Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


“Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan”

OLEH:

NAJWA AMELIA ( 105131106222 )


FRISKA ADELIA PUTRI ( 105131106122 )
ANGGY NURHASTI ( 105131105822 )
MUHLIS ( 105131104622 )

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadira Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat rahmat,hidayahnya, saya mampu
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk
Sosial. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu
kehidupan masyarakat, Manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam
menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap
individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu kiranya
penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi para
pembaca.Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Makassar, 13 Mei 2023

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
Latar Belakang.........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................5
Tujuan......................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
Pengertian kearifan lokal.............................................................................................................................6
Contoh- contoh kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sulawesi selatan............................................6
BAB III........................................................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................................................11
Saran......................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan Sulawesi Selatan di warnai oleh empat suku bangsa, yaitu suku

Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar. Suku yang terbesar jumlahnya adalah Bugis,

menempati sebagian besar jazirah Sulawesi Selatan. Kebudayaan suku-suku bangsa itu

terdapat persamaan wujud, bentuk dan pola namun perbedaan tidak dapat di pungkiri.

Perbedaan lingkungan, membawa perbedaan gaya hidup dan mungkin pada kepribadian

keadaan tanah, air, gunung dan iklim turut membentuk gaya hidup penduduk. Mereka

menyelenggarakan penghidupannya, membuat alat-alat mata pencaharian, maka faktor

keadaan alam turut memberi bentuk dan wujud, pergumulan hidup hasil kontak dengan

alam, mereka kembangkan kebiasaan dan cara mengelolah alam untuk memenuhi

kebutuhan dan mempertahankan kolompok. Kebiasaan dan cara yang senantiasa

dilakukan, baik secara individual maupun berkelompok, lambatnya laun akan terbentuk

pola kebiasaan yang mengarah pada pengorganisasian kegiatan untuk suatu tujuan

tertentu.

Keadaan alam mengharap manusia menyesuaikan hidup kebudayaan berupa

upacara minta hujan, penolak bahaya, gempa dan banjir, sangat besar artinya bagi

kehidupan petani. Keadaan alam tidak saja memberi pematasan terhadap kelangsungan

hidup manusia dan kebudayaannya, akan menyediakan berbagai macam bahan yang

dapat dimanfaatkan oleh manusia. Manusia adalah mahluk berakal, betapa sederhana

nya kebudayaannya, mereka sudah berubah alamnya menurut cara dan

4
kemampuan yang dimiliki.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?

2. Apa saja contoh kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sulawesi selatan?

C. Tujuan
1. Dapat mendeskripsikan definisi dari kearifan lokal.

2. Dapat mengetahui apa saja kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sulawesi selatan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kearifan lokal


Kearifan lokal merupakan kebudayaan suatu daerah atau tempat dimana terdapat
masyarakat yang mempunyai kebiasaan atau adat istiadat yang secara turun temurun
diakui dan dilaksanakan sebagai sebuah tradisi, serta meninggalkan nilai- nilai
kearifan lokal yang melekat pada daerah tersebut.
Salah satu daerah di Sulawesi masih sangat kental dengan kearifan lokal yaitu daerah
Sulawesi Selatan. yang memiliki empat suku/etnis besar, Bugis, Makassar, Toraja, dan
Mandar. Dari keempat etnis tersebut, masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-
beda. Penulis mengambil komponen-komponen yang ikonik dari setiap etnis tersebut
sebagai wujud dari kearifan lokal Sulawesi Selatan.

B. Contoh- contoh kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sulawesi selatan

1. Budaya Tabe'
Budaya tabe merupakan sikap sopan santun dan saling menghargai sesama.
Nilai yang terkandung dalam budaya tabe adalah, sipakatau (tidak membeda-
bedakan), sipakalebbi (saling menghormati), dan sipakainge (saling
mengingatkan).

Budaya tabe dapat dilakukan dengan cara memberikan senyuman kepada orang
yang ingin disapa sambil sedikit menundukkan kepala. Selain itu, ketika ingin
melewati seseorang ucapkan kata tabe atau permisi sambil membungkuk setengah
badan

2. Appalili

6
Appalili termasuk salah satu kearifan lokal yang ada di Sulawesi Selatan.
Appalili merupakan tradisi upacara adat yang dilakukan sebelum menanam padi
di area persawahan.
Tradisi ini dilakukan agar tanaman padi terhindar dari kerusakan. Sekaligus
sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta karena berkat rahmat dan
taufiknya, sehingga masyarakat setempat dapat hidup tentram, aman, dan
tercukupi pangannya.
Appalili merupakan warisan turun temurun, yang hingga saat ini masih tetap
dipertahankan. Sebelum melakukan ritual appalili, tokoh masyarakat dan tokoh
tani bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan musyawarah
penentuan pelaksanaannya.

3. Masoppo Bola
Masoppo bola dalam bahasa Indonesia berarti memindahkan atau
mengangkat rumah. Masoppo bola adalah sebuah tradisi yang sudah turun
temurun dilakukan oleh masyarakat. Tradisi ini dilakukan dalam rangka
memindahkan rumah yang terbuat dari kayu secara gotong royong. Rumah
tersebut dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.Tradisi ini biasanya
dilaksanakan pada hari Jumat yaitu setelah di laksanakan salat Jumat. Sebelum
mengangkat rumah, biasanya diawali dengan makan bersama, bertujuan untuk
mempererat tali silaturahmi sekaligus menambah kekuatan.
Biasanya, pemilik rumah memindahkan rumah tersebut dengan alasan
rumahnya telah terjual atau ada keluarga yang ingin membangun rumah di tempat
tersebut. Tradisi Masoppo Bola masih dilestarikan di beberapa daerah, salah
satunya di Kabupaten Bone.

4. A'rate'
A'rate' berasal dari kata rate' yang berarti pembacaan naskah secara bersama
sambil dilagukan. A'rate' adalah sebuah tradisi pembacaan kitab barazanji pada
bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau pada bulan Rabiul Awal.

7
Tradisi ini dilakukan di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, yakni
Kabupaten Takalar dan Gowa. Pada umumnya A'rate' dilakukan oleh kaum laki-
laki, baik yang masih berusia mudah maupun tua.

5. Akkudu-kudu
Akkudu-kudu juga merupakan salah satu kearifan lokal yang ada di
Sulawesi Selatan. Akkudu-kudu mirip dengan tradisi appalili, namun tetap
memiliki sebuah perbedaan. Tradisi Akkudu-kudu dilakukan ketika masa panen
padi telah selesai. Hal tersebut dilakukan masyarakat setempat sebagai bentuk
rasa syukur kepada Yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan.

Tradisi ini masih terjaga hingga sekarang, terutama di daerah Sapayya,


Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Dalam melaksanakan tradisi Akkudu-
kudu dibutuhkan assung (lesung) sebagai alat utama. Alat ini melahirkan irama
musik yang merdu.

6. Accera Kalompoang

Accera kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-


benda pusaka kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa. Upacara
ini dilaksanakan setiap hari raya Idul Adha selama dua hari berturut-turut.

Accera kalompoang bertujuan sebagai persembahan untuk Kerajaan Gowa.


Prosesi ini dimulai dengan pemotongan kerbau, barazanji, dan pemanggilan para
leluhur di hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan air di sumur
tua yang terletak di Katangka, Gowa. Air tersebut kemudian akan diarak
masyarakat dengan menggunakan pakaian adat.

7. Ma'nene

Ritual Ma'nene merupakan salah satu tradisi yang dilakukan Suku Toraja di
Sulawesi Selatan. Tradisi ini berupa membersihkan jenazah yang telah
meninggal puluhan bahkan ratusan tahun atau yang telah berbentuk mumi. Ritual
tersebut hingga saat ini masih dijaga oleh masyarakat Suku Toraja. Pada tradisi
ini, satu rumpun keluarga melakukan pembersihan mumi leluhur sebagai garis

8
keturunannya. Tradisi ini dilakukan dengan cara ziarah makam, lalu membuka
peti jenazah, dan mengganti pakaian para leluhur yang sudah meninggal. Setelah
digantikan pakaian, jenazah akan dijemur selama beberapa waktu sebelum
akhirnya dimasukkan kembali ke dalam peti. Tradisi ini bertujuan untuk
menghargai serta mengingat kembali leluhur yang sudah meninggal dunia.

