Anda di halaman 1dari 16

AKULTURASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA

MANGANAN DI KECAMATAN CEPU KABUPATEN BLORA


JAWA TENGAH

DOSEN PENGAMPU :
Sri Abidah Suryaningsih, S.Ag., M.Pd.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Nur Halizatus sholihah 17080304009
2. Akinta Fatma Hosela 17080304039
3. Nur Afni Kristianingsih 17080304055
4. Masrotin 17080304067

PROGRAM S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena dengan limpahan
Rahmat Karunia-Nya penulisan karya tulis yang berjudul “Akulturasi Nilai-Nilai
Islam Dalam Budaya Manganan di Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Jawa
Tengah ” dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
Karya tulis ini merupakan tugas akhir semester dua mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan akulturasi budaya dengan agama islam. Penulis
berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca . penulis menyadari
bahwa dalam penulisan karya ini belum sepenuhnya sempurna, karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penulisan karya
tulis selanjutnya.

Surabaya, 20 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.2 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.4 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................... 3
2. 1 Agama dan Kebudayaan. .............................................................................. 3
2.1. 1 Definisi Kebudayaan.............................................................................. 3
2.2 Tradisi dan mitos ........................................................................................... 4
2.3 Adat kebiasaan atau Urf ................................................................................ 5
III PEMBAHASAN ................................................................................................ 7
3.1 Nilai-Nilai Keagamaan Dalam Tradisi Manganan di Daerah Cepu Jawa
Tengah. ................................................................................................................ 7
3.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Setempat Masih Melakukan
Tradisi Manganan ................................................................................................ 8
3.3 Tujuan dan Manfaat dari Sedekah Bumi ..................................................... 10
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 12
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
4.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Masyarakat Jawa memang unik dengan beragam jenis tradisi budayanya
baik tradisi kultural tahunan maupun kultural harian, dari berbagai macam tradisi
yang dimiliki oleh masyarakat jawa sangat sulit untuk memaparkan secara rinci
terkait jumlah tradisi yang ada salah satu tradisi yang masih dipertahankan oleh
masyarakat jawa dan dilaksanakan dan dianggap sebagai rutinitas sebagai setiap
tahunnya adalah sedekah bumi.

Sedekah bumi atau biasa disebut bersih desa merupakan budaya


peninggalan nenek moyang yang saat ini telah dimasuki budaya islam karena
dahulu pada masa penyebaran islam di pulau jawa para wali yang menyebarkan
islam menjadikan budaya yang telah ada sebagi media untuk dakwah karena
menyesuaikan dengan msyarakat jawa agar mau menerima agama islam sehingga
para wali melakukan akultari budaya tersebut , yaitu memasukan nilai-nilai islam
dalam kebudayaan daerah tersebut.

Para wali mengajarkan tentang iman dan taqwa, melalui salah satunya
budaya sedekah bumi , yang pada masa dahulu sedekah bumi namanya adalah
sesaji yang diberikan kepada alam, namun para wali mengubahnya menjadi
sedekah bumi yang dengan maksud untuk bersedekah kepada anak yatim, fakir
miskin tanpa membedakan agama, ras, suku atau golongan (Slamet, 1984)

Di daerah Cepu kabupaten Blora Jawa Tengah terdapat suatu kebudayaan


turun-temurun yang masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar yaitu tradisi
“manganan” atau dalam bahasa indonesia disebut dengan sedekah bumi. Dalam
tradisi tersebut telah dimasuki nilai islam yaitu berupa do’a – do’a untuk
memohon agar diberi hasil panen yang memuaskan.Menurut kepercayaan
masyarakat setempat, apabila tradisi ini tidak dilakukan akan terjadi masa
paceklik. Dimana warga setempat akan mengalami gagal panen dan sulit
memenuhi kebutuhan hidup mereka.

1
1.3 Rumusan Masalah
1. 3. 1. Apa saja nilai-nilai keagamaan dalam tradisi manganan di daerah cepu
jawa tengah?

1. 3. 2. Faktor apa yang menyebabkan masyarkat setempat melakukan tradisi


tersebut?

