Disusun Oleh :
Nama : Lindung Bayu Pratama (212260022)
M.Sukma nurjaya (212260045)
Prodi : Ilmu Pemerintahan
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan penelitian..........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................6
2
BAB I
PENDAHULUAN
Desa Losari, yang terletak di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, merupakan sebuah
desa yang kaya akan keberagaman budaya. Desa ini dihuni oleh masyarakat yang
berasal dari berbagai suku, etnis, dan agama, yang menjadikannya sebagai contoh
Losari mencakup bahasa, adat istiadat, seni, tradisi, dan sistem nilai yang
upaya pelestarian dan pemahaman yang lebih dalam terhadap warisan budaya
yang dimiliki. Dalam era globalisasi dan modernisasi saat ini, kompleksitas
keberagaman etnis dan kelompok sosial yang hidup berdampingan. Adat istiadat
3
dan tradisi lokal menjadi penanda identitas masyarakat dan memperkuat ikatan
sosial dalam komunitas. Seni dan budaya lokal menjadi ekspresi kreativitas dan
menjadi sangat relevan. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih
dalam tentang kekayaan budaya, tantangan yang dihadapi, serta upaya yang dapat
yang ada.
Losari, diharapkan dapat tercipta kesadaran dan apresiasi yang lebih tinggi
keberagaman budaya, Desa Losari dapat menjadi pusat kegiatan budaya yang
4
1.2 Rumusan masalah
segi keberagaman suku, etnis, bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang ada?
2. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam menjaga keberagaman budaya di Desa
terpelihara?
budaya didesa losari , Adapun tujuan khususnya dapat disusun sebagai berikut:
Brebes, termasuk keberagaman suku, etnis, bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang
ada.
5
2. Untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan dan
sumber daya yang berharga dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain:
keberagaman suku, etnis, bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang ada, sehingga
dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kekayaan budaya Desa
Losari.
6
kelestarian budaya di Desa Losari, seperti perubahan sosial, pengaruh luar, dan
modernisasi. Hal ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
ekonomi kreatif. Penelitian ini akan menyoroti potensi budaya Desa Losari
sebagai daya tarik wisata dan sumber penghasilan ekonomi lokal. Hasil penelitian
budaya di Desa Losari. Rekomendasi ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait dalam upaya pelestarian budaya dan
nyata bagi masyarakat Desa Losari, pemerintah setempat, akademisi, dan pihak-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Definisi dan konsep kompleksitas budaya merujuk pada pemahaman tentang sifat
mencakup berbagai aspek seperti bahasa, nilai-nilai, norma, adat istiadat, tradisi,
sistem kepercayaan, seni, dan praktik sosial yang menjadi bagian dari identitas
pemahaman bahwa budaya bukanlah entitas yang tunggal atau homogen, tetapi
interaksi dan pertautan antara berbagai elemen budaya yang saling mempengaruhi
dan membentuk kehidupan masyarakat. Konsep ini juga mengakui bahwa budaya
8
dapat mengalami perubahan seiring waktu dan beradaptasi dengan lingkungan
memiliki dinamika budaya yang unik, pola-pola interaksi sosial yang rumit, serta
budaya juga mencakup adanya konflik, ketegangan, dan tantangan yang muncul
9
menggunakan istilah kerja bakti, gerakan Jumat Bersih atau Minggu Bersih dan
sebagainya.
Istilah kerigan ini mungkin perlu diingatkan kembali, agar masyarakat
tidak kehilangan jati dirinya sebagai masyarakat yang berbudaya. Dengan istilah
yang berasal dari bahasa lokal, bahasa Brebesan, maka semngat
kegotongroyongan itu akan tetap terpelihara. Karena saat ini, ada indikasi budaya
individualisme di tengah-tengah masyarakat mulai tumbuh. Hal ini yang harus
diperhatikan pemerintah, maupun instansi dan lembaga terkait agar budaya ini
tetap lestari dan berkembang. Antara lain dengan terus mengadakan kerigan atau
gotong royong secara rutin setiap pekan sekali, baik melalui gerakan Jumat Bersih
atau pun Minggu Sehat.
