Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN Tn.

P DENGAN DIAGNOSA
PENYAKIT JANTUNG CORONER

DISUSUN OLEH :
NAMA : Helen Safitri lingga
NIM : 2019007
MK : KEP. JANTUNG
DOSEN PENGAMPU :Romauli E.G Siallagan, S.kep.,Ns M.Kep

1
1 Konsep Penyakit Jantung Koroner
A. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Pada waktu jantung harus be kerja lebih kerasterjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang
menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali,
pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut
dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersedian
oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK (Huon, 2002).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara klinis PJK ditandai
dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan
berat ketika sedang mendaki, kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada
saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh. Pemeriksaan angiografi dan
elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk memastikan terjadinya PJK.
Hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan terjadinya iskemik merupakan
salah satu tanda terjadinya PJK secara klinis (Soeharto dalam Haslindah,
2015).
2. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian
(Hermawatirisa, 2014).

Faktor risiko dapat berupa semua faktor penyebab (etiologi)


ditambah dengan faktor epidemiologis yang berhubungan secara independen
dengan penyakit. Faktor- faktor utama penyebab serangan jantung yaitu
perokok berat, hipertensi dan kolesterol. Faktor pendukung lainnya meliputi
obesitas, diabetes, kurang olahraga, genetik, stres, pil kontrasepsi oral dan
gout (Huon, 2002).
Faktor risiko seperti umur, keturunan, jenis kelamin, anatomi
pembuluh koroner dan faktor metabolisme adalah faktor-faktor alamiah
yang sudah tidak dapat diubah. Namun ada berbagai f aktor risiko yang
justru dapat diubah atau diperbaiki. Sangat jarang orang menyadari bahwa
faktor risiko PJK bisa lahir dari kebiasaaan hidup sehari-hari yang buruk
misalnya pola komsumsi lemak yang berlebih, perilaku merokok, kurang
olaraga atau pengelolaan stress yang buruk (Anies, 2005).
Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor risiko
mayor dan minor. Faktor risiko mayor meliputi hipertensi, hiperlipidemia,
merokok, dan obesitas sedangkan faktor risiko minor meliputi DM, stress,
kurang olaraga, riwayat keluarga, usia dan seks. Menurut D.Wang (2005)
faktor risiko PJK pada wanita meliputi : Obesitas, riwayat keluarga,
penggunaan kontrasepsi oral yang disertai dengan riwayat merokok,
diabetes mellitus, kolesterol, merokok
Menurut penelitian yang dilakukan Rosjidi dan Isro’in (2014)
Perempuan lebih rentan terserang penyakit kardiovaskular dibanding laki-
laki. Beban faktor resiko penyakit kardiovaskular perempuan lebih besar
dari lakilaki adalah tingginya LDL, tingginya TG, dan kurangnya aktivitas
fisik. Tiga faktor resiko dominan penyakit kardiovaskular pada perempuan
adalah umur, hiperetnsi dan kolesterol tinggi.
3 Patofisiologi
Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung
oleh plak pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada
awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density
lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga

3
aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar,
2015).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh
penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan
dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa
pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan
pendarahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah.
Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan
jantung (Naga, 2012).
Pada umumnya PJK juga merupakan ketidakseimba ngan antara
penyedian dan kebutuhan oksigen miokardium. Penyediaan oksigen
miokardium bisa menurun atau kebutuhan oksigen miokardium bisa
meningkat melebihi batas cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan
oksigen miokardium harus dipenuhi dengan peningkatan aliran darah.
gangguan suplai darah arteri koroner dianggap berbahaya bila terjadi
penyumbatan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri
koroner. Penyempitan <50% kemungkinan belum menampakkan gangguan
yang berarti.

4
ASUHAN KEPERAWATAN Tn.P DENGAN DIAGNOSA
PENYAKIT JANTUNG CORONER

No. register : 10111854


Tanggal / jam MRS : 11 januari 2020/00.00 WIB
Tanggal /jam pengkajian 11 januari 2020/10.00 WIB
Diagnose medis : Coronary Artery Disease

1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2020di ruang ICU dengan data-data
sebagai berikut:
1. Identitas Pasien
Nama:Tn P
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin: laki-laki
Diagnosa medis: Coronary Artery Disease (CAD)
No RM : 456723
Alamat : jln Iskandar Muda Medan Baru
Agama : Islam
Tanggal MRS:11 januari2020
Pekerjaan: PNS
2. Identitas Penanggungjawab
Nama:Ny T
Jenis kelamin: Perempuan
Alamat: iskandar muda medan baru
Pekerjaan: Ibu rumah tangga,
Agama : islam
Hubungan dengan klien: istri
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama
Nyeri dada

