah kabupaten dalam menjaga dan melestarikan
tradisi wacan?
8. Apakah ada usaha pemerintah desa dalam menjaga dan melestarikan tradisi
wacan?
9. Sebagai tokoh adat, apakah tradisi wacan ini perlu dijaga dan dilestarikan?
10. Sebagai tokoh pemuda, apakah tradisi wacan ini perlu dijaga dan dilestarikan?
Lampiran 3
DATA INFORMAN
Tangis
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA
Identitas informan
Alamat : Sakra
Usia : 63 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
Jawaban: Tradisi Wacan dalam artian bahasa artinya wacana, berbahasa yang baik-baik,
berprilaku baik-baik, sedangkan secara istilah wacan merupakan sebuah syair-syair yang
kehidupan, kisah para nabi dan rasul yang tertulis dalam daun lontar yang pembacaannya
Jawaban: perkembangan tradisi wacan dimulai sejak zaman jauh sebelum Islam masuk
ke Lombok dan mulai berkembang dengan baik pada saat kerajaan-kerajaan Islam
menebarkan sayap-sayap kekuasaannya, yang memulai tradisi ini adalah para pujangga-
pujangga kerajaan, berkisah tentang keluarga raja, politik dan ekonomi kerajaan.
Jawaban: Saya mulai menekuni tradisi wacan pada tahun 1986-1987 dan menjadi
pembayun aktif pada tahun 2000-an sampai sekarang, saat itu saya di desa santong
Kabupaten Lombok Utara (KLU) pada saat itu saya dan beberapa rekan memang
diajarkan oleh keluarga sendiri tentang tradisi ini dan saya beserta kawan-kawan saya
masih suka berkelana. Perkembangan tradisi wacan tahun 1990-an itu terbilang baru baru
dimulai dan diterima baik oleh masyarakat, karena pada waktu itu pengguna tradisi ini
terbilang cukup banyak lebih-lebih yang ada di kecamatan sakra, masih sangat kental dan
4. Bagaimana cara membedakan tulisan asli dengan Salinan dalam lontar syair tradisi
wacan?
dibedakan mana yang merupakan salinana dan mana yang merupakan karangan. Sebegai
contoh misalnya, nasah-naskah fiqh, naskah-naskah fiqih ini agak sedikit sulit dibedakan
apakah ia merupajkan salinana atau karangan. Karena pembahasan hampir sama, bab
membedakan mana yang Salinan dan yang bukan Salinan tidak mudah. Memang dalam
tradisi islam, penyalinan atau mengarang beda tipis, karena harus mengikui paham
mazhab. Bagi pengikut mazhad syafi’i harus sama dengan imam-imam pendahulunya,
tidak boleh berbeda. Biasanya penulis belakangan memberikan penjelasan atau syarah
Jawaban: Perkembangan tradisi wacan tahun 2000-an masih sama dengan tahun tahun
sebelumnya, bahkan pada tahun 2000-an ini kami sebagai para pembaca tradisi wacan
atau pembayun merasa sangat bersyukur karena ada perhatian lebih dari pemerintah,
kami sering diundang dalam acara-acara besar terkait dengan budaya sasak, bahkan
sampai ke pulau seberang (sumbawa) untuk membaca dan menjelaskan apa itu tradisi
pembacaan wacan.
tradisi wacan?
Jawaban: Sejauh ini upaya yang dapat kami lakukan adalah kami memiliki kelompok
pembayun dan memiliki jadwal untuk sekedar membaca wacan dari rumah ke rumah para
pembayun se NTB., ini adalah bentuk sosialisasi kecil yang kami lakukan agar tradisi ini
terus berkembang dan agar masyarakat yang masih awam akan tradisi ini tahu sedikit
demi sedikit. Kemudian dari pemerintah belum ada tindakan yang spesifik terkait proses
pelestarian tradisi ini, hanya saja dalam beberapa acara besar kami selalu diundang untuk
tampil.
