Anda di halaman 1dari 23

“POLO MANG”

SYUKURAN PANEN MASYARAKAT


PADA DESA LEWOLAGA KECAMATAN TITEHENA

O L E H :

1. Hilarius Juang Hayon


2. Inosensius Pehan Ritan
3. Lusia D. M. Corebima

SMA SWASTA KATOLIK FRATERAN PODOR LARANTUKA


TAHUN AJARAN 2022 / 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah yang berjudul “POLO MANG” : UPACARA SYUKURAN PANEN

PADA MASYARAKAT DESA LEWOLAGA KECAMATAN TITEHENA telah

diterima dan ditetapkan oleh Dewan Penguji Karya Ilmiah Sekolah Menengah Atas

Swasta Katolik Frateran Podor Larantuka sebagai salah satu syarat kelulusan di Sekolah

Menengah Atas Swasta Katolik Frateran Podor Larantuka pada tanggal 10 Februari

2023.

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Lusia Weruin Helena Manaha, S.Pd


NIP. 196502092003122001 NIP. 196808082001122001

Mengetahui
Kepala Sekolah SMAS Katolik Frateran Podor Larantuka

Drs. Robertus Sabon Taka


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini
tepat waktu.

Karya Ilmiah ini disusun dalam rangka pemenuhan salah satu syarat mengikuti
ujian kelulusan. Penulis menyadari bahwa penyelesaian Karya Ilmiah ini tidak terlepas
dari bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, Penulis menyarankan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Robertus Sabon Taka selaku Kepala Sekolah SMA Swasta
Katolik Frateran Podor Larantuka.
2. Ibu Dra. Lusia Weruin, Pembimbing I sekaligus Wali Kelas yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis sejak awal sampai saat
ini.
3. Ibu Helena Manaha, Pembimbing II sekaligus Guru Pendidikan Sejarah
yang telah membekali Penulis dengan berbagai Ilmu Pengetahuan, Sikap
dan Keterampilan.
4. Kedua Orang Tua kami untuk segala cinta dan kasih sayangnya yang
selalu mendukung dan membrikan motivasi selama perjalanan hidup ini.
5. Bapak ketua adat Antonius Badu Kein yang bersedia menjadi narasumber
sehingga Karya Ilmiah kami dapat selesai tepat waktu.
6. Bapak Kepala Desa Lewolaga, Bapak Fransiskus Nikolaus Beoang yang
sudah mengijinkan dan membantu dalam proses pengerjaan Karya Ilmiah
Ini.
7. Pemerintah Desa Lewolaga dan seluruh informan yang telah memberikan
informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN
PENGESAHAAN ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Upacara Syukuran ....................................................................................... 4
2.2 Masyarakat Lewolaga .......................................................................................
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Tempat
Penelitian ....................................................................................... 10
3.2 Waktu Penelitian ....................................................................................... 10
3.3 Subyek Penelitian ....................................................................................... 10
3.4 Metode Penelitian ....................................................................................... 10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Bagaimana proses
pelaksanaaan upacara
“Polo Mang” sebagai
upacara syukuran atas
hasil panen pada
....................................................................................... 13
masyarakat Lewolaga
4.2 Nilai yang terkandung
dalam upacara “Polo
Mang” sebagai upacara
syukuran atas hasil
panen pada masyarakat
....................................................................................... 13
Lewolaga

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22
5.2 Saran ....................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam hidup bermasyarakat manusia tidak pernah terlepas dari suatu


kebudayaan,begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat kita lihat dan kita buktikan dalam
kehidupan sehari-hari. Dimana ada kebudayaan pasti disitu ada manusia dan dimana ada
manusia pasti ada budayanya masing-masing. Kebudayaan antar kelompok masyarakat
satu dengan yang lain memiliki corak yang berbeda. Ini terjadi karena latar belakang
dan asal-usul leluhur dari setiap kelompok masyarakat berbeda.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya yang memiliki


keanekaragaman budaya. Keanekaragaman budaya yang kita miliki membuktikan
bahwa masyarakat kami memiliki kualitas produksi yang luar biasa jika mengacu pada
pengertian Kebudayaan adalah hasil cipta manusia. Maka dari itu, budaya harus perlu
diwariskan dari setiap generasi melalusaya proses belajar sehingga tidak
punah.Kebudayaan yang diwariskan oleh para leluhur tentunya memiliki makna. Makna
Merupakan sesuatu yang memiliki pesan dan di dalamnya terdapat nilai-nilai bagi
masyarakat penganutnya. Makna yang melekat pada kebudayaan itu adalah sesuatu
yang harus dijalani dan ditaati serta diwariskan kepada kelompok masyarakat
penganutnya.

Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi kepulauan yang terletak di


wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki keragaman suku bangsa dan kelompok
etnis dengan latar belakang budaya adat kebiasaan, kebiasaan, dan bahasa yang
bervariasi. Hal ini patut dibanggakan dan dilestarikan. Keanekaragaman ini merupakan
kekayaan yang tetap dan terus dilestarikan demi menjunjung nilai tinggi-nilai
kebudayaan yang ada di Nusa Tenggara Timur pada khususnya dan Indonesia Pada
umumnya.

Dalam perkembangan dunia dewasa ini, dimana teknologi berkembang


pesat dan hampir seluruh masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya
dengan kecanggihan dan kemudahan teknologi. Namun, ketergantungan akan teknologi
tidak mempengaruhi sebagian masyarakat Indonesia untuk menjaga
kebudayaan daerahnya. Upacara adat adalah salah satu tradisi masyarakat tradisional
yang masih dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi
kebutuhan masyarakat pendukungnya. Selain sebagai usaha manusia untuk dapat
berhubungan dengan arwah para leluhur, juga merupakan perwujudan
kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif terhadap alam dan
lingkungannya dalam arti luas.

Diantara keanekaragaman bangsa Indonesia terdapat juga kebudayaan daerah


yang mempunyai kekhasan tersendiri. Demikian juga di provinsi Nusa Tenggara Timur,
khususnya pada masyarakat Lewolaga terdapat salah satu kebudayaan yang masih ada
yang masih terpelihara yaitu upacara Polo Mang.

Dalam sesi wawancara pada hari Jumat, 27 Januari 2023 bersama bapak
Bartolomeus Lukas Hugu Hayong beliau mengatakan bahwa upacara Polo Man
Merupakan Pesta adat kebun sebagai ucapan syukur masyarakat Lewolaga atas hasil kebun
dan memohon kepada leluhur agar memberi kesuburan, curah hujan yang baik untuk tahun
berikutnya. Selain itu, upacara ini bertujuan untuk memberi makan kepada nenek moyang
supaya mereka tidak kelaparan atau biasa dikatakan tidak murka kepada masyarakat
setempat. Upacara Polo Mang juga memiliki makna dan nilai yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat. Orang tua terkhusus para tua-tua adat lebih memahami proses dan
makna dalam upacara ini. Dengan dilaksanakannya upacara Polo Mang ini diharapkan
partisipasi aktif dari masyarakat terlebih orang sebagai generasi muda penerus agar
mengetahui proses pelaksanaan, makna, dan nilai yang terkandung dalam upacara, karena
upacara Polo Mang ini harus dan wajib diteruskan oleh generasi yang akan datang. Namun
realitanya partisipasi kaum muda sangat minim sehingga adanya ketakutan dari orang tua
jika upacara ini sampai lenyap seiring berjalannya waktu.

