Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah : Pengantar Asuhan Kebidanan

KEBIASAAN MASYARAKAT SUKU BANJAR TERHADAP BAYI YANG DIAYUN


DENGAN TEKNIK “AYUN BERPUKUNG” DIKAITKAN DARI SEGI KESEHATAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI

DOSEN MATAKULIAH :

KHOLILAH LUBIS, S.ST., M.Keb

OLEH :

KELOMPOK 2 S1 KEBIDANAN

CINDY WULANDARI (211000415201005)

CRISTINA OCTAVIA (211000415201006)

FINI FABIO ARIANI (211000415201008)

FEBRIONA SABARILLA (211000415201007)

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang
berjudul “Kebiasaan Masyarakat Suku Banjar Terhadap Bayi Yang Diayun Dengan Teknik
“Ayun Berpukung” Dikaitkan Dari Segi Kesehatan Anatomi Dan Fisiologi”
Shalawat di beriring salam kami sampaikan untuk junjungan kita
NabiMuhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian serta orang-orang
mukmin yang tetap istiqamah dijalan-Nya. Adapun makalah ini ditulis untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah pengantar asuhan kebidanan.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada orang orang yang telah membantu, dan menyadari banyaknya kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.

Bukittinggi,27 juni 2022

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum.................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN


A. Tindakan Bidan Dari Segi Kesehatan Yang Dikaitkan Dengan Kasus Ayun
Berpukung ................................................................................................................ 9
B. Ayun Berpukung Dari Segi Anatomi Fisiologi Bayi Serta Analisis
Jurnal/Penelitian Yang Terkait .............................................................................. 10

BAB IV
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman suku,
bangsa, bahasa, budaya, ras, agama, kepercayaan, tradisi, dan masih banyak
keanekaragaman yang lainnya. Dimana setiap daerah atau masyarakat Indonesia
mempunyai banyak sekali corak dan kebudayaannya masing-masing, mulai dari
sabang sampai merauke, kebudayaan yang berbeda-beda ini merupakan corak
kehidupan bangsa Indonesia namun demikian tidak jadi penghalang masyarakat
untuk bersatu dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
bersemboyankan “Bhinneka Tunggal Ika” berbeda-beda namun tetap satu jua,
itulah Indonesia.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia akan membentuk ciri
dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dari sebuah kebudayaanakan
tampak suatu ide, tindakan, dan benda hasil karya manusia yang kita kenal
sebagai wujud dari kebudayaan tersebut. Dengan demikian J.J Honigmann dalam
bukunya The World of Man membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: ideas,
activities, and artifact. Sejalan dengan pendapat ahli tersebut Koentjaraningrat
mengemukakan bahwa wujud sebuah kebudayaan itu dapat dibagi menjadi tiga:
Pertama, wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Kedua, wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Tindakan berinteraksi menurut pola-pola yang dilakukan oleh manusia
secara turun-temurun disebut dengan tradisi. Tradisi termasuk kedalam wujud
kebudayaan yang kedua dimana tradisi merupakan suatu tindakan atau perilaku
manusia yang dilakukan secara terpola dan berulang-ulang sehingga menjadi
sebuah kebiasaan turun-temurun yang dilakukan terus menerus dari zaman nenek
moyang hingga sekarang. Tradisi dapat pula bermakna sebagai adanya suatu
informasi yang diteruskan generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan yang
merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam

1
waktu yang lama dan dilaksanakan turun temurun dari nenek moyang, lalu tradisi
tersebut dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang
sesuatu itu hingga menjadi kebiasaan.
Di Indonesia banyak sekali tradisi unik yang masih dipertahankan
masyarakat hingga sekarang, salah satunya yaitu tradisi Bapukung pada
masyarakat Suku Banjar di Desa Penjuru Kecamatan Kateman Kabupaten
Indragiri Hilir, Riau. Tradisi Bapukung adalah salah satu budaya yang
dipertahankan oleh masyarakat Suku Banjar yang merupakan masyarakat
terbanyak setelah Suku Melayu. Bapukung merupakan hasil dari kebudayaan
migrasi orang-orang banjar yang berpindah dari Kalimantan Selatan ke berbagai
daerah di Indonesia termasuk Desa Penjuru yang membawa unsur-unsur budaya
lokal masyarakat Suku Banjar Kalimantan Selatan yang kita kenal dengan istilah
difusi kebudayaan. Difusi kebudayaan bermakna sebagai penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi oleh kelompok manusia
yang bermigrasi.
Tradisi Bapukung merupakan variasi atau jenis lain dari cara menidurkan
anak balita khas masyarakat Suku Banjar yang tidak kalah uniknya dengan cara diayun dan
dipukung (Bapukung), keduanya sama-sama menggunakan peralatan yang kurang lebih
sama dan cara buaiannya juga sama- sama diayun. Adapun perbedaannya yakni, pada
Bapukung posisi bayi adalah duduk dengan posisi lutut ditekuk hampir menyentuh dada,
tangan bersedekap atau lurus, kemudian mulai dari leher diikat dengan menggunakan kain
panjang hingga mengenai punggung, belakang, sampai kepinggang. Sedangkan cara
diayun biasa posisi bayi berbaring atau telentang layaknya bayi tidur seperti
biasanya tanpa diikat.
Tradisi Bapukung yang hadir sejak tahun 1980 di Desa Penjuru hingga
sekarang telah menjadi perbincangan oleh masyarakat pada umumnya yang
budayanya sendiri mulai tergerus akibat perubahan dan kemajuan zaman saat ini
dimana masyarakat yang dulunya sangat memegang erat budaya dan tradisi lokal
yang ada, sekarang mulai hilang dan sirna karena pengaruh zaman yang kian tak
terelakkan. Melalui informasi dan teknologi yang mudah diakses seperti totonan
ditelevisi maupun penggunaan internet melalui hp atau komputer memudahkan
budaya luar masuk merasuki jiwa masyarakat terutama kalangan pemuda,
sehingga muncullah pandangan bahwa budaya atau tradisi yang masih mengikuti
cara-cara lama merupakan sesuatu yang kuno, ketinggalan zaman, dan tidak

2
relevan lagi dipakai atau digunakan pada zaman sekarang yang telah maju dan
berkembang. Kendati demikian masyarakat Suku Banjar yang juga ikut dalam
perubaha zaman saat ini tidak memperdulikan hal itu, mereka tetap
mempertahankan tradisi Bapukung yang dianggap sebagai suatu ciri khas identitas
bagi masyarakat Suku Banjar di Desa Penjuru. Bagi mereka Bapukung adalah
Bapukung yang tidak akan pernah berubah bahkan hilang karena kemajuan
zaman, sebab ini adalah tradisi peninggalan nenek moyang yang mesti dijaga dan
dipertahankan keberadaannya.

Untuk mengetahui lebih lanjut maka penulis membuat makalah yang diberi judul
“Kebiasaan Masyarakat Suku Banjar Terhadap Bayi Yang Diayun Dengan Teknik
“Ayun Berpukung” Dikaitkan Dari Segi Kesehatan Anatomi Dan Fisiologi.”

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan Praktikum adalah yang paling utama adalah menginformasikan,


menganalisis, dan membujuk dengan cara yang lugas dan memungkinkan pembaca untuk
terlibat secara kritis dalam suatu topik ilmiah. Dan untuk menjelaskan, menganalisis, dan
mendemonstrasikan secara umum tentang Kebiasaan Masyarakat Suku Banjar Terhadap
Bayi Yang Diayun Dengan Teknik “Ayun Berpukung” Dikaitkan Dari Segi Kesehatan
Anatomi Dan Fisiologi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIK kEBIDANAN YANG SENSITIF BUDAYA

Praktik Kebidanan
Kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam bentuk Asuhan
kebidanan.(peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 28 tahun 2017 tentang
izin dan penyelenggaraan praktik bidan).

Budaya
1. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh
dengan cara belajar dalam kehidupan masyarakat.
2. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak, dan mengambil keputusan.
3. Budaya memiliki nilai nilai tersendiri tergantung dengan budaya yang dianut oleh
seseorang dan dianggap benar secara turun Temurun atau secara agama yang bisa
diterima di kalangan masyarakat.
4. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan.

