Anda di halaman 1dari 16

KEARIFAN LOKAL

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN ATAU


PENGOBATAN BAGI ANGGOTA MASYARAKAT BUDAYA
YANG SAKIT

KELOMPOK 2
 Hellen Safitri Br.Lingga (2019007)
 Henjelika Sihol Marito Rumapea (2019008)
 Juli Damayanty Harahap (2019009)
 Kamaliah (2019010)
 Marlina Harefa (2019011)
 Melly Elwina Sari Luahambowo (2019013)
Dosen Antropologi Kesahatan: Hendra Mulia

AKADEMI KEPERAWATAN
COLUMBIA ASIA MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT , Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan,
untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar penulisan makalah
selanjutnya lebih baik lagi.

Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam


penulisan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya
kami mengucapkan banyak terimakasih.

PENGETIK

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ....................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 CIRI UTAMA DARI SUATU MASYARAKAT YANG


BERKEMBANG………………………………….................................5

2.2 PENGERTIAN KEARIFAN LOKAL............................................7

2.3 LIMA ETNIT DAN BUDAYA INDONESIA UNTUK


PENYEMBUHAN
PENYAKIT.............................................................................................8
2.4 CONTOH PENGOBATAN KEARIFAN LOKAL......................10

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...............................................................................15

3
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah


demikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan
budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut
dalam waktu yang cukup lama (Sunaryo dan Laxman dalam
Aam Masduki, 2015: 296).Kearifan lokal adalah sikap bijak
suatu komunitas terhadap lingkungannya dengan cara menjaga,
merawat, melindungi dan memanfaatkannya untuk keperluan
hidup. Kearifan lokal dalam pengobatan tradisional dapat
diartikan sebagai perilaku masyarakat untuk memanfaatkan flora
dan fauna di lingkungannya untuk kepentingan kesehatan
masyarakat.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri utama dari suatu masyarakat yang berkembang
Masyarakat yang berkembang mengalami suatu perubahan, dan
Perubahan yang terjadi ada yang kurang begitu tampak
pengaruhnya atau sangat lamban, tetapi ada juga perubahan
yang pengaruhnya begitu cepat dan luas. Hal ini terjadi pada
masyarakat pedesaan sudah telah mengenal perdagangan, alat
transportasi modern, bahkan mengikuti berita-berita mengenai
daerah lain melalui Radio, TV dan sebagainya yang telah
merasuk sampai ke pedesaan. Sebagai konsekuensinya terjadilah
Perubahan-perubahan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat
Suku Biak, baik itu budaya adat-istiadat yang meliputi nilai-nilai
sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial
lainnya. Perubahan sosial yang terjadi juga menyentuh pada
budaya perkawinan masyarakat Suku Biak, yang begitu sakral
dan agung selama berabad-abad tetapi di era modern ini secara
perlahan mulai luntur dan terkikis dengan gaya hidup modern
sehingga mulai ditinggalkan oleh masyarakat khususnya oleh
para generasi muda. Perubahan budaya dalam masyarakat Biak
memang telah ada sejak zaman dahulu. Perubahan sosial
tersebut membingungkan masyarakat yang menghadapinya.
Perubahan sosial itu berjalan secara konstan. Perubahan tersebut
berjalan tanpa terikat oleh waktu dan tempat, akan tetapi karena

5
sifatnya yang berantai, maka perubahan tersebut berlangsung
terus-menerus, sehingga dikhawatirkan budaya ini akan hilang
karena mulai tergantikan dengan gaya hidup modern sebagai
akibat dari kemajuan di bidang sosial ekonomi.
sebagai contoh dalam beberapa kasus dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Masyarakat lebih bersikap materialistis yang lebih
diutamakan sebagai bagian dari pamer kekayaan, berupa
besarnya jumlah mas kawin dalam bentuk uang yang sudah
disiapkan akan berakibat kecenderungan poligami bagi yang
kaya.
2. Kecenderungan untuk menikahkan anak perempuan dibawah
umur dengan tujuan memperoleh status walaupun berakibat
terjadinya poligami yang memiliki ekses tidak baik bagi
kehidupan sosial kemasyarakatan
3. Pengaruh kesehatan dimana anak-anak yang dihasilkan dari
pernikahan yang masih berusia dini dapat berakibat kualitas
sumber daya manusia yang rendah.
4. Mengurangi kesempatan perempuan untuk memperoleh
pendidikan yang lebih tinggi dan berperan lebih besar dalam
pembangunan.