Upacara Polo Mang yang biasa disebut dengan upacara syukuran panen yang
biasa dilakukan oleh para petani Desa Lewolaga, Kecamatan Titehena ini, pada tahun
2021 jumlah petani di Desa Lewolaga sekitar 671 orang akan tetapi hanya 13 orang
petani saja yang melakukan upacara Polo Mang dan kemudian pada tahun 2022, jumlah
petani bertambah menjadi 400 orang. Dari jumlah petani tersebut hampir seluruh petani
tidak melakukan upacara Polo Mang. Maka, ketertarikan peneliti untuk mengangkat
judul penelitian ini pertama karena masih kekurangan pemahaman dari masyarakat
terlebih kaum muda tentang proses dan nilai dalam upacara Polo Mang. Kedua, karena
ada fungsi lain dari suatu tradisi khususnya pada upacara Polo Mang yaitu tidak hanya
dilakukan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan dan leluhur lewotana atas hasil panen
tetapi juga sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi atas kerja keras Mang
Alakeng(pemilik kebun) sehingga mendapat hasil panen yang melimpah. Selain itu,
upacara ini memiliki makna yang sangat dalam dimana dapat mempersatukan
masyarakat dalam suatu hubungan sosial, budaya,ekonomi, dan agama yang saling
berkaitan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan fokus mendeskripsikan
proses yang dilakukan dalam upacara PoloMang dan nilai-nilai yang terkandung dalam
upacara Polo Mang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pelaksanaan Upacara Polo Mang sebagai upacara
syukuran atas hasil panen pada masyarakat Lewolaga ?
2. Nilai apa saja yang terkandung dalam upacara Polo Mang Sebagai
upacara syukuran atas hasil panen pada masyarakat Lewolaga ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Syarat kelulusan SMAK FRATERAN PODOR LARANTUKA
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan upacara Polo Mang sebagai upacara
syukuran atas hasil panen pada masyarakat Lewolaga.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam upacara Polo Mang
sebagai upacara syukuran atas hasil panen pada masyarakat Lewolaga.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
a) Penelitian ini dapat memberikan masukan baru berupa materi sejarah
lokal untuk menambah khasanah perkembangan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan kegiatan Upacara "polo mang".
b) Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tentang Upacara dan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini dapat dipakai untuk menambah
pengetahuan baru tentang Upacara Adat "polo mang" di desa Lewolaga
kecamatan Titehena Kabupaten Flores timur (Suatu Kajian Historis
Terhadap Tradisi Masyarakat).
b) Bagi masyarakat dan pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan informasi dan menjadi salah satu wacana acuan dalam
pelestarian inventarisasi warisan budaya masyarakat terutama Suku
Bangsa Lewolaga yang kaya akan adat dan tradisi budayanya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Upacara Syukuran


Upacara adalah rangkaian perbuatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat
sesuai dengan kepercayaan masyarakat itu sendiri dengan maksud untuk
memperoleh ketentraman dan juga keselamatan hidup. Upacara syukuran adalah
salah satu tradisi masyarakat tradisional yang masih dianggap memiliki nilai-nilai
yang masih cukup relevan bagi kebutuhan masyarakat pendukungnya. Selain
sebagai usaha manusia untuk dapat berhubungan dengan arwah para leluhur, juga
merupakan perwujudan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif
terhadap alam dan lingkungannya dalam arti luas.
Koentjaraningrat (1984:105) menyatakan bahwa upacara adalah sistem
aktivitas atau rangkaian tindakan yang menurut adat atau hukum yang berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan. Upacara yang berhubungan dengan agama
itu disebut juga dengan upacara keagamaan atau upacara keagamaan atau
ritual.Setiap upacara keagamaan dibagi dalam 4 komponen, yaitu a) tempat
upacara, b) saat upacara, c)benda-benda dan alat upacara, d) orang-orang yang
melakukan dan memimpin upacara (Koentjaraningrat, 1984:252).
Koentjaraningrat (1985:25) menyatakan bahwa suatu upacara memiliki nilai
budaya yang terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian
masyarakat besar. Mengenai hal-hal yang dianggap sangat berharga dalam
kehidupan,oleh karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi.Kelaku masyarakat. Sistem nilai-nilai atau tata kelakuan manusia
lain lebih konkrit seperti aturan-aturan khusus, hukum adat dan norma-norma yang
semua yangsemuanyaberpedoman pada sistem nilai budaya tersebut.
Zoh, dkk (1981:31) mengatakan bahwa upacara adalah bentuk kegiatan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang didorong oleh hasrat untuk
memperoleh ketentraman atau mencari keselamatan dengan memenuhi tata cara
yang ditradisikan dalam masyarakat
Anonim (1991:31) menyatakan bahwa upacara adalah bentuk kegiatan manusia
dalam hidup bermasyarakat yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh
ketenangan atau mencari keselamatan dengan memenuhi tata cara yang ditradisikan
dalam masyarakat. Tidak yakin-unsur yang terkandung dalam setiap
penyelenggaraan upacara meliputi nama upacara dan tahapannya, maksud dan
tujuan upacara, tempat persiapan, persiapan dan perlengkapan upacara, tata cara
upacara menurut tahapannya, dan lambangnya-lambang atau makna yang
terkandung dalam unsur-unsur upacara (Anonim, 1991:24).
Robert Smith dalam Koentjaraningrat(1980:67)mengatakan bahwa upacara
keagamaan yang biasanya dilaksanakan banyak warga masyarakat pemeluk religi
atau agama yang bersangkutan bersama-sama mempunyai fungsi sosial untuk
mengintensifkan solidaritas masyarakat. Pada pokoknya upacara seperti itu, dimana
manusia banyak jika sebagian dari seekor binatang terutama darahnya kepada
dewa, kemudian memakan sendiri sisa dagingnya dan darahnya juga dianggap
sebagai suatu aktivitas untuk mendorong rasa solidaritas dengan dewa atau para
dewa. Oleh karena itu Smith menggambarkan upacara bersaji sebagai upacara yang
gembira meriah tetapi juga keramat, dan bukan sebagai suatu upacara yang khidmat
dan keramat.

