DOSEN PENGAMPU :
Sri Abidah Suryaningsih, S.Ag., M.Pd.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Nur Halizatus sholihah 17080304009
2. Akinta Fatma Hosela 17080304039
3. Nur Afni Kristianingsih 17080304055
4. Masrotin 17080304067
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena dengan limpahan
Rahmat Karunia-Nya penulisan karya tulis yang berjudul “Akulturasi Nilai-Nilai
Islam Dalam Budaya Manganan di Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Jawa
Tengah ” dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
Karya tulis ini merupakan tugas akhir semester dua mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan akulturasi budaya dengan agama islam. Penulis
berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca . penulis menyadari
bahwa dalam penulisan karya ini belum sepenuhnya sempurna, karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penulisan karya
tulis selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Para wali mengajarkan tentang iman dan taqwa, melalui salah satunya
budaya sedekah bumi , yang pada masa dahulu sedekah bumi namanya adalah
sesaji yang diberikan kepada alam, namun para wali mengubahnya menjadi
sedekah bumi yang dengan maksud untuk bersedekah kepada anak yatim, fakir
miskin tanpa membedakan agama, ras, suku atau golongan (Slamet, 1984)
1
1.3 Rumusan Masalah
1. 3. 1. Apa saja nilai-nilai keagamaan dalam tradisi manganan di daerah cepu
jawa tengah?
1.4 Tujuan
1. 4. 1. Untuk mengetahui nilai-nilai keagamaan dalam tradisi manganan di
daerah Cepu Jawa Tengah.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
hari. Perwujudan kebudayaan merupakan sesuatu yang dihasilkan manusia
sebagai makhluk berbudaya, baik merupa perilaku ataupun benda-benda yang
bersifat nyata yang dapat membantu manusia untuk menjalani kehidupan
bermasyarakat.
Tradisi yang dimiliki oleh suatu masyarakat bisa bersumber dari sebuah urf
atau kebiasaan yang muncul ditengah-tengah masyarakat laku kemudian tersebar
sehingga menjadi adat dan budaya. Atau bisa jadi disebabkan oleh kebiasaan
tetangga lingkungan yang kemudian diadopsi sebagai model kehidupan. Tradisi
merupakan suatu karya yang diciptakan oleh manusia. Tradisi tidaklah
bertentangan dengan inti ajaran agama. Tentunya islam akan membenarkannya,
bisa diambil pelajaran melalui perbuatan wali 9 yang yang tetap melestarikan
tradisi jawa yang tidak menyimpang dari ajaran islam dan memanfaatkannya
sebagai media dalam menyiarkan agama islam supaya mudah diterima oleh
masyarakat.
4
peluang hancurnya kebudayaan. Segala sesuatu yang telah dianggap sebagai
tradisi biasanya telah teruji tingkat efisiensi dan efektifitasnya yang selalu update
mengikuti perkembangan unsur kebudayaan tersebut.
5
ungkapan rasa hormat, bakti dan taat. Adat kebiasaan ini dianggap benar dan baik
untuk dilestarikan karena sesuai dengan ajaran islam dan mengandung pesan
moral untuk berbakti kepada orang tua, walaupun tidak ada petunjuk dalilnya
dalam alquran dan sunnah secara tegas. Kemudian, ada juga urf fasid yaitu urf
yang bertentangan dengan ajaran islam. Contohnya adalah kebiasaan anak anak
muda jaman sekarang yaitu menyalahgunakan arti cinta dengan konsep pacaran.
Adat kebiasaan ini tidak baik apabila dilestarikan. Budaya dan adat istiadat fasid
ini harus diperbaiki dan diganti dengan budaya serta adat alternatif yang sesuai
dengan ajaran islam.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
masyarakat cepu meyakini bahwa acara sedekah bumi ini merupakan
pembawa berkah bagi masyarakat cepu pada umumnya. Yang lebih tidak masuk
akal lagi yaitu ketika selesai melantunkan do’a-do’a makanan atau sesajen yang
dibawa tadi dimakan di tempat yang dianggap sakral atau disisi makam dengan
alasan agar terhindar bahaya yang datang. Lalu sisa makan itu ditaruh di pojok sisi
swah masyarakat yang memiliki sawah. Hal ini dilakukan agar sawah mereka bisa
panen dengan melimpah dan terhindar dari masa paceklik. Karena kata oang tua
pernah suatu ketika tidak diadakan tradisi manganan maka masa paceklik itu
datang dan membuat masyarakat desa cepu susah untuk memnuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut pendapat Smith mengenai upacara sesaji ada tiga gagasan penting
mengenai azas-azas religi dan agama yaitu pada sistem upacara yang sama namun
memiliki latar belakang dan maksud yang berubah.
