ANTROPOLOGI KESEHATAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. Elin Paramiswari (P07120119046)
2. Sarji Wahyu Akbar (P07120119047)
3. Ummu Hani (P07120119048)
4. Abdul Muhit (P07120119049)
5. Aisyah Rizki Nuridha (P07120119050)
6. Arbi Kusuma (P07120119051)
7. Ayu Putu Anggi Aprilia (P07120119052)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunianya kita dapat menyelesaikan makalah Budaya kenterek dari suku
sasak berhubungan dengan saluran kemih ini dengan tepat waktu. Makalah yang
disusun ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Antropologi Kesehatan
yang diampu oleh Bapak Eka Rudy Purwa,SST, M.Kes
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
LANDASAN TEORI...............................................................................................3
BAB III....................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
BAB IV..................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
3.1. Kesimpulan..............................................................................................17
3.2. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian budaya
1
2. Untuk mengetahui hubungan antara budaya dan kesehatan
3. Untuk mengetahui pengertian budaya kenterek
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara budaya kenterek dan kesehatan
LANDASAN TEORI
Budaya memiliki makna yang berkaitan dengan akal, budi, adat istiadat
dan tingkah laku manusia. Budaya ini tumbuh di tengah masyarakat dan
diwariskan secara turun temurun. Kata budaya berasal dari Bahasa Sansekerta
buddhayah, yaitu bentuk jaman dari buddhi yang memiliki arti budi atau akal.
Dalam bahasa Inggris, budaya dikenal dengan culture. Berdasarkan arti katanya
tersebut, pengertian budaya bisa berkaitan dengan cara hidup sekelompok
manusia yang berkembang kemudian diwariskan turun temurun.
Aktifitas
Jenis budaya selanjutnya berwujud aktifitas. Adanya aktifitas yang melibatkan
interaksi antar sesama manusia atau anggota dalam sebuah kelompok, jika
dilakukan secara berulang-ulang dapat menjadi kebiasaan. Sesuai dengan apa
yang dijelaskan sebagai salah satu definisi budaya di atas, yang menyebutkan jika
budaya merupakan hasil dari struktur sosial yang berasal dari pemikiran manusia
kemudian dilakukan secara berulang hingga menjadi kebiasaan. Dari pengertian
ini, segala aktifitas dari kelompok atau golongan manusia yang dilakukan secara
berulang pun bisa menjadi sebuah budaya yang berwujud aktifitas.
Hasil Budaya
Jenis selanjutnya dari budaya adalah hasil budaya yang merupakan sebuah
peninggalan dalam bentuk hasil karya. Diantara berbagai jenis budaya lainnya,
hasil budaya ini merupakan jenis budaya yang dibagi berdasarkan wujudnya yang
memiliki bentuk paling kongkrit. Jenis ini bisa dilihat, didengar maupun dirasakan
seperti berbagai Contoh budaya yang sudah ada sebelumnya, contohnya tari,
musik, sastra dan lain sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa
budaya dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif"
di Tiongkok.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-
anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
2.2. Hubungan Antara Budaya dengan Kesehatan
A. Konsep Sehat, dan Sakit
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah “a
state of complete physical, mental, and social well being, and not
merely the absence of desease or infirmity”. Yang artinya: “suatu
keadaan lengkap dan baik secara fisik, mental, dan social, dan tidak
semata-mata tidak hadirnya penyakit atau kelemahan tubuh saja”.
Definisi ini umumnya digunakan oleh lembaga kesehatan, namun
dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki tolok ukur sendiri
melihat kondisi seseorang apakah dia dianggap sehat atau sakit. Orang
akan pergi mencari pelayanan kesehatan ketika dia merasa dirinya
sakit, namun dilain sisi terdapat seseorang yang sudah menderita
penyakit tetapi dia tidak mau mencari pelayanan kesehatan karena
merasa diriya baik-baik saja. Sebagai contoh, seorang karyawan suatu
perusahaan yang terkena flu, dia akan segera mencari layanan
kesehatan agar flunya sembuh dan tidak mengganggu aktivitas dia
bekerja di kantornya, namun bagi petani yang tinggal di desa, ketika ia
terkena flu dia tidak segera mencari solusi untuk mengobati flunya
tersebut, karena petani ini menganggap flu adalah suatu hal yang wajar
mengenai seseorang jika sedang terjadi pergantian musim, selagi si
petani masih bisa bekerja dan pergi ke sawah maka dia merasa dirinya
dalam keadaan sehat. Persepsi seseorang mengenai kondisi
kesehatannya dipengaruhi oleh lingkungan social dan budayanya.
