MAKALAH
“Tradisi Posuo Pada Masyarakat Di Kota Baubau “
OLEH
WILDA
N1A120009
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu nabi muhammad saw yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada allah swt atas limpahan nikmat sehat-
nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Tradisi Posuo Pada
Masyarakat Kota Di Baubau”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
adat, istiadat, kesenian, suku serta memiliki kreativitas yang berbeda-beda disetiap
daerah dalam menghasilkan atau menciptakan suatu kebudayaan.
Pada era modern ini, masih banyak tradisi yang tetap dipertahankan secara
turun temurun dari nenek moyang hingga ke anak cucu pada suatu masyarakat.
Demikian juga yang terjadi di Kota Baubau Sulawesi Tenggara.Tradisi posuo ini
masih dilaksanakan oleh masyarakat kota Baubau, Tradisi ini dilaksanakan ketika
seorang perempuan telah beralih statusnya dari gadis remaja menuju gadis
dewasa. Para gadis akan di kurung dalam sebuah kamar yang disebut suo.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asal mula prosesi pingitan ini berawal dari kebiasaan masyarakat
mengurung perempuan. Mereka menganggap bahwa perempuan memiliki
keindahan atau kecantikan yang dapat mengundang kerawanan kriminal. Pihak
keluarga tidak diperkenankan membiarkan anak perempuannya keluar rumah
dengan bebas, bila anak yang bersangkutan telah gadis.
Dalam ritual Posuo ini, ada tiga tahap prosesi yang harus dijalani. Sesi
pertama disebut Pauncura atau pengukuhan. Pada tahap ini prosesi dilakukan oleh
dukun senior (Parika) diawali dengan tunuana dupa (pembakaran kemenyan) yang
disertai dengan pembacaan doa. Sesi kedua disebut Bhalyi Yana Yimpo atau
merubah penampilan yang dilakukan setelah ritual berjalan selama lima hari. Sesi
ketiga disebut Matana Kariya atau puncak acara
4.2 Saran
Perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam dan komprehensif
mengenai sejarah kehidupan Kerajaan dan Kesultanan Buton hubungannya
dengan sosial budaya guna memperkaya literatur pengetahuan dan melestarikan
adat budaya Buton yang sejak dahulu ada dalam kehidupan Buton.
9
DAFTAR PUSTAKA