7. Apa saja nilai dan fungsi yang ada dalam tradisi wacan?
Jawaban: Jadi nilai dan fungsi yang ada pada tradisi wacan ini banyak sekali salah
satunya ada disana nilai dan fungsi adat, nilai dan fungsi kesenian, nilai dan fungsi
agama, nilai dan fungsi medis, dan nilai dan fungsi sosial. Disebut nilai dan fungsi adat
karena tradisi wacan ini merupakan wujud dan bentuk dari kebudayaan dan adat istiadat
masyarakat sasak, tradisi ini banyak dilakukan pada saat upacara-upacara adat yang ada
dan berkembang pada masyarakat sasak. Selanjutnya nilai dan fungsi kesenian, disebut
nilai dan fungsi kesenian karena tradisi wacan ini merupakan salah satu bentuk kesenian
tradisional seperti rebana, kelentang (besi) dan gamelan. Kemudian disebut nilai dan
fungsi medis karena dalam tradisi wacan, perkembangan dan pengaruhnya terhadap
pribadi orang dan masyarakat banyak sekali dalam prakteknya digunakan sebagai media
penyembuhan/ medis dan wacan yang dibacakan disesuaikan dengan jenis penyakit yang
dialami penderita, dan terakhir adalah fungsi sosial dimana dalam pelaksanaan dan
kandungan tradisi wacan ini mengandung banyak sekali nilai-nilai kebaikan dan
Jawaban: Pengaruh yang dirasakan pada masyarakat Desa Suwangi Timur Kecamatan
Sakra adalah semkain kuatnya nilai kebersamaan dan gotong royong, nilai moral dan
etika dan mental serta kepribadian masyarakat sebagai akibat dari adanya tradisi wacan
Jawaban: saya mendapatkan nasah-naskah syair wacan ini dari berbagai macam sumber,
pertama dari mamiq (bapak) saya sendiri, kedua dari beberapa tokoh yang ada di sakra
yang mempercayakan saya untuk menjaga dan merawatnya, beberapa lagi juga
merupakan aset dari komunitas para pembayun sasak. Kurang lebih yang ada di rumah
saya ada 5 naskah asli dan 3 nasah Salinan. Setiap pembayun yang ada di Lombok ini
Jawaban: jadi kalau membahas Bahasa, beberapa takepan ada yang menggunakan
Bahasa Jawa, Bali, Arab Melayu, beberapa takepan lain juga isinya merupakan salinana
yang sudah berbahasa sasak. Seperti beberapa takepan yang saya pegang sekarang, ada
yang berbahasa arab melayu, ada juga yang berbahasa sasak alus. dalam proses
pelaksanaan tradisi ini ada dua orang yang bertugas menjadi pembayun (pembaca syair
Identitas informan
Usia : 19 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
Jawaban: perkembangan tradisi wacan pada zaman sekarang sangat baik dan terjaga
keasliannya, tradisi wacan ini adalah tradisi yang baik serta mengandung hal-hal baik,
jadi tidak ada alasan bagi kami warga masyarakat Lombok khususnya masyarakat Desa
Jawaban: bahasa yang digunakan dalam tradisi wacan ini adalah Bahasa sasak halus
(kawi) yang terdiri dari huruf jejawan yang berjumlah delapan belas huruf, yaitu: Ha/a,
Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, Nya.
Dadye kagyat sekuwehing amiril mukminin hungu saking pameraman pungua pungun
tumedun anaring jane wisme hame wereh hasucucian, raris anggabil toye ning uduk…..
Ake kemuh ake kurah waye ….. Ake cak natre riusing mangka ne munggah saking
setinggil braje lepe ….. Hanuju bale pasalatan. Raris hang rangsuk busaning salat jubah
wastre tekaning mah kute, anggelar ikang pasujudan ……. Nulye, asembahyang rong
rekaat salam sawu setalam hang bace ayat kursi tekaning dzikir, dinulur dining do doe
hiku anede nde maring-maring sang yang wawe kasan make miwah yayah rere derpon aje