2.2 Masyarakat Lewolaga


Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
dalam waktu yang relatif lama dalam suatu wilayah yang pada dasarnya bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan serta tujuan manusia itu sendiri yang pada akhirnya
mampu menghasilkan suatu kebudayaan tertentu akibat dari adanya interaksi antar
manusia.
Koentjaraningrat (2005:122) menyatakan istilah masyarakat berasal dari akar
bahasa Arab Syakara Yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Dalam bahasa Inggris
dipakai istilah society yang dipakai masyarakat yang berasal dari kata Latin Socius
yang berarti “kawan”. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan, dan
terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Mac Iver dan Page Dalam Soerjono Soekanto(2006:22) mengatakan bahwa
masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara dari wewenang dan
kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan,dan pengawasan tingkah
laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Emile Durkheim Dalam Soleman B.
Taneko (1984: 11) mengatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan
yang objektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan
anggota-anggotanya.
Ralph Linton (1939:31) menyatakan bahwa masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Hadikusuma (1986:73) menyatakan bahwa dari segi antropologi masyarakat
adalah suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi satu sama lain menurut
suatu adat tertentu yang sifatnya terus menerus dan terikat dengan rasa identitas
bersama.Kesatuan hidup manusia itu bersifat tradisional menurut susunan (struktur)
yang turun temurun dan ikatannya sudah maju (modern)dalam bentuk organisasi
perkumpulan yang teratur.

