SEMIOTIKA
HALAMAN SAMPUL
Oleh:
SULFIANI
F021191059
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................6
C. TUJUAN PENELITIAN...................................................................................6
D. MANFAAT PENELITIAN...............................................................................7
1. Manfaat praktis..............................................................................................7
2. Manfaat Teoretis............................................................................................7
A. LANDASAN TEORI.........................................................................................9
1. Semiotika.......................................................................................................9
B. PENELITIAN RELEVAN................................................................................9
C. KERANGKA PIKIR.......................................................................................10
D. DEFENISI OPERASIONAL...........................................................................10
A. Jenis Penelitian................................................................................................11
C. Sumber Data....................................................................................................11
i
D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
fenomena sosial dan kebudayaan yang khas dan beraneka ragam. Daerah ini terdapat
tiga suku bangsa yang utama yaitu Bugis, Makassar, dan Toraja. Ragam kebudayaan
etnis-etnis tersebut mempunyai persamaan wujud, bentuk dan pola meskipun adanya
perbedaan tidak dapat dipungkiri dan tidak signifikan. Sebuah suku bangsa yang
jumlahnya sangat banyak ini terpampang di buku dan artikel. Identitas mengenai
suku bangsa bukan berarti kita berada pada sebuah pandangan atau paham yang
memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik itu tradisi, adat-istiadat, atau
kepercayaan. Namun demikian, kaitan historis dan sejarah akan menjadi identitas
apalagi dengan bahasa, budaya dan adat yang berbeda pula tidak dapat disamakan
realitas dari pola pikir, tingkah laku, maupun nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat
pengetahuan itu sendiri membentuk sebuah sistem yang terdiri atas satuan-satuan
nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung
1
bertingkah laku maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu
masyarakat. Tradisi adalah suatu yang sulit berubah, karena sudah menyatu dalam
tertentu yang dijadikan pedoman hidup dan dasar dalam berperilaku oleh masyarakat
Tradisi adalah sesuatu yang sulit berubah karena sudah menyatu dalam kehidupan
kebudayaan tersebut, yang dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah
berulangulang yang sulit untuk diubah karena sudah menyatu dalam kehidupan
norma, nilai-nilai maupun yang konkrit dalam bentuk aktivitas tingkah laku dan
simbolis dalam bentuk upacara yang dilakukan dengan penuh hikmah oleh
dapat dinikmati dan memenuhi kebutuhan para anggotanya, baik secara individu
2
kepada generasinya secara turun-temurun agar tetap dilestarikan dan dijaga sebagai
dan kegiatan ritual yang mengakar dalam masyarakat. Tradisi yang ada di
pappasang , Akkattere, tradisi kematian suku kajang 40 hari di larang mandi dan
leluhur mereka. Tradisi yang dimiliki oleh komunitas adat Kajang memiliki keunikan
tersendiri yang menjadi ciri khas dan berbeda dari kebudayaan komunitas lainnya.
Embayya (dalam batas) yaitu mereka yang bermukim di dalam kawasan adat atau
biasa juga disebut Kajang dalam dan Kajang hitam (Kajang Le’leng) yang menetap
di Dusun Benteng. Kedua, Tana Koasayya atau Ipantarang Embayya yaitu mereka
yang bermukim di luar kawasan adat atau Kajang berada di luar Desa Tanah Towa
Pakaian serba hitam merupakan ciri khas masyarakat adat Kajang. Makna
warna hitam bagi masyarakat adat Kajang yakni sebagai bentuk persamaan dalam
segala hal, termasuk dalam kesamaan dan kesederhanaan. Warna hitam menunjukkan
kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di mata sang pencipta, Selain Pasang ri
Kajang masyarakat adat Kajang juga menganut sistem kepercayaan yang disebut
Pattuntung. Ammatoa merupakan orang yang dipilih oleh Tu Rie’ A’ra’na (Yang
3
Mahakuasa) sebagai pembimbing dan pengarah kehidupan sesuai pandangan
Pattuntung.