8. Mattompang Arajang

Mattompang arajang ini merupakan sebuah ritual adat yang sakral. Ritual ini
dilakukan setiap tahun, yang dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Bone dalam rangka penyucian benda-benda pusaka warisan Kerajaan
Bone. Ritual tersebut sebagai salah satu pesta adat masyarakat, sekaligus
pelestarian budaya Kerajaan Bone. Prosesi tersebut biasa juga disebut dengan
mappepaccing arajang atau dikenal pula dengan istilah pangadereng dilangiri.

Benda-benda pusaka yang akan dicuci meliputi teddung pulaweng (payung


emas), sembangeng pulaweng (selempang emas), kalewang La Tea Riduni
(parang). Selain itu, ada juga keris La Makkawa, Tombak La Sagala, Kelewang
Alameng Tata Rapeng (senjata adat tujuh atau ade' pitu).

Pencucian benda pusaka tersebut menggunakan beberapa air sumur yang


berada di Kabupaten Bone, yakni Bubung Parani, Bubung Bissu, Bubung Tello',
dan Bubung Laccokkong. Sumber mata air ini dikumpulkan sebagai bahan
pembersihan pusaka.

9. Uang Panai

Uang panai yang dalam bahasa lainnya biasa disebut panaik atau panai',
merupakan salah satu hal wajib dalam tradisi pernikahan di suku Bugis-
Makassar. Uang panai adalah uang yang diberikan oleh pihak mempelai laki-laki
untuk membiayai pernikahan pihak perempuan.

Beberapa orang menyalah artikan uang panai sebagai mahar dalam


pernikahan. Padahal, meskipun sama-sama diberikan oleh calon pengantin pria
kepada calon istrinya, panai dan mahar memiliki kedudukan berbeda pada tradisi

9
suku Bugis-Makassar. Uang panai diberikan untuk membiayai segala kebutuhan
pernikahan di pihak perempuan. Sementara mahar merupakan pemberian calon
pengantin pria yang nantinya mutlak milik sang wanita ketika sah menjadi istri.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah Kearifan lokal pada masyarakat
sulawesi selatan merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia yang berasal dari
sulawesi selatan , kearifan lokal ini mengandung nilai dan norma serta kepercayaan pada
suku setempat yaitu pada suku bugis, makassar, toraja dan mandar. Karakteristik yang
sangat penting dari kearifan lokal berasal dari pengalaman kehidupan. Pengalaman yang
diterima seseorang terintegrasi dalam bentuk tubuh, jiwa dan lingkungan tempat ia
berpijal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal pada masyarakat
sulawesi selatan merupakan suatu budaya yang sudah melekat dalam diri masyarakat
setempat dan juga harus dilestarikan agar Kearifan lokal ini tetap ada melekat pada
masyarakat Sulawesi selatan dan tidak hilang.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu kita harus selalu melestarikan kearifan
lokal yang diturunkan oleh para leluhur, karena itu merupakan suatu bentuk dari nilai dan
norma yang ada pada masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Machmud, Muslimin. “Komunikasi Kearifan Lokal Etnis Makassar Melalui Media


Warisan Sinrilik”, dalam Jurnal Salam, Vol. 14 No. 2 Juli - Desember 2011, 3.

Sitonda, Mohammad Natsir. 2007. Toraja: Warisan Dunia. Makassar: Pustaka Refleksi

Turangan, Lily, dkk. 2014. Seni Nasional. dalam seni Seni Budaya dan Warisan Indonesia
(seri 10). Jakarta: PT. Aku Bisa.

12

Anda mungkin juga menyukai