Beberapa perilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan


diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Healt Believe
Adalah tradisi tradisi yang diberlakukan secara turun menurun dalam. Contohnya:
dalam pemberian makanan pada bayi, di daerah Nusa Tenggara Timur ada pemberian
nasi papa atau di Jawa dengan tradisi nasi pisang.
2. Life Style
Adalah gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya: gaya hidup
kawin cerai di Lombok atau gaya hidup rokok.
3. Healt seeking behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit
tidak perlu ke pelayanan kesehatan akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung
atau mendatangi dukun. Menilai kelahiran dari sudut pandang Anthropologi,
mengemukakan bahwa konteks budaya dan sosial kelahiran bagi pengalaman

4
melahirkan serta kesejahteraan seorang ibu sama penting dengan perawatan ibu
tersebut ibu menjalani pengalaman melahirkan dalam konteks budaya dengan aturan
dan ritual sosial yang menganut keyakinan.

Perilaku budaya masyarakat dalam praktek kebidanan


a. Hamil
Perilaku budaya masyarakat selama ke hamilan
1. Upaya yang harus dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi Janine dalam
proses nya menjadi bayi hingga saat kelahirannya. Contohnya upacara tujuh bulanan.
2. Pantangan jangan memancing ikan karena akan menyebabkan bibir anak menjadi
Sumbing.
3. Larangan masuk hutan.
4. Pantangan keluar waktu Maghrib.
5. Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan Lilitan tali pusat.
6. Penentangan Nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
7. Pantangan makan tertentu, tantangan terhadap pakaian, pantangan jangan pergi
malam, pantangan jangan duduk di depan pintu, dan lain lain.
8. Kenduri
Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil tiga bulan sebagai tanda wanita
itu hamil, kenduri dilakukan pada waktu umur kehamilan delapan bulan.
Peran bidan terhadap peran bidan terhadap perilaku selama hamil
1. KIE tentang menjaga ke hamilan yaitu dengan ANC teratur, komunikasi makanan
bergizi, batasi aktivitas fisik, dan tidak perlu pantang makan.
2. KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha esa, mitos yang tidak benar
ditinggalkan.
3. Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau
berpengaruh buruk terhadap khamilan.

b. Persalinan
Perilaku budaya masyarakat selama persalinan :
1. Bayi laki laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik.
2. Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
3. Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar

5
4. Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun, biasanya persalinan dilakukan
dengan duduk di lantai di atas tikar, dukun yang menolong menunggu sampai
persalinan selesai
5. Minum air akar rumput Fatimah akan membuat persalinan lancar
Peran bidan terhadap perilaku selama persalinan
1. Memberikan pendidikan pada Penolong persalinan mengenai tempat persalinan,
proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan
2. Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan
peralatan
3. Bekerjasama dengan Penolong persalinan dukun dan tenaga kesehatan setempat

c. Nifas
Perilaku budaya masyarakat selama masa nifas :
1. Setelah bersalin ibu di mandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus bisa
merawat dirinya sendiri lalu ibu diberikan juga jam untuk peredaan darat dan untuk
laktasi.
2. Cara ibu tidur setengah duduk agar darah kotor kas keluar.
3. Ibu masa nifas tidak boleh minum banyak, ibu tidak boleh keluar rumah sebelum 40
hari karena bisa Sawan.
4. Ibu tidak boleh makan Terong karena bisa membuat bayi demam dan lain
sebagainya.
Peran bidan terhadap perilaku selama nifas
1. Memberikan pendidikan pada ibu nifas mengenai persepsi yang salah.
2. Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan
peralatan.
3. Bekerjasama dengan Penolong persalinan dukun dan tenaga kesehatan setempat.

d.Perawatan bayi
Perilaku budaya masyarakat pada bayi baru lahir:
1. Bayi diurut baru di mandikan oleh dukun selama 40 hari.
2. Ramuan tali pusat tiap hari harus diganti sampai putus.
3. Tali pusat yang sudah lepas dibuat di mana tuh obat.
4. Bayi ditidurkan di samping ibu, tidak boleh dibawa jauh dari rumah sebelum bayi 40
hari.

6
5. Khitan dilakukan pada bayi laki laki dan perempuan.
Peran bidan terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir
1. KIE perilaku positif dan negatif
2. Memberikan Penyuluhan tentang pantangan makanan selama nifas dan menyusui
sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
3. Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat,
meliputi pemotongan tali pusat, membersikan atau memandikan, menyusun
Kolostrum, dan menjaga kesehatan bayi.
4. Memberikan Penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca bersalin,
dan balita.