5
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan kejadian ini awalnya mulai dirasakan pada tanggal 11
januari 2020 jam 00.00 wib (malam hari).
Pasien mengatakan sore tadi tepatnya jam 18.00 Wita mengalami stress
dan tiba-tiba merasakan sakit yang hebat pada dada bagian kiri, tertikam
dan tembus sampai punggung, merasa tegang pada tengkuk, dan rasa mual,
sehingga oleh keluarga pasien diantar keluarga ke rumah sakit. Keluhan
saat dikaji: pasien mengatakan masih merasa sakit pada dada bagian kiri,
tertikam dan tembus punggung, pasien juga mengatakan merasa tidak
nyaman dengan alat yang terpasang di tubuhnya. Tampak pasien berbaring
lemas, wajah meringis kesakitan, tampak terpasang monitor, dan tampak
sebagian besar activity daily livings (ADL) dibantu keluarga dan perawat.

c. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit diabetes sejak 3 tahun
yang lalu, dan tidak pernah control selama 1 tahun ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga belum pernah menderita penyakit
seperti ini.
4. Pola aktivitas
NO POLA SMRS MRS
AKTIVITAS
1. Nutrisi Makan 3x/ hari 1 porsi dengan Makann2x/hari
menu makanan nasi, sayur, setengah porsi
ikan, buah makan nasi, ikan
Minum air utih 1 botol 1500 dan buah, minum
ml/hari air putih setengah
notol 750 ml/hari
2 Eliminasi BAK 7-8 x/ hari 1200 cc BAK
berwarna kuning dan bau khas menggunakan

6
kateter
500cc/hari
berwarna kuning
berbau obat dan
sulit BAB
3 Istirahat Tidur 7-8 jam /hari Tidur 4-6
jam/hari dan
sering terbangun
4 Aktivitas fisik Dapat melakukan aktivitas Hanya berbaring
sehari-hari tanpa bantuan ditempat tidur,
orang lain dan aktivitas
dibantu oleh
perawat dan
keluarga
5 Personal hygiene Mandi 2-3x/hari ganti baju 1-3 Mandi diseka
x/hari 1x/hari ganti baju
2 hari sekali

e. pemeriksaan fisik

1. keadaan umum : lemah

GCS :4-5-6 kesadaran :Cm

Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 160/70 mmHg, N: 120 kali/menit, RR : 20


kali/menit dan S: 36 OC, SPo2 100%.

2. kepala
Inspeksi : bentuk simetris, rambut hitam sedikit putih dan bersih
7
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Wajah
Inspeksi : wajah simetris, pucat, tanpa meringis kesakitan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4.mata
Inspeksi : sclera putih,bolamata simetris konjungtiva tidak anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5.hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak adapolip, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6.telinga
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
7.mulut
Inspeksi : bibir simetris,mukosa bibir lembab
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
8.leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, fungsi menelanbaik.
Palpasi : tidak ada benjolan. Tidak ada nyeri tekan
9. thorax/dada
Inspeksi : dada simetris, terdapat retaksi dada, tanpak ngos-ngosan ketika berbicara
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru sonor
Alkultasi : terdapat suara tambahan ronchi
10.abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris antara kanan dan kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak asites
Perkusi : timpani
Auskultas : bising usus9x/menit
11.gentalia

8
Terpasang kateter
12. ektermitas
Atas : tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi akral hangat, tangan kanan terpasang
infus, tidak ada nyeri tekan.
Bawah : kaki kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, akral hangat terdapat nyeri tekan
pada lutut kaki kiri
f. data psikologis
1) status emosi
Emosi pasien stabil, pasien aktif dalam menjawab pertanyaan
2) kecemasan
Pasien terlihat cemas dan gelisah karena penyakit yang diderita
3) pola koping
Pasien hanya berbaring ditempat tidur
4.gaya komunikasi
Pasien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa jawa saat berkomunikasi
5.konsep diri
(a) body image : pasien menganggap bahwa sakit deritanya adalah cobaan dari Tuhan
YME
(b) self ideal : pasien sangat sabar menunggu kesembuhan dan selalu menanti perintah
dari dokter serta perawat
(c) self esterm : pasien merasakan senang karena diperhatikan oleh dokter dan perawat
serta keluarga untuk proses kesembuhannya
(d) role : pasien adalah seorang ibu dan memiliki 2 orang anak
g. data sosial
hubungan pasien dengan perawat maupun dokter baik, hubungan dengan keluarga
terutama orang terdekat seperti anak juga baik
h. data spiritual
pasien menganut agama islam, pasien menjelaskan sholat 5 waktu tetapi saat sakit pasien
tidak menjalankan sholat diganti dengan membaca dzikir