1. 3. 3. Apa tujuan dan manfaat dari sedekah bumi?

1.4 Tujuan
1. 4. 1. Untuk mengetahui nilai-nilai keagamaan dalam tradisi manganan di
daerah Cepu Jawa Tengah.

1. 4 .2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan masyarkat setempat


melakukan tradisi tersebut.

1. 4. 3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari sedekah bumi.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2. 1 Agama dan Kebudayaan.


Kebudayaan atau biasa disebut culture dalam bahasa inggris berasal dari
bahasa latin colere yang berarti mengerjakan atau mengolah. Menurut bahasa
sansekerta budaya berasal dari kata buddhayah merupakan betuk jamak dari akal
atau budi diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan akal dan budi
manusia.

2.1. 1 Definisi Kebudayaan


Budaya merupakan suatu cara yang dimiliki oleh sekelompok orang dalam
menjalani hidup yang diwariskan ke generasi selanjutnya. Banyak orang
cenderung menganggap budaya sebagai sesuatu yang diwariskan secara turun
temurun (Veralidiana, 2010). Ketika seseorang ditempatkan bersama orang-orang
yang memiliki budaya berbeda, kemudian orang tersebut berusaha berkomunikasi
dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan dengan orang yang berbeda budaya.
Membuktikan bahwa ternyata budaya itu tidak hanya diturunkan dari generasi
sebelumnya, namun juga dipelajari. Kebudayaan memiliki hubungan yang sangat
erat dengan masyarakat, segala sesuatu yang ada dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan mereka sendiri. Andreas mengatakan, kebudayaan memuat
keseluruhan pengertian mengenai norma sosial, nilai sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur religius, sosial, dan lain-lain, serta segala
pernyataan artistik dan intelektual yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward B Tylor, kebudayaan adalah sesuatu yang secara menyeluruh
serta kompleks, yang di dalamnya terkandung kepercayaan, pengetahuan, moral,
seni, adat istiadat, hukum dan kemampuan-kemampuan lain Soemardi
menyebutkan bahwa kebudayaan merupakan sarana hasil rasa, karya, cipta
masyarakat.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan mengenai pengertian kebudayaan


adalah segala sesuatu yang akan mempengaruhi pemikira dan pengetahuan
manusia. Sehingga kebudayaan memiliki sifat abstrak didalam kehidupan sehari-

3
hari. Perwujudan kebudayaan merupakan sesuatu yang dihasilkan manusia
sebagai makhluk berbudaya, baik merupa perilaku ataupun benda-benda yang
bersifat nyata yang dapat membantu manusia untuk menjalani kehidupan
bermasyarakat.

2.2 Tradisi dan mitos


Tradisi dalam bahasa latin traditio yang berarti diteruskan atau kebiasaan.
Dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang yang sudah dan selalu dilakukan
sejak dulu hingga menjadi bagaian kehidupan dari suatu kelompok tertentu yang
memiliki kesamaan, bisa jadi negara, waktu, kebudayaan, atau agama yang sama.
Tradisi merupakan suatu kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan
dimasyarakat melalui informasi baik tertulis maupun tidak tertulis atau lisan yang
diteruskan dari generasi ke genenrasi, tanpa adanya ini akan mengakibatkan
kepunahan suatu tradisi Biasanya masyarakat menganggap bahwa cara-cara yang
terbaik untuk menyelesaikan suatu persoalan adalah cara-cara yang sudah ada
sebelumnya. Tradiai dianggap sebagai cara yang terbaik sebelum adanya alternatif
lain.

Tradisi yang dimiliki oleh suatu masyarakat bisa bersumber dari sebuah urf
atau kebiasaan yang muncul ditengah-tengah masyarakat laku kemudian tersebar
sehingga menjadi adat dan budaya. Atau bisa jadi disebabkan oleh kebiasaan
tetangga lingkungan yang kemudian diadopsi sebagai model kehidupan. Tradisi
merupakan suatu karya yang diciptakan oleh manusia. Tradisi tidaklah
bertentangan dengan inti ajaran agama. Tentunya islam akan membenarkannya,
bisa diambil pelajaran melalui perbuatan wali 9 yang yang tetap melestarikan
tradisi jawa yang tidak menyimpang dari ajaran islam dan memanfaatkannya
sebagai media dalam menyiarkan agama islam supaya mudah diterima oleh
masyarakat.