Pain in labor based on culture


Pain in labor based on culture adalah bahwa budaya memainkan peran penting
dalam sikap menghadapi rasa nyeri persalinan. Tanggapan terhadap nyeri dalam
melahirkan dapat dipengaruhi oleh faktor faktor budaya, makna nyeri dan harapan
intervensi berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Beberapa budaya
mengharapkan stoicisme sabar dan membiarkannya sedang budaya lainnya mendorong
keterbukaan untuk menyatakan perasaan ibu.
Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah keringanan rasa sakit.
Umumnya bidan menemukan ibu pada persalinan awal normal, mengeluh nyeri hebat, yang
terlihat dari perilaku marah, mengulang ulang cercaan, dan mengeluarkan kata kata secara
berlebihan, tetapi ketika melakukan Palpasi bidan hanya menemukan kontraksi ringan
berdurasi singkat. Bidan dapat menghadirkan perubahan perilaku yang dramatis ketika
memberi perhatian terhadap apa yang dirasakan ibu secara fisik dan dialami secara
pisikolog is. Kemungkinan besar ibu merasa sangat takut. Dengan melakukan perawatan
Penunjang ibu dapat dibantu untuk tersenyum, meningkatkan kemampuan koping nya
untuk menuju persalinan aktif yang tidak memerlukan Narkotik pada saat ini.
Sebaliknya dalam mengobati ibu, bidan harus selalu mengantisipasi kapan iya
paling membutuhkannya, yaitu selama transisi dan kemudian mengatur perencanaan. Nyeri
persalinan yang dialami ibu tidak boleh diremehkan terlepas apapun temuan bidan. Ibu
merasakan dan bidan harus menghargai apa yang dialaminya sekali lagi ditegaskan, Keith
pengobatan melibatkan perencanaan perawatan Penunjang secara total, termasuk
pengobatan sepanjang persalinan yang dirancang untuk setiap ibu dengan memperhatikan
batas keamanan.

7
Persepsi Rasa Nyeri
Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu:
Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individu wall terhadap rasa
sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat
proses persalinan tanpa pendamping dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat
meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah
kecemasan.
Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah
tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi persalinan dibanding wanita yang
rileks dan percaya diri.
Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah
terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang
mampu mentoleransi rasa sakit.
Sosial budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa
budaya mengharapkan stooicisme sabar dan membiarkannya sedang budaya lainnya
mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
Pengharapan
Wanita realistis dalam pengharapannya mengenai persalinan dan tanggapannya
terhadap hal tersebut adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa
ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan
menerima Analgesik yang sesuai.

Pengurangan rasa nyeri oleh bidan


Kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan adalah:
a. Pemenuhan kebutuhan fisik
b. Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus
c. Keringanan dari rasa sakit
d. Penerimaan atas sikap dan perilakunya
e. Pemberian informasi tentang kemajuan proses persalinan

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tindakan Bidan Dari Segi Kesehatan Yang Dikaitkan Dengan Kasus Ayun
Berpukung
Tradisi bapukung ini merupakan tradisi dari suku Banjar yang sudah ada sangat
lama sejak dari nenek moyang. Biasanya anak-anak yang dipukung itu sedang rewel,
kelelahan, maupun sakit perut dan menangis terus menerus. Cara memukung anak tersebut
dengan memasukkan anak ke dalam ayunan dalam posisi duduk dengan disangga bagian
lehernya dengan tapih (kain bawahan) dan dapat tidur dengan nyenyak selama 1- 2 jam.
Usia anak yang bisa dipukung itu sejak 2-9 bulan. Untuk menghantar tidur si anak bayi
terdapat nyanyian pengantar tidur yang bersifat doa dan harapan orang tua kepada anaknya.
Namun, tradisi bapukung saat ini sudah jarang yang bisa melakukannya, hanya orang-orang
yang ahli saja.
Nah, menurut masyarakat banjar, teknik ayun bapukung ini membuat anak bisa
tidur lebih lama dan pekerjaan dapat diselesaikan sehingga memudahkan orang tua atau ibu
untuk bekerja menyelasaikan pekerjaan rumah tangga atau di kebun.
Masyarakat Banjar juga meyakini, jika proses mamukung ini, jika dilakukan dengan
cara yang benar oleh ahlinya, maka si-bayi yang biasa tidur dalam posisi dipukung juga
akan menguatkan punggung dan pinggang-nya.
Teknik bapukung ini jika kita tidak dapat melakukannya dengan benar akan
mengakibatkan bahaya kepada si bayi, apalagi sekarang ini sudah tidak diperbolehkan lagi
mengayun bayi, terlebih lagi jika mengayunnya sangat kencang. Bidan harus bisa
memberikan pelajaran pelajaran kepada masyarakat tentang dampak mengayun si bayi,
memberikan ajaran bagaimana seharusnya bertindak, dekati toktoh tokoh masyarakat yang
berpengaruh agar bisa membantu menyampaikan informasi yang akan mensejahterakan
rakyatnya. Melakukan penyuluhan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi.
Memberikan informasi bahwa ayunan berpukung ini mempunyai pengaruh negatif, yaitu
pertumbuhan motorik pada anak bisa jadi terlambat karena tidak bisa bergerak leluasa.
Kemudian juga menyebabkan peredaran darah pada anak tidak lancar. Jika ingin membuat
si bayi tidur, biarkanlah bayinya tidur dengan sendirinya atau meminta bantuan bapak atau
keluarga lainnya untuk membantu si ibu untuk menidurkan si bayi, tanpa mengayunnya.
Dan biarkanlah leher bayi melanjutkan pertumbuhannya dengan sendirinya, tanpa diikat di