2. Sambatan
Sambatan, secara umum juga berarti gotong royong di antara sesama warga.
Istilah sambatan ini lebih mengarah kepada istilah tolong-menolong di antara
sesama warga. Ketika ada seorang warga, yang mempunyai pekerjaan atau pun
hajatan, biasanya pemilik pekerjaan atau hajatan itu akan meminta sambatan
kepada tetangga-tetangga terdekatnya.
Misalnya saat seorang warga akan membangun sebuah rumah. Biasanya
warga akan melakukan sambatan saat membuat pondasi rumah. Sambatan ini,
bisanya dilakukan secara bersama-sama atau bergantian antar beberapa warga.
Sambatan dilakukan tidak sampai sehari penuh, biasanya cukup setengah hari
saja, dari pagi hingga siang hari. Pemilik rumah atau yang nduwe gawe, cukup
menyediakan minuman dan makanan saja, istilah Brebesnya wedang dan
panganan untuk mereka yang disambat membantu pekerjaan tadi.
Sambatan juga bisa dilakukan bagi mereka yang memiliki hajatan, seperti
pengantin atau pun sunatan. Pemilik hajat biasanya akan minta sambatan kepada
orang-orang tertentu, misalnya untuk mengantar undangan, membuat layos atau
pun membuat dekorasi. Sedangkan kaum ibu, biasanya disambat untuk mengiring
pengantin, dari rumah mempelai perempuan ke rumah mempelai laki-laki dan
kembali lagi.
10
3. Sinoman
Sinoman atau senoman juga merupakan salah satu bentuk gotong royong yang
hingga kini masih menjadi budaya masyarakat Brebes. Dalam bahasa Indonesia,
sinoman atau senoman berarti membantu orang yang sedang punya hajat. Baik
hajatan pengantenan atau pun sunatan.
Budaya sinoman/senoman ini umumnya dilakukan oleh warga yang masih
memiliki unsur kekerabatan, namun tidak menutup kemungkinan juga dilakukan
oleh tetangga-tetangga dekatnya. Sinoman dilakukan biasanya saat pemilik
hajatan membuat kue atau pun makanan seperti berkat, adep-adep atau yang
lainnya. Mereka yang senoman itu, biasanya datang sendiri dan tidak dibayar.
Sebagai upah atau penghargaan atau sinoman/senoman yang dilakukan itu,
biasanya pemilik hajat akan memberikan kue atau makanan yang dibuat bersama-
sama tersebut.
Hal ini bukan karena tidak dikenal atau tidak diperkenankan lagi, tetapi karena
saat ini tradisi masyarakat di perkotaan saat menggelar hajatan sudah mulai
bergeser. Karena sebagian besar masyarakat perkotaan, sekarang ini memilih yang
lebih praktis, yakni memesan makanan lewat orang lain, seperti katering atau pun
makanan yang sudah jadi dari toko. Acaranya pun digelar di gedung pertemuan
atau aula, yang mampu menampung tamu lebih banyak dalam jangka waktu
bersamaan. Atau juga karena kondisi rumah pemilik hajatan terlalu sempit dan
tidak ada halaman atau pekarangan untuk menerima tamu. Sehingga saat
menggelar hajatan memilih untuk menyewa gedung atau aula yang lebih luas. Di
sini, saudara, tetangga atau rekan sejawat akan senoman dalam bentuk yang lain.
Seperti misalnya menjadi penerima tamu atau bidang yang lain.
4. Telitian
Gotong royong yang dilakukan masyarakat Brebes, tidak hanya dari segi
fisik atau tenaga dan jasa atau pemikiran saja. Namun juga dalam bentuk materi
atau harta. Gotong royong ini, dilakukan saat seorang warga memiliki hajatan atau
11
sedang membangun rumah. Bantuan dalam bentuk materi atau harta ini sering
disebut dengan telitian, atau ada yang menyebutnya dengan sumbangan, tetapi
pada waktunya nanti harus bergantian.
