Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANTROPOLOGI KESEHATAN

Budaya Kenterek dari Suku Sasak Berhubungan dengan Saluran Kemih


(Makalah ini dibuat sebagai sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas kelompok)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. Elin Paramiswari (P07120119046)
2. Sarji Wahyu Akbar (P07120119047)
3. Ummu Hani (P07120119048)
4. Abdul Muhit (P07120119049)
5. Aisyah Rizki Nuridha (P07120119050)
6. Arbi Kusuma (P07120119051)
7. Ayu Putu Anggi Aprilia (P07120119052)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
Jl. Kesehatan No.10, Mataram
(0370) 622382
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunianya kita dapat menyelesaikan makalah Budaya kenterek dari suku
sasak berhubungan dengan saluran kemih ini dengan tepat waktu. Makalah yang
disusun ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Antropologi Kesehatan
yang diampu oleh Bapak Eka Rudy Purwa,SST, M.Kes

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan


membantu dalam pembelajaran serta dapat dijadikan tinjauan pengetahuan untuk
pendidikan yang lebih baik lagi dimasa depan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belum sempurna


dan masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa,
kosa kata, etika, isi, maupun dalam penataan makalah. Maka dari itu, kami
meminta maaf dan memohon kritik serta saran yang membangun untuk kami
jadikan sebagai bahan evaluasi.

Semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah


kekayaan intelektual bangsa. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Mataram, 30 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan........................................................................................................2

1.4. Metode dan Teknik Penulisan...................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

LANDASAN TEORI...............................................................................................3

BAB III....................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

2.1. Pengertian Budaya.....................................................................................4

2.2. Hubungan Antara Budaya dan Kesehatan.................................................5

2.2. Pengertian Kenterek................................................................................10

2.2. Hubungan Budaya Kenterek dengan Kesehatan.....................................10

BAB IV..................................................................................................................17

PENUTUP..............................................................................................................17

3.1. Kesimpulan..............................................................................................17

3.2. Saran........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya
umumnya bertempat tinggal di Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Mereka adalah
keturunan penduduk yang bermukim di Batavia (nama kolonial dari Jakarta)
dari sejak abad ke-17.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil
perkawinan antar etnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka
yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah
campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.
Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung
pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai
kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta,
seperti Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, Arab, Tionghoa,
dan India.
Kita sudah sering mendengar suku betawi, terlebih suku betawi berada di
ibu kota dan banyak figur terkenal yang bersuku betawi. Nilai dan norma suku
betawi sangat khas, berbeda dengan suku-suku lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu budaya?
2. Bagaimana hubungan antara budaya dan kesehatan?
3. Apa itu budaya kenterek?
4. Bagaimana keterkaitan antara budaya kenterek dengan kesehatan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian budaya

1
2. Untuk mengetahui hubungan antara budaya dan kesehatan
3. Untuk mengetahui pengertian budaya kenterek
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara budaya kenterek dan kesehatan

1.4. Metode dan Teknik Penulisan


Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan
karya tulis ini adalah metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data
tersebut akan dijadikan dasar atau pedoman untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Sumber-
sumber yang dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari
berbagai sumber bacaan. Baik itu buku maupun situs-situs yang ada di
internet.
BAB II

LANDASAN TEORI

Budaya memiliki makna yang berkaitan dengan akal, budi, adat istiadat
dan tingkah laku manusia. Budaya ini tumbuh di tengah masyarakat dan
diwariskan secara turun temurun. Kata budaya berasal dari Bahasa Sansekerta
buddhayah, yaitu bentuk jaman dari buddhi yang memiliki arti budi atau akal.
Dalam bahasa Inggris, budaya dikenal dengan culture. Berdasarkan arti katanya
tersebut, pengertian budaya bisa berkaitan dengan cara hidup sekelompok
manusia yang berkembang kemudian diwariskan turun temurun.

Berikut ini adalah beberapa jenis budaya yang ada di Indonesia.

Ide atau Gagasan


Jenis budaya yang pertama adalah budaya yang berwujud gagasan atau ide.
Gagasan sendiri merupakan sebuah pola pikir, yang terbentuk dari adanya ide-ide
abstrak yang terkumpul menjadi satu. Dalam hal ini bisa dikatakan jika setiap
manusia memiliki ekspekstasi atas semua hal yang dilihat serta dijalani dalam
kehidupan sehari-hari.

Aktifitas
Jenis budaya selanjutnya berwujud aktifitas. Adanya aktifitas yang melibatkan
interaksi antar sesama manusia atau anggota dalam sebuah kelompok, jika
dilakukan secara berulang-ulang dapat menjadi kebiasaan. Sesuai dengan apa
yang dijelaskan sebagai salah satu definisi budaya di atas, yang menyebutkan jika
budaya merupakan hasil dari struktur sosial yang berasal dari pemikiran manusia
kemudian dilakukan secara berulang hingga menjadi kebiasaan. Dari pengertian
ini, segala aktifitas dari kelompok atau golongan manusia yang dilakukan secara
berulang pun bisa menjadi sebuah budaya yang berwujud aktifitas.

Hasil Budaya
Jenis selanjutnya dari budaya adalah hasil budaya yang merupakan sebuah
peninggalan dalam bentuk hasil karya. Diantara berbagai jenis budaya lainnya,
hasil budaya ini merupakan jenis budaya yang dibagi berdasarkan wujudnya yang
memiliki bentuk paling kongkrit. Jenis ini bisa dilihat, didengar maupun dirasakan
seperti berbagai Contoh budaya yang sudah ada sebelumnya, contohnya tari,
musik, sastra dan lain sebagainya.
BAB III

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa
budaya dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif"
di Tiongkok.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-
anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
2.2. Hubungan Antara Budaya dengan Kesehatan
A. Konsep Sehat, dan Sakit
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah “a
state of complete physical, mental, and social well being, and not
merely the absence of desease or infirmity”. Yang artinya: “suatu
keadaan lengkap dan baik secara fisik, mental, dan social, dan tidak
semata-mata tidak hadirnya penyakit atau kelemahan tubuh saja”.
Definisi ini umumnya digunakan oleh lembaga kesehatan, namun
dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki tolok ukur sendiri
melihat kondisi seseorang apakah dia dianggap sehat atau sakit. Orang
akan pergi mencari pelayanan kesehatan ketika dia merasa dirinya
sakit, namun dilain sisi terdapat seseorang yang sudah menderita
penyakit tetapi dia tidak mau mencari pelayanan kesehatan karena
merasa diriya baik-baik saja. Sebagai contoh, seorang karyawan suatu
perusahaan yang terkena flu, dia akan segera mencari layanan
kesehatan agar flunya sembuh dan tidak mengganggu aktivitas dia
bekerja di kantornya, namun bagi petani yang tinggal di desa, ketika ia
terkena flu dia tidak segera mencari solusi untuk mengobati flunya
tersebut, karena petani ini menganggap flu adalah suatu hal yang wajar
mengenai seseorang jika sedang terjadi pergantian musim, selagi si
petani masih bisa bekerja dan pergi ke sawah maka dia merasa dirinya
dalam keadaan sehat. Persepsi seseorang mengenai kondisi
kesehatannya dipengaruhi oleh lingkungan social dan budayanya.
Keadaan demikian juga dipengaruhi instink, pengalaman, dan apa yang
mereka pelajari dari anggota masyarakat lingkungan sekitar mereka.
Sakit bagi masyarakat Jawa lebih terkait dengan permasalahan
fungsional-disfungsional dalam peran aktivitas social, selanjutnya
Arnold Van Gennep mengemukakan dimana terdapat ritus peralihan
dalam kehidupan individu. Sakit diare pada balita dalam masyarakat
Jawa dianggap sebagai suatu pertanda akan adanya perubahan dalam
diri balita tersebut, seperti menambah ketrampilan (akal-akal),
ketrampilan berbicara, ketrampilan berlari (ngenteng-ngentengi), dll.
Ada beberapa jenis penyakit yang tidak dianggap sakit oleh
masyarakat Jawa, seperti: masuk angin, pilek/ umbelen (flu), sakit
gigi, mumet, gudigen, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari
dunia anak-anak yang dianggap wajar.
B. System Medis Sebagai Strategi Adaptasi Sosial-Budaya
Strategi adaptasi social budaya melahirkan system-sistem medis,
tingkahlaku, bentuk-bentuk kepercayaan yang berdasarkan budaya,
yang timbul sebagai respon terhadap ancaman-ancaman yang
disebabkan oleh penyakit. Sifat adaptif dari suatu system medis
Nampak jelas dari definisi Dunn yang baru: “pola-pola dari pranata-
pranata social dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku
yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari
tingkahlaku tersebut belum tentu menghasilkan kesehatan yang baik”.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa system medis
merupakan hasil dari adanya gagasan yang melekat dalam diri
masyarakat untuk merespon suatu penyakit, mereka menggunakan
berbagai cara untuk menghilangkan sebuah penyakit yang diderita
seseorang. Seperti dalam salah satu suku di Kalimantan yang ketika
salah satu anggota suku terkena suatu penyakit misalnya “stroke” dan
tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, maka keluarga dan warga
sekitar akan melakukan suatu upacara penyembuhan penyakit. Upacara
ini dilakukan karena mereka menganggap si pasien yang tidak bisa
menggerakan anggota tubuhnya (stroke) adalah karena ada sebagian
jiwa dalam dirinya yang hilang, dan untuk memanggil jiwa itu kembali
kepada si pasien maka perlu dilakukan upacara pemanggilan jiwa
tersebut. Upacara ini melibatkan banyak orang dan banyak sesaji,
untuk memanggil jiwa yang hilang mereka akan melakukan tarian-
tarian khusus untuk memanggil roh-roh nenek moyang dan meminta
restu. Sejatinya meskipun secara medis modern upacara ini tidak
menyembuhkan pasien secara total, tetapi dalam suatu komunitas
tersebut sudah menunjukan adanya solidaritas, serta upacara yang
dilakukan memberikan dampak bagi kondisi psikis si pasien,
setidaknya ia merasa lebih nyaman setelah diadakan upacara
penyembuhan penyakitnya.
Secara singkat, system medis adalah mencakup semua kepercayaan
tentang usaha meningkatkan kesehatan, dan tindakan serta
pengetahuan ilmiah maupun ketrampilan anggota-anggota kelompok
yang mendukung system tersebut. Kita semua dapat melihat
bagaimana suatu masyarakat menciptakan suatu strategi untuk
menghadapi penyakit. Dalam usahanya untuk menanggulangi
penyakit, manusia mengembangkan suatu kompleks yang luas dari
pengetahuan, kepercayaan, teknik, adat-istiadat, ideology dan lambing-
lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu system yang
saling menguatkan dan saling membantu. Kompleks yang luas tersebut
dan hal-hal yang lain membentuk suatu system medis.
Sesuai pengertian dari Foster dan Anderson, merinci suatu system
medis dalam dua bagian, (1) Sistem Teori Penyakit, dan (2) Sistem
Perawatan Kesehatan.
System teori penyakit meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai
ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik
penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter , Sistem- sistem
teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang diberikan
penduduk mengenai hilangnya kesehatan, dan penjelasan mengenai
pelanggaran tabu, mengenai kehilangan jiwa orang, mengenai
gangguan keseimbangan unsur panas dingin dalam tubuh atau
kegagalan sistem imun terhadap virus. Dengan demikian, suatu sistem
teori penyakit merupakan suatu sistem ide konseptual, suatu konstruk
intelektual, bagian dari orientasi kognitif anggota-anggota kelompok
tersebut.
System teori penyakit menjelaskan kepada kita bagaimana suatu
kelompok memaknai sakit, terdapat suatu kelompok masyarakat yang
percaya ketika seseorang sakit itu dikarenakan orang tersebut telah
melanggar tabu, misalnya menebang pohon besar dihutan yang
mengakibatkan penghuni pohon marah dan mengganggu orang
tersebut, sehingga orang tersebut jatuh sakit. Kelompok masyarakat
yang masih mempercayai adanya gangguan makhluk halus yang
menyebabkan seseorang sakit memberikan dampak konservatif untuk
lingkungan, dimana pada akhirnya suatu anggota kelompok tidak
dengan semena-mena menebang pohon dihutan. Dengan system teori
penyakit maka selanjutkan dilakukan System perawatan kesehatan.
Sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan
oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk
memanfaatkan pengetahuan tentang penyakit untuk menolong pasien.
Suatu sistem perawatan kesehatan merefleksikan sistem penyebab
penyakit, dengan ini dapat menentukan keputusan yang diambil dan
tindakan yang diambil dalam menangani pasien. Dengan adanya teori
penyakit dapat membantu masyarakat untuk menentukan perawatan
kesehatan mereka, ketika seseorang terkena penyakit dari gangguan
makhluk halus maka mereka dapat memutuskan system perawatan
kesehatan dengan cara melakukan upacara penyembuhan serta
pemberian sesaji kepada makhluk halus. Namun, untuk masyarakat
modern ketika pemikiran mereka tentang penyakit dikatakan lebuh
realistis, mereka juga akan mencari layanan kesehatan sesuai dengan
pemahaman mereka.
System medis tradisional secara khusus terbagi menjadi dua tipe
berdasarkan system etiologi penyakit, yang pertama yaitu system
medis personalistik dimana dalam system medis ini masyarakat
percaya bahwa penyakit datang dari agen-agen personal yang aktif,
seperti makhluk supranatural (makhluk gaib), makhluk bukan manusia
(hantu, ruh leluhur, roh jahat), maupun makhluk manusia (tukang sihir,
tukang tenung) dimana orang sakit adalah korban dari adanya agen-
agen aktif tersebut. Kemudian, system medis naturalistic dimana
penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah sistemik pribadi, mengakui
adanya system keseimbangan dalam tubuh, seperti panas, dingin,
cairan tubuh, yin dan yang, berada dalam keadaan yang seimbang
menurut usia dan lingkungannya. Apabila keseimbangan terganggu
maka akan menyebabkan suatu penyakit.
Menurut Fred Dunn (1976) secara geografis dan setting budaya,
system medis dapat dikelompokan dalam tiga gabungan: (1) system
medis local, suatu kategori yang dapat mengelompokkan sebagian