4. Selama belajar wacan, nilai dan fungsi apa yang anda ketahui dalam tradisi wacan?
Jawaban: Secara umum dan sepengetahuan saya selama belajar tradisi ini, Wacan ini
mengandung banyak sekali kisah, nilai dan norma serta banyak juga senggeger. Salah
satu nilai dan fungsi yang ada dalam tradisi wacan ini adalah nilai dan fungsi medis,
karna saya pribadi pernah merasakannya sendiri. Waktu itu saya terkena sakit pusing,
tubuh saya sangat panas dan harus di infus beberapa hari, selanjutnya setelah itu sakit
saya tak kunjung membaik. Lalu saya disuruh mendatangi tuak saya (paman saya) selaku
mengku dan pembayun di desa sakra. Lalu sampai sana saya Cuma di percikkan air yang
sebelumnya sudah di bacakan wacan (aik tumpu atau aik oat) dan luar biasanya saya
langsung merasakan perubahan seketika, pusing saya langsung terasa berkurang dan lebih
segar dan suhu badan saya dalam hitungan jam langsung berangsur normal. Nilai dan
fungsi lain juga adalah nilai dan fungsi sosial karena selama saya mengikuti prosesi
mewacan di berbagai tempat bersama rombongan, sambutan yang kami terima sangat
Identitas informan
Alamat : Mengkuru
Usia : 68 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
dalam hal pengobatan, pembacaan wacan dalam hal upacara adat seperti pernikahan,
sunatan dan ngurisang, dan pembacaan wacan dalam hal upacara agama seperi pada
maulid Nabi besar Muhammad SAW, Isro’ Mi’roj Nabi Besar Muhammad SAW dan
beberapa kisah tentang sifat-sifat para Nabi dan Rasul. Sedangkan hal hal yang
dipersipkan ada beberapa macam seperti: Aik Kumkuman (Air Bunga), Beras, Benang
Lekok (daun sirih), Buak (buah pinang), Ayam (Satu Hidup dan Satu Sudah
dimasak/Panggang) Reke Atau Dulang (nampan besar) Yang Berisi Makanan (Nasi,
Lauk,Buah-Buahan dll).
Jawaban: Nilai-nilai lain yang dapat kita simpulkan dari berbagai jenis syair yang ada
dalam tradisi wacan itu seperi nilai Maliq, merupakan system nilai yang mengatur hal-hal
boleh dan tidak boleh dikerjakan. Orang sasak apabila sudah mengatakan maliq, maka
sesuatu tidak boleh dikerjakan sama sekali. Dalam agama islam disebut haram. Contoh
perbuatan maliq dalam masyarakat sasak adalah lekak (berbohong), ngerimongin kemaliq
(menghina orang), nyiksak dan nyakitin dengan (menyakiti orang), melilak dengan
(mempermaluan orang). Selanjutnya ada nilai yang Namanya Merang, adalah system
nilai yang digunakan untuk memotivasi dapat diartikan sebagai semangat terhadap
sesuatu masalah secara kolektif. Merupakan sikap kehati-hatian dalam bertutur kata dan
berbuat. Kemudian ada nilai Tatas, memiliki arti memahami, meguasai, seluk beluk
tugas sebagai khalifah di bumi. Nilai ini berwujud: tao, ceket, pergine, totos, solah. Ada
juga nilai Tuhu, berarti bersungguh-sunggguh, tekun dan benar melaksanakan tugas dan
pekerjaannya sesuai dengan peran dan fungsinya dalam masyarakat. Indicator nilai ini
diwujudkan dengan kata pacu, pasu, genem, kerah, kencak, paut. Kemudian ada Trasne,
Patut/solah entan, system nilai yang diterapkan oleh orang sasak yang berupa sikap
realistis. Patuh, patuh berarti seiring seirama, senasib, seperjuangan, seia sekata, tidak
suka bertentangan atau berselisih paham ajaran patuh ini mencerminkan sila persatuan
Indonesia. Pacu, dimaknakan sebagai sikap yang mencerminkan ketulusan dalam bekerja,
sabar, tabah dan tekun. Paut, dalam sesenggak sasak seiring kita dengar ungkapan “kalah
paut isik culuk” paut dalam Bahasa sasak bermakna pantas, sesuai. Terakhir ada nilai
Pasu, tekun bekerja, tidak pemalas, mudah disuruh, bekerja tanpa pamrih.