9
ayun berpukung tersebut. Karena ini adalah tradisi, maka bidan harus pandai pandai
menyampaikannya tanpa menimbulkan pertentangan atau amarah dari masyarakat
setempat. Tetap menghargai budaya dilingkungan masyarakat tersebut. Untuk si ibu
sebaiknya meminta pertolongan bapak atau keluarga lainnya untuk menjaga si bayi. Tetapi
keluarga yang dimintai pertolongan harus tau cara menggendong dengan baik atau apa
yang harusnya tidak dilakukan kepada bayi, atau jika tidak tau kita bisa mengajarinya
terlebih dahulu untuk mengurangi resiko. Ibu harus bisa mengambil keputusan yang bijak
agar tidak menimbulkan penyesalan suatu hari nanti.

B. Ayun Berpukung Dari Segi Anatomi Fisiologi Bayi Serta Analisis Jurnal/Penelitian
Yang Terkait

Meskipun teknik bapukung ini dikatakan mampu membuat anak tidur lebih pulas
dan durasi tidur lebih panjang, tapi melihat bagaimana berisikonya proses memukung ini,
tentu kita sama-sama sepakat kalau teknik ini nggak boleh dilakukan tanpa pendampingan
dari yang sudah berpengalaman. Apalagi ayunan berpukung ini mempunyai pengaruh
negatif, yaitu pertumbuhan motorik pada anak bisa jadi terlambat karena tidak bisa
bergerak leluasa. Kemudian juga menyebabkan peredaran darah pada anak tidak lancar.

Bukan hanya itu, teknik bapukung ini berkaitan dengan makhluk mungil yang tidak
berdosa yang nyawanya cuma satu. Kita tidak akan mempertaruhkan satu nyawa ini hanya
untuk sekedar coba coba saja, seeprti kita membuat kue dengan bermodalkan tutorial dari
video youtube yang mana jika kita salah, kita coba lagi dan lagi. Bayangkan kalau kita salah
dalam proses melilitkan kain. Terlalu ketat, misalnya. Bisa menyebabkan bayi susah
bernafas. Atau terlalu longgar, yang bisa menyebabkan bayi jatuh dari ayunan.

Dan juga, teknik bapukung ini kalau diperhatikan, bisa jadi bumerang. Misalnya,
katakanlah pada awal prakik si ibu berhasil memukung. Tentu ibu akan senang melihat bayi
tidur pulas dalam ayunan. Tapi, bagaimana kalau teknik bapukung yang dianggap sudah
betul dan berhasil itu ternyata salah? Memukung yang nggak pas bisa membuat kondisi
selendang yang menutupi leher dan punggung bayi bisa bergeser ke atas ketika diayun.
Akibatnya, selendang akan menutupi hidung si bayi. Akan membuat bayi susah bernafas.
Beruntung kalau pas kejadian itu si ibu masih ada di samping bayi. Jika tidak? Misalnya si
ibu sedang di dapur, maka akan menyebabkan bahaya dan menimbulkan penyesalan suatu
saat nanti.