besar system medis “primitive” atau “folk medicine”; (2) system medis
regional, seperti system medis Ayurveda, Yunani, dan Cina; (3) dan
system medis cosmopolitan (universal, system medis modern, ilmiah).
System medis local, system medis ini umumnya hanya
berkembang pada daerah tertentu atau secara local. Umumnya
pengobatan ini dilakukan oleh seorang dukun, dengan menggunakan
diagnose terhadap pasien guna menentukan pengobatan yang tepat,
diagnose dilakukang dengan kombinasi metode petungan
(numerology), meditasi serta analisa. Obat yang diberikan juga tidak
berbeda-beda pada setiap daerah, namun pada umumnya adalah berupa
ramuan dari tumbuh-tumbuhan atau biasanya jika orang Jawa
menyebutnya dengan sebutan Jamu, serta adapula pengobatan mekanis
dengan memijat, menggosok-gosok kulit, memulihkan letak tulang,
dengan disertai mantra. Pada msyarakat Trobrian menurut Malinowski,
mantra merupakan bagian yang paling essensial, sementara pada
masyarakat Jawa menurut Geerts justru aspek keadaan pemberi obat
dianggap sebagai elemen yang essensial.
Selanjutnya adalah system medis regional, pemunculan system
kesehatan regional menurut Mayer (1991) kira-kira dalam masa yang
sama yaitu berabad-abad sebelum masehi. Tokoh legendaries yang
dianggap sebagai pendiri adalah Hippocrates di Yunani, Kaisar Kuning
di Cina, dan Caraka atau susruta di India. System medis ini berbeda
dengan system medis local karena didasari dari bahan tertulis,
kesamaan dari ketiga nya adalah mengakui keseimbangan, sehat terjadi
apabila unsure-unsur yang tetap dalam tubuh humoral dalam keadaan
seimbang, menurut usia dan kondisi lingkungan. Apabila
keseimbangan ini terganggu akan memunculkan sebuah penyakit.
System medis Yunani juga dikenal dengan system “Patologi
Humoral”, yang mana tercatat dalam sejarah tradisi Yunani oleh
Hippocrates, Patologi humoral berdasarkan atas konsep humor (cairan)
dalam tubuh manusia. Akarnya ditemukan dalam teori yunani
mengenai empat unsure (tanah, air, udara, dan api) yang telah dikenal
sejak abad ke-6 SM, Dalam patologi homoral Amerika Latin masakini,
penyakit dianggap karena masuknya panas dan dingin yang berlebihan.
Kadang-kadang, suhu aktual juga dianggap sebagai penyebab. Seperti
halnya penjelasan seorang wanita bahwa ia menderita kejang karena
kelalaiannya mencuci tangannya di air dingin, padahal sebelumnya
tangannya panas karena menyetrika pakaian. Dalam teori penyakit
yang disebabkan oleh panas diobati dengan sesuatu yang dingin, juga
dengan tindakan2 yang dapat mendinginkan. Umumnya, sebagian
besar pengobatan merupakan campuran dari sejumlah unsur dimana
ditekankan keseimbangan panas dan dingin.
Kemudian system pengobatan Ayurveda dari India, Di India pada
masa ini, banyak makanan dianggap mempunyai kualitas memanaskan
atau mendinginkan, dan seperti dalam patologi humoral, kombinasi
yang tepat dari macam-macam makanan dan ramuan-ramuan dapat
memulihkan keseimbangan tubuh yang terganggu. Kepercayaan ini
berasal dari pengobatan Ayurveda India, suatu sistem pengobatan
pribumi yang pertamakali muncul dalam tulisan-tulisan veda pada
tahap awal di abad pertama sebelum masehi. Menurut teori Ayurveda,
alam semesta terdiri dari empat unsur yang sama seperti yang dikenal
oleh orang Yunani (bumi, api, air, udara) ditambah unsur kelima yaitu
Ether. Pengaturan kelima unsur tersebut dalam tubuh, dimana masing-
masing unsur memiliki lima bentuk “halus” dan lima bentuk
“material”, merupakan mikrokosmos dari alam semesta. Tubuh
manusia juga memiliki tiga humor dosha (tridosha) : flegma,
empedu/cairan pada empedu, serta angin/ gas dalam saluran
pencernaan, keadaan sehat terjadi apabila satu atau lebih dosha tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Pengobatan tradisional cina mewakili kasus khusus tentang konsep
sentral dalam kosmologi Cina, “pasangan kekuatan yin dan yang,
dimana interaksi mereka yang terus menerus berada dibalik seluruh
gejala alam,termasuk pembentukan dan berfungsinya tubuh manusia” (
Crozier 1968:17), Hubungan antara tubuh manusia, kesehatan, dan
alam semesta juga ditemukan dalam keselarasan antara jumlah hari
dalam setahun dengan 365 obat-obatan yang berasal dari farmakopea
masalalu yang kini masih bertahan ( Crozier 1968:20) dan dengan 365
titik pada permukaan tubuh yang dikenal untuk penusukan jarum-
jarum akupuntur (veith, 1972:62).
Kesehatan merupakan aspek penting yang harus dimiliki seseorang
untuk melangsungkah kehidupan sehari-hari, dengan banyaknya
sosialisasi mengenai pola hidup sehat, banyaknya model pelayanan
medis, seharusnya tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk tidak
hidup sehat. Karena dengan kondisi sehat secara fisik, psikis, dan
social, seseorang dapat beradaptasi dengan baik di lingkungannya, baik
lingkungan alam maupun lingkungan social.

2.3. Budaya Kenterek


Suku sasak merupakan salah satu suku yang cukup terkenal dan populer di
luar negeri. Suku sasak merupakan suku bangsa yang mendiami pulau
lombok. Menurut wikipedia, sebagian besar masyarakat suku sasak memeluk
agam islam dan berbicara dengan bahasa sasak. Dalam hal kepercayaan, ada
yang berbeda antara islam yang diajarkan secara umum dengan islam yang
dijalankan oleh suku sasak.
Agama islam yang dipercayai oleh sering disebut sebagai islam wetu telu,
namun hanya 1% dari persebaran masyarakat asli suku sasak yang melakukan
ajaran ini.Seperti halnya dengan kebudayaan suku bali dan suku suku lainnya
yang ada di Indonesia, suku sasak juga memiliki beberapa kebudayaan yang
masih dipercaya dan dilaksanakan hingga saat ini. 
Dalam kesehatanpun ada budaya yang dipercayai oleh masyarakat suku
saak, yakni budaya kenterek. Budaya kenterek adalah kegiatan yang biasanya
dilakukan oleh masyarakat suku sasak saat kesulitan untuk buang air kecil,
dengan konsentrasi urin yang keluar sedikit demi sedikit. Kenterek dilakukan
dengan cara mengikat bulu sapu ijuk di bagian jari kaki kelingking. Mereka
mempercayai jika ini efektif untuk melancarkan buang air kecil. Dikutip saat
melakukan wawancara kepada salah satu masyarakat suku sasak Siba(27
tahun), tinggal di Lembar mengatakan jika kenterek ini sangat efektif. Sampai-
sampai dia heran, mengapa bisa semanjur itu.

2.4. Keterkaitan Budaya Kenterek dengan Kesehatan


a. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

1. Ginjal
Tubuh manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di area
punggung kiri dan kanan, tepat di bawah tulang rusuk bagian belakang.
Masing-masing ginjal memiliki ukuran sebesar kepalan tangan orang
dewasa dan berbentuk menyerupai kacang.
Fungsi utama ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah,
menyaring zat limbah atau sisa metabolisme tubuh, menghasilkan
hormon yang berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah dan
produksi sel darah merah, serta mengatur pH atau tingkat keasaman
darah.
2. Ureter
Ureter adalah bagian dari sistem urinaria yang berbentuk
menyerupai saluran pipa atau tabung. Ureter berfungsi untuk
mengalirkan urine dari masing-masing ginjal untuk ditampung di
kandung kemih.
3. Kandung kemih
Organ yang berada di dalam perut bagian bawah ini bertugas
menyimpan urine. Jika kandung kemih sudah terisi penuh oleh urine,
akan timbul dorongan untuk buang air kecil. Kandung kemih orang
dewasa mampung menampung urine hingga 300–500 ml.
4. Uretra
Uretra atau saluran kencing adalah saluran yang menghubungkan
antara kandung kemih ke lubang saluran kemih pada ujung penis atau
vagina.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm, sedangkan uretra
pada wanita hanya sekitar 4 cm saja. Pada bagian antara kandung
kemih dan uretra terdapat cincin otot atau sfingter yang bertugas
menjaga urine agar tidak bocor.