A. Letak Geografis
Keadaan geografis merupakan kondisi suatu wilayah ditinjau dari
lingkungan fisiknya atau dengan kata lain lingkungan geografis suatu
wilayah dilihat dari kenampakan-kenampakan alam yang ada. Dalam bagian
ini penulis mengemukakan beberapa hal ya ng berkaitan dengan keadaan
geografis di Desa Lewolaga.
1) Letak, Luas dan Batas Wilayah
Letak geografis adalah letak suatu wilayah berdasarkan posisi dan
penampakannya di permukaan bumi. Letak suatu wilayah ditentukan oleh
batas-batas alam yaitu sungai, tapal batas tanah dan gunung. Tetapi dalam
perkembangannya,manusia mulai menciptakan kelelawar sebagai-batas
buatan yaitu jalan raya, jembatan dan tugu.
Letak geografis juga menunjukkan kehidupan sosial budaya suatu lapisan
masyarakat tertentu. Letak dan luas suatu wilayah sangat erat hubungannya
dengan perkembangan masyarakat. Desa Lewolaga merupakan suatu desa di
Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur. Desa ini memiliki luas wilayah
211,70 km 2 dengan batas wilayah Desa Lewolaga adalah sebagai berikut :
 Bagian utara, berbatasan dengan Laut Flores
 Bagian selatan berbatasan dengan selat Lewotobi
 Bagian timur berbatasan dengan kecamatan Demon Pagong
 Bagian barat berbatasan dengan kecamatan Wulanggita
2) keadaan Iklim
Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata pada suatu tempat dalam
jangka waktuyang relatif dan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan
dan penyebaran tumbuhan, hewan, dan kehidupan manusia.
Iklim di Desa Lewolaga adalah beriklim tropis sama, seperti daerah lain
di Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur. Desa Lewolaga mengalami
dua musim yakni musim hujan dan musim musim kemarau. Musim hujan
berlangsung lebih singkat yaitu kurang lebih 4 (empat) bulan yakni di bulan
Desember sampai bulan Maret tahun berikutnya, sedangkan musim kemarau
berlangsung lebih lama yaitu dari bulan April sampai bulan November,
dengan rata-rata curah hujan 1.179 mm / tahun seperti daerah lain di
Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur.
3) Keadaan Hidrologi
Air merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
hewan, dan tumbuhan. Banyak faktor yang mempengaruhi ketersediaan udara
di suatu tempat diantaranya keadaan iklim suatu daerah, curah hujan atau
dengan kata lain jumlah hari hujan di suatu daerah. Ada beberapa daerah
tertentu yang persediaan airnya sangat terbatas dan bahkan air menjadi bahan
langka yang diperjualbelikan. Hidrologi Merupakan pergerakan, distribusi
dan kualitas udara yang ada di Bumi.
Masyarakat Desa Lewolaga mengkonsumsi air leding dan airnya diambil
langsung dari sumber mata air dan kemudian dialirkan ke rumah-rumah
warga. Demikian pula kebutuhan air bagi ternak atau hewan peliharaan juga
digunakan air yang sama.
4) Keadaan Flora dan Fauna
Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan flora dan fauna yang ada
di setiap daerah. Kabupaten Flores Timur Kecamatan Titehena khususnya di
Desa Lewolaga terdapat berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang dimanfaat
sebuah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Flora dan fauna
tersebut menjadi sumber penghasilan atau pendapatan masyarakat dan
sebagian lagi digunakan untuk keperluan sehari-hari-hari.
a) Flora
Desa Lewolaga sendiri berada di iklim tropis dan hanya mengalami
dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau seperti daerah lainnya
di Indonesia. Hal ini membuat pertumbuhan vegetasi disini sangat
bervariasi namun kebanyakan tumbuhan-tumbuhan jangka panjang yang
tumbuh subur ketika musim hujan dan bertahan selama musim kemarau
melanda.
Contoh tumbuhan-tumbuhan yang ada di Desa Lewolaga adalah
mente, kelapa,padi, jagung, kacang-kacang, umbi-umbian, pisang dan
lain sebagainya. Dari Tumbuhan-tumbuhan diatas, ada yang
dibudidayakan untuk konsumsi atau kebutuhan sehari-hari,
diperjualbelikan dan sisanya untuk makanan ternak
b) Fauna
Di wilayah Desa Lewolaga Kecamatan Titehena Kabupaten Flores
Timur,terdapat banyak jenis fauna yang cocok hidup dan berkembang
pada wilayah tersebut. Hewan-hewan tersebut meliputi: babi, kambing,
ayam, bebek, anjing dan lainnya. Hewan ini ada yang dijadikan sumber
penghasilan tambahan serta sebagiannya untuk adat ritual.

B. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan kumpulan orang-orang yang mendiami suatu wilayah
dan saling berinteraksi satu sama lain. Penduduk merupakan syarat utama
terbentuknya suatu wilayah. Berhasil atau tidaknya suatu wilayah bergantung
pada kualitas dan juga jumlah penduduk. Penduduk menjadi tolak ukur maju dan
mundurnya suatu pembangunan dalam desa atau wilayah tertentu.
1) Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk suatu Desa sangat berpengaruh terhadap Anggaran
Pendapatan Desa (APD). Desa Lewolaga memiliki 60.590 kepala keluarga
dengan jumlah jiwa sebanyak 1.361 jiwa. Lebih jelas mengenai keadaan
penduduk Desa Lewolaga Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur
dapat dilihat pada tabel berikut.
Penduduk merupakan kumpulan orang-orang yang mendiami suatu
wilayah dan saling berinteraksi satu sama lain. Penduduk merupakan syarat
utama terbentuknya suatu wilayah. Berhasil atau tidaknya suatu wilayah
bergantung pada kualitas dan juga jumlah penduduk. Penduduk menjadi tolak
ukur maju dan mundurnya suatu pembangunan dalam desa atau wilayah
tertentu.