Tradisi bisa dikatakan sebagai nyawa bagi kebudayaan. Tradisi bisa


menghidupkan kebudayaan dan membuatnya langgeng. Tradisi berfungsi sebagai
penghubung antara individu dengan masyarakat agar tetap harmonis. Kebudayaan
bisa kokoh dengan adanya tradisi, apabila tradisi dihilangkan akan membuka

4
peluang hancurnya kebudayaan. Segala sesuatu yang telah dianggap sebagai
tradisi biasanya telah teruji tingkat efisiensi dan efektifitasnya yang selalu update
mengikuti perkembangan unsur kebudayaan tersebut.

Dengan melakukan tradisi akan memberikan kenyamanan bagi seseorang


karena dia merasa yakin bahwa tindakannya tersebut sudah betul dan baik apabila
dia bertindak atau mengambil keputusan berdasarkan norma dan nilai yang
berlaku. Namun sebaliknya, dia akan merasa tindakannya salah, keliru dan tidak
akan dihargai oleh masyarakat apabila ia melakukan suatu hal yang menyimpang
tradisi atau kebiasaan masyarakat. Selain itu, dia akan dapat mengetahui dengan
jelas mana yang menguntungkan dan mana yang tidak berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang telah diperoleh. Tradisi masyarakat menjadi titik tolak dari
tindakan cerdas dan kecerdikan seseorang.

Para sejarawan telah mengungkapkan pendapat mereka tentang pengertian


mitos melalui sudut pandang mereka masing-masing. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa mitos merupakan cerita prosa rakyat dimana
para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi didunia lain atau kahyangan
sebagai tokohnya dan dianggap benar-benar terjadi oleh penganutnya. Mitos
sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Terdapat masyarakat yang masih
mempercayai dan ada yang sudah tidak lagi mempercayai jika mitos tersebut telah
terbukti kebenarannya maka masyarakat yang masih mempercayai mitos tersebut
akan merasa untung. Tetapi jika mitos belum terbukti benar maka masyarakat
dapat dirugikan.

2.3 Adat kebiasaan atau Urf


Di dalam islam, terdapat suatu landasan hukum yang disebut Urf atau adat
istiadat yang merupakan segala sesuatu yang dijalankan oleh manusia dan menjadi
adat kebiasaan, baik berupa perbuatan atau perilaku ditengah-tengah mereka atau
bahasa yang biasa digunalan dalam mengungkapkan makna tertentu (UNESA,
2016). Urf terbagi menjadi dua yaitu ada urf yang tidak bertentangan dan sesuai
dengan syariat islam dinamakan urf baik. Contohnya seperti kebiasaan seorang
istri mencium tangan suami, anak mencium tangan orang tua atau guru sebagai

5
ungkapan rasa hormat, bakti dan taat. Adat kebiasaan ini dianggap benar dan baik
untuk dilestarikan karena sesuai dengan ajaran islam dan mengandung pesan
moral untuk berbakti kepada orang tua, walaupun tidak ada petunjuk dalilnya
dalam alquran dan sunnah secara tegas. Kemudian, ada juga urf fasid yaitu urf
yang bertentangan dengan ajaran islam. Contohnya adalah kebiasaan anak anak
muda jaman sekarang yaitu menyalahgunakan arti cinta dengan konsep pacaran.
Adat kebiasaan ini tidak baik apabila dilestarikan. Budaya dan adat istiadat fasid
ini harus diperbaiki dan diganti dengan budaya serta adat alternatif yang sesuai
dengan ajaran islam.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Nilai-Nilai Keagamaan Dalam Tradisi Manganan di Daerah Cepu Jawa