5. Tilik
Kebudayaan dan tradisi masyarakat Brebes yang lain, yang hingga kini
masih sangat kuat adalah budaya tilik. Budaya tilik ini, hampir menyebar di
seluruh wilayah Kabupaten Brebes, baik yang berasal dari wilayah Jawa maupun
Sunda. Budaya ini hingga kini masih cukup kuat di tengah masyarakat. Tilik,
dalam bahasa Indonesia berarti menjenguk, menengok warga kepada warga yang
lain. Tujuan dari budaya tilik ini adalah menyambung tali silaturahmi, antara
saudara, teman dan tetangga. Budaya tilik ini, biasanya dilakukan saat ada warga
yang melahirkan, istilahnya tilik bayi. Jika ada yang sakit, maka istilahnya tilik
orang sakit. Termasuk jika ada orang mau berangkat haji atau sepulang haji, juga
ada istilah tilik haji.
Budaya dan tradisi tilik ini, biasanya tidak hanya silaturahmi dengan
tangan kosong saja, tetapi biasanya mereka yang tilik membawa sesuatu. Jika tilik
bayi, biasanya yang dibawa adalah peralatan bayi, baik peralatan mandi, cuci,
pakaian hingga kebutuhan bayi yang lain. Tilik orang sakit, biasanya dilakukan
bersama-sama. Jika dirawat di rumah sakit, apalagi lokasinya jauh, biasanya
bersama-sama menyewa kendaraan untuk tilik orang sakit tersebut. Sebagian juga
memberikan uang, untuk membantu biaya berobat atau keluarga yang sakit
tersebut.
12
Bahasa yang digunakan didesa losari Kabupaten Brebes ada dua yaitu perpaduan
Bahasa jawa tegal dan Bahasa jawa Cirebon, dan Bahasa sunda-brebes yaitu:
1. Perpaduan Bahasa jawa Cirebon dan jawa tegal digunakan diwilayah utara
meliputi desa: Losari lor dan kidul, prapag lor dan kidul,
karangdempel,kedungneng,kalibuntu,blubuk,kecipir,rungkang,randusari,limbanga
n,pengabean,dan pekauman.
2. Bahasa sunda brebes digunakan diwilayah selatan meliputi desa:
Babakan, karangjunti, dukuhsalam, negla, bojongsari, karangsambung, jatisawit,
randegan
13
hanya dilakukan beberapa tahun sekali, tergantung situasi dan kondisi ekonomi
warganya.
2. Sedekah Laut
Sedekah laut tidak berbeda jauh dengan sedekah bumi. Sedekah laut ini, juga
biasanya digelar saat petani menikmati hasil tangkapan yang bagus. Mereka
bergotong royong menyisihkan sebagian hasil dari usahanya di laut untuk
bersedekah bersama-sama. Seperti halnya sedekah bumi, para nelayan itu
membuat ambeng atau tumpeng untuk di makan bersama. Salah satunya dengan
memotong kerbau, dan potongan kepala kerbau tersebut dilarung ke tengah laut.
Sementara daging kerbaunya dimakan bersama-sama.
3. Khaul
14
Tradisi khaul ini, juga ada yang diselenggarakan bersama-sama warga satu
desa. Warga bergotong royong, iuran biaya penyelenggaraan khaul bersama-sama
tersebut. Sehingga bukan hanya seseorang saja yang dikhauli, tapi seluruh warga
yang telah meninggal di desa tersebut dikhauli bersama, yakni dengan menggelar
tahlil bersama dan dilanjutkan dengan tausiyah keagamaan.
Setelah merayakan Idul Fitri, satu pekan kemudian atau tujuh hari setelah
Idul Fitri, ada perayaan bada Syawal atau Bada Kupat. Tradisi ini dilakukan
setelah umat Islam yang telah meryakan Idul Fitri, dilanjutkan dengan puasa
sunnah selama 6 hari. Biasanya warga membuat ketupat atau kupat untuk dimakan
bersama-sama, baik di rumah atau musholla. Sehingga banyak warga yang
menyebutnya sebagai Bada Kupat.