HASIL WAWANCARA
Identitas informan
Usia : 57 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
1. Apa itu tradisi wacan dan bagaimana sejarah wacan yang anda ketahui?
Jawaban: tradisi wacan atau membaca syair wacan merupakan tradisi yang diwarikan
oleh nenek moyang kita dulu dari zaman kerajaan-kerajaan yang ada di Lombok. Tradisi
ini merupakan bagian dari salah satu tradisi tulis sealigus kesenian dalam masyarakat
Sasak. Isi dari tradisi wacan ini adalah nasehat-nasehat, cerita-cerita rakyat, kisah kisah
para nabi dan rasul, aturan tentang agama, politik, ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
Jawaban: saya mengenal tradisi wacan ini saat saya masih berumur 18 tahun namun
mulai tertarik dan belajar di usia 20-an ke atas. sekitar tahun 1980-1990-an. Saya kenal
dan belajar dari keluarga saya yaitu papuk (kakek) saya, yang pada saat itu juga
merupakan pembayun aktif di desa sakra. Saya sendiri aktif menjadi pembayun dan mulai
diundang dalam acara-acara adat pada tahun 2009 sampai dengan sekarang.
namun tetap meriah karena menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat,
menjadi tontonan khalayak ramai. Jumlah pengguna tradisi wacan dulu dengan sekarang
juga berbeda, jauh lebih banyak pengguna dulu dengan sekarang. Bedanya adalah dulu
tradisi ini masih terlaksana dengan sangat sederhana segingga masyarakat baik yang
bergelar Lalu atau masyarakat biasa banyak menggunakan tradisi ini. Berbeda dengan
sekarang, walaupun sekarang tradisi ini sudah mendapat perhatian lebih oleh pemeintah
dan sudah memiliki omuniotas pembayun, namun pengguna dari tradisi ini semakin tahun
semain berurang.
Jawaban: kalua tentang perkembangan, tradisi ini dari tahun ke tahun jelas mengalami
perkembangan, perkembangan yang paling terlihat adalah ada pada pengguna atau
peminat dari tradisi ini semain mengurang, kenapa? Karena para orang tua, tokoh adat
atau para pembayun banyak yang sudah tua dan meninggal sebelum mengajarkan atau
mewariskan tradisi ini ke anak cucunya. Namun kalau dibilang punah, tidak juga. Karena
dibeberapa wilayah atau desa, tradisi ini masih ada dan berkembang. Contohnya di
kecamatan sakra, di sakra masih sangat terjaga dan sudah ada komunitas-komunitas
Jawaban: Terkait dengan perkembangan yang sekarang, tidak bisa kita pungkiri, saya
dari jumlah peminat, jumlah pengguna dan banyaknya stigma bahwa tradisi wacan dalam
tradisi pernikahan relative ribet dan membutuhkan biaya yang lumayan besar. Tidak
seperrti pada tahun awal-awal di kenal dan berkembang, biasanya pembayun hanya
disuguhkan dengan hasil-hasil bumi yang ada. Tapi terlepas dari itu semua syukurnya
kami di sini masih melestarikan dan menjaga tradisi ini, karena ini adalah tradisi yang
sangat berharga dan memiliki nilai dan fungsi yang banyak dalam menjalankan
kehidupan bermasyarakat.
Jawaban: Proses pembacaan wacan dalam segala hajat baik itu dalam upacara agama,
upacara adat, ataupun pada prosesi pengobatan merupakan sebuah bukti dari nilai dan
fungsi adat dalam kehidupan bermasyarakat, semua itu adalah wujud dari budaya dan
adat yang kita miliki. Selanjutnya nilai dan fungsi adat dalam tradisi wacan itu banyak
sekali, disana ada system nilai dari adat urip, adat pati, adat krame, adat tapsila, dan adat
Identitas informan
Alamat : Sakra
Usia : 60 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
Jawaban: dalam tradisi wacan, apalagi syair-syair yang dibacakan untuk keperluan
pengobatan tradisional itu justru isinya tentang ajaran agama, tentang kekuasaan Allah
yang maha segala, maha kuasa. Memang dalam praktinya terlihat sekilas seperti
pengobatan yang menggunakan syarat dan ketentuan yang banyak, namun dalam Islam
sendiri sudah ada hukum atau aturan bahwasanya yang menyembuhkan itu adalah Allah
semata, proses pembacaan syair wacan dan segala macamnya adalah usaha dan sebagai
perantara kesembuhan
berisi buah-buahan, jajanan, ayam panggang), penginang yang berisi apur, lekok, buak,
gambir. Dan alakedar dari yang memiliki hajat atau yang akan dibacakan syair wacan.