2 Diagnosa Keperawatan

9
Dari hasil pengkajian dilakukan analisa dan dan prioritas masalah keperawatan
sebagai berikut:
1. Analisa Data
N DATA ETIOLOGI MASLAH
O
1 DS : Gangguan Gangguan
memompa pertukaran gas
Pasien mengatakan sesak dan
ventrikel kiri
ngos-ngosan ketika beraktivitas
Back failure
Tekanan vena
DO:
pulmonalis
1. Kesadaran umum lemah meningkat
gcs:4-5-6
Kesadaran :cm
Ttv: 160/80 mmHg Tekanan kapiler
N : 120x/menit paru meningkat
Suhu : 36,0 C
2. Terdapat retaksi dda
3. Tambak ngos-ngosan Edema paru
ketika berbica Gangguan
4. Auskultasi paru terdapat pertukaran gas
suara tambahan ronchi

2 DS : Gagal jantung Intoleransi


aktivitas
Pasien mengatakan badan terasa
lemas dan terasa ngos-ngosan
Gagal pompa
ketika beraktivitas
ventrikel kiri
DO:
1. Kesadaran umum
Forward failure
lemah gcs:4-5-6
Kesadaran :cm Suplai darah ke
Ttv: 160/80 mmHg jaringan
N : 120x/menit menurun
Suhu : 36,0 C Metabolism
2. Pada genetalia anaerob
Terpasang kateter
3. Pasien tampak lemas
4. Skala kekuatan otot: Penimbunan

10
kanan asam laknat
4 4 Fatigue
kiri
3 Intoleransi
4 aktivitas

3. Diagnosa keperawatan
NO DIAGNOSA DITEMUKAN paraf
KEPERAWATAN MASALAH
Tanggal
1 Gangguan pertukaran gas b.d 16-01-2020
perubahan membrane alveolar-
kapiler ditandai dengan pasien
merasa sesak
2 Intoleransi aktivitas b.d 16-01-2020
kelelahan atau dispnea akibat
turunnya curah jantung ditandai
dengan pasien tampak lemas.
3. Nyeri dada: merasakan sakit 16-01-2020
yang hebat pada dada bagian
kiri, tertikam dan tembus
sampai punggung, merasa
tegang pada tengkuk, dan rasa
mual
4.intervensi keperawatan
N DIAGNOSA INTERVENSI
O KEPERAWA
TAN TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
1 Gangguan Setelah 1.lakukan BHSP 1. membina
pertukaran gas dilakukan 2. observasi TTV hubungan saling
b.d perubahan asuhan 3. berikan posisi percaya dengan
membrane keperawatan nyaman pasien/ keluarga.
alveolar- selama 2x24 4. auskultasi 2. TTV
kapiler jam suara paru Merupakan acuan

11
ditandai diharapkanmas 5. amati untuk mengetahui
dengan pasien alah gangguan pergerakan dada keadaan umum
merasa sesak pertukaran gas 6. kolaborasi 3.
teratasi dengan dengan tim memaksimalkan
kriteria hasil ttv medis dalam ventilator
dalam batas pemberian terapi 4. untuk
normal - injeksi Lasix mengetahui
pernafasan12- 3x20 mg/IV apakah ada suara
20x/menit -ISDN 3x5 mg tambahan nafas
2. tidak 7. edukasi 5. untuk
sianosis kepada pasien mengetahui
3. tidak ada untuk nafas adanya retaksi
retraltasi dada dalam dada
6. untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
7. memberi
informasi
Setelah 1. Dilakuka 1. Membina
dilakukan n BHSP hubungan
asuhan 2. Observasi saling
keperawatan TTV percaya
2.
selama 2x24 3. Bantu dengan
Intoleransi
jam diharapkan pasienmel pasien dan
aktivitas b.d
masalah akukan dan
kelelahan atau
toleransi imbulasi keluarga
dyspnea akibat
aktifitas teratasi sesuai 2. TTV
turunnya curah
dengan kriteria kebutuha Merupaka
jantung
hasil : n n acuan
ditandai
1. Keadaa 4. Ajarkan untuk
dengan pasien
n umum pasien mengetah
tampak lemas
cukup melakuka ui keadaan
2. Mampu n umum
melaku ambulasi 3. Memenuhi
kan 5. Edukasi kebuthan
aktivita pasien ADL
s tanpa dan 4. Mencegah
disertai keluarga kelemahan
dengan mengenai otot dan
peningk pentingny decubitus
atan a 5. Memotiva
12
TTV ambulasi si serta
atau menamba
rentang h
gerak pengetahu
6. Kolabora an pasien
si dengan dan
tim rehab keluarga
medic 6. Membantu
dalam memperce
pemberia pat proses
n terapi menyemb
uhan