Selain itu, pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri juga diramaikan dengan halal
bihalal. Halal bihalal ini juga merupakan salah satu tradisi umat Islam di
Indonesia, termasuk Kabupaten Brebes. Halal bihalal ini merupakan wahana
untuk saling bersilaturahmi, baik antara keluarga, rekan, sahabat atau instansi
pemerintahan. Halal bihalal ini dilakukan selama bulan Syawal berlangsung.
Tradisi halal bihalal ini berisi agenda saling maaf-memaafkan dan salam-salaman,
serta saling mengenal di antara keluarga besar, yang kadang sudah tersebar di
tempat-tempat yang berbeda. Dengan halal bihalal, tali silaturahmi antar keluarga
bisa tetap berjalan. Bahkan keluarga yang telah bermukim di luar kota atau
merantu hingga ke luar daerah pun rela datang untuk berhalal bihalal bersama
keluarga besarnya.
7. Puputan Rumah
Puputan rumah berarti tanda pembangunan rumah itu telah selesai dan siap
ditempati pemiliknya. Dalam pelaksanaannya, puputan biasanya dilakukan saat
pemilik rumah itu akan mempunyai hajatan. Sebelum hajatan itu digelar, rumah
yang belum digelar puputan, akan mengadakan puputan rumah terlebih dahulu.
15
Namun bagi yang memiliki harta yang cukup, biasanya puputan rumah dilakukan
saat rumah itu ditempati. Sehingga suatu saat akan digelar hajatan di rumah
tersebut, tidak perlu lagi digelar puputan rumah.
Puputan rumah itu sendiri merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan,
yang telah memberinya rejeki, hingga bisa membuat rumah sendiri. Selain itu,
juga bertujuan agar pemilik rumah selama menempati rumah itu selalu diberi
keberkahan dan keselamatan. Keluarga yang menempati rumah itu diberi
kesehatan dan perlindungan dari Tuhan. Puputan rumah, juga dalam rangka tolak
bala, meminta perlindungan kepada Tuhan agar dijauhkan dari segala bencana.
2.2.3 Kesenian Tradisional
Kesenian didesa losari kabupaten brebes merupakan salah satu bagian dari unsure
kebudayaan dan tradisi yang berkembang di masyarakat. Kesenian menjadi
sesuatu yang melekat dan tak terpisahkan dari suatu kebudayaan. Di mana ada
kebudayaan, di situ ada kesenian. Begitu juga di Kabupaten Brebes, yang terdapat
beberapa budaya, juga terdapat banyak kesenian yang dikembangkan
masyarakatnya. Antara lain:
1. Burok
Burok, istilah ini tidak lepas dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa. Burok ini berkembang di wilayah Pantura Jawa,
termasuk Kabupaten Brebes. Di mana dalam sejarahnya, Burok ini merupakan
tradisi yang dikembangkan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam,
sama seperti halnya wayang kulit atau pun wayang golek. Namun kesenian burok
ini, lebih berkembang di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Burok merupakan sosok perempuan cantik, yang berbadan kuda terbang. Burok
ini untuk menggambarkan kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW saat menerima
perintah sholat. Di mana saat itu, dikisahkan perjalanan Nabi Muhammad
menggunakan burok. Oleh Sunan Kalijaga, digambarkanlah proses perjalanan itu
dengan burok, yang sekarang berkembang di masyarakat.
2. Kuda Lumping
Kuda lumping merupakan tari-tarian yang menggunakan alat bantu berupa kuda
yang terbuat dari lumping (kulit hewan) atau sejenisnya. Kuda lumping ini, selain
yang hanya berupa tari-tarian, ada juga yang dicampur dengan budaya mistis. Di
mana pemain kuda lumping, dengan dibantu seorang pawang, akan memiliki
kekuatan yang luar biasa. Seperti makan pecahan kaca dan paku, maka padi yang
masih ada kulitnya, mengupas kelapa dengan mulut dan atraksi-atraksi lainnya.