Tengah.
Nilai keagamaan itu sendiri merupakan nilai yang memiliki dasar
kebenaran yang paling tinggi dibanding nilai yang lain. Karena nilai ini bersumber
dari kebenaran tertinggi yang yang datangnya dari tuhan (Mulyana, 2004) . Hal ini
berhubungan dengan adat kebiasaan atau urf yang percaya bahwa islam sebagai
agama wahyu yang memiliki doktrin ajaran yang harus diimani, serta tidak
meninggalkan perhatiannya kepada keadaan masyarakat tertentu. Sehingga sangat
penting bagi umat muslim untuk mengetahui serta mengamalkan adat istiadat
yang telah ada sejak zaman nabi mohammad saw. Masyarakat daerah cepu
melakukan ritual sedekah bumi disetiap periode menjelang panen merupakan
penerapan nilai-nilai agama islam sebagai simbol rasa syukur terhadap allah swt
karena telah memberikan sumber pangan bagi desa cepu. Nilai-nilai agama
lainnya yang terdapat dalam manganan “sedekah bumi” yaitu bahwa membawa
makanan yang dibawa ke tempat tradisi manganan itu dilakukan di anggap
sebagai simbol sedekah terhadap sesama manusia. Karena masyarakat cepu
beranggapan bahwa belum tentu bisa bersedekah secara besar-besaran atau
mewah kalu tidak di acara manganan seperti ini. Menjalin silaturahmi antar
sesama manusia merupakan nilai agama yang terdapat dalam tradisi manganan
tersebut. Melalui tradisi manganan warga satu desa dapat berkumpul jadi satu di
tempat tradisi tersebut dilakukan. Mereka saling menyapa, saling berbincang-
bincang, saling bertukar pikiran hal tersebut merupakan suatu hubungan
silaturahmi antar sesama umat manusia yang harus dijaga jeharmonisannya. Di
dalam acara manganan ini sesorang leluhur atau juru kunci memimpin do’a-doa’a,
lantunan do’a yang bernuansa islami, juga merupakan simbol penghormatan
masyarakat sekitar cepu terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan, menurut
cerita nenek moyang terdahulu “ tanah merupakan sumber pangan bagi kehidupan
di muka bumi ini”.

7
masyarakat cepu meyakini bahwa acara sedekah bumi ini merupakan
pembawa berkah bagi masyarakat cepu pada umumnya. Yang lebih tidak masuk
akal lagi yaitu ketika selesai melantunkan do’a-do’a makanan atau sesajen yang
dibawa tadi dimakan di tempat yang dianggap sakral atau disisi makam dengan
alasan agar terhindar bahaya yang datang. Lalu sisa makan itu ditaruh di pojok sisi
swah masyarakat yang memiliki sawah. Hal ini dilakukan agar sawah mereka bisa
panen dengan melimpah dan terhindar dari masa paceklik. Karena kata oang tua
pernah suatu ketika tidak diadakan tradisi manganan maka masa paceklik itu
datang dan membuat masyarakat desa cepu susah untuk memnuhi kebutuhan
hidupnya.

puncak dari acara tradisi manganan ini diadakan sebuah pertunjukan


wayang kulit yang merupakan inti dari acara manganan “sedekah bumi” itu
sendiri. Masyarakat mengadakan pertunjukkan wayang karenatidak lupa dengan
cara wali yang menyebarkan agama islam melalui pertunjukkan wayang. Acara
manganan ini dilakukan pada hari jum’at pahing karena dianggap hari yang penuh
berkah.

3.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Setempat Masih


Melakukan Tradisi Manganan
Masyarakat didaerah cepu masih mempercayai atau melakukan tradisi
tersebut karena faktor turun temurun, dan masyarakat didaerah cepu menyakini
bahwa jika tradisi tersebut dilaksanakan mereka akan mendapatkan keberkahan
atau hasil panen yang baik dan melimpah. Namun jika tradisi tersebut tidak
dilakukan maka masyarakat didaerah tersebut akan mendapatkan suatu masa
dimana sulit mencari atau memenuhi kebutuhan pokok setiap hari.

Menurut pendapat Smith mengenai upacara sesaji ada tiga gagasan penting
mengenai azas-azas religi dan agama yaitu pada sistem upacara yang sama namun
memiliki latar belakang dan maksud yang berubah.

Terdapat fungsi sosial yang terkandung dalam agama dan religi yaitu
mengintensifkan solidaritas antar masyarakat, yang beranggapan bahwa

8
melakukan upacara tersebut merupakan suatu kewajiban sosial. Mendorong rasa
solidaritas merupakan fungsi upacara bersaji sebagai wujud dari tradisi tersebut.
Tradisi manganan yang dijalankan oleh masyarakat didaerah cepu merupakan
wujud dari nilai religi yang didasarkan oleh keyakinan, karena nilai religi tersebut
merupakan suatu sistem tingkah laku manusia yang digunakan untuk mencapai
sebuah maksud dimana kemauan dan kekuasaan mahluk halus yang menempati
alam dijadikan sebagai alasan untuk menyadarkan diri. Oleh sebab itu tradisi
tersebut memberikan manfaat atau pesan yang besar sehingga masyarakat Cepu
selalu melaksanakan tradisi manganan tersebut, yaitu:

1. Menghibur masyarakat yang haus akan hiburan.

2. Sebagai ajang menjaga kerukunan antar warga masyarakat didaerah cepu

3. Sebagai bentuk silaturahmi terhadap warga setempat.

Sikap saling peduli dan gotong royong sangat diperlukan atau diutamakan
dalam tradisi manganan ini karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam melakukan prosesi acara
ini diharuskan hati-hati karena jika tidak hati-hati, akan menimbulkan kesalahan
dalam hal agama, namun bagi yang sudah paham dengan prosesi atau atau tata
cara pelaksanaan tradisi ini, mereka akan tahu bahwa dari semua permohonan
hanya Allah lah yang dijadikan sumbernya, bukan pada apa yang ada didepan
mereka seperti pohon dan lain sebagainya. Namun bagi yang tidak paham akan
dikhawatirkan melenceng dari nilai-nilai agama atau terjerumus kedalam
kemusyrikan.

Tradisi merupakan nyawa dari sebuah kebudayaan yang diciptakan oleh


manusia. Suatu kebudayaan tidak akan bertahan lama apabila tidak memiliki
tradisi. Dengan adanya tradisi hubungan sosial antar individu dapat terjalin
sehingga masyarakat dapat hidup rukun, harmonis dan saling gotong royong.
Sebuah kebudayaan akan menjadi kokoh apabila memiliki tradisi yang dilakukan
secara turun temurun dan apabila tradisi tersebut hilang atau dihilangkan maka
sebuah kebudayaan akan hilang begitu saja. Dengan demikian tradisi manganan

9
yang dilakukan oleh masyarakat didaerah cepu merupakan sebuah penguatan
budaya yang dilakukan oleh petani daerah Cepu dalam menegaskan nilai-nilai
sosial dan keyakinan.

3.3 Tujuan dan Manfaat dari Sedekah Bumi


Acara manganan “sedekah bumi” yang dilakukan oleh masyarakat cepu
dilaksanakan oleh seluruh warga cepu tanpa terkecuali dari anak-anak sampai
orang tua. Banyak interaksi yang terjadi antar sesama manusia, karena pada saat
itu warga satu desa berkumpul dalam satu tempat dan satu acara yang sama.
Tujuan diadakan acara manganan “sedekah bumi” yaitu sebagai ungkapan rasa
syukur terhadap Allah SWT telah meciptakan alam beserta isinya yaitu dengan
cara menyerahkan sesajen atau hasil panen mereka kepada alam. Mereka percaya
bahwa mereka hidup dari hasil bumi. Sehingga mereka bersyukur kepada Allah
SWT dengan cara bersedekah, agar mendapatkan keberkahan yang lebih baik di
tahun berikutnya dari hasil bumi yang telah mereka tempati. Selain itu, tujuan
sedekah bumi yaitu untuk melestarikan kebudayaan dan tradisi nenek moyang
masyarakat desa cepu. Karena kehidupan manusia tidak lepas dari kebudayaan,
tradisi, dan adat istiadat yang merupakan peninggalan nenek moyang pada zaman
dahulu. Manganan “sedekah bumi” dilakukan bahwa mereka percaya bahwa bumi
memberikan semua hal yang diinginkan manusia salah satunya yaitu pangan.
Dengan diadakan manganan “sedekah bumi ini” mereka memohon dengan tujuan
agar hasil panen melimpah dari sawah yang dimiliki oleh masyarakat desa cepu,
bumi yang ditempati oleh msayrakat cepu selamat dari bencana alam. Manfaat
diadakan diadakan tradisi manganan “sedekah bumi” adalah agar kebudayaan
nenek moyang dalam mewujudkan rasa syukur kepada Allah tidak musnah begitu
saja. Selain itu melalui tradisi manganan “sedekah bumi” tali silaturahmi tetap
terjaga serta memupuk rasa persatuan dan kesatuan antar sesama umat manusia.