Tabel 1
Jumlah penduduk Desa Lewolaga tahun 2022

Jenis Kelamin Jumlah Presentasi


Laki – Laki 705 51,80%
Perempuan 656 48,19%
Jumlah 1361

Dari tabel 1 diatas dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk dalam


hal ini penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk perempuan. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat lapangan
pekerjaan di Desa Lewolaga , sehingga penduduk laki-laki tidak mencari
pekerjaan di luar Desa.
2) Agama
Dalam kehidupan manusia saat ini, agama merupakan sesuatu yang
sangat penting. Agama merupakan suatu keyakinan yang memiliki
ajaran-ajaran dan larangan-larangan bagi pemeluknya. Dalam agama
terdapat simbol, kepercayaan, dan nilai khusus bagi manusia sehingga
dapat diinterpretasikan sesuai dengan keberadaan masyarakat. Namun,
seperti yang kita ketahui bahwa sebelum masuknya agama, masyarakat
sudah mengenal kepercayaan yang telah diwariskan oleh leluhur oleh
orang Lamaholot disebut Lera Wulan Tana Ekan(Tuhan, langit dan bumi).
Lera Wulan diyakini sebagai penguasa langit dan Tana Ekan diyakini
sebagai sosok yang berkuasa atas bumi.
Setelah agama mulai disebarkan oleh pedagang Arab dan Misionaris
Katolik. Barulah masyarakat Desa Lewolaga memeluk agama hingga saat
ini namun tidak melupakan kepercayaan yang telah dianut sejak zaman
nenek moyang tersebut. Desa Lewolaga mayoritas masyarakatnya memeluk
agama Katolik. Terdapat Dua buah bangunan Gereja sebagai sarana
keagamaan di Desa Lewolaga. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Desa
Lewolaga memegang teguh ajaran yang telah diwariskan oleh
leluhurnya.

C. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat Desa Lewolaga masih bergantung pada bidang
senjata namun selain itu sebagian masyarakatnya berprofesi di bidang lainnya.
Mata pencaharian yang utama adalah pertanian dan sekaligus menjadi tulang
punggung sumber kehidupan masyarakat Desa Lewolaga. Dari jumlah angkatan
kerja yang ada di wilayah Desa Lewolaga dapat dikelompokkan pada tabel berikut
ini :

Tabel 2
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2022

Mata Jumlah Presentasi


Pencaharian
Petani 400 73 52%
Pegawai Negeri
Sipil / Swasta 121 22,24%
Tenaga Kesehatan 7 1,28%
Pertukangan 6 1,10%
Sopir 10 1,83%
Jumlah 544
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Desa
Lewolaga bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini menunjukan bahwa
keadaan geografis Desa Lewolaga mendukung untuk kegiatan pertanian.
Sehingga masyarakat Desa Lewolaga lebih memilih mengolah lahan untuk
kelangsungan hidup.

D. Keadaan Sosial
Masyarakat pada umumnya tidak terlepas dari keadaan sosial yang terjadi
dalam kehidupan, sebab masyarakat adalah makhluk sosial yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain, saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan hidup.
1) Bahasa
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang paling penting
dalam kehidupan manusia. Penduduk Desa Lewolaga menggunakan
bahasa daerah lamaholot.
Selain penggunaan bahasa daerah lamaholot, masyarakat Desa
Lewolaga juga menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa
Indonesia ini dipakai untuk berkomunikasi dengan orang yang tidak
mengerti bahasa lamaholot.
2) Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan merupakan sistem keturunan yang dianut
suku bangsa tertentu berdasarkan garis keturunan dari ayah, ibu,
atau keduanya.
Sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Desa Lewolaga
sama dengan masyarakat lamaholot pada umumnya yakni sistem
kekerabatan patrilineal atau berdasarkan garis keturunan ayah. Seorang anak
laki-laki akan memikul tanggung jawab sebagai penerus suku atau marga
sedangkan anak perempuan pergi meninggalkan orang tua
kandungnya setelah menikah.
3) Sistem Adat Istirahat
Dalam kehidupan bermasyarakat, Desa Lewolaga meskipun sudah
memeluk agama namun masyarakat masih menaruh kepercayaan terhadap
roh nenek moyang. Masyarakat Desa Lewolaga mempunyai kepercayaan
tertinggi yang dipercaya telah menciptakan bumi beserta isinya dan
yang telah memelihara mereka.Wujud tertinggi tersebut biasa disebut
dengan Lera Wulan Tana Ekan.
Dalam konteks yang demikian dapat dikatakan bahwa Lera Wulan
Tana Ekan Adalah bapak yang memberi daya kehidupan dan
mencurahkan berkatnya. Dia juga dipandang sebagai ibu yang
menampung berkat dari langit sekaligus merangkul manusia dengan
penuh cinta kasih. Masyarakat Desa Lewolaga mengenal adanya tua-tua
adat yang dipercaya untuk mengurus persoalan-persoalan suku, adat istiadat,
kemasyarakatan serta perkawinan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Lewolaga Kecamatan Titehena, Kabupaten
Flores Timur. Penentuan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
masyarakatnya melakukan upacara yang dimaksud. Alasan lainnya yaitu peneliti
dapat mengumpulkan informasi karena terdapat informan yang dapat memberikan
data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 Februari dan 4 Maret 2023
setelah pulang sekolah.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek dari penelitian ini yaitu Kepala Desa Lewolaga, Ketua adat, Petani dan
tokoh masyarakat Desa Lewolaga.

3.4 Metode Penelitian


Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
penelitian. Metode penelitian mempunyai peran penting dalam pengumpulan data.
Metode penelitian merupakan langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti
dalam rangka untuk mengumpulkan informasi. Adapun metode penelitian yang
digunakan peneliti adalah :
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan Etnografi. Koentjaraningrat (2003: 239) mengatakan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat Etnografi yaitu suatu
deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa dengan pendekatan Antropologi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Etnografi, karena
masalah yang diteliti adalah mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa, ras,
adat dan tradisi yang ada pada masyarakat lewolaga.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, ada dua macam sumber data yang akan digunakan
sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
informan melalui wawancara. Iskandar (2009:118) menyatakan bahwa
sumber data primer adalah sumber data berupa teks hasil wawancara
yang diperoleh melalui wawancara dengan informan yang dijadikan
sampel dalam penelitian. Sumber data primer yaitu data yang diterima
dari informan secara langsung dan kesaksian mata sendiri sebagai orang
yang mengetahui tentang objek yang mau diteliti (Iskandar 2008:178).
Jadi data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
dengan tua adat, tokoh masyarakat dan masyarakat biasa yang
mengetahui tentang upacara Polo Mang
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dan sumber-sumber yang sudah ada.
Menurut Margono (2009:23) sumber data sekunder adalah sumber
data yang ada dalam pustaka-pustaka berupa buku, brosur, koran,
internet maupun dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan
penelitian.
Jadi, sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-
dokumen yang dijadikan referensi yang berkaitan dengan masalah
penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh
melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara
kepada narasumber untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Menurut Iskandar (2008:217) wawancara merupakan metode
pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara tatap muka untuk
mendapatkan data yang akurat. Untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan wawancara maka disiapkan alat berupa buku catatan.
Wawancara akan berpedoman pada pertanyaan yang sudah disiapkan.
Dalam pengambilan data, peneliti akan mewawancarai informan
dengan menggunakan pedoman wawancara yang bersifat terbuka
dengan cara tanya jawab secara tatap muka untuk mendapatkan data
yang akurat. Jadi, pada penelitian ini peneliti akan mewawancarai
informan yang mengetahui tentang masalah penelitian yaitu tentang
upacara adat syukuran hasil panen seperti, tokoh masyarakat, para orang
tua dan pemangku adat di lewolaga.
b. Studi Dokumen
Gazalba (1981:36) menyatakan bahwa dokumen dapat berupa
setiap proses pembuktiaan yang dilaksanakan atas jenis sumber apapun
baik itu bersifat tulisan lisan, gambaran, atau arkeologis. Dalam
penelitian ini peneliti akan mempelajari berbagai dokumen-dokumen
serta arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

4. Teknik Analisis Data


Teknik pengumpulan merupakan proses menyusun, mengkategorikan data,
mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya. Data yang
sudah didapati oleh peneliti selama menjalankan proses penelitian, maka selama
itu pula data-data tersebut perlu dianalisis dan diinterpretasikan dengan
seksama, sehingga nantinya peneliti akan mendapatkan suatu kesimpulan yang
objektif dari suatu penelitian (Sugiyono, 2013:245).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain (1)
Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan
cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik
dan diverifikasi. (2) Display data atau penyajian data. Penyajian data dalam
penelitian biasanya banyak data yang didapat tidak mungkin dipaparkan secara
keseluruhan oleh karena itu penyajian data penelitian dianalisis dan disusun
secara sistematis sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau
menjawab masalah yang diteliti. (3) Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.
Suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan.
BAB V
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai