Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

ASAL USUL DESA SUNGAI MAS DAN MONUMEN MAKAM


PAHLAWAN
ISBD
Dosen Pengampu : Baitullah, M.Pd.

Laporan ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas


ujian akhir semester pada matakuliah ISBD.

Disusun Oleh :

Alip Gilang Pratama


(21020511002)

Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu


Pengetahuan Universitas Merangin
Tahun Pelajaran 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur pada Tuhan yang Maha Esa atas kesempatannya yang Ia berikan kepada
setiap individu terutama saya dan setiap anggota dari kelas kami dapat berkesempatan belajar
pada mata kuliah PROFESI KEPENDIDIKAN.

Terima kasih pula pada beberapa pihak yang telah mengajarkan, membatu dan
memberikan arahan diantaranya :

1) Baitullah, M.Pd. (Dosen Pengampu Mata Kuliah ISBD)


2) Parlan (Ketua RW 04 Sungai-mas)
3) Surip (Pemuka Adat Sungai-mas)
4) Suhendri Yandirkani (Pegawai Dinas Pendidikan Bidang Kebudayaan
Daerah).

Beberapa pihak yang telah menyediakan waktunya untuk saya, untuk mendapatkan
bimbingan belajar secara baik dan benar.Serta beberapa pihak yang tidak bisa saya sebutkan
secara menyeluruh, saya ucapkan terima kasih sebesar besarnya karna telah membantu dalam
kelancaran pembuatan Laporan ini dari awal hingga penyelesaian akhir.

Semoga dengan laporan ini setiap pembaca dapat Ilmu tambahan dari laporan yang kami
buat ini, dapat membagikannya bagi orang yang membutuhkan dan laporan ini menjadi panduan
untuk kita juga. Kami pun menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh karena itu
diminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan laporan ini.

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II KAJIAN TEORI
1.

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Merangin adalah salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jambi
dengan ibukota berkedudukan di Bangko. Daerah merangin terdiri dari beragam suku dan
sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin adalah dua suku asli yang
terdiri dari suku batin dan penghulu. Kemudian suku Jawa yang datang melalui program
transmigrasi. Tak kalah banyak menghuni kabupaten Merangin adalah suku minangkabau
dan Kerinci sisanya adalah suku batak. Dengan struktur masyarakat yang hiterogen ini
masyarakat Merangin memiliki kompleksitas budaya yang berasimilasi dan berbaur.
Penggunaan bahasa ibu dalam masyarakat Merangin juga beragam karena beragamnya
budaya dan suku yang menempati daerah ini. Kabupaten Merangin, terbagi 24 kecamatan
salah satunya adalah Desa Sungai-Mas kelurahan pasar atas Bangko.
Sungai-Mas adalah salah satu desa/lingkungan yang berada di kelurahan Pasar
atas Bangko,kecamatan Bangko Kabupaten Meangin,Provinsi Jambi.Sungai-mas atau
yang sering disebut lingkungan Sungai-mas terdiri dari 4 RT dan terdapat suatu keunikan
dan toleransi kagamaan yang kuat dimana posisi masjid berdekatan dengan gereja
protestan.Pada awal mula berdirinya desa Sungai-mas didirikan oleh masyarakat asli
setempat,dan seiring perkembangan zaman Sungai-mas banyak kedatangan pendatang
baik itu dari Jawa,Batak,Kerinci dan banyak lainnya.
Budaya lokal sering kali mengacu pada tradisi, nilai, dan kebiasaan yang
diwariskan dari generasi ke generasi dalam suatu komunitas atau daerah tertentu. Di sisi
lain, budaya modern cenderung lebih dinamis, dipengaruhi oleh perkembangan teknologi,
globalisasi, dan perubahan sosial yang seringkali menekankan pada inovasi, perubahan,
dan adaptasi terhadap tren terkini. Perbandingannya dapat terlihat dalam aspek seperti
cara berpakaian, sistem nilai, pola makan, serta cara berinteraksi dan berkomunikasi.
Budaya lokal seringkali menekankan keberlanjutan tradisi dan nilai-nilai yang dianut
secara turun-temurun, sementara budaya modern cenderung lebih terbuka terhadap
perubahan dan adopsi nilai-nilai yang lebih global(Astuti et al., 2015).