10
Memang menjaga bayi itu cukup berat, lelah fisik dan juga mental. Tapi saran saya,
misalnya si ibu pegel menggendong si bayi, daripada coba-coba teknik bapukung, lebih
baik minta tolong ke pada si Bapaknya, atau keluarga yang lainnya untuk membantu
menggendongnya.

Tidak ada salahnya menidurkan bayi dengan ayunan, asalkan tidak terlalu kencang,
aman, menggunakan ayunan khusus, dan tidak banyak hentakan pada kepala bayi.

Hal yang patut diwaspadi dari ayunan adalah hentakan yang keras dan tiba-tiba
sehingga mempengaruhi kepala bayi. Ini biasa terjadi pada kondisi ingin bermain dengan
bayi, misalnya dengan mengoncang bayi atau melempar bayi ke udara. Aktifitas tersebut
sangat berbahaya dan dapat berpengaruh buruk pada bayi, dikenal dengan istilah
shaken baby syndrome. Kerusakan otak hingga kematian dapat ditimbulkan dari kondisi
ini. Oleh karenanya tetap awasi anak dan gunakan perlakuan yang baik dan aman, baik
ketika beraktifitas, menidurkan, atau saat tertidur sekalipun.

Dalam mengayun bayi itu sebaiknya tidak terlalu kencang. Mengayun terlalu
kencang dapat membahayakan si bayi, hal ini biasanya disebut dengan shaken syndrome
baby (sindrom bayi terguncang). Nah, sindrom ini sudah diketahui sejak tahun 1972 oleh
seorang ahli rontgen. Biasanya, sindrom ini timbul dengan gejala muntah-muntah dan
kejang-kejang. Namun, setelah diperiksa ternyata ada robekan di pembuluh darah otak.

Karena struktur tubuh bayi yang masih sangat lemah, guncangan atau efek ayunan
bayi yang kuat dapat menyebabkan terjadinya tarikan atau rentangan antara otak dengan
selaput otak yang melekat pada tulang kepala. Rentangan ini menyebabkan terjadinya
robekan pembuluh darah yang menghubungkan antara otak dengan selaput otak. Gejala
yang paling ringan pada bayi yang terkena sindrom tersebut adalah perdarahan di retina
(selaput jala) mata dan jangka panjang dapat menyebabkan kebutaan.

Tahun 2008, Camryn Jakeb Wilson, bayi berusia 12 minggu, meninggal karena
sang ayah terlalu keras mengguncang dan meremas tubuhnya. Empat tahun sebelumnya,
kasus serupa terjadi pada Aidan Andrews yang berusia 2,5 bulan. Di Jerman, sekitar 100
bayi setiap tahun mengalami kerusakan parah di otak karena mereka diguncang-guncang
pengasuhnya. Asosiasi dokter anak di Jerman memperkirakan angka bayi yang mengalami
trauma (cedera) akibat diguncang-guncang sebenarnya lebih tinggi lagi. Asal tahu saja,
guncangan keras selama 5 detik saja sudah bisa merusak fungsi otak, begitu keterangan