Tradisi sedekah bumi bila dipandang sebelah mata merupakan perbuatan


yang mendekati syirik. Karena Islam mengatakan bahwa meminta selain kepada
Allah SWT merupakan perilaku syirik. Dan di dalam ajaran Allah SWT perilaku
tersebut diharamkan, dalam Islam sedekah merupakan sesuatu yang memberikan

10
dan menjadikan manfaat bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Padahal
didalam acara manganan “sedekah bumi” membuat makanan yang berlebihan
untuk digunakan sedekah bumi dan itu juga termasuk perilaku yang tercela karena
membuang rizki dari Allah SWT atau mubadzir. Memang didalam agama Islam
mengandung sumber-sumber sistem kultural yang memberikan suatu konsepsi dan
suatu rancangan untuk mewujudkan suatu budaya. Namun budaya yang terwujud
harus sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai agama islam.

Kekhawatiran saat ini yang sering muncul adalah tradisi manganan ini
justru lebih mengarah kepada hal- hal yang bersifat sakralisasi atau dapat
menjurus kepada pemujaan kepada selain Allah atau syirik yang timbul akibat
adanya unsur kebaktian, penghormatan, dan ketaatan secara berlebihan terhadap
hal- hal yang tahayul karena pada praktek ritual dan keyakinan aliran kebatinan
islam kejawen yang menyembah dan mensakralkan Allah disatu sisi tapi juga
mensakralkan roh disisi yag lain.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya
adalah suatu hal yang sangat arif dan merupakan hal yang penting sebagai
identitas suatu bangsa. Budaya di Indonesia khususnya di Jawa ada yang sudah
terdapat akulturasi kebudayaan antara kebudayaan asli masyarakat jawa,
khususnya daerah Cepu Jawa Tengah dengan nilai-nilai islam. Hal tersebut terjadi
karena pada saat penyebaran islam, para wali di jawa dalam menyebarakab agama
islam sangat toleransi dengan masyrakat jawa, akhirnya beliau menggunkan
budaya daerah sebagi media dakwah agar agama islam dapat diterima dengan
damai dalam masyarakat jawa tersebut, namun pada kenyataannya masih terdapat
penyelewangan nilai-nilai islam sehingga hanya akan menimbulkan suatu sifat
syirik terhadap Allah SWT.

4.2 Saran
Saran penulis, sebagai masyarakat Indonesia sudah wajib kita
mempertahankan kebudayaaan sebagi kearifan lokan serta identitas Nasional.
Namun disisi lain kita sebgai manusia yang beragama islam sudah sepatutnya
mengetahui bahwa tindakan syirik atau menyekutukan Allah SWT adalah
termasuk larangan dalam agama islam. Jadi kita harus menyeimbangkan antara
budaya daerah dengan keyakinan kita, jangan sampai keyakinan kita goyah karena
budaya yang sudah ada, dan jangan pula kebudayaan masyarkat jawa yang gotong
roong tersebut luntur karena hadirnya agama islam, karena islam merupakan
agama yang rahmatan lil ‘alamin,

12
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Slamet. (1984). Upacara Tradisional dalam Kaitan Peristiwa Kepercayaan. Depdikbud.
UNESA, T. D. (2016). Pendidikan Agama Islam : Kontekstual di Perguruan Tinggi.
Surabaya: Unesa University Press.
Veralidiana, I. (2010). Implementasi "Sedekah Bumi". Malang.

13

Anda mungkin juga menyukai