OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadira Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat rahmat,hidayahnya, saya mampu
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk
Sosial. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu
kehidupan masyarakat, Manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam
menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap
individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu kiranya
penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi para
pembaca.Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
Latar Belakang.........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................5
Tujuan......................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
Pengertian kearifan lokal.............................................................................................................................6
Contoh- contoh kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sulawesi selatan............................................6
BAB III........................................................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................................................11
Saran......................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan Sulawesi Selatan di warnai oleh empat suku bangsa, yaitu suku
Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar. Suku yang terbesar jumlahnya adalah Bugis,
menempati sebagian besar jazirah Sulawesi Selatan. Kebudayaan suku-suku bangsa itu
terdapat persamaan wujud, bentuk dan pola namun perbedaan tidak dapat di pungkiri.
Perbedaan lingkungan, membawa perbedaan gaya hidup dan mungkin pada kepribadian
keadaan tanah, air, gunung dan iklim turut membentuk gaya hidup penduduk. Mereka
keadaan alam turut memberi bentuk dan wujud, pergumulan hidup hasil kontak dengan
alam, mereka kembangkan kebiasaan dan cara mengelolah alam untuk memenuhi
dilakukan, baik secara individual maupun berkelompok, lambatnya laun akan terbentuk
pola kebiasaan yang mengarah pada pengorganisasian kegiatan untuk suatu tujuan
tertentu.
upacara minta hujan, penolak bahaya, gempa dan banjir, sangat besar artinya bagi
kehidupan petani. Keadaan alam tidak saja memberi pematasan terhadap kelangsungan
hidup manusia dan kebudayaannya, akan menyediakan berbagai macam bahan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Manusia adalah mahluk berakal, betapa sederhana
4
kemampuan yang dimiliki.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?
2. Apa saja contoh kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sulawesi selatan?
C. Tujuan
1. Dapat mendeskripsikan definisi dari kearifan lokal.
2. Dapat mengetahui apa saja kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sulawesi selatan
5
BAB II
PEMBAHASAN
B. Contoh- contoh kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sulawesi selatan
1. Budaya Tabe'
Budaya tabe merupakan sikap sopan santun dan saling menghargai sesama.
Nilai yang terkandung dalam budaya tabe adalah, sipakatau (tidak membeda-
bedakan), sipakalebbi (saling menghormati), dan sipakainge (saling
mengingatkan).
Budaya tabe dapat dilakukan dengan cara memberikan senyuman kepada orang
yang ingin disapa sambil sedikit menundukkan kepala. Selain itu, ketika ingin
melewati seseorang ucapkan kata tabe atau permisi sambil membungkuk setengah
badan
2. Appalili
6
Appalili termasuk salah satu kearifan lokal yang ada di Sulawesi Selatan.
Appalili merupakan tradisi upacara adat yang dilakukan sebelum menanam padi
di area persawahan.
Tradisi ini dilakukan agar tanaman padi terhindar dari kerusakan. Sekaligus
sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta karena berkat rahmat dan
taufiknya, sehingga masyarakat setempat dapat hidup tentram, aman, dan
tercukupi pangannya.
Appalili merupakan warisan turun temurun, yang hingga saat ini masih tetap
dipertahankan. Sebelum melakukan ritual appalili, tokoh masyarakat dan tokoh
tani bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan musyawarah
penentuan pelaksanaannya.
3. Masoppo Bola
Masoppo bola dalam bahasa Indonesia berarti memindahkan atau
mengangkat rumah. Masoppo bola adalah sebuah tradisi yang sudah turun
temurun dilakukan oleh masyarakat. Tradisi ini dilakukan dalam rangka
memindahkan rumah yang terbuat dari kayu secara gotong royong. Rumah
tersebut dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.Tradisi ini biasanya
dilaksanakan pada hari Jumat yaitu setelah di laksanakan salat Jumat. Sebelum
mengangkat rumah, biasanya diawali dengan makan bersama, bertujuan untuk
mempererat tali silaturahmi sekaligus menambah kekuatan.
Biasanya, pemilik rumah memindahkan rumah tersebut dengan alasan
rumahnya telah terjual atau ada keluarga yang ingin membangun rumah di tempat
tersebut. Tradisi Masoppo Bola masih dilestarikan di beberapa daerah, salah
satunya di Kabupaten Bone.
4. A'rate'
A'rate' berasal dari kata rate' yang berarti pembacaan naskah secara bersama
sambil dilagukan. A'rate' adalah sebuah tradisi pembacaan kitab barazanji pada
bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau pada bulan Rabiul Awal.
7
Tradisi ini dilakukan di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, yakni
Kabupaten Takalar dan Gowa. Pada umumnya A'rate' dilakukan oleh kaum laki-
laki, baik yang masih berusia mudah maupun tua.
5. Akkudu-kudu
Akkudu-kudu juga merupakan salah satu kearifan lokal yang ada di
Sulawesi Selatan. Akkudu-kudu mirip dengan tradisi appalili, namun tetap
memiliki sebuah perbedaan. Tradisi Akkudu-kudu dilakukan ketika masa panen
padi telah selesai. Hal tersebut dilakukan masyarakat setempat sebagai bentuk
rasa syukur kepada Yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan.
6. Accera Kalompoang
7. Ma'nene
Ritual Ma'nene merupakan salah satu tradisi yang dilakukan Suku Toraja di
Sulawesi Selatan. Tradisi ini berupa membersihkan jenazah yang telah
meninggal puluhan bahkan ratusan tahun atau yang telah berbentuk mumi. Ritual
tersebut hingga saat ini masih dijaga oleh masyarakat Suku Toraja. Pada tradisi
ini, satu rumpun keluarga melakukan pembersihan mumi leluhur sebagai garis
8
keturunannya. Tradisi ini dilakukan dengan cara ziarah makam, lalu membuka
peti jenazah, dan mengganti pakaian para leluhur yang sudah meninggal. Setelah
digantikan pakaian, jenazah akan dijemur selama beberapa waktu sebelum
akhirnya dimasukkan kembali ke dalam peti. Tradisi ini bertujuan untuk
menghargai serta mengingat kembali leluhur yang sudah meninggal dunia.
8. Mattompang Arajang
Mattompang arajang ini merupakan sebuah ritual adat yang sakral. Ritual ini
dilakukan setiap tahun, yang dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Bone dalam rangka penyucian benda-benda pusaka warisan Kerajaan
Bone. Ritual tersebut sebagai salah satu pesta adat masyarakat, sekaligus
pelestarian budaya Kerajaan Bone. Prosesi tersebut biasa juga disebut dengan
mappepaccing arajang atau dikenal pula dengan istilah pangadereng dilangiri.
9. Uang Panai
Uang panai yang dalam bahasa lainnya biasa disebut panaik atau panai',
merupakan salah satu hal wajib dalam tradisi pernikahan di suku Bugis-
Makassar. Uang panai adalah uang yang diberikan oleh pihak mempelai laki-laki
untuk membiayai pernikahan pihak perempuan.
9
suku Bugis-Makassar. Uang panai diberikan untuk membiayai segala kebutuhan
pernikahan di pihak perempuan. Sementara mahar merupakan pemberian calon
pengantin pria yang nantinya mutlak milik sang wanita ketika sah menjadi istri.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah Kearifan lokal pada masyarakat
sulawesi selatan merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia yang berasal dari
sulawesi selatan , kearifan lokal ini mengandung nilai dan norma serta kepercayaan pada
suku setempat yaitu pada suku bugis, makassar, toraja dan mandar. Karakteristik yang
sangat penting dari kearifan lokal berasal dari pengalaman kehidupan. Pengalaman yang
diterima seseorang terintegrasi dalam bentuk tubuh, jiwa dan lingkungan tempat ia
berpijal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal pada masyarakat
sulawesi selatan merupakan suatu budaya yang sudah melekat dalam diri masyarakat
setempat dan juga harus dilestarikan agar Kearifan lokal ini tetap ada melekat pada
masyarakat Sulawesi selatan dan tidak hilang.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu kita harus selalu melestarikan kearifan
lokal yang diturunkan oleh para leluhur, karena itu merupakan suatu bentuk dari nilai dan
norma yang ada pada masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sitonda, Mohammad Natsir. 2007. Toraja: Warisan Dunia. Makassar: Pustaka Refleksi
Turangan, Lily, dkk. 2014. Seni Nasional. dalam seni Seni Budaya dan Warisan Indonesia
(seri 10). Jakarta: PT. Aku Bisa.
12