Terdapat fungsi sosial yang terkandung dalam agama dan religi yaitu
mengintensifkan solidaritas antar masyarakat, yang beranggapan bahwa
8
melakukan upacara tersebut merupakan suatu kewajiban sosial. Mendorong rasa
solidaritas merupakan fungsi upacara bersaji sebagai wujud dari tradisi tersebut.
Tradisi manganan yang dijalankan oleh masyarakat didaerah cepu merupakan
wujud dari nilai religi yang didasarkan oleh keyakinan, karena nilai religi tersebut
merupakan suatu sistem tingkah laku manusia yang digunakan untuk mencapai
sebuah maksud dimana kemauan dan kekuasaan mahluk halus yang menempati
alam dijadikan sebagai alasan untuk menyadarkan diri. Oleh sebab itu tradisi
tersebut memberikan manfaat atau pesan yang besar sehingga masyarakat Cepu
selalu melaksanakan tradisi manganan tersebut, yaitu:
Sikap saling peduli dan gotong royong sangat diperlukan atau diutamakan
dalam tradisi manganan ini karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam melakukan prosesi acara
ini diharuskan hati-hati karena jika tidak hati-hati, akan menimbulkan kesalahan
dalam hal agama, namun bagi yang sudah paham dengan prosesi atau atau tata
cara pelaksanaan tradisi ini, mereka akan tahu bahwa dari semua permohonan
hanya Allah lah yang dijadikan sumbernya, bukan pada apa yang ada didepan
mereka seperti pohon dan lain sebagainya. Namun bagi yang tidak paham akan
dikhawatirkan melenceng dari nilai-nilai agama atau terjerumus kedalam
kemusyrikan.
9
yang dilakukan oleh masyarakat didaerah cepu merupakan sebuah penguatan
budaya yang dilakukan oleh petani daerah Cepu dalam menegaskan nilai-nilai
sosial dan keyakinan.
10
dan menjadikan manfaat bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Padahal
didalam acara manganan “sedekah bumi” membuat makanan yang berlebihan
untuk digunakan sedekah bumi dan itu juga termasuk perilaku yang tercela karena
membuang rizki dari Allah SWT atau mubadzir. Memang didalam agama Islam
mengandung sumber-sumber sistem kultural yang memberikan suatu konsepsi dan
suatu rancangan untuk mewujudkan suatu budaya. Namun budaya yang terwujud
harus sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai agama islam.
Kekhawatiran saat ini yang sering muncul adalah tradisi manganan ini
justru lebih mengarah kepada hal- hal yang bersifat sakralisasi atau dapat
menjurus kepada pemujaan kepada selain Allah atau syirik yang timbul akibat
adanya unsur kebaktian, penghormatan, dan ketaatan secara berlebihan terhadap
hal- hal yang tahayul karena pada praktek ritual dan keyakinan aliran kebatinan
islam kejawen yang menyembah dan mensakralkan Allah disatu sisi tapi juga
mensakralkan roh disisi yag lain.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya
adalah suatu hal yang sangat arif dan merupakan hal yang penting sebagai
identitas suatu bangsa. Budaya di Indonesia khususnya di Jawa ada yang sudah
terdapat akulturasi kebudayaan antara kebudayaan asli masyarakat jawa,
khususnya daerah Cepu Jawa Tengah dengan nilai-nilai islam. Hal tersebut terjadi
karena pada saat penyebaran islam, para wali di jawa dalam menyebarakab agama
islam sangat toleransi dengan masyrakat jawa, akhirnya beliau menggunkan
budaya daerah sebagi media dakwah agar agama islam dapat diterima dengan
damai dalam masyarakat jawa tersebut, namun pada kenyataannya masih terdapat
penyelewangan nilai-nilai islam sehingga hanya akan menimbulkan suatu sifat
syirik terhadap Allah SWT.
4.2 Saran
Saran penulis, sebagai masyarakat Indonesia sudah wajib kita
mempertahankan kebudayaaan sebagi kearifan lokan serta identitas Nasional.
Namun disisi lain kita sebgai manusia yang beragama islam sudah sepatutnya
mengetahui bahwa tindakan syirik atau menyekutukan Allah SWT adalah
termasuk larangan dalam agama islam. Jadi kita harus menyeimbangkan antara
budaya daerah dengan keyakinan kita, jangan sampai keyakinan kita goyah karena
budaya yang sudah ada, dan jangan pula kebudayaan masyarkat jawa yang gotong
roong tersebut luntur karena hadirnya agama islam, karena islam merupakan
agama yang rahmatan lil ‘alamin,
12
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Slamet. (1984). Upacara Tradisional dalam Kaitan Peristiwa Kepercayaan. Depdikbud.
UNESA, T. D. (2016). Pendidikan Agama Islam : Kontekstual di Perguruan Tinggi.
Surabaya: Unesa University Press.
Veralidiana, I. (2010). Implementasi "Sedekah Bumi". Malang.
13