Kajang. Kata Patuntung berasal dari bahasa Makassar dialek Konjo, yaitu dari kata
tuntung yang mendapat awalan Pa sama dengan awalan “Pe” dalam bahasa
Indonesia yang berarti “Penuntut” atau “Pelajar”. Jadi Patuntung diartikan sebagai
petuah,pedoman atau petunjuk yang ditaati, dan dipatuhi serta diamalkan demi
Kajang. Secara etimologis amma berarti “bapak” dan toa “tua”. Jadi Ammatoa
mengandung makna bapak yang dituakan sehingga kepadanya diadukan suka duka,
ritual Akkattereq dianggap sudah melaksanakan ibadah haji, namun berbeda dengan
pelaksanaan ibadah haji dengan umat Islam pada umunnya. Suatu ritual dilaksanakan
berdasarkan suatu agama atau biasa juga bedasarkan tradisi dari komunitas tertentu.
Kegiatan-kegiatan dalam sebuah ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan serta
ini sudah berlangsung sebelum masuknya agama Islam di daerah tersebut. Tradisi
tersebut merupakan bagian ajaran patuntung yang berdasar pada Pasanga ri Kajang.
sehubungan dengan kelahiran seorang bayi, acara ini biasa juga disebut dengan
4
upacara an nompolo “aqiqah”, tetapi dilaksanakaan secara sederhana seperti upacara
aqiqah pada umumnya dengan hewan sembelihannya hanya dua ekor ayam atau
empat ekor ayam. Berbeda jika pesta dilaksanakan secara besar- besaran, maka pesta
tersebut disebut dengan acara akkattereq dan dilaksanakan bagi masyarakat yang
mampu.
adat Kajang mempercayai bahwa mereka tidak perlu menunaikan ibadah haji, cukup
dengan melaksanakan ritual akkattereq karena biaya yang di keluarkan sama dengan
Pada ritual Akkattereq pada masyarakat adat Kajang memiliki banyak syarat
dan ketentuan adat. Mulai dari persiapan hingga akhir ritual dilaksanakan. Pada
kerbau , Tolong , Baku , sarung hitam, Berang Buru’ne (parang untuk laki-laki) ,
Badik berang bahine (parang untuk perempuan), Pandingingi (air dan daun tertentu
yang berada dalam piring besar ), kelapa muda , kamboti, kain putih ,kanjoli, bedak
dan minyak , papi’ (Kipas pemangku adat dan penutup songkolo) Semua benda
tersebut wajib ada dalam pelaksanaan ritual. Mayarakat yang melaksanakan kegiatan
ritual Akkattereq harus mengadakan semua benda tersebut sebelum memulai ritual.
Salah satu dari benda Pada ritual Akkattereq pada masyarakat adat Kajang
adalah makanan. Objek pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah makanan
yang terdapat pada rituan Akkattereq masyarakat adat Kajang dengan menggunakan
pendekatan semiotika. Makanan yang berupa kue tradisional yang harus ada Pada
kerbau,songkolo,kelapa muda dan kue tolong (kue merah dan kue cucur khas kajang
5
yang dibungkus oleh daun pisang). Adanya makanan tersebut memiliki maksud dan
makna, sehingga makanan yang disajikan merupakan tanda yang memiliki makna.
Penulis tertarik meneliti ritual akkattereq terkhusus pada bentuk tanda dan
digunakan dalam ritual akkattereq mempunyai makna dan tingkah laku yang
penelitian ini akan membahas bentuk dan makna simbolik pada ritual akkattereq di
masyarakat ada Kajang Bulukumba. Sehingga judul penelitian ini adalah “Makanan
B. RUMUSAN MASALAH
ini adalah bentuk tanda dan makna simbolik makanan yang ada dalam tradisi
6
C. TUJUAN PENELITIAN
permasalahan yang dirumuskan. Jadi tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini
adalah untuk:
1. Menjelaskan bentuk tanda budaya pada makanan yang ada dalam tradisi
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat praktis
a. Untuk mengkaji dan mendeskripsikan bentuk tanda pada makanan yang ada
b. Penelitian ini dapat menjadi landasan bagi peneliti dan pemerhati ritual
Akkattereq, dapat mengetahui makna simbolik makanan yang ada pada tradisi
Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu pemahaman dan pengetahuan tentang
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
menetukan dalam suatu penelitian karena akan menentukan arah dari segi tujuan
dan hasil penelitian. Disamping itu, kajian pustaka juga berfungsi memberikan
1. Semiotika
a. Pengertian Semiotika
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang
disebut "tanda". Semiotika berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti
tanda. Tanda itu sendiri didenifisikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili
tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda.