Keadaan demikian juga dipengaruhi instink, pengalaman, dan apa yang
mereka pelajari dari anggota masyarakat lingkungan sekitar mereka.
Sakit bagi masyarakat Jawa lebih terkait dengan permasalahan
fungsional-disfungsional dalam peran aktivitas social, selanjutnya
Arnold Van Gennep mengemukakan dimana terdapat ritus peralihan
dalam kehidupan individu. Sakit diare pada balita dalam masyarakat
Jawa dianggap sebagai suatu pertanda akan adanya perubahan dalam
diri balita tersebut, seperti menambah ketrampilan (akal-akal),
ketrampilan berbicara, ketrampilan berlari (ngenteng-ngentengi), dll.
Ada beberapa jenis penyakit yang tidak dianggap sakit oleh
masyarakat Jawa, seperti: masuk angin, pilek/ umbelen (flu), sakit
gigi, mumet, gudigen, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari
dunia anak-anak yang dianggap wajar.
B. System Medis Sebagai Strategi Adaptasi Sosial-Budaya
Strategi adaptasi social budaya melahirkan system-sistem medis,
tingkahlaku, bentuk-bentuk kepercayaan yang berdasarkan budaya,
yang timbul sebagai respon terhadap ancaman-ancaman yang
disebabkan oleh penyakit. Sifat adaptif dari suatu system medis
Nampak jelas dari definisi Dunn yang baru: “pola-pola dari pranata-
pranata social dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku
yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari
tingkahlaku tersebut belum tentu menghasilkan kesehatan yang baik”.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa system medis
merupakan hasil dari adanya gagasan yang melekat dalam diri
masyarakat untuk merespon suatu penyakit, mereka menggunakan
berbagai cara untuk menghilangkan sebuah penyakit yang diderita
seseorang. Seperti dalam salah satu suku di Kalimantan yang ketika
salah satu anggota suku terkena suatu penyakit misalnya “stroke” dan
tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, maka keluarga dan warga
sekitar akan melakukan suatu upacara penyembuhan penyakit. Upacara
ini dilakukan karena mereka menganggap si pasien yang tidak bisa
menggerakan anggota tubuhnya (stroke) adalah karena ada sebagian
jiwa dalam dirinya yang hilang, dan untuk memanggil jiwa itu kembali
kepada si pasien maka perlu dilakukan upacara pemanggilan jiwa
tersebut. Upacara ini melibatkan banyak orang dan banyak sesaji,
untuk memanggil jiwa yang hilang mereka akan melakukan tarian-
tarian khusus untuk memanggil roh-roh nenek moyang dan meminta
restu. Sejatinya meskipun secara medis modern upacara ini tidak
menyembuhkan pasien secara total, tetapi dalam suatu komunitas
tersebut sudah menunjukan adanya solidaritas, serta upacara yang
dilakukan memberikan dampak bagi kondisi psikis si pasien,
setidaknya ia merasa lebih nyaman setelah diadakan upacara
penyembuhan penyakitnya.
Secara singkat, system medis adalah mencakup semua kepercayaan
tentang usaha meningkatkan kesehatan, dan tindakan serta
pengetahuan ilmiah maupun ketrampilan anggota-anggota kelompok
yang mendukung system tersebut. Kita semua dapat melihat
bagaimana suatu masyarakat menciptakan suatu strategi untuk
menghadapi penyakit. Dalam usahanya untuk menanggulangi
penyakit, manusia mengembangkan suatu kompleks yang luas dari
pengetahuan, kepercayaan, teknik, adat-istiadat, ideology dan lambing-
lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu system yang
saling menguatkan dan saling membantu. Kompleks yang luas tersebut
dan hal-hal yang lain membentuk suatu system medis.
Sesuai pengertian dari Foster dan Anderson, merinci suatu system
medis dalam dua bagian, (1) Sistem Teori Penyakit, dan (2) Sistem
Perawatan Kesehatan.
System teori penyakit meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai
ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik
penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter , Sistem- sistem
teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang diberikan
penduduk mengenai hilangnya kesehatan, dan penjelasan mengenai
pelanggaran tabu, mengenai kehilangan jiwa orang, mengenai
gangguan keseimbangan unsur panas dingin dalam tubuh atau
kegagalan sistem imun terhadap virus. Dengan demikian, suatu sistem
teori penyakit merupakan suatu sistem ide konseptual, suatu konstruk
intelektual, bagian dari orientasi kognitif anggota-anggota kelompok
tersebut.
System teori penyakit menjelaskan kepada kita bagaimana suatu
kelompok memaknai sakit, terdapat suatu kelompok masyarakat yang
percaya ketika seseorang sakit itu dikarenakan orang tersebut telah
melanggar tabu, misalnya menebang pohon besar dihutan yang
mengakibatkan penghuni pohon marah dan mengganggu orang
tersebut, sehingga orang tersebut jatuh sakit. Kelompok masyarakat
yang masih mempercayai adanya gangguan makhluk halus yang
menyebabkan seseorang sakit memberikan dampak konservatif untuk
lingkungan, dimana pada akhirnya suatu anggota kelompok tidak
dengan semena-mena menebang pohon dihutan. Dengan system teori
penyakit maka selanjutkan dilakukan System perawatan kesehatan.
Sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan
oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk
memanfaatkan pengetahuan tentang penyakit untuk menolong pasien.
Suatu sistem perawatan kesehatan merefleksikan sistem penyebab
penyakit, dengan ini dapat menentukan keputusan yang diambil dan
tindakan yang diambil dalam menangani pasien. Dengan adanya teori
penyakit dapat membantu masyarakat untuk menentukan perawatan
kesehatan mereka, ketika seseorang terkena penyakit dari gangguan
makhluk halus maka mereka dapat memutuskan system perawatan
kesehatan dengan cara melakukan upacara penyembuhan serta
pemberian sesaji kepada makhluk halus. Namun, untuk masyarakat
modern ketika pemikiran mereka tentang penyakit dikatakan lebuh
realistis, mereka juga akan mencari layanan kesehatan sesuai dengan
pemahaman mereka.
System medis tradisional secara khusus terbagi menjadi dua tipe
berdasarkan system etiologi penyakit, yang pertama yaitu system
medis personalistik dimana dalam system medis ini masyarakat
percaya bahwa penyakit datang dari agen-agen personal yang aktif,
seperti makhluk supranatural (makhluk gaib), makhluk bukan manusia
(hantu, ruh leluhur, roh jahat), maupun makhluk manusia (tukang sihir,
tukang tenung) dimana orang sakit adalah korban dari adanya agen-
agen aktif tersebut. Kemudian, system medis naturalistic dimana
penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah sistemik pribadi, mengakui
adanya system keseimbangan dalam tubuh, seperti panas, dingin,
cairan tubuh, yin dan yang, berada dalam keadaan yang seimbang
menurut usia dan lingkungannya. Apabila keseimbangan terganggu
maka akan menyebabkan suatu penyakit.
Menurut Fred Dunn (1976) secara geografis dan setting budaya,
system medis dapat dikelompokan dalam tiga gabungan: (1) system
medis local, suatu kategori yang dapat mengelompokkan sebagian
besar system medis “primitive” atau “folk medicine”; (2) system medis
regional, seperti system medis Ayurveda, Yunani, dan Cina; (3) dan
system medis cosmopolitan (universal, system medis modern, ilmiah).
System medis local, system medis ini umumnya hanya
berkembang pada daerah tertentu atau secara local. Umumnya
pengobatan ini dilakukan oleh seorang dukun, dengan menggunakan
diagnose terhadap pasien guna menentukan pengobatan yang tepat,
diagnose dilakukang dengan kombinasi metode petungan
(numerology), meditasi serta analisa. Obat yang diberikan juga tidak
berbeda-beda pada setiap daerah, namun pada umumnya adalah berupa
ramuan dari tumbuh-tumbuhan atau biasanya jika orang Jawa
menyebutnya dengan sebutan Jamu, serta adapula pengobatan mekanis
dengan memijat, menggosok-gosok kulit, memulihkan letak tulang,
dengan disertai mantra. Pada msyarakat Trobrian menurut Malinowski,
mantra merupakan bagian yang paling essensial, sementara pada
masyarakat Jawa menurut Geerts justru aspek keadaan pemberi obat
dianggap sebagai elemen yang essensial.
Selanjutnya adalah system medis regional, pemunculan system
kesehatan regional menurut Mayer (1991) kira-kira dalam masa yang
sama yaitu berabad-abad sebelum masehi. Tokoh legendaries yang
dianggap sebagai pendiri adalah Hippocrates di Yunani, Kaisar Kuning
di Cina, dan Caraka atau susruta di India. System medis ini berbeda
dengan system medis local karena didasari dari bahan tertulis,
kesamaan dari ketiga nya adalah mengakui keseimbangan, sehat terjadi
apabila unsure-unsur yang tetap dalam tubuh humoral dalam keadaan
seimbang, menurut usia dan kondisi lingkungan. Apabila
keseimbangan ini terganggu akan memunculkan sebuah penyakit.
System medis Yunani juga dikenal dengan system “Patologi
Humoral”, yang mana tercatat dalam sejarah tradisi Yunani oleh
Hippocrates, Patologi humoral berdasarkan atas konsep humor (cairan)
dalam tubuh manusia. Akarnya ditemukan dalam teori yunani
mengenai empat unsure (tanah, air, udara, dan api) yang telah dikenal
sejak abad ke-6 SM, Dalam patologi homoral Amerika Latin masakini,
penyakit dianggap karena masuknya panas dan dingin yang berlebihan.
Kadang-kadang, suhu aktual juga dianggap sebagai penyebab. Seperti
halnya penjelasan seorang wanita bahwa ia menderita kejang karena
kelalaiannya mencuci tangannya di air dingin, padahal sebelumnya
tangannya panas karena menyetrika pakaian. Dalam teori penyakit
yang disebabkan oleh panas diobati dengan sesuatu yang dingin, juga
dengan tindakan2 yang dapat mendinginkan. Umumnya, sebagian
besar pengobatan merupakan campuran dari sejumlah unsur dimana
ditekankan keseimbangan panas dan dingin.
Kemudian system pengobatan Ayurveda dari India, Di India pada
masa ini, banyak makanan dianggap mempunyai kualitas memanaskan
atau mendinginkan, dan seperti dalam patologi humoral, kombinasi
yang tepat dari macam-macam makanan dan ramuan-ramuan dapat
memulihkan keseimbangan tubuh yang terganggu. Kepercayaan ini
berasal dari pengobatan Ayurveda India, suatu sistem pengobatan
pribumi yang pertamakali muncul dalam tulisan-tulisan veda pada
tahap awal di abad pertama sebelum masehi. Menurut teori Ayurveda,
alam semesta terdiri dari empat unsur yang sama seperti yang dikenal
oleh orang Yunani (bumi, api, air, udara) ditambah unsur kelima yaitu
Ether. Pengaturan kelima unsur tersebut dalam tubuh, dimana masing-
masing unsur memiliki lima bentuk “halus” dan lima bentuk
“material”, merupakan mikrokosmos dari alam semesta. Tubuh
manusia juga memiliki tiga humor dosha (tridosha) : flegma,
empedu/cairan pada empedu, serta angin/ gas dalam saluran
pencernaan, keadaan sehat terjadi apabila satu atau lebih dosha tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Pengobatan tradisional cina mewakili kasus khusus tentang konsep
sentral dalam kosmologi Cina, “pasangan kekuatan yin dan yang,
dimana interaksi mereka yang terus menerus berada dibalik seluruh
gejala alam,termasuk pembentukan dan berfungsinya tubuh manusia” (
Crozier 1968:17), Hubungan antara tubuh manusia, kesehatan, dan
alam semesta juga ditemukan dalam keselarasan antara jumlah hari
dalam setahun dengan 365 obat-obatan yang berasal dari farmakopea
masalalu yang kini masih bertahan ( Crozier 1968:20) dan dengan 365
titik pada permukaan tubuh yang dikenal untuk penusukan jarum-
jarum akupuntur (veith, 1972:62).
Kesehatan merupakan aspek penting yang harus dimiliki seseorang
untuk melangsungkah kehidupan sehari-hari, dengan banyaknya
sosialisasi mengenai pola hidup sehat, banyaknya model pelayanan
medis, seharusnya tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk tidak
hidup sehat. Karena dengan kondisi sehat secara fisik, psikis, dan
social, seseorang dapat beradaptasi dengan baik di lingkungannya, baik
lingkungan alam maupun lingkungan social.
1. Ginjal
Tubuh manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di area
punggung kiri dan kanan, tepat di bawah tulang rusuk bagian belakang.
Masing-masing ginjal memiliki ukuran sebesar kepalan tangan orang
dewasa dan berbentuk menyerupai kacang.
Fungsi utama ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah,
menyaring zat limbah atau sisa metabolisme tubuh, menghasilkan
hormon yang berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah dan
produksi sel darah merah, serta mengatur pH atau tingkat keasaman
darah.
2. Ureter
Ureter adalah bagian dari sistem urinaria yang berbentuk
menyerupai saluran pipa atau tabung. Ureter berfungsi untuk
mengalirkan urine dari masing-masing ginjal untuk ditampung di
kandung kemih.
3. Kandung kemih
Organ yang berada di dalam perut bagian bawah ini bertugas
menyimpan urine. Jika kandung kemih sudah terisi penuh oleh urine,
akan timbul dorongan untuk buang air kecil. Kandung kemih orang
dewasa mampung menampung urine hingga 300–500 ml.
4. Uretra
Uretra atau saluran kencing adalah saluran yang menghubungkan
antara kandung kemih ke lubang saluran kemih pada ujung penis atau
vagina.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm, sedangkan uretra
pada wanita hanya sekitar 4 cm saja. Pada bagian antara kandung
kemih dan uretra terdapat cincin otot atau sfingter yang bertugas
menjaga urine agar tidak bocor.
c. Disuria
Penyakit yang dialami oleh pelaku budaya kenterek adalah disuria.
Disuria adalah rasa nyeri, tidak nyaman, atau panas saat buang air
kecil. Rasa nyeri bisa berasal dari kandung kemih, uretra, atau area
antara alat kelamin dan anus. Kondisi ini juga dikenal sebagai anyang-
anyangan atau sakit kencing.
Disuria merupakan masalah kesehatan yang sangat umum, tapi
kasusnya lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Penyebabnya
sangat beragam, mulai dari pemakaian produk pembersih yang kurang
tepat, infeksi, hingga penyakit kandung kemih serta pada saluran
perkemihan lain.
Tergantung penyebabnya, disuria yang tidak ditangani dengan baik
bisa menyebabkan komplikasi pada saluran kemih, kandung kemih,
dan ginjal. Inilah mengapa nyeri akibat anyang-anyangan sebaiknya
tidak dibiarkan begitu saja.
Penyebab Disuria
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri memasuki saluran
kencing dan menumpuk di dalamnya. Keberadaan bakteri memicu
peradangan yang ditandai dengan kemerahan, bengkak, serta rasa nyeri
yang semakin terasa saat buang air kecil.
2. Infeksi menular seksual
Bakteri atau virus penyebab infeksi menular seksual seperti herpes,
klamidia, atau gonore dapat menginfeksi saluran kemih. Infeksi yang
tidak ditangani bisa saja meluas hingga saluran kemih atas dan
menimbulkan gejala yang lebih parah.
3. Infeksi kelenjar prostat (prostatitis)
Prostatitis adalah penyebab anyang-anyangan yang paling sering
dialami pria. Pada keadaan normal, bakteri pada saluran kemih tidak
akan memicu gejala bila jumlahnya terkontrol. Begitu mencapai
prostat, bakteri dapat menyebabkan infeksi dan peradangan.
4. Interstitial cystitis (sistitis)
Sistitis adalah penyakit kronis yang menyebabkan tekanan, nyeri,
dan radang pada kandung kemih. Penyakit ini biasanya merupakan
dampak dari infeksi saluran kemih berulang atau penyakit lainnya
yang mengganggu fungsi kandung kemih.
5. Reaksi bahan kimia
Beberapa orang lebih sensitif terhadap bahan kimia dalam sabun,
tisu toilet, douche, pelumas, maupun produk sejenisnya. Saat terkena
kulit, produk-produk ini bisa memicu reaksi alergi, iritasi, dan anyang-
anyangan yang semakin terasa saat buang air kecil.
6. Infeksi atau iritasi vagina
Secara alamiah, berbagai jenis bakteri dan jamur hidup dalam
vagina. Mikroba ini tidak akan menyebabkan masalah selama
jumlahnya terkendali. Begitu keseimbangnya terganggu, bakteri dan
jamur dapat tumbuh membludak dan mengakibatkan infeksi.
7. Batu kandung kemih
Batu kandung kemih terbentuk dari mineral urine yang menumpuk
dan mengeras. Batu yang berukuran kecil biasanya terbawa keluar
tubuh bersama urine. Namun, batu yang lebih besar dapat terjebak
dalam kandung kemih dan menyebabkan anyang-anyangan.
8. Kista ovarium
Kista ovarium terbentuk dari cairan yang menumpuk dalam indung
telur. Lambat laun, kista dapat bertambah besar dan menekan kandung
kemih. Selain sakit saat buang air kecil, kondisi ini juga ditandai
dengan sakit panggul dan nyeri saat menstruasi.
9. Kanker kandung kemih
Sel-sel yang tumbuh secara tidak normal dalam kandung kemih
dapat berujung menjadi kanker. Gejala kanker kandung kemih di
antaranya disuria, sering kencing dengan urine yang sedikit, serta
penurunan nafsu makan dan berat badan tanpa pemicu yang jelas.
10. Konsumsi obat-obatan
Selain berbagai kondisi yang disebutkan sebelumnya, penyebab lain dari
disuria adalah konsumsi obat-obatan. Beberapa jenis obat, terutama yang
digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih, dapat menyebabkan
peradangan dan nyeri saat buang air kecil.
Jika Anda baru memulai pengobatan dan merasakan sakit saat buang air
kecil, segera hubungi dokter dan tanyakan apakah gejala ini merupakan efek
samping obat. Jangan berhenti mengonsumsi obat secara sembarangan
kecuali atas anjuran dokter.
Minum lebih banyak air putih untuk membilas keluar bakteri di kandung
kemih.
Membersihkan vagina dari arah depan ke belakang.
Buang air kecil secara teratur dan tidak menunda-nunda.
Buang air kecil hingga tuntas.
Buang air kecil setiap selesai berhubungan seksual.
Menjaga area kelamin tetap bersih dan kering.
Mengganti pembalut, tampon, atau menstrual cup secara berkala.
Tidak memakai sabun, douche, dan semprotan vagina yang bisa
mengiritasi.
Lebih sering menggunakan pancuran saat mandi alih-alih berendam.
Tidak berganti-ganti pasangan seksual
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengobatan disuria dapat dilakukan dengan memeriksakan diri ke dokter
dan mengkonsumsi antibiotic yang diberikan. Melakukan kenterek bukanlah
pengobatan yang tepat. Dihawatirkan penyakit disuria semakin parah, namun
taka da tindak lanjut ke tenaga kesehatan dari pihak sakit.
Pengobatan dengan cara kenterek itu berhasil karena keyakinan dan
kepercayaan masyarakat yang tinggi. Ketika kita sudah percaya dan yakin,
otak akan menstimulus itu benar-benar terjadi.
3.2. Saran
Untuk para tenga kesehatan untuk memberikan sosialisasi agar
tidak meneruskan budaya kenterek. Ketika ada penyakit disuria, periksalah ke
pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Anatomy of The Urinary
System. https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-
prevention/anatomy-of-the-urinary-system (Diakses pada 30 September
2020)
Gill, B. 2016. Bladder
Anatomy. https://emedicine.medscape.com/article/1949017-overview
(Diakses pada 30 September 2020)
Hoffman, M. Bladder. https://www.webmd.com/urinary-incontinence-
oab/picture-of-the-bladder#1 (Diakses pada 30 September 2020)