6
2.2 PENGERTIAN KEARIFAN LOCAL
Kearifan Lokal Pengertian kearifan lokal (local wisdom)
menurut kamus Inggris–Indonesia dari John M. Echols dan
Hasan Sadily terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal
(local). local itu berarti setempat, sedangkan wisdom adalah
kearifan atau sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka
local wisdom dapat diartikan sebagai kearifan setempat dan
dapat dipahami sebagai suatu gagasan-gagasan setempat yang
bersifat bijaksana, penuh dengan kearifan yang bernilai baik,
serta tertanam dan diikuti oleh seluruh anggota masyarakatnya.
Kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah
mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal
merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan
berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai
keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi
geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk
budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan
pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
terkandung didalamnya dianggap sangat universal (Gobyah,
2003) Kearifan lokal adalah sumber pengetahuan yang
diselenggarakan dinamis, berkembang dan diteruskan oleh
populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka
terhadap alam dan budaya sekitarnya (Caroline Nyamai-Kisia
2010 dalam Gobyah 2003) Berdasarkan pendapat di atas, maka
kearifan lokal merupakan dasar dalam suatu pengambilan
kebijakan pada tingkat lokal di bidang kesehatan, pertanian,

7
pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan
masyarakat pedesaan. Pada kearifan lokal, terkandung pula
kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah
pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan
sistem kepercayaan,norma, dan budaya serta diekspresikan
dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang
lama dan panjang.

2.3 LIMA ETNIT DAN BUDAYA INDONESIA UNTUK


PENYEMBUHAN PENYAKIT
Contoh dukun dukun yang dapat menyembuhkan anggota
budayanya yang sakit
1. Tradisi oyog untuk ibu hamil
Tradisi oyog merupakan tradisi menggoyang-goyangkan perut
ibu hamil yang dilakukan oleh etnis Jawa di Desa Dukuh
Widara, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Tradisi ini dilakukan sejak usia kehamilan menginjak bulan
ketiga sampai bulan kesembilan. Biasanya tradisi ini dilakukan
oleh dukun bayi setempat.
2. Pengobatan oleh Topo Tawoi
Topo Tawui adalah dukun yang melakukan semua pengobatan
penyakit, termasuk persalinan, dengan meniup bagian tubuh
yang sakit tanpa menggunakan alat apapun. Mayoritas
persalinan pada etnis Kaila Da'a di Desa Wulai, Kecamatan
8
Bambalamotu, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Tengah,
dilakukan di rumah dengan banguan Topo Tawui.
3. Kematian bayi karena makhluk gaib
Tingginya angka kematian bayi pada etnis Laut di Desa Tanjung
Pasir, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, masih dipercaya
disebabkan oleh kepercayaan bahwa penyakit yang menyerang
disebabkan oleh keteguran, kelintasan dan tekene yang
merupakan makhluk gaib.
4. Ritual penyembuhan dengan memanggil roh
Untuk menolong dan menyembuhkan masyarakat yang sakit,
etnis Dayak Ngaju, Desa Muroi Raya, Kapuas, Kalimantan
Tengah, melakukan ritual memanggil roh Dewa Sangiang
sebagai penyembuhnya. Yang menjadi perantara antara
Sangiang dan pasien disebut lasang atau dukun.
5. Kusta di Asmat
Ada 150 penderita kusta ditemukan di etnis Asmat di Kampung
Mumugu, Distrik Sawa Erma, Kabupaten Asmat, Papua. Di
sana, penderita kusta bisa hidup berbaur dengan masyarakat lain
dan tidak ada pengucilan. Bagi mereka, kusta hanyalah penyakit
kulit biasa sehingga mereka tidak melalukan pencegahan dan
pengobatan. Akibatnya penyebaran kusta pun semakin cepat.
Kondisi ini juga diperparah dengan kondisi sanitasi yang kurang
baik.