1
Menurut penuturan salah satu narasumber yang merupakan warga asli dari
berdirinya Sungai-mas menuturkan bahwa pada zaman dahulu terdapat jaran mas atau
dalam bahasa Indonesia berarti adalah kuda yang berwarna kemerahan dan keemasan
yang berkeliaran di Sungai-mas.Kuda itu dianggap sacral oleh penduduk yang tinggal di
Sungai-mas.
Dari pada itu di Sungai-mas juga terdapat sebuah monument bersejarah yaitu
sebuah makam pahlawan pertama yang didirikan di kabupaten Merangin sebelum
dipindahkan ke makam pahlawan yang baru berlokasi di desa Sungai-Ulak Kecamatan
Nalotantan.Sebelum dipindahkan makam pahlawan terlebih dahulu berada di Sungai-mas
kelurahan Pasar Atas Bangko,Kecamatan Bangko.
Maka dari penjelasan diatas penulis sangat tertarik untuk membahas dan mengkaji
tentang asal usul desa Sungai-mas serta Monumen makam pahlawan yang ada di Sunga-
mas.Pendekatan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini
menggunakan metode kualitatif yaitu observasi dan mewawancarai tokoh-tokoh adat
yang ada di Sungai-mas serta diperkuat dari keterangan Dinas Pendidikan bagian
Kebudayaan kabupaten Merangin.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diketahui rumusan masalah berupa :
1. Mencari tahu bagaimana keberlangsungan budaya asal usul desa Sungai-mas dan
monument makam pahlawan hingga saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Maka dari latar belakang dan rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari
penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui dan mendeskripsikan keberlangsungan budaya asal usul desa
Sungai-mas dan monument makam pahlawan hingga saat ini.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Pengertian Desa
Secara bahasa desa berasal dari bahasa sansekerta yaitu deca yang berarti tanah
air,tanah asal dan juga tanah kelahiran. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yangmemiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak
asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di
Daerah Kabupaten.

Desa dapat dikatakan sebagai suatu hasil perpaduan anatara kegiatan sekelompok
manusia dengan lingkungannya.Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau
kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur – unsur fisiografi, social,
ekonomi, politik dan cultural yang saling berinteraksi antar unsur dan juga dalam
hubungannya dengan daerah–daerah(Hafny Aisyatul, 2020).

Desa dalam arti umum juga dapat dikatakan sebagai pemukiman manusia yang
letaknya di luar kota dan pendudukaya bermata pencaharian dengan bertani atau
bercocok tanam.

Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai
Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1979 mengartikan desa :


Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


mengartikan Desa sebagai berikut :Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut

3
desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah pasal 1 ayat 12).

Sedangkan pengertian desa menurut UU Nomor 6 tahun 2014, desa adalah desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwasanya desa merupakan suatu tempat tanah
kelahiran yang berupa pemukiman yang ditimbulkan oleh unsur – unsur fisiografi, social,
ekonomi, politik dan cultural yang saling berinteraksi yang mempunyai hak asal usul
istimewa dan memiliki kewenangan untuk mengatur masyarakat setempat dalam susunan
organisasi dibawah pemerintahan.

2. Pengertian Tradisi

Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni kebiasaan-
kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi
mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang saling
berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta
mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan
sosial(Zulkarnaini Umar, 2015).

Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat istiadat dan


kepercayaan yang secara turun temurun dapat dipelihara.Tradisi adalah kesamaan benda
material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan
belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang benar atau
warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah
dilakukan secara kebetulan atau disengaja. Lebih khusus lagi, tradisi dapat melahirkan

4
kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri. Kebudayaan yang merupakan hasil dari tradisi
memiliki paling sedikit tiga wujud, yaitu:

a. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-


nilai, norma-norma, peraturan (ideas);
b. wujud kebudayaan sebagai sebagai kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat (activities);
c. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (artifact)
3. Fungsi Tradisi

Suatu tradisi memiliki fungsi bagi masyarakat, antara lain :

a. Tradisi adalah kebijakan turun temurun. Tempatnya di dalam kesadaran, keyakinan,


norma, dan nilai yang kita anut kini serta di dalam benda yang diciptakan di masa lalu.
Tradisi pun menyediakan fragmen warisan historis yang dipandang bermanfaat. Tradisi
seperti onggokan gagasan dan material yang dapat digunakann dalam tindakan kini dan
untuk membangun masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu.

b. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata, dan aturan


yang sudah ada. semua ini memerlukan pembenaran agar dapat mengikat anggotanya.
Salah satu sumber legitimasi terdapat dalam tradisi. Biasa dikatakan: “selalu seperti itu”
atau “orang selalu mempunyai keyakinan demikian”, meski dengan resiko yang
paradoksal yakni bahwa tindakan tertentu hanya dilakukan karena orang lain melakukan
hal yang sama di masa lalu atau keyakinan tertentu diterima semata-mata karena mereka
telah menerimanya sebelumnya.

c. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas


primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok. Tradisi nasional dengan lagu,
bendera, emblem, mitologi, dan ritual umum adalah contoh utama. Tradisi nasional selalu
dikaitkan dengan sejarah, menggunakan masa lalu untuk memelihara persatuan bangsa.

d. Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, ketidakpuasan, dan kekecewaan


kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan masa lalu yang lebih bahagia
menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila masyarakat berada dalam krisis.

5
4. Kebudayaan
1. Pengertian kebudayaan
Edward Burnett Tylor mendifinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang
sebagai anggota masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan proses belajar.
Menurut M. Jacobs dan B.J. Stern kebudayaan mencakup keseluruhan yang
meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta merupakan
warisan sosial.
Berdasarkan definisi di atas, maka kebudayaan dapat diartikan sebagai semua
hasil karya, rasa, dan cipta manusia atau masyarakat yang berkaitan dengan akal.
Dalam kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religious, dan lain-lain.
2. Unsur-unsur kebudayaan
Unsur kebudayaan menurut C. Kluckhohn dan Koentjaraningrat ada tujuh, yaitu:
1. Sistem bahasa
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Sistem religi dan upacara keagamaan
4. Sistem kesenian
5. Sistem pengetahuan
6. Sistem mata pencaharian hidup
7. Sistem teknologi dan peralatan
Melville J. Herskovist berpendapat bahwa ada empat unsure kebudayaan, yaitu:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi

6
3. Keluarga
4. Sistem kekuasaan politik
Menurut Bronislaw Malinowski, unsure kebudayaan terdiri dari:
1. Sistem norma
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga pendidikan
4. Organisasi kekuatan
3. Fungsi kebudayaan
Fungsi dari kebudayaan antara lain:
a. Mempersatukan masyarakat dan menciptakan stabilitas, di mana kebudayaan
dapat dijadikan sebagai sebuah sarana untuk dapat menjalin sosialisasi.
b. Memelihara ketidaksamaan sosial, dengan kata lain kebudayaan sesungguhnya
dapat menimbulkan rasa toleransi serta rasa empati dari masyarakat.
c. Kebudayaan berfungsi sebagai penentu batas, artinya kebudayaan dapat
menciptakan perbedaan yang membuat setiap kelompok masyarakat memiliki ciri
khasnya dan membedakannya dengan kelompok masyarakat lain.
d. Kebudayaan dapat meningkatkan rasa nasionalisme pada masyarakat yang
memiliki budaya tersebut, karena budaya memberikan rasa identitas pada anggota
kelompoknya.
e. Kebudayaan juga berfungsi sebagai media belajar, sebab dalam upaya
pewarisannya melalui proses belajar.