11
dari profesor Hans-Juergen Nentwich, anggota direktur asosiasi tersebut. Dari kasus-kasus
yang terjadi, ahli kedokteran mengidentifikasi satu sindrom serius pada bayi, namanya
Shaken Baby Syndrome (SBS). Intinya, sindrom ini mengacu pada penyiksaan terhadap
bayi, yang sebenarnya dilakukan tanpa sadar untuk meredakan tangisan bayi. SBS biasanya
menimpa anak berusia di bawah 1 tahun, dan dapat mengakibatkan cedera otak parah yang
permanen, cedera urat saraf tulang belakang, pendarahan pada mata, bahkan kematian.
Jarang terjadi, namun harus diwaspadai Untuk Indonesia, belum ada data akurat soal kasus
semacam ini. Namun sebagai gambaran, di Amerika terdapat sekitar 1.000 hingga 1.500
kasus setiap tahunnya. Sebagian besar korban SBS adalah bayi berusia 3-8 bulan. Pada
balita juga pernah terjadi, tapi jumlahnya tak sebanyak itu. Hampir 25 persen anak yang
mengalami SBS di Amerika mengalami kematian. Menurut dr Pulung M. Silalahi SpA,
dokter anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Tambak, kematian yang terjadi dikarenakan bayi
yang masih sangat muda belum bisa menahan kepalanya sendiri lantaran otot lehernya yang
lemah. Akibatnya, jika bayi terguncang badannya, kepalanya akan bergoyang ke depan dan
ke belakang. Guncangan atau ayunan yang terlalu keras dapat mengakibatkan
keseimbangan terganggu, darah seakan-akan terhenti dan keseimbangan pun terganggu.
Otak bayi juga sangat rentan dan memerlukan ruang untuk tumbuh. Karena itulah ada
rongga atau celah antara tengkorak kepala dan otaknya yang dapat mendukung
pertumbuhan tersebut. Jika Anda mengguncang bayi Anda dengan kuat, otak si kecil bisa
berpindah tempat dalam rongganya. Selanjutnya jaringan otak si bayi akan membengkak
dan pembuluh darahnya bisa robek. Biasanya, bayi penderita SBS akan mengalami
pendarahan otak, pendarahan pada mata, serta cedera pada urat saraf tulang belakang atau
leher. Sebagian bayi juga memperlihatkan memar dan tulang rusuk yang retak. Efek jangka
panjangnya bisa macam-macam, dari kerusakan otak, kebutaan, epilepsi, kesulitan bicara,
kesulitan belajar, kesulitan koordinasi, serangan jantung, dan keterbelakangan mental.
Risiko terbesar adalah bayi di bawah 1 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan dapat
terjadi di usia yang lebih tua. Yang harus diwaspadai adalah guncangan-guncangan ini
dapat terjadi justru ketika kita asyik bermain dengan sang bayi.

12
BAB IV

A. KESIMPULAN

1. Tindakan Bidan Dari Segi Kesehatan Yang Dikaitkan Dengan Kasus Ayun
Berpukung
Tradisi bapukung ini merupakan tradisi dari suku Banjar yang sudah ada sangat
lama sejak dari nenek moyang. Biasanya anak-anak yang dipukung itu sedang rewel,
kelelahan, maupun sakit perut dan menangis terus menerus. Usia anak yang bisa
dipukung itu sejak 2-9 bulan. Untuk menghantar tidur si anak bayi terdapat nyanyian
pengantar tidur yang bersifat doa dan harapan orang tua kepada anaknya.
Namun, tradisi bapukung saat ini sudah jarang yang bisa melakukannya, hanya
orang-orang yang ahli saja. Masyarakat Banjar juga meyakini, jika proses mamukung
ini, jika dilakukan dengan cara yang benar oleh ahlinya, maka si-bayi yang biasa tidur
dalam posisi dipukung juga akan menguatkan punggung dan pinggang-nya. Bidan
harus bisa memberikan pelajaran pelajaran kepada masyarakat tentang dampak
mengayun si bayi, memberikan ajaran bagaimana seharusnya bertindak, dekati toktoh
tokoh masyarakat yang berpengaruh agar bisa membantu menyampaikan informasi
yang akan mensejahterakan rakyatnya. Melakukan penyuluhan penyuluhan kepada ibu-
ibu yang mempunyai bayi.
Tetapi keluarga yang dimintai pertolongan harus tau cara menggendong dengan
baik atau apa yang harusnya tidak dilakukan kepada bayi, atau jika tidak tau kita bisa
mengajarinya terlebih dahulu untuk mengurangi resiko. Ibu harus bisa mengambil
keputusan yang bijak agar tidak menimbulkan penyesalan suatu hari nanti.

2. Ayun Berpukung Dari Segi Anatomi Fisiologi Bayi Serta Analisis


Jurnal/Penelitian Yang Terkait
Bisa menyebabkan bayi susah bernafas. Atau terlalu longgar, yang bisa
menyebabkan bayi jatuh dari ayunan. Tentu ibu akan senang melihat bayi tidur pulas
dalam ayunan. Tapi, bagaimana kalau teknik bapukung yang dianggap sudah betul dan
berhasil itu ternyata salah? Memukung yang nggak pas bisa membuat kondisi
selendang yang menutupi leher dan punggung bayi bisa bergeser ke atas ketika diayun.