16
Kuda lumping ini juga diiringi musik tradisional, yang membuat suasan
menjadi menyenangkan. Biasanya, atraksi kuda lumping ini juga diikuti dengan
barongan, topeng yang berbentuk menyeramkan dengan mulut yang lebar. Di
dalamnya ada orang yang bermain barongan, biasanya sambil membuka dan
menutup mulutnya yang lebar, istilahnya caplok.
3. Sintren
Sintren, salah satu kesenian yang berbau magis. Karena dari kesenian yang
dibawakan remaja putri itu, banyak peristiswa yang tidak masuk dalam pikiran
orang biasa. Di mana seorang sintren, sebelum beraksi hanya seorang putri biasa.
Pawang hanya menyediakan baju dan alat-alat rias, dan kemudian putri remaja
yang siap menjadi sintren itu dimasukkan dalam kurungan.
Dan dalam waktu singkat, putri tadi berubah menjadi putri yang sangat cantik.
Dengan diiringi musik, putri itu menari dengan gemulai. Namun setiap ada
penonton yang memberi uang atau sawer, dengan cara dilempar ke penari putri
tadi, justru penari itu langsung pingsan. Sehingga sang pawang harus selalu di
dekat penari sintren itu, supaya saat dilempar uang oleh penonton tidak sampai
terjatuh dan terluka.
Untuk menjadi penari sintren, salah satu syaratnya adalah anak gadis yang masih
perawan. Tidak sembarang orang bisa menjadi penari sintren. Biasanya, penari
sintren ini adalah remaja berusia belasan tahun, yang dipastikan masih perawan.
Kesenian ini selalu menyedot perhatian penonton setiap kali pentas. Namun
kesenian ini sudah jarang dipertunjukkan, hanya momen-moment terentu saja
mereka tampil.
4. Kuntulan
Kuntulan merupakan salah satu tradisi masyarakat Pantura, termasuk Kabupaten
Brebes. Kuntulan adalah salah satu atraksi dan tari-tarian yang dilakukan peserta
perguruan silat. Mereka menampilkan jurus-jurus tertentu, dengan gerakan
serempak yang dilakukan beberapa orang. Atraksi dan jurus-jurus ini, dilakukan
17
untuk memperlihatkan kemampuan yang sudah dimiliki peserta selama berlatih
silat. Biasanya kuntulan ini dilakukan para santri atau peserta perguruan silat.
Di wilayah selatan Brebes, ada juga kesenian sejenis kuntulan, yakni rudat. Rudat
ini hampir sama dengan kesenian kuntulan, di mana dilakukan secara
berkelompok dengan menunjukkan aksi silat yang dilakukan oleh santri atau pun
anggota perguruan silat.
5. Tari Topeng
Tari topeng, selama ini dikenal hanya ada di wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Padahal dari wilayah Kabupaten Brebes juga ada, karena memang daerah ini
berbatasan. Bahkan sebenarnya, beberapa penari topeng berasal dari Brebes,
khususnya dari Kecamatan Losari, yang berbatasan dengan Cirebon.
Tari topeng ini sebenarnya tidak beda jauh dengan tari-tari tradisional
lainnya. Hanya yang membedakan penggunaan topengnya, itulah kenapa disebut
tari topeng.
6. Calung
Calung merupakan musik bambu yang dimainkan beberapa orang. Calung
ini berkembang di wilayah selatan Kabupaten Brebes, karena memang musik
calung ini lebih dikenal sebagai kesenian daerah Banyumas. Namun di wilayah
Kabupaten Brebes, seperti wilayah Paguyangan, Bantarkawung dan Bumiayu juga
berkembang musik calung ini.
18
Bahkan saat ini beberapa calung bukan hanya ada di wilayah selatan Brebes saja,
tetapi juga sudah hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Brebes. Khususnya
di sekolah-sekolah, yang menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler musik
calung.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kebudayaan yang dianggap sebagai nilai- nilai yang hidup bagi masyarakat.
masyarakat yang berjumlah banyak atau manusia yang hidup secara berkelompok
Adanya nilai- nilai sosial dan budaya yang berkembang dalam masyarakat
merupakan suatu hal yang menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan tidak
dapat dipisahkan. Begitu juga dengan nilai- nilai sosial dan budaya yang terbentuk
19