5.Monumen Bersejarah
Ramanto (2007:23) menjelaskan bahwa “Monumen adalah bangunan dan tempat
yang mempunyai sejarah penting”. Monumen diciptakan oleh seorang seniman
dengan maksud mengabadikan kenangan terhadap orang atau peristiwa kecil maupun
besar, yang memiliki kesan bersejarah atau berharga yang pantas dikenang.
Monumen secara umum memiliki makna simbolis perjuangan dari berbagai
komponen masyarakat, dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Monumen perjuangan karya monumental, memiliki karakteristik khusus yang
terdapat pada monumen perjuangan, dan di visualisasikan pada bagian–bagian yang

7
memiliki makna tersirat pada monumen perjungan, kenyataanya banyak masyarakat
yang belum tahu bentuk, fungsi dan makna yang terdapat pada monumen perjungan
dan apa maksud didirikannya monumen perjungan. Menurut Sanyoto (2005:69)
menjelaskan bahwa, “Bentuk adalah benda apa saja di alam ini yang mempunyai
bentuk yang dapat disederhanakan, menjadi titik, garis, bidang, gempal krikil, pasir,
kelereng, dan semacamnya yang menggambarkan kecil dan tidak berdimensi dapat
dikategorikan sebagai titik”.
a) Monumen Taman Makam Pahlawan
Taman Makam Pahlawan (TMP) adalah lokasi pemakaman yang
dikhususkan bagi mereka yang telah berjasa kepada negara kesatuan Republik
Indonesia, seperti para pahlawan, pejuang, dan penghargaan terhadap jasa
para pahlawan[. TMP diklasifikasikan menjadi dua jenis: Taman Makam
Pahlawan Nasional (TMPN) dan Taman Makam Pahlawan Biasa (TMPB) .
TMPN adalah tempat dimakamkannya pahlawan-pahlawan yang telah
berjasa pada perjuangan leluhur demi kemerdekaan negara dan berdiraja pada
tahun 1942. TMPN terdiri atas empat jenis:
1. Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMPN Utama): berada di ibu
kota negara.
2. Taman Makam Pahlawan Nasional Provinsi (TMPN Provinsi): di tingkat
provinsi.
3. Taman Makam Pahlawan Nasional Kabupaten/Kota (TMPN
Kabupaten/Kota): di tingkat kabupaten/kota.
4. Makam Pahlawan Nasional (MPN): makam di luar TMPN tempat
pahlawan nasional dimakamkan.
Sementara itu, TMPBiasa adalah lokasi pemakaman yang dikelola oleh
organisasi non-pemerintah atau oleh gotong royong masyarakat. Beberapa
contoh TMPBiasa adalah Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan di Kota
Medan, Sumatera Utara, dan Taman Makam Pahlawan Cikutra Kota
Bandung.
TMP merupakan tempat khusus dan tidak sembarang orang bisa
menggunakannya sebagai tempat pemakaman. Selain makam pahlawan,

8
orang-orang yang telah berjasa terhadap bangsa dan negara juga dapat
dimakamkan di TMP. Beberapa orang berjasa tersebut adalah Adam Malik,
Agus Salim, Ali Sastroamidjo, Djoeanda Kartawidjaja, dan banyak lagi..
Taman Makam Pahlawan juga dapat menjadi tempat pemakaman TNI(Sosial,
2014).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitan
Deskripstif Kualitatif

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan,dan kegunaan. Cara ilmialt berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Kata kualitatif merupakan turunan dari kualitas, sering dipahami oleh masyarakat sebagai
lawan dari kuantitas yang menunjuk pada jumlah (angka) atau banayaknya suatu objek
tertentu seperti kuantitas air, kuantitas penduduk dan sebagainya. Penelitian kualitatif lebih
melihat pada kualitas objek penelitian misalnya nila,makna , emosi manusia ,penghayatan
keberagaman koma keindahan karya seni , nilai sejarah dan lain-lain . Untuk dapat melihat
kualitas diperlukan pendekatan yang tepat misalnya semiotika hermeneutika fenomenologi
(Kaelan,2005:28) berdasarkan penjelasan yang dapat diketahui bahwa yang dimaksud
penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih difokuskan untuk mendeskripsikan keadaan
sifat atau hakikat nilai suatu objek atau gejala tertentu(Sugiyono, 2013).

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, danhasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi(Sugiyono, 2013).

B. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi

9
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.Kalau wawancara
dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pad a
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.Observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua
di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gej ala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar.Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
Kegiatan observasi pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu :
a) Menentukan lokasi serta budaya apa yang akan diobservasi.
b) Melakukan observasi berupa pengamatan langsung pada desa Sungai-mas.
c) Mendapatkan temuan-temuan berupa cerita latar belakang pemberian nama desa
Sungai-mas dan monument makam pahlawan.
2. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang dirisendiri
atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan
juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut.
1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sarna dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

10
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon(Sugiyono, 2013).
Tahapan wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
a) Menyiapkan pertanyaan seputar asal usul pemberian nama Sungai-mas dan
monument makam pahlawan.
b) Menentukan narasumber yang akan diwawancarai seputar asal usul pemberian
nama Sungai-mas dan monument makam pahlawan.Berikut nama narasumber
yang digunakan dalam penelitian ini :
5) Parlan (Ketua RW 04 Sungai-mas)
6) Surip (Pemuka Adat Sungai-mas)
7) Suhendri Yandirkani (Pegawai Dinas Pendidikan Bidang Kebudayaan
Daerah).
c) Menulis poin-poin jawaban dari narasumber.
d) Mendokumentasikan kegiatan wawancara dalam bentuk foto.

3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan
angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung
penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian
ditelaah.Dokumentasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah foto yang
diambil pada saat kegiatan observasi dan wawancara.

C. Teknik Analisis Data

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

11
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi(Sugiyono,
2013).

Analisis data pada penelitian ini menggunakan hasil observasi dan hasil wawancara yang
telah dilakukan oleh peneliti.Dengan begitu peneliti akan mendeskripsikan penemuan-
penemuan yang berhasil didapat selama penelitian mengenai asal-usul pemberian nama
Sungai-mas dan monument makam pahlawan.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Melalui kegiatan penelitian berupa observasi,wawancara dan dokumentasi diperoleh data


berupa temuan umum dan temuan khusus pada asal mula desa Sungai-mas dan monument
makam pahlawan.

a) Temuan Umum
Dalam kegiatan penelitian serta observasi ditemukan beberapa temuan umum berupa :
Sungai-mas merupakan sebuah lingkungan dan dapat dikategorikan sebagai dusun
yang terletak di kelurahan Pasar Atas Bangko,Kecamatan Bangko,Kabupaten
Merangin,Provinsi Jambi.Lingkungan Sungai-mas sendiri terdiri dari 4 RT dan 2 RW
dengan jumlah penduduk di perikrakan mencapai 1.678 jiwa.Serta terdapat 1 masjid
dan 1 gereja protestan yang ada di Sunga-mas,selain itu juga terdapat monument
bekas makam pahlawan yang telah dipindahkan pada tahun 1970.

b) Temuan Khusus
Melalui kegiatan observasi lapangan dan wawancara beberapa narasumber yang
ada di lingkungan Sungai-mas diperoleh beberapa infomasi dan data berupa asal-usul
berdirinya Sungai-mas dan pemberian nama Sungai-mas.