3. Apa makna filosofis dari apur, lekok, buak, dan gambir sebagai bahan yang harus
Jawaban: Nilai dan makna filsafat dari sesembahan yang dipersiapkan dalam prosesi
pembacaan tradisi wacan itu merujuk kepada kesadaran dan ketakwaan. Apur
melambangkan daging, dan gambir melambangkan darah getir. Dari semua itu
melambangkan satu kesatuan tubuh manusia yang apabila satu saja kurang maka
kehidupan tidak akan berjalan dengan baik, begitu pula sebaliknya apabila semuanya
lengkap dan dalam keadaan baik maka kehidupan berjalan dengan baik. Artinya adalah
kita sebagai manusia makhluk ciptaan tuhan harus pandai-pandai menysyukuri nikmat
Identitas informan
Usia : 51 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
1. Selain mengandung niali dan fungsi medis, nilai apa yang bapak sendiri dapatkan
Jawaban: Selain asik mendengarkan para pembayun membacakan syair wacan dengan
lagu-lagu yang merdu, secara tidak langsung pada saat proses pembacaan tersebut kita
diajarkan untuk menjadi pendengar yang baik dan mengandung nilai saling menghargai
satu sama lain, memperbaiki hubungan baik terhadap sesama manusia lebih-lebih kepada
sang pencipta yaitu Allah SWT. Kemudian proses kegiatan pembacaan tradisi wacan dari
satu lokasi ke lokasi lainnya, begitu seterusnya maka akan memberikan dampak kepada
Jawaban: Tradisi wacan ini akan terus bisa dijadikan pedoman dan contoh bagi
masyarakat penganutnya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selama masyarakat
selalu menjalankan ajaran-ajaran dan memahami prinsip hidup dari nilai dan fungsi yang
dibacakan?
Jawaban: kalua lagu-lagu yang digunakan itu tergantung dari pembayun itu sendiri, itu
hanya mengekspresikan dari bacaan yang ada pembayun yang menguasia banyak lagu
tentu lebih mudah dan akan lebih indah didengarkan oleh pendengar atau penonton, tidak
4. Bagaimana pandangan anda tentang nilai dan fungsi medis dalam tradisi wacan?
Jawaban: Dalam hal ini, Alhamdulillah sudah banyak yang datang untuk berobat ke
rumah saya, banyak yang datang dengan berbagai macam penyakit mulai dari penyakit
ringan, sampai dengan penyakit berat. Proses pengobatanpun tergantung dari jenis
penyait yang dialami orang, apabila jenis penyakitnya ringan seperti pusing, demam dan
sejenisnya, pengobatan cuup dlakuan satu sampai dua kali. Sedangkan apabila jenis
penyakit yang berat butuh dua sampai tiga kali pengobatan, saya pribadi pernah
mengobati orang yang dakok (bisu) dan alhamdulillah setelah tiga kali pengobatan pasien
berangsur membaik.
HASIL WAWANCARA
Identitas informan
Nama : Herman
Usia : 35 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
1. Sejak kapan anda kenla dengan tradisi wacan dan bagaimana menurut anda tradisi
Jawaban: saya mengenal tradisi wacan saat duduk dibangku Tsanawiyah, pas MTS. Saya
diperkenalan oleh ake saya yang pada saat itu beliau juga merupakan orang yang pernah
belajar tradisi membaca syair wacan. Terkait dengan tradisi wacan saat ini, alhamdulillah
tradisi ini masih ada dan berembang dalam masyarakat, khususnya masyarakat dusun
genteng suwangi timur. Karena memang para orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat yang
ada di dusun genteng suwangi timur ini rata-rata tahu dan paham akan tradisi wacan.