5. Impementasi
TANGGAL/JAM NO. TINDAKAN PARAF
DIAGNOSA KEPERAWATAN
16 januari 2020 1. 1. membina hubungan saling
13.30 WIB percaya dengan pasien dan
keluarga

16 jauniari 2020 2. mengedukasi kepada pasien


14.30 WIB untuk nafas dalam

3. memberikan posisi
16 januari 2020 nyaman yaitu semi
16.00 WIB fowler

4. melakukan hasil kolaborasi


dengan tim medis dalam
16 januari 2020 pemberian terapi :
17.00 WIB -injeksi Lasix 20mg/IV
-ISDN 5 mg

5. mengobservasi TTV
TD: 160/70 mmHg
N: : 120 kali/menit, RR : 20
16 januari 2020 kali/menit dan S: 36 OC
17.10 WIB
6.mengamati pergerakan dada
13
(terdapat retaksi dada)

16 Januari 2020 7.mengauskultasi suara paru


17. 15 WIB (terdengar suara tambahan
ronchi)

16 januari 2020
17.20 WIB
16 januari 2020 2. 1. membina hubungan saling
13.30 WIB percaya dengan pasien atau
keluarga

16 jauniari 2020 2. menjelaskan kepada pasien


14.30 WIB dan keluarga tentang
pentingnya ambulasi dan
rentang gerak
16 januari 2020
16.00 WIB 1. membantu pasien
melakukan ambulasi
sesuai kebutuhan
- memberikan
16 januari 2020 makanan
17.00 WIB - membuang urine
2. mengajarkan pasien
melakukan ambulasi :
- mika miki
- melatih pasien
duduk
16 januari 2020 3. mengobservasi TTV:
17.10 WIB TD :160/70 mmHg
S : 36,0 C
RR : N: : 120
kali/menit
RR : 20

14
4. Evaluasi

TANGGAL/JAM DIAGNOSA EVALUASI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
16 januari 2020 Gangguan S = pasien mengatakan sesak
21.00 WIB pertukaran gas b.d sudah berkurang.
perubahan
O = - Keadan umum cukup
membrane alveolar-
kapiler ditandai - GSC = 4-5-6
dengan pasien - TTV;
merasa sesak TD = 160/70
mmgh
N = 120x/menit
S = 36,0C
RR = 20x/ menit
- Tidak ada
retreaksi data
- Aulkutasi paru
tidak ada suara
nafas tambahan.
- Tampak ngos-
ngosan ketika
berbicara.
A = Gangguan pertukaran
gas b.d perubahan
membrane alveolar- kapiler
teratasi sebagian.
P = Intervensi dilanjutkan
- Observasi ttv
Intoleransi aktivitas S = Psien mengatakan sudah
16 Januari 2020 b.d kelelahan atau badan sudah lumayan tidak
21.00 WIB dispnea curah lemas tapi masih ngos-
jantung ditandai ngosan
dengan pasien
15
tanpak lemas O = - Keadaan umum cukup
- GSC = 4-5-6
- Kesadaran
17 januari 2020 Gangguan
=composmentis
14.00 WIB pertukaran gas b.d
- TTV:
perubahan
membrane alveolar- TD: 160/70 mmHg
kapiler ditandai N = 120x/menit
dengan pasien S = 36,0C
merasa sesak. RR = 20x/ menit
-genetalia
terpasang kateter
17 Januari 2020 - pasien bisa
14.00 WIB miring kanan
miring kiri
- pasien bisa
duduk tetapi
disangga dengan
bantal
- skala kekuatan
otot:
4 4
kiri
3
4
kanan

A: intoleransi aktivitas b.d


kelelahan atau dyspnea
akibat turunnya curah
jantung terarasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
-observasi
TTV

16
17

Anda mungkin juga menyukai