b. Penyakit di Sistem Perkemihan


1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di bagian
mana pun dari sistem urinaria, mulai dari ginjal hingga saluran kemih.
Wanita berisiko lebih besar terkena ISK dibandingkan pria. Hal ini
dikarenakan jarak antara lubang saluran kemih dan anus pada wanita
lebih dekat.
2. Batu saluran kemih
Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah kondisi ketika terbentuk
batu di sistem urinaria, seperti batu ginjal, batu ureter, atau batu
kandung kemih. Ukuran batu umumnya bervariasi. Semakin besar
ukuran batu yang terbentuk, semakin besar pula risiko batu tersebut
menyumbat aliran urine dan menimbulkan penyakit.
3. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika fungsi otot atau saraf
pada kandung dan saluran kemih mengalami gangguan, sehingga tidak
dapat mengendalikan proses buang air kecil.
Penyakit ini bisa membuat Anda tiba-tiba mengompol, terlebih saat
batuk atau bersin. Inkontinensia urine sering terjadi pada lansia, namun
tidak menutup kemungkinan orang yang lebih muda juga
mengalaminya.
4. Uretritis
Uretritis adalah peradangan pada uretra. Kondisi ini sering kali
disebabkan oleh infeksi bakteri di saluran kemih. Uretritis dapat
menyebabkan rasa nyeri dan dorongan untuk lebih sering buang air
kecil.
5. Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang menyebabkan kadar
protein di dalam urine meningkat. Kondisi ini biasanya disebabkan
oleh kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal yang berfungsi
untuk menyaring limbah dan kelebihan air dari darah. Sindrom
nefrotik dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya riwayat infeksi
dan peradangan.
Sindrom nefrotik dapat menyebabkan gejala seperti urine berbusa,
kelelahan, tidak nafsu makan, serta pembengkakan di kaki, wajah, dan
berbagai bagian tubuh, seperti wajah dan sekitar mata.
6. Sindrom nefritik
Sindrom nefritik adalah pembengkakan atau peradangan pada
ginjal. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri panggul, buang air kecil
lebih sering dan terasa nyeri, urine tampak keruh atau kemerahan, sakit
pinggang atau perut, serta pembengkakan di wajah dan kaki. Jika tidak
segera diobati, sindrom nefritik dapat menyebabkan gagal ginjal.
7. Gagal ginjal
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu menyaring darah
dan membuang cairan serta zat limbah tubuh.
Kerusakan ginjal yang menyebabkan gagal ginjal dapat disebabkan
oleh berbagai hal, mulai dari efek samping obat-obatan, cedera berat
pada ginjal, dehidrasi, hingga penyakit tertentu, seperti hipertensi dan
diabetes menahun yang tidak ditangani dengan baik.
Ketika mengalami gagal ginjal, seseorang akan mengalami
beberapa gejala seperti berkurangnya jumlah urine, tidak buang air
kecil sama sekali selama berhari-hari, pembengkakan di kaki, sesak
napas, lemas, hingga pucat.

c. Disuria
Penyakit yang dialami oleh pelaku budaya kenterek adalah disuria.
Disuria adalah rasa nyeri, tidak nyaman, atau panas saat buang air
kecil. Rasa nyeri bisa berasal dari kandung kemih, uretra, atau area
antara alat kelamin dan anus. Kondisi ini juga dikenal sebagai anyang-
anyangan atau sakit kencing.
Disuria merupakan masalah kesehatan yang sangat umum, tapi
kasusnya lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Penyebabnya
sangat beragam, mulai dari pemakaian produk pembersih yang kurang
tepat, infeksi, hingga penyakit kandung kemih serta pada saluran
perkemihan lain.
Tergantung penyebabnya, disuria yang tidak ditangani dengan baik
bisa menyebabkan komplikasi pada saluran kemih, kandung kemih,
dan ginjal. Inilah mengapa nyeri akibat anyang-anyangan sebaiknya
tidak dibiarkan begitu saja.

Penyebab Disuria
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri memasuki saluran
kencing dan menumpuk di dalamnya. Keberadaan bakteri memicu
peradangan yang ditandai dengan kemerahan, bengkak, serta rasa nyeri
yang semakin terasa saat buang air kecil.
2. Infeksi menular seksual
Bakteri atau virus penyebab infeksi menular seksual seperti herpes,
klamidia, atau gonore dapat menginfeksi saluran kemih. Infeksi yang
tidak ditangani bisa saja meluas hingga saluran kemih atas dan
menimbulkan gejala yang lebih parah.
3. Infeksi kelenjar prostat (prostatitis)
Prostatitis adalah penyebab anyang-anyangan yang paling sering
dialami pria. Pada keadaan normal, bakteri pada saluran kemih tidak
akan memicu gejala bila jumlahnya terkontrol. Begitu mencapai
prostat, bakteri dapat menyebabkan infeksi dan peradangan.
4. Interstitial cystitis (sistitis)
Sistitis adalah penyakit kronis yang menyebabkan tekanan, nyeri,
dan radang pada kandung kemih. Penyakit ini biasanya merupakan
dampak dari infeksi saluran kemih berulang atau penyakit lainnya
yang mengganggu fungsi kandung kemih.
5. Reaksi bahan kimia
Beberapa orang lebih sensitif terhadap bahan kimia dalam sabun,
tisu toilet, douche, pelumas, maupun produk sejenisnya. Saat terkena
kulit, produk-produk ini bisa memicu reaksi alergi, iritasi, dan anyang-
anyangan yang semakin terasa saat buang air kecil.
6. Infeksi atau iritasi vagina
Secara alamiah, berbagai jenis bakteri dan jamur hidup dalam
vagina. Mikroba ini tidak akan menyebabkan masalah selama
jumlahnya terkendali. Begitu keseimbangnya terganggu, bakteri dan
jamur dapat tumbuh membludak dan mengakibatkan infeksi.
7. Batu kandung kemih
Batu kandung kemih terbentuk dari mineral urine yang menumpuk
dan mengeras. Batu yang berukuran kecil biasanya terbawa keluar
tubuh bersama urine. Namun, batu yang lebih besar dapat terjebak
dalam kandung kemih dan menyebabkan anyang-anyangan.
8. Kista ovarium
Kista ovarium terbentuk dari cairan yang menumpuk dalam indung
telur. Lambat laun, kista dapat bertambah besar dan menekan kandung
kemih. Selain sakit saat buang air kecil, kondisi ini juga ditandai
dengan sakit panggul dan nyeri saat menstruasi.
9. Kanker kandung kemih
Sel-sel yang tumbuh secara tidak normal dalam kandung kemih
dapat berujung menjadi kanker. Gejala kanker kandung kemih di
antaranya disuria, sering kencing dengan urine yang sedikit, serta
penurunan nafsu makan dan berat badan tanpa pemicu yang jelas.
10. Konsumsi obat-obatan
Selain berbagai kondisi yang disebutkan sebelumnya, penyebab lain dari
disuria adalah konsumsi obat-obatan. Beberapa jenis obat, terutama yang
digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih, dapat menyebabkan
peradangan dan nyeri saat buang air kecil.
Jika Anda baru memulai pengobatan dan merasakan sakit saat buang air
kecil, segera hubungi dokter dan tanyakan apakah gejala ini merupakan efek
samping obat. Jangan berhenti mengonsumsi obat secara sembarangan
kecuali atas anjuran dokter.

Faktor-Faktor Resiko Disuria

 Berjenis kelamin wanita. Uretra wanita lebih pendek daripada pria


sehingga bakteri lebih mudah masuk dan menyebabkan infeksi.
 Mengidap infeksi saluran kemih. Infeksi memicu peradangan dan
nyeri ketika buang air kecil.
 Pernah memakai selang kencing. Selang kencing atau kateter urine dapat
menjadi jalur masuk bakteri ke dalam saluran perkemihan.
 Salah arah saat membersihkan organ intim. Bila Anda membersihkan
dari belakang ke depan, bakteri pada anus bisa berpindah ke saluran kencing.
 Mengalami gangguan fungsi kandung kemih. Misalnya akibat batu
kandung kemih, infeksi kandung kemih, atau penyakit sejenisnya.
 Mengalami pembesaran prostat. Prostat yang membengkak dapat
menekan kandung kemih, menghambat aliran urine, dan memicu infeksi.
 Bergonta-ganti pasangan seksual. Hal ini meningkatkan risiko infeksi
menular seksual dan komplikasinya pada kandung kemih.
 Mengonsumsi makanan dan minuman tertentu. Makanan pedas dan
asam, minuman berkafein, dan alkohol dapat memperburuk kondisi kandung
kemih.
Diagnosis Disuria

Sebagian besar kasus disuria akan berlangsung dalam waktu singkat


sehingga tidak perlu pemeriksaan khusus. Namun, jika rasa sakit muncul terus-
menerus atau semakin parah, jangan tunda untuk segera memeriksakan diri ke
dokter.

Mulanya dokter akan meninjau semua riwayat kesehatan, lengkap dengan


gejala yang dialami dan kebiasaan pribadi yang menyangkut organ intim.
Informasi mengenai frekuensi buang air kecil dan riwayat seksual juga harus
disampaikan.

Berdasarkan informasi tersebut, dokter baru bisa menentukan pemeriksaan


apa yang paling sesuai untuk keluhan. Proses ini meliputi pemeriksaan perut atau
panggul dengan ultrasonografi (USG), pemeriksaan alat kelamin yang tampak dari
luar, serta pemeriksaan ginekologi untuk wanita.

Jika dokter menduga penyebab anyang-anyangan adalah infeksi kandung


kemih, maka diperlukan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil sampel urine
melalui tes urine. Sampel urine akan dianalisis lebih lanjut di laboratorium guna
mendeteksi bakteri dalam saluran kemih.

Lain halnya bila diduga mengalami vaginitis, maka perlu dilakukan swab


test dari sampel jaringan di organ intim yang terinfeksi untuk diuji di
laboratorium. Pengujian bisa menentukan mikroba apa yang menyebabkan
infeksi.

Sementara jika disuria terjadi usai berhubungan intim tanpa kondom


dengan beberapa pasangan, dokter biasanya melakukan tes untuk mendeteksi
infeksi menular seksual. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi gonore, klamidia,
trikomoniasis, sifilis, dan HIV.

Obat dan Pengobatan

 Konsumsi antibiotik menurut resep dokter untuk kasus anyang-anyangan


akibat infeksi bakteri pada saluran kemih, ginjal, kandung kemih, uretra, dan
vagina.
 Obat jamur berbentuk oral, supositoria, atau krim guna mengurangi
pertumbuhan jamur pada vagina.
 Obat analgesik untuk meredakan nyeri di area saluran kemih. Obat pereda
nyeri berupa ibuprofen dan paracetamol juga dapat digunakan.
 Menghindari penggunaan produk dengan bahan kimia yang menyebabkan
iritasi pada saluran kemih.
Pencegahan Disuria

 Minum lebih banyak air putih untuk membilas keluar bakteri di kandung
kemih.
 Membersihkan vagina dari arah depan ke belakang.
 Buang air kecil secara teratur dan tidak menunda-nunda.
 Buang air kecil hingga tuntas.
 Buang air kecil setiap selesai berhubungan seksual.
 Menjaga area kelamin tetap bersih dan kering.
 Mengganti pembalut, tampon, atau menstrual cup  secara berkala.
 Tidak memakai sabun, douche, dan semprotan vagina yang bisa
mengiritasi.
 Lebih sering menggunakan pancuran saat mandi alih-alih berendam.
 Tidak berganti-ganti pasangan seksual

d. Disuria dan Kenterek


Pengobatan disuria dapat dilakukan dengan memeriksakan diri ke
dokter dan mengkonsumsi antibiotic yang diberikan. Melakukan
kenterek bukanlah pengobatan yang tepat. Dihawatirkan penyakit
disuria semakin parah, namun taka da tindak lanjut ke tenaga
kesehatan dari pihak sakit.
Pengobatan dengan cara kenterek itu berhasil karena keyakinan
dan kepercayaan masyarakat yang tinggi. Ketika kita sudah percaya
dan yakin, otak akan menstimulus itu benar-benar terjadi.
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pengobatan disuria dapat dilakukan dengan memeriksakan diri ke dokter
dan mengkonsumsi antibiotic yang diberikan. Melakukan kenterek bukanlah
pengobatan yang tepat. Dihawatirkan penyakit disuria semakin parah, namun
taka da tindak lanjut ke tenaga kesehatan dari pihak sakit.
Pengobatan dengan cara kenterek itu berhasil karena keyakinan dan
kepercayaan masyarakat yang tinggi. Ketika kita sudah percaya dan yakin,
otak akan menstimulus itu benar-benar terjadi.

3.2. Saran
Untuk para tenga kesehatan untuk memberikan sosialisasi agar
tidak meneruskan budaya kenterek. Ketika ada penyakit disuria, periksalah ke
pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://doktersehat.com/kandung-kemih/ (Diakses pada 30 September 2020)

Anonim. Anatomy of The Urinary
System. https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-
prevention/anatomy-of-the-urinary-system (Diakses pada 30 September
2020)

Gill, B. 2016. Bladder
Anatomy. https://emedicine.medscape.com/article/1949017-overview
(Diakses pada 30 September 2020)

Hoffman, M. Bladder. https://www.webmd.com/urinary-incontinence-
oab/picture-of-the-bladder#1 (Diakses pada 30 September 2020)

John, O. 2019. The Urinary


Bladder. https://teachmeanatomy.info/pelvis/viscera/bladder/ (Diakses
pada 30 September 2020)

Metcalf, E. 2019. 10 Ways to Keep Your Bladder Healthy and


Happy. https://www.everydayhealth.com/bladder-health-pictures/keep-
your-bladder-healthy.aspx#01 (Diakses pada 30 September 2020)

Anda mungkin juga menyukai