13
Akibatnya, selendang akan menutupi hidung si bayi. Akan membuat bayi susah
bernafas. Beruntung kalau pas kejadian itu si ibu masih ada di samping bayi. Memang
menjaga bayi itu cukup berat, lelah fisik dan juga mental.
Tapi saran saya, misalnya si ibu pegel menggendong si bayi, daripada coba-
coba teknik bapukung, lebih baik minta tolong ke pada si Bapaknya, atau keluarga yang
lainnya untuk membantu menggendongnya. Tidak ada salahnya menidurkan bayi
dengan ayunan, asalkan tidak terlalu kencang, aman, menggunakan ayunan khusus, dan
tidak banyak hentakan pada kepala bayi. Hal yang patut diwaspadi dari ayunan adalah
hentakan yang keras dan tiba-tiba sehingga mempengaruhi kepala bayi. Ini biasa terjadi
pada kondisi ingin bermain dengan bayi, misalnya dengan mengoncang bayi atau
melempar bayi ke udara.
Aktifitas tersebut sangat berbahaya dan dapat berpengaruh buruk pada bayi,
dikenal dengan istilah shaken baby syndrome. Dalam mengayun bayi itu sebaiknya
tidak terlalu kencang. Mengayun terlalu kencang dapat membahayakan si bayi, hal ini
biasanya disebut dengan shaken syndrome baby . Karena struktur tubuh bayi yang
masih sangat lemah, guncangan atau efek ayunan bayi yang kuat dapat menyebabkan
terjadinya tarikan atau rentangan antara otak dengan selaput otak yang melekat pada
tulang kepala.
Gejala yang paling ringan pada bayi yang terkena sindrom tersebut adalah
perdarahan di retina mata dan jangka panjang dapat menyebabkan kebutaan. Tahun
2008, Camryn Jakeb Wilson, bayi berusia 12 minggu, meninggal karena sang ayah
terlalu keras mengguncang dan meremas tubuhnya. Di Jerman, sekitar 100 bayi setiap
tahun mengalami kerusakan parah di otak karena mereka diguncang-guncang
pengasuhnya. Asosiasi dokter anak di Jerman memperkirakan angka bayi yang
mengalami trauma akibat diguncang-guncang sebenarnya lebih tinggi lagi.
Dari kasus-kasus yang terjadi, ahli kedokteran mengidentifikasi satu sindrom
serius pada bayi, namanya Shaken Baby Syndrome . Intinya, sindrom ini mengacu pada
penyiksaan terhadap bayi, yang sebenarnya dilakukan tanpa sadar untuk meredakan
tangisan bayi. Sebagian besar korban SBS adalah bayi berusia 3-8 bulan. Menurut dr
Pulung M. Silalahi SpA, dokter anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Tambak, kematian
yang terjadi dikarenakan bayi yang masih sangat muda belum bisa menahan kepalanya
sendiri lantaran otot lehernya yang lemah.
Akibatnya, jika bayi terguncang badannya, kepalanya akan bergoyang ke depan
dan ke belakang. Otak bayi juga sangat rentan dan memerlukan ruang untuk tumbuh.

14
Jika Anda mengguncang bayi Anda dengan kuat, otak si kecil bisa berpindah tempat
dalam rongganya. Selanjutnya jaringan otak si bayi akan membengkak dan pembuluh
darahnya bisa robek.
Biasanya, bayi penderita SBS akan mengalami pendarahan otak, pendarahan
pada mata, serta cedera pada urat saraf tulang belakang atau leher. Sebagian bayi juga
memperlihatkan memar dan tulang rusuk yang retak. Risiko terbesar adalah bayi di
bawah 1 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan dapat terjadi di usia yang lebih tua.
Yang harus diwaspadai adalah guncangan-guncangan ini dapat terjadi justru ketika kita
asyik bermain dengan sang bayi.

B. SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/alkawnu/article/download/5074/2679

https://pdfcoffee.com/makalah-ayun-bapukung-fix-pdf-free.html

https://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/5bb3021a6ddcae04ae02e384/bapukung-tradisi-
tua-meninabobokan-bayi-khas-suku-banjar?page=all#sectionall

https://mojok.co/terminal/teknik-bapukung-untuk-menidurkan-bayi-layak-coba/

https://www.alodokter.com/komunitas/topic/ayunan

https://www.halodoc.com/artikel/perlu-tahu-ayunan-bayi-bisa-pengaruhi-kesehatan-si-kecil-

https://nasional.kompas.com/read/2009/09/27/14393222/stop-mengguncang-bayi-anda

Anda mungkin juga menyukai