Jawaban: Harus. Tradisi ini harus teris di jaga dan dilestarikan, karena ini peninggalan nene
moyang ita, tradisi ini juga adalah tradisi yang baik, banyak nilai agama, adat, bagi saya,
dengan menjaga dan melestarian tradisi ini adalah cara kita menghormati dan mencintai adat
3. Apakah ada Pengauruh yang anda rasakan sebelum dan sesudah memahami tradisi
wacan?
Jawaban: Sebelumnya memang saya hanya tau bahwa itu adalah tradisi yang baik,. Namun
setelah mendengar cerita dan sempat ikut melaksanaan tradisi ini ternyata luar biasa sekali,
pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi secara emosional menjadi lebih tau dan paham
tentang adat dan agama, sedangkan pengauh terhadap kehidupan sosial, ternyata atas apay
ng telah kami warga genteng laukan selama ini merupakan perwujudan dari ajaran ajaran
Identitas informan
Usia : 37 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
tradisi ini?
Jawaban: Pemuda-pemuda yang ada di dusun genteng ini saya lihat cukup semangat,
tidak cuek terhadap hal-hal yang berbau adat bahkan bukan hanya tradisi wacan, kami
para pemuda disini memiliki jadwal untuk Latihan gendang belek, dan melaksanakan
adat (sorong sera haji krame) saat salah satu warga ataupun rekan remaja yang sedang
2. Apa pengaruh yang dirasakan masyarakat Dusun Genteng Desa Suwangi Timur
Jawaban: Pada perkembangannya, pengaruh dari tradisi wacan ini semakin hari semakin
terlihat karena masyarakat kita disini kakek dan nenek moyang mrekea rata-rata adalah
orang yang bisa membaca wacan sehingga nilai-nilai yang mreka tahu dan pegang selama
ini secara tidak langsung di wariskan baik itu dalam bentuk cerita-cerita dan tindakan.
Sehingga tidak heran jika orang-orang sini sangat suka bekerjasama (bareng-bareng)
Identitas informan
Usia : 68 Tahun
Pekerjaan :-
Pertanyaan-pertanyaan
suwangi timur?
Jawaban: Tradisi membaca syair Wacan atau Nyaer dari segi bacaan maupun isi tetaplah
sama, yang membedakannya itu pada perkembangan dari tahun ke tahun. Di Desa
Suwangi Timur sendiri, yang terlihat jelas adalah pada jumlah pengguna dan peminat
tradisi ini, terlebih lagi dalam adat perkawinan (Sorong Serah Aji Krame). Perubahan
terasa sangat jelas, dulu pengguna tradisi ini lumayan banyak, lebih-lebih bagi orang-
orang yang berpangkat “Lalu” (keturunan berdarah biru dalam strata sosial masyaakat
Sasak). Rata-rata menggunakan tradisi wacan dalam prosesi adat perkawinan, Bahkan
Wacan saat prosesi Sorong Serah Aji Krame menjadi bukti bahwa pernikahan itu adalah
pernikahan yang benar dan baik secara adat dan apabila pernikahan itu tanpa diadaan
pembacaan tradisi Wacan, itu bisa dicap atau dinilai sebagai pernikahan yang kurang baik
menurut adat.
2. Seberapa penting tradisi wacan ini kehidupan bermasyarakat?
sehingga tidaklah mengherankan kalau hampir pada setiap kampung dapat ditemukan
Jawaban: Wacan itu isinya adalah kebiasaan-kebiasaan baik leluhur sasak. Disana ada
nilai agama, saling menghormati, menjaga, menjalani hidp Bersama, membahas etika dan
adab dalam berbicara dan berbuat. Apalagi wacan tentang kisah para nabi dan rasul,
sudah jelas bahwasanya itu bahas agama yang ada dalam adat.