8
Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa
Tanda-tanda dalam karya sastra, lebih lanjut akan dikaji dalam disiplin ilmu
semiotika. Hal tersebut didasarkan karena dalam karya sastra media dalam
(Wulandari,Siregar 2020:30)
b. Semiotika Peirce
Teori Semiotika Peirce merupakan ilmu atau metode analisis yang membahas
mengenai sistem tanda yang diciptakan ahli filsafat asal Amerika bernama
Charles Sanders Pierce yang terkenal dalam bidang logika terhadap manusia
dan penalarannya. Teori semiotik dari Peirce, lebih menekankan pada logika
dan filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat dan seringkali disebut
9
memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna
pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Manusia mempunyai kemungkinan
Charles Sanders Peirce adalah salah seorang filsuf Amerika yang paling
semiotika. Peirce melihat teori semiotikanya tentang tanda sebagai yang tak
dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Dalam
yang terpenting. Dalam teori semiotika ini fungsi dan kegunaan dari suatu
tanda itulah yang menjadi pusat perhatian. Tanda sebagai suatu alat
komunikasi merupakan hal yang teramat penting dalam berbagai kondisi serta
Analisis Semiotik Pierce terdiri dari 3 aspek penting sehingga sering disebut
tersebut yaitu:
10
a) Tanda: adalah konsep utama yang dijadikan sebagai bahan analisis
dimana
makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk
sebuah tanda.
sub-tipe tanda, salah satunya yaitu Trikotomi kedua yaitu tanda berdasarkan
objeknya diklarifikasikan menjadi ikon (icon), indeks (index), dan symbol (symbol).
Ikon adalah tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya atau tanda
Misalnya tanda asap dengan api, tiang penunjuk jalan, tanda petunjuk angin
11
dan sebagainya. Kata keterangan seperti di sini, di sana, kata ganti seperti
hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku
umum atau itentukan oleh suatu kesepakatan bersama (konvensi). .(Rizki Syafira
Dkk 2020:61)
2. Tradisi
B. PENELITIAN RELEVAN
Zainaf pada tahun 2015 melakukan penelitian dengan judul ritual akkettere dalam
ritual akkattere dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan. (2) simbol-simbol yang terdapat dalam ritual
akkattere yaitu songkolo „tumpeng‟ 3 warna. Alat dan bahan: kelapa, tabere
„bayangan kabbah‟, berang buru‟ne „badik‟, berang bahine „pisau dapur‟, kaci
„kain putih‟, lipa‟ le‟leng „sarung hitam‟, gangti „benang putih‟, rappo
dalam ritual akkattere yaitu nilai gotong royong, nilai religius dan nilai
kebersaman.
Ardiyanto pada tahun 2017 melakukan penelitian dengan judul Tradisi Akkattere
Aqidah Islam). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi akkattere adalah
12
pesta adat dalam bentuk ritual pemotongan rambut yang dilaksanakan oleh
masyarakat Tanah Towa yang mampu, keturunan adat, dan masih taat pasang.
Akkattere dianggap sama dengan ibadah haji karena sama-sama dilakukan oleh
orang mampu dan sama-sama mengharapkan pahala dari Tu Rie’ A’rana (Tuhan)
Towa, akkattere diyakini sebagai pokok ibadah haji sedangkan yang dilakukan di
terdapat ritual meminta doa, mereka meyakini apabila tidak dilakukan maka
C. KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir pada penelitian ini merupakan arah dari penalaran peneliti
untuk menjelaskan sementara jawaban atas rumusan masalah yang telah peneliti
melakukan penelitian ini agar peneliti tidak keluar dari pembahasan yang akan
ditelitinya. Alur dalam kerangka pikir ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
13
D. DEFENISI OPERASIONAL
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
C. Sumber Data
15
DAFTAR PUSTAKA
(http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Taujih).
Arviani Sari.2021 . Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini 5-6 Tahun Ditinjau dari
Aspek Sintaksis dan Pragmatik. Jurnal Kualita Pendidikan Vol. 2, No. 2, Agustus
DALAM TAYANGAN WEB SERIES JANJI. Jurnal Komunikatio p-ISSN 2442-3882; e-ISSN
16
17