B. PEMBAHASAN
Melalui pemaparan hal tersebut serta digabungkan dari data yang telah diperoleh
di lapangan maka dapat diartikan bahwasanya,pada awal mulanya Sungai-mas
merupakan hutan belantara yang terletak pada kabupaten Bangko yaitu kabupaten

13
sebelum adanya Sarko,Muaro Bungo dan Merangin.Pada awal mulanya Sungai-mas
hanya terdiri dari 4 kepala keluarga yang semuanya merupakan pindahan yang
melakukan transmigrasi dari pulau Jawa ke pulau Sumatra pada tahun 1947.Dari awal
mulanya 4 kepala keluarga seiring berjalanya waktu terus bertambah melalui
pendatang-pendatang baru namun belum ada nama lingkungan atau nama
dusun.Hingga pada suatu ketika ada beberapa warga yang pergi ke sungai dan melihat
seekor kuda emas yang muncul dari sungai besar yang berada di Sungai-mas dan di
sungai tersebut juga banyak kandungan logam mulia emas sehingga tercetuslah nama
Sungai-mas hingga saat ini.
Dari pada itu konsep budaya yang terkait dengan sejarah dan asal usul Sungai-
mas yang berkembang dari hutan belantara menjadi pemukiman yang dinamis.
Sebagai catatan, budaya tidak hanya merujuk pada aspek kesenian atau tradisi saja,
tetapi juga mencakup perkembangan sosial, ekonomi, dan identitas suatu komunitas.
Transmigrasi dan Mobilitas Penduduk Pada tahun 1947, Sungai-mas dimulai
dengan kehadiran 4 kepala keluarga yang melakukan transmigrasi dari Jawa ke
Sumatra. Ini menggambarkan mobilitas penduduk antar-pulau yang dapat
mencerminkan konsep budaya perpindahan, adaptasi, dan integrasi antarbudaya. Hal
ini memunculkan interaksi antara budaya Jawa dengan budaya lokal Sumatra.
Pembentukan Identitas Lokal dalam proses perkembangannya, Sungai-mas
mengalami pertumbuhan penduduk melalui kedatangan pendatang baru. Namun,
belum ada identifikasi lingkungan atau dusun hingga suatu saat terjadi peristiwa yang
menginspirasi nama Sungai-mas. Cerita mengenai kuda emas dan logam mulia emas
dalam sungai besar memberikan dasar bagi identitas lokal yang kuat. Hal ini
menciptakan cerita rakyat yang mewarnai budaya komunitas tersebut, termasuk
cerita-cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Keterkaitan dengan Alam dan Lingkungan penamaan Sungai-mas didasarkan
pada keberadaan logam mulia emas di sungai tersebut. Ini menggambarkan hubungan
erat antara manusia dan alam. Cerita mengenai kuda emas yang muncul dari sungai
dapat mencerminkan mitos atau legenda yang melekat dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan bagaimana kehidupan sehari-hari dan
mitologi lokal menjadi bagian integral dari budaya mereka.

14
Pengaruh Nama Lokal terhadap Identitas nama Sungai-mas tidak hanya sekadar
penanda geografis, tetapi juga menjadi bagian dari identitas kolektif masyarakat
setempat. Nama ini tidak hanya merujuk pada fitur fisik sungai, tetapi juga
mengandung makna simbolis dan historis yang kaya.
Warisan Budaya dan Tradisi seiring dengan perkembangan waktu, cerita-cerita
mengenai asal usul nama dan mitos sekitarnya dapat menjadi bagian dari tradisi lisan
yang dilestarikan. Ini adalah warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke
generasi, yang memperkaya dan memperkuat identitas budaya masyarakat Sungai-
mas.
Dengan demikian, dari pembahasan tersebut, budaya Sungai-mas tidak hanya
mencakup tradisi, cerita rakyat, atau kesenian lokal saja, tetapi juga menggambarkan
dinamika sosial, adaptasi, dan hubungan antara manusia, alam, serta identitas lokal
dalam proses perkembangannya.
Selain sejarah dan asal usul pemberian nama Sungai-mas yang cukup unik,juga
terdapat sebuah monument peninggalan makam pahlawan yang telah di
pindahkan.Menurut data yang diperoleh melalui penuturan narasumber saat
melakukan wawancara pada tahun 1958 daerah Sungai-mas dipilih menjadi lokasi
makam pahlawan dikarenakan tempatnya yang strategis dan masih belum banyak
pemukiman di daerah tersebut.Banyak pahlawan-pahlawan daerah yang dimakam kan
di taman makam pahlawan yang ada di Sungai-mas pada saat itu,baik itu pahlawan
dari daerah Merangin,Sarolangun,Sarko, dan Muaro Bungo.Akan tetapi pada tahun
1970 taman makam pahlawan dipindahkan yang awalnya berada di Sungai-mas
kelurahan Pasar Atas Bangko,Kecamatan Bangko dipindahkan ke desai Sungai-Ulak
Kecamatan Nalotantan.Hal tersebut disebabkan karena peraturan perundang-
undangan yang mengatur bahwasanya taman makam pahlawan harus berada minimal
700meter dari pemukiman warga,dan sedangkan pada saat itu populasi di Sungai-mas
sudah bertumbuh dan ruang lingkup di Sungai-mas menjadi lebih kecil dan terbatas.
Pembahasan terkait dengan perpindahan makam pahlawan dari Sungai-mas ke
lokasi baru membawa aspek budaya, sejarah, dan peraturan perundang-undangan
yang memengaruhi perubahan dalam pemakaman pahlawan.

15
Lokasi makam pahlawan yang awalnya berada di Sungai-mas menjadi bagian dari
identitas sejarah daerah tersebut. Keputusan untuk menempatkan makam pahlawan di
sana menunjukkan pengakuan terhadap kontribusi pahlawan-pahlawan lokal dari
berbagai daerah seperti Merangin, Sarolangun, Sarko, dan Muaro Bungo. Hal ini
memperkaya warisan budaya daerah dan mempertegas identitas kolektif masyarakat.

Pemilihan lokasi makam pahlawan pada awalnya didasarkan pada pertimbangan


strategis, seperti keamanan, aksesibilitas, dan kekosongan lahan di Sungai-mas pada
tahun 1958. Keberadaan makam pahlawan di suatu tempat sering kali mencerminkan
keinginan untuk mengabadikan sejarah dan pengorbanan para pahlawan yang telah
berjuang untuk daerah tersebut.
Perpindahan taman makam pahlawan dari Sungai-mas ke Sungai-Ulak pada tahun
1970 menunjukkan pengaruh dari peraturan perundang-undangan terkait pemakaman
pahlawan. Persyaratan minimum jarak pemakaman dari pemukiman warga yang
ditetapkan oleh undang-undang menyebabkan perubahan ini. Ini mencerminkan
pentingnya kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku di masyarakat.
Perpindahan makam pahlawan tersebut tidak hanya sekadar pemindahan fisik,
tetapi juga memiliki dampak sosial dan spasial. Hal ini dapat memengaruhi persepsi
masyarakat terhadap identitas daerah, serta menimbulkan perubahan dalam dinamika
sosial dan kehidupan masyarakat di Sungai-mas setelah pemakaman pindah ke lokasi
baru.
Perubahan lokasi makam pahlawan juga menggambarkan evolusi warisan sejarah
dan kultural. Proses pemindahan ini dapat menjadi bagian dari perubahan dalam
narasi sejarah dan identitas lokal, yang menggambarkan bagaimana pemaknaan
terhadap warisan sejarah dapat berubah seiring waktu.
Pemindahan makam pahlawan dari Sungai-mas ke Sungai-Ulak tidak hanya
mengenai perubahan fisik semata, tetapi juga mencerminkan perubahan dalam
regulasi, budaya, dan identitas lokal yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah dan
perkembangan masyarakat setempat.

16
Kesimpulan

Asal usul Desa Sungai Mas yang bermula sebagai hutan belantara di Kabupaten Bangko,
Sumatra, memiliki kisah unik dalam sejarahnya. Dimulai dari kehadiran empat kepala keluarga
transmigran dari Pulau Jawa pada tahun 1947, daerah ini tumbuh dan berkembang seiring waktu
dengan kedatangan penduduk baru. Nama "Sungai Mas" berasal dari cerita tentang kuda emas
yang muncul dari sungai dengan kandungan logam mulia emas, yang menjadi ciri khas dan
identitas unik bagi masyarakat setempat.

Monumen makam pahlawan yang dulunya berada di Sungai Mas menjadi bagian integral
dari sejarah dan identitas budaya daerah tersebut. Penempatan awalnya dipilih karena strategis
dan sebagai penghormatan kepada pahlawan dari berbagai daerah sekitarnya. Namun, peraturan
perundang-undangan tentang jarak pemakaman dari pemukiman warga mengakibatkan
pemindahan taman makam pahlawan pada tahun 1970 ke desa lain yang lebih jauh dari
permukiman.

Saran

1.Pelestarian Warisan Sejarah dan Budaya

Penting untuk terus melestarikan cerita asal usul dan nama Desa Sungai Mas serta
makam pahlawan yang dipindahkan. Inisiatif pengumpulan cerita, dokumentasi sejarah, dan
warisan budaya harus didorong untuk mempertahankan identitas unik dan nilai-nilai sejarah bagi
generasi mendatang.

2.Pengembangan Pusat Informasi

Mendorong pendirian pusat informasi atau museum kecil yang menceritakan asal usul
Desa Sungai Mas dan sejarah makam pahlawan. Hal ini akan membantu mengedukasi

17
masyarakat setempat dan wisatawan tentang nilai-nilai budaya dan sejarah yang dimiliki daerah
tersebut.

3.Konservasi Lingkungan

Seiring dengan pertumbuhan dan perubahan, penting untuk mempertahankan kelestarian


lingkungan di sekitar Desa Sungai Mas. Pengembangan yang berkelanjutan harus dilakukan
dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan alam yang memainkan peran penting dalam
cerita asal usul dan identitas daerah.

4.Kerja Sama dan Penghormatan Terhadap Peraturan

Masyarakat setempat dan pemerintah daerah dapat bekerja sama dalam menjaga dan
menghormati peraturan perundang-undangan terkait pemakaman pahlawan. Perencanaan yang
matang mengenai pemeliharaan taman makam pahlawan dapat mengakomodasi regulasi dan
kebutuhan lokal.

Dengan menerapkan saran-saran di atas, Desa Sungai Mas dapat menjaga identitas
budaya dan sejarahnya, sambil menjaga keseimbangan antara perkembangan modern dan
pelestarian nilai-nilai tradisional yang berharga bagi masyarakat setempat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Budaya Dan Kebudayaan. Analisis Standar
Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.

Hafny Aisyatul, D. (2020). Pengertian Desa Dan Fungsi Desa. Jurnal Teknologi Informasi, 2(1),
Hal 44. https://media.neliti.com/media/publications/281912-aplikasi-pelayanan-jasa-
laundry-berbasis-83bd41e4.pdf%0Ahttps://repository.uin-suska.ac.id/8337/4/BAB III.pdf
%0Ahttps://repository.sriwijaya.ac.id/77184/2/TKP. 85-18 Nis p.pdf

Sosial, K. (2014). Peraturan Menteri Sosial No 23 tentang Standar Pengelolaan Taman Makam
Pahlawan Nasional dan Makam Pahlawan Nasional. 17.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/130040/permensos-no-23-tahun-2014

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Zulkarnaini Umar. (2015). Perkawinan Dalam Islam Membangun Keluarga Sakinah. Aswaja
Pressindo, 33–96.

https://kamboja.co.id/tips/taman-makam-pahlawan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_taman_makam_pahlawan_di_Indonesia

https://www.ayotasik.com/berita-tasik/pr-331589869/pengertian-dan-jenis-taman-makam-
pahlawan-di-indoensia-kamu-harus-tahu

19
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/08/14/mengenal-taman-makam-pahlawan-
indonesia

https://paralegal.id/pengertian/taman-makam-pahlawan-nasional/

Lampiran

20
21

Anda mungkin juga menyukai