HASIL WAWANCARA
Identitas informan
Usia : 30 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
Jawaban: Tradisi wacan itu adalah kegiatan mecawan atau membaca syair kalau Bahasa
sini itu Nyaer, biasanya dlakukan pada upacara adat dan agama seperti nyunatang
(sunatan), syukuran, mempringati maulid Nabi, acara pernikahan dan untuk pengobatan.
Suangi Timur?
Jawaban: pengguna tradisi wacan untuk saat ini ada namun tida banya, apalagi dalam hal
upacara pernikahan, yang banyak dilakukan masyarakat dalam melakuan tradiosi wacan
ini pada saat pengobatan dan upacara-upacara keagamaan lainnya seperti, acara
Syukuran, Nyunatang, Ngurisang, dan acara dalam memperingati Maulid Nabi Besar
Muhammad SAW.
3. Apa contoh nilai dalam tradisi wacan yang diaplikasian oleh msyarakat?
Jawaban: Salah satu contoh yang bisa diambil adalah Ketika salah seorang warga desa
sedang mengalami kesusahan atau musibah atau sedang ada acara begawe, maka tanpa
diundangpun masyarakat berbondong-bondong berdatangan ke tempat acara untuk ikut
Identitas informan
Usia : 27 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
Jawaban: tradisi wacan adalah tradisi membaca syair-syair yang tertulis dalam takepan
lontar, biasanya dibacakan saat upacara pernikahan (sorong sera haji krame) dan untuk
pengobatan traditional.
Jawaban: saya mengenal tradisi wacan sejak masih kecil, arena saya sendiri lahir dari
Jawaban: menurut saya tradisi ini adalah tradisi yang harus kita lestarikan karena
semakin hari, tak bisa kita pungkiri tradisi ini mengalami menurunan pengguna dan
penganut.
4. Sebagai tokoh pemuda, bagaimana upaya yang pemuda genteng lakukan untuk
belajar dan tetap menggunakan tradisi ini dalam berbagai egiatan baik itu saat upacara
adat maupun agama, beberapa remaja yang ada di dusun ini termasuk saya juga sedang
dalam tahap beajar membaca wacan, namun kalo boleh jujur, belajat membaca wacan
sangat sulit. Butuh eseriusan dan harus banyak mendengar para senior dalam segi bacaan.
HASIL WAWANCARA
Identitas informan
Usia : 43 Tahun
Pertanyaan-pertanyaan
Jawaban: perekonomian dan ualitas hidup masyarakat desa suwangi timur alhamdulillah
bai dan terus mengalami peningkatan, Sebagian besar warga masyaraat mengandalan
lahan perebunan dan persawahanuntu beerja alias kami di desa suwangi timur ini rata-rata
berprofesi sebagai petani, hasil bumi yang menjadi sumber penghasilan masyarakat
adalah padi, singkong, tembakau, dan kunyit. Terkait dengan singong dan kunyit, masih
dijual dengan harga yang relative rendah karena belum ada produk olahan, hanya dijual
mentah ke pasar-pasar.
Jawaban: Alhamdulillah kami disini sama seperi desa-desa yang ada di kecamatan sakra
pada umumnya yaitu masih menjunjung nilai sosial yang tinggi, orang orangnya sangat
menjaga dan menghormati adat yang ada, karang taruna juga turut atif dalam kegiatan-
kegiatan yang berbau sosial dan adat. Beberapa pengurus remaja di beberapa dusun
memiliki bewrbagai macam kegiatan positif terkait sosial dan adat seperti yang ada pada
dusun gexccnteng, dusun pegondang dan turun tangis terenal dengan keaktifan dan
semangat.
3. Nilai apa saja yang ada dalam tradisi wacan yang kemudian tercermin dalam
kehidupan masyarakat?
Jawaban: Seperti yang kita ketahui bahwa dalam tradisi wacan ini mengandung banyak
sekali nilai khususnya nilai agama maka tidak heran pengaruh yang kami warga Suwangi
Timur rasakan juga ada walaupun tidak banyak, ketaatan beribadah, saling membantu
sama lain, banyak juga anggota masyarakat yang memiliki perekonomian yang lebih
pesantren ataupun hanya sekedar memberikan bantuan kepada anak yatim, banyak para
orang tua yang semakin semangat menyekolahkan anak-anaknya untuk mengaji dan
menempuh sekolah yang berbasis agama, termasuk saya pribadi, setelah melihat dan
menimbang keadaan dunia yang sekarang dan beberapa nasehat dan nilai-nilai yang saya
dapatkan dari para tohoh agama dan adat serta nilai-nilai fungsi yang ada pada tradisi
wacan, saya juga menyekolahkan anak saya ke sekolah yang memperdalam ilmu agama
Jawaban: Dalam hal ini, masyarakat sasak khususnya para warga masyarakat Desa
Suwangi Timur juga merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi semangat gotong
royong. Dalam proses pembacaan tradisi wacan mulai dari persiapan sampai dengan
akhir itu juga dilakukan secara bergotong royong, tidak hanya pada saat pembacaaan
tradisi ini, banyak aktivitas sosial keasyarakatan yang dilakukan secara bergotong royong
seperti pada saat pernikahan, kematian, dan upacara-upacara adat lainnya. Wujud dari
pengaruh tradisi wacan ini adalah masyarakat akan datang dan membantu warga yang
akan mengadakan sebuah acara ataupun upacara adat, contoh yang paling jelas adalah
pada saat acara kematian, masyarakat akan datang dan bekerjhasama dalam menyiapkan
segala hal yang dibutuhkan keluarga mulai dari awal (langar) sam[pai akhir, para warga
tidak sungkan untuk membagi tugas, ada yang mencari dan membawakan kayu bakar,
buah Nangka, buah papaya, beras, dan bumbu-bumbu masak dan lain sebagainya. Tidak
hanya itu saja, masyarakat juga memiliki sengata gotong royong yang tinggi dalam hal
maslah pembangunan tempat-tempat umum dan sarana dan prasarana umum, baik itu
pemvbangunan masjid, musholla, pesantren, berugak, pos kamling dan lain lain.
Lampiran 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto 02: Wawancara dengan bapak H. Diok Siadi selaku Kepala Desa
Suwangi Timur tentang profil dan perkembangan desa serta menanyakan
bagaimana perkembangan tradisi wacan di desa tersebut.
Foto 03: Wawancara Bapak Ageng Safardi selaku pembayun Desa
Sakra mengenai sejarah awal muncul sampai dengan pengaruhnya
terhadap kehidupan masyarakat Desa Sakra secara umum dan
masyarakat Desa Suwangi Timur secara khusus.
Foto 04: Dokumentasi beberpa jenis takepan lontar tradisi wacan pada
kediaman bapak ageng safardi, takepan itu berupa takepan syair wacan
puspakarme, syair wacan kisah nabi bercukur. dan syair wacan indrajaya.
Foto 05: Doumentasi tulisan asli dari syair wacan Puspakarme, syair
wacan ini biasa dibacakan pada saat upacara adat syukuran atau hajatan
dari salah satu anggota masyarakat.
Foto 06: Dokumentasi tulisan asli syair wacan kisah Nabi bercukur, syair
ini berkisah tentang kisah Nabi dalam bercukur dan syair ini biasaya
dibacakan pada saat upacara adat ngurisang (mencukur rambut bayi)
Foto 07: Dokumentasi tulisan syair wacan indrajaya, tulisan syair ini
biasanya di bacakan untuk pengobatan tradisional seperi dibacakan untuk
anak yang menderita penyakit sulit untu berbicara.
Foto 10: Dokumentasi salinan dari syair wacan puspekarma oleh Bapak
Ageng Safardi, proses penyalinan dilaukan secara mandiri dan bertujuan
untuk mengantisipasi apabila syair asli hilang atau rusak.
Foto 11: potret proses Pembacaan syair Wacan puspekarme oleh ageng
safardi atau wong ngagung dalam salah satu acara tasyakuran salah satu
masyarakt yang ada di desa sakra.
Foto 12: Pembacaan syair Wacan pada acara adat dan agama. Yaitu pada
acara pernikahan (Sorong Serah Aji Krame). Terlihat jelas para pembayun
(penyorong dan penampi) saling berhadapan dan saling sambut salam
membacakan syair wacan.