9
2.4 CONTOH PENGOBATAN KEARIFAN LOKAL
Suwuk, Pengobatan Tradisional Hanya Menggunakan Air dan
Rapala.
Ragam tradisi dan adat di Indonesia memang perlu
dipertahankan sebagai warisan budaya yang nilainya tiada tara.
Kekentalan tradisi ini juga mempengaruhi dunia kesehatan dan
pengobatan seperti masih percayanya peranan dukun di era saat
ini. Di Pasuruan, Jawa Timur misalnya, praktik pengobatan
tradisional melalui dukun masih banyak digunakan oleh
masyarakat. Pengobatan tradisional tersebut disebut dengan
Suwuk.
ADVERTISEMENT
Melalui pengertian yang dikemukakan para pakar Antropologi
Indonesia, Suwuk merupakan pengobatan tradisional yang telah
lama ada di Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Pasuruan.
Masyarakat yang tinggal di desa lokasi wisata Taman Safari
Indonesia II ini masih menggunakan pengobatan tradisional
Suwuk sebagai pilihan pengobatan. Dalam praktiknya, Suwuk
biasa disisipkan sebagai mantra dalam setiap pengobatan.
Pengobatan suwuk dilakukan oleh dukun yang mana salah satu
ciri pengobatan dukun adalah penggunaan doa-doa atau
Rapalan-rapalan , air putih yang diisi rapalan doa-doa dan
ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Berbagai macam penyakit yang
diderita oleh masyarakat pun dapat diobati melalui suwuk.

10
Dalam pandangan ilmu antropologi kesehatan, dikenal istilah
etnomedisin yakni kepercayaan dan praktek-praktek yang
berkenaan dengan penyakit dan merupakan hasil dari
perkembangan kebudayaan asli dan eksplisit yang tidak berasal
dari kerangka konseptual kedokteran modern. Sebuah metode
pengobatan pun berkaitan erat dengan bagaimana konsep sehat
dan sakit yang dipahami masyarakat. Penyebab penyakit
masyarakat dibagi menjadi dua macam:
1. penyakit yang disebabkan oleh sistem-sistem medis
personalistik, yakni penyakit disebabkan oleh intervensi dari
suatu agen aktif yang berupa makhluk supranatural (makhluk
gaib, hantu, roh, dewa) atupun berasal dari manusia seperti
tukang tenung dan tukang sihir,
2. penyakit yang disebabkan oleh sistem-sistem medis
naturalistik, yakni penyakit yang diderita dapat dijelaskan
dengan istilah-istilah sistemik dan sakit tersebut disebabkan oleh
adanya ketidakseimbangan tubuh manusia seperti karena panas,
dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, sehingga
tubuh menjadi sakit. Pengobatan tradisional suwuk tidak dapat
dipungkiri lebih cenderung menyembuhkan penyakit yang
disebabkan oleh hal-hal personalistik.
Pada dasarnya, dalam proses pengobatan tradisional Suwuk ini,
dukun akan melakukan proses yang terdiri dua tahap: pertama,
dukun akan mendiagnosa pasien terlebih dahulu, kedua,
penerapan metode pengobatan dalam hal ini metode pengobatan
suwuk.
11
Di Jatiarjo, cara mendiagnosa pasien oleh dukun suwuk dapat
dilakukan dalam beberapa teknik. Teknik tersebut seperti halnya
pijatan-pijatan di ruas-ruas jari kaki dan tangan, analisis laporan
medis dari pasien, penggunaan benda pusaka (misal keris),
hingga komunikasi batin antara sang dukun dengan penunggu
desa tempat pasien berasal. Seluruh teknik diagnosa tersebut
dilakukan salah satu atau kombinasi oleh sang dukun.
Setelah dilakukan teknik diagnosa, tahap selanjutnya adalah
penerapan dari metode pengobatan suwuk. Pengobatan suwuk di
Jatiarjo dilakukan dengan kombinasi teknik pengobatan lain
seperti pijat dan pemberian ramuan herbal. Setelah diketahui
penyakit yang diderita, pasien dapat disembuhkan melalui teknik
pijat dengan menggunakan minyak whisik. Ada pula pasien
yang diberi ramuan berbahan tumbuhan obat yang diracik si
dukun maupun diracik sendiri.
Selain ramuan herbal tersebut dikonsumsi oleh pasien, ramuan
tersebut juga dapat diusapkan (bobok) dibagian tubuh yang
sakit. Seluruh proses pengobatan baik pijat maupun pemberian
ramuan berbahan alami tersebut dilakukan sembari ditiupkan
rapalan doa-doa oleh sang dukun. Rapalan doa-doa pun juga
diberikan pada pasien dalam bentuk fisik yakni berupa tulisan-
tulisan arab yang ditulis dilembaran kertas. Pijatan juga biasanya
digunakan dalam tradisi Suwuk.
Pengobatan Suwuk dengan kombinasi ramuan herbal misalnya,
digunakan oleh seorang dukun untuk mengobati pasiennya.
Racikan ramuan herbal ini terdiri dari parutan dringu
12
(lempuyang) yang diusapkan pada tubuh pasien. Racikan ini
bahkan bisa dikonsumsi oleh segala jenis usia dari mulai bayi
hingga manula.
Terdapat tiga elemen penting dalam sebuah proses pengobatan
yakni: obat itu sendiri, mantra, dan menurut Malinowski,
seorang tokoh antropologi kenamaan, adalah kondisi atau
kemampuan pemberi obat. Di Jawa, aspek keadaan pemberi obat
dianggap sebagai elemen yang penting sekali. Hal inilah yang
menjadi alasan bahwa pengobatan tradisional seperti halnya
suwuk ampuh dan masih menjadi pilihan bagi masyarakat di
Jatiarjo.
Kondisi pemberi obat inipun ditunjukkan dengan sikap yakin
selama proses pengobatan. Selain itu, sang dukun mempercayai
jika kesembuhan yang dirasakan pasien tidak hanya berdasarkan
kemampuan dirinya, namun senantiasa atas kehendak Tuhan
Yang Maha Esa.
Perihal sikap dan kondisi pemberi obat ini secara ilmiah dapat
dijelaskan sebagai faktor sugesti yang terjadi dalam proses
pengobatan tradisional. Keampuhan pengobatan tradisional
sejatinya terletak pada adanya faktor sugesti yang terjadi selama
proses pengobatan.
Sugesti berasal dari keyakinan si penyembuh maupun si pasien.
Selain itu, sugesti dibuat dengan memberikan Unen-Unen
(komentar, saran) pada pasien yang dinyatakan secara implisit
maupun eksplisit. Media air, doa, dan obat-obatan herbal

13
menjadi upaya untuk meningkatkan sugesti pasien tentang
penyembuhan.
Dengan demikian, pengobatan tradisional suwuk di Jatiarjo
masih memiliki tempat dihati masyarakat sebagai salah satu
piilihan pengobatan meski fasilitas medis telah memadai.
Sejatinya pengobatan tradisional yang merupakan wujud
keluhuran dan kekayaan budaya Indonesia masih diakui hingga
saat ini.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Cara penyembuhan suatu penyakit bukan hanya dengan


mengunakan alat-alat canggih yang modern melainkan bisa
dengan kearifan local suatu kebudayaan di masyarakat itu
14
sendiri. Pengobatan tradisional pun memainkan peranan penting
dalam pengembangan kebangsaan nasional, karena ia
melambangkan masa silam negara dan tingkatan kebudayaan
yang tinggi di masa lalu. Bukan hanya pengobatan milik
masyarakat Jawa saja, namun kekayaan itu mencakup
keragaman sukubangsa yang ada di Indonesia, karena meski
berbeda-beda cara pengobatannya, namun kesembuhan adalah
tujuannya.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.researchgate.net/publication/323785845_KEA
RIFAN_LOKAL_MASYARAKAT_JATIGEDE_DALAM
_PENGOBATAN_TRADISIONAL/fulltext/5aab1f920f7e9
b8826712b6b/KEARIFAN-LOKAL-MASYARAKAT-
JATIGEDE-DALAM-PENGOBATAN-
TRADISIONAL.pdf
15
2. https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20141229180018-255-21103/lima-etnik-dan-budaya-
indonesia-untuk-menyembuhkan-penyakit
3. https://media.neliti.com/media/publications/94880-ID-
kearifan-lokal-budaya-farkawawin-suku-bi.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai