Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM TIPOLOGI

BUDAYA PENGINYONGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah SKI dan Lokal


Dosen Pembimbing : Nasrudin M.Ag.
Disusun Oleh :
1. Muhammad Irwan Farouki (224110202160)
2. Unfah Ziyan Zuhwa (224110202177)
3. Luthfi Ranawati Pratami (224110202159)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI PROF.K.H SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ‫ ﷲ سبحانه و تعالى‬atas rahmat dan karunianya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tipologi budaya penginyongan “
dengan tepat waktu. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
nabi agung ‫ﷺ ﷴ‬yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman yang terang
benderang seperti sekarang ini sekaligus pemberi syafaat kepada seluruh umat nya kelak
diyauumul qiyamah .

Saya mengucapkan terimakasih kepada Pak dosen Nasrudin M.Ag. selaku dosen
pengampu mata kuliah SKI dan Lokal. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat
menambah pengetahuan para pembaca

Dalam menyusun makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan .oleh sebab itu ,saran dan kritik
yang membangun senantiasa diharapkan sebagai bahan evaluasi dalam penulisan makalah ini.

Purwokerto, 25 November 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Pengertian Dialektika Islam .................................................................................... 5


B. Dialektika Islam Dengan Budaya Penginyongan ................................................... 5
C. Masuknya Dialektika Islam Dengan Budaya Penginyongan .................................. 7
D. Tradisi Budaya Penginyongan ................................................................................ 7
E. Cara Melestarikan Budaya Penginyongan .............................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebuah wacana yang menjelaskan tentang fenomena budaya penginyongan yang ada di
masyarakat wilayah banyumas khususnya dan karesidenan banyumas umumnya. Fenomena
dakwah melalui seni dan keterkaitan budaya penginyongan dengan interaksi islam, dalam sebuah
seni yang di kembangkan oleh masyarakat banyumas. Hasilnya ada hubungan dan interaksi islam
dengan budaya penginyongan serta pesan moral seperti dalam sebuah pementasan seni kenthongan
dengan budaya local di banyumas. Bentuk variasi dan penyajian lagu yang di bawakan oleh salah
satu grup kenthongan di banyumas menunjukan beberapa makna dan nilai nilai moral tentang ajaran
islam yang secara tidak langsung menjadi sebuah bentuk dakwah islamiyyah di masyarakat
banyumas.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Dialektika Islam
2. Bagaimana Dialektika Islam Dengan Budaya Penginyongan
3. Bagaimana masuknya Dialektika Islam Dengan Budaya Penginyongan
4. Bagaimana Tradisi Budaya Penginyongan
5. Bagaimana Cara Melestarikan Budaya Penginyongan
3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa itu Dialektika Islam
2. Mengetahui Dialektika Islam Dengan Budaya Penginyongan
3. Mengetahui masuknya Dialektika Islam Dengan Budaya Penginyongan
4. Mengetahui Tradisi Budaya Penginyongan
5. Mengetahui Cara Melestarikan Budaya Penginyongan

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dialektika Islam

Dialektika adalah Ilmu Pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang mengatur
perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan metode dialektis berarti
investigasi dan interaksi dengan alam, masyarakat dan pemikiran.Pengertian dialektika
menurut Aristoteles adalah "Menyelidiki argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari
hipotesa atau putusan yang tidak pasti kebenarannya"1.

Dalam konteks agama dialektika merupakan proses dialog antara agama dan manusia
sebagai pemeluknya yang ditrurunkan tuhan dimuka bumi. Selain itu, dialektika agama dan
budaya sebagai hasil dari dialog, misalnya antara Islam dan sistem budaya penginyongan yang
berakibat munculnya berbagai ekspresi ritual yang nilai instrumentalnya adalah produk dari
budaya lokal, sementara konten materialnya memiliki nuansa agama Islam. Dalam proses
penyebaran Islam awal ke Nusantara dialektika ditunjukkan dengan mengakomodasi terhadap
tradisi lokal masyarakat setempat. Sehingga Islam datang bukan sebagai ancaman, melainkan
sahabat yang memainkan peran penting dalam transformasi kebudayaan. Dengan kata lain,
budaya yang telah terinternalisasi tidak datang begitu saja, tetapi mengalami proses sejarah
dengan masyarakatnya dimana mereka memproduksi apa yang menjadi kehendak bersama.
Dengan demikian, proses dialektika akan terus berlangsung di tengah masyarakat yang religius
dan memiliki keragaman budaya seperti halnya di Indonesia2.

B. Dialektika Islam Dengan Budaya Penginyongan

Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal,
kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan
diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani
dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani
sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia3.

1
Cecep Sumarna, FILSAFAT ILMU, 2006, hal. 132
2
Mustaqim Pabbajah, DIALEKTIKA ISLAM DAN BUDAYA LOKAL: STRATEGI BERTAHAN KOMUNITAS
BAWAKARAENG DI SULAWESI SELATAN,2020, hal. 40
3
Soekanto, KAMUS HUKUM ADAT,1982, hal.150

5
Penginyongan merupakan sebuah istilah atau kata yang umumnya digunakan oleh
orang Banyumas dalam keseharian untuk menceritakan atau menggambarkan tentang dirinya.
Kata ini memiliki kata dasar Inyong yang berarti saya atau aku. Perbedaan budaya
Penginyongan dengan budaya Jawa pada umumnya terletak pada bahasa dan cara berbicara
orang Penginyongan. Watak yang hidup dalam diri orang Penginyongan terwujud dalam cara
mereka berbicara serta bahasa yang mereka gunakan. Ciri lain orang Penginyongan ialah
cenderung apa adanya, terus terang, apa mestinya, tanpa basa basi, serta blak-blakan yang
disebut dengan sifat cablaka.

Pada prinsipnya kebudayaan Banyumas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kebudayaan Jawa, dan Kehidupan Religi Agama tak dapat di pisahkan dengan masyarakat
Banyumas, karena kehidupan religi merupakan unsur yang paling penting di dalam kehidupan
manusia untuk membentuk jati diri si pemeluknya. Masyarakat di wilayah Kabupaten
Banyumas secara mayoritas memeluk agama Islam, dan selebihnya beragama Kristen, Budha,
dan Hindu. Kegiatan religi yang dilakukan masyarakat Banyumas masih memadukan budaya
yang sudah dimiliki sebelumnya dimana dapat dikategorikan sebagai wujud sinkretisme.
Sinkretisme adalah pencampuran antara Islam dengan unsur-unsur lokal. Hal ini sependapat
dengan Ahimsa Putra (2001:355), bahwa sinkretisme pada prinsipnya merupakan hasil yang
dicapai dari proses untuk mengolah, menyatukan, mengkombinasikan dan menyelaraskan dua
sistem atau lebih, yang berlainan atau bahkan berlawanan sehingga terbentuk sistem prinsip
baru dan menjadikan berbeda dengan prinsip sebelumnya.

Penginyongan sendiri merepresentasikan orang-orang atau bahasa atau budaya yang


berasal dari wilayah Banyumasan tepatnya di wilayah selatan dan wilayah Utara,yaitu:

1. Purbalingga

2. Kebumen

3. Cilacap

4. Banyumas

5. Banjarnegara

6. Brebes

7. Tegal

8. Pemalang

6
9. Wonosobo

C. Masuknya Dialektika Islam Dengan Budaya Penginyongan

Secara Geografis Banyumas dan Cilacap termasuk wilayah provinsi Jawa tengah
bagian Selatan yang sering disebut dengan "daerah merah". Istilah daerah merah memberi
makna bahwa kawasan Jawa tengah bagian Selatan merupakan sebuah komunitas yang sangat
kental dengan tradisi Jawa yang diadopsi dari tradisi kerajaan Hindu-Buddha yang penuh
dengan mitologi yang bersumber dari keyakinan animisme dan dinamisme. Kekentalan tradisi
masyarakat Jawa bagian Selatan khususnya Kabupaten Banyumas yang begitu kuat
menjadikan proses Islamisasi di daerah ini menampilkan corak dari sistem keyakinan dan
berbagai ekspresi keagamaan yang unik. Sebab itulah para ulama memanfaatkan hal tersebut
untuk mengubah sistematika pemikiran terdahulu menjadi sistem agama islam melalu dialek
penginyongan yang digunakan sebagai alat menyampaikan ilmu agama dalam keseharian
hingga sekarang ini.

D. Tradisi Budaya Penginyongan

Perbedaan budaya Penginyongan dengan budaya Jawa pada umumnya terletak pada
bahasa dan cara berbicara orang Penginyongan itu sendiri. Semua watak yang hidup dalam diri
orang Penginyongan terwujudkan dalam cara mereka berbicara serta bahasa yang mereka
gunakan. Ciri lain orang Penginyongan ialah cenderung apa adanya. Masyarakat penginyongan
memiliki ciri khas yang apa adanya, terus terang, apa mestinya, tanpa basa basi serta blak-
blakan. Cablaka sendiri memiliki banyak persamaan kata seperti thokmelong, blakasuta,
maupun glogok soar yang kurang lebih memiliki arti yang sama dengan cablaka. Di daerah
Banyumas terdapat berbagai macam ritual Misalnya: ritual ruat bumi, suran, penjamasan
pusaka pada bulan Mulud, sadranan, unggah-unggahan pada bulan Sadran, udhun-udhunan
pada bulan Syawal, cowongan untuk minta hujan yang biasanya dilaksanakan pada setiap
mangsa kapat dan kelima. Dalam kehidupan sosial, masyarakat Banyumas akrab sekali dengan
faktor yang sangat dipengaruhi oleh ajaran animisme- dinamisme dan perkembangan Islam
abangan.

Dengan demikian selain masyarakat di Banyumas taat menjalankan ibadah sesuai


dengan ajaran agama, dalam kesehariannya | mereka juga menjalankan adat budaya
sinkretisme. Kegiatan semacam ini bisa dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan ritual seperti
selamatan, resik, jabel, dan sebagainya. Doa yang dipanjatkan kepada Tuhan dengan
menggunakan doa-doa menurut agama Islam atau Kejawen yang dilengkapi dengan sarana

7
pendukung sesaji. Doa-doa menurut agama Islam biasanya dengan menggunakan syair bahasa
Arab sedangkan kejawen menggunakan bahasa Jawa atau bahasa setempat.

E. Cara Melestarikan Budaya Penginyongan

Faktor penting untuk melestarikan budaya adalah dengan cara memperkenalkan budaya
semenjak dini. Nilai-nilai cablaka seharusnya sudah ditanamkan sejak dini. Misalnya dengan
memperkenalkan budaya kepada masyarakat luas, memperkenalkan budaya Penginyongan
dengan karya sastra, kesenian, dan berdakwah, serta dapat memperkenalkan budaya
Penginyongan melalui kesenian lukisan serta melalui sarana Pendidikan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dialektika adalah ilmu pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang mengatur
perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan kata penginyongan yaitu sebuah
istilah yang umumnya digunakan oleh orang banyumas dalam keseharian untuk menceritakan
atau menggambarkan tentang dirinya. Lalu masuknya dialektika islam dengan budaya
penginyongan yaitu, dulu para ulama memanfaatkan kebudayaan ini untuk mengubah
sistematika pemikiran terdahulu menjadi sistem agama islam, melalui dialek penginyongan
yang digunakan sebagai alat menyampaikan ilmu agama dalam keseharian hingga sekarang ini.
Perbedaan budaya peginyongan dengan budaya jawa pada umumnya terletak pada Bahasa dan
berbicara orang penginyongan itu sendiri. Semua watak yang hidup dalam diri orang
penginyongan terwujudkan dalam cara mereka berbicara serta Bahasa yang mereka gunakan.
Ciri-ciri orang penginyongan, yaitu :
1. Apa adanya
2. Terus terang
3. Tidak bas abasi
4. Cablak

9
DAFTAR PUSTAKA

Cecep Sumarna, FILSAFAT ILMU, 2006, hal. 132

Mustaqim Pabbajah, DIALEKTIKA ISLAM DAN BUDAYA LOKAL: STRATEGI


BERTAHAN KOMUNITAS BAWAKARAENG DI SULAWESI SELATAN,2020, hal. 40

Soekanto, KAMUS HUKUM ADAT,1982, hal.150

10

Anda mungkin juga menyukai