Anda di halaman 1dari 16

1

Tugas final

’MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT LOMBE, KEC.GU,

KABUPATEN BUTON TENGAH TERHADAP PETANI”

DISUSUN OLEH

DAEN MOHAMAT MARADEN

(N1A121022)

JURUSAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT, karena rahmat dan

karuania-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebagai

mestinya dengan judul “’Mata Pencaharian Masyarakat Lombe, Kec.GU,

Kab. Buton Tengah Terhadap Petani”sebagai salah satu memenuhi tugas final

mata kuliah bahasa Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam menyelesaikan tugas ini masih

banyak terdapat kekeliruan. Tak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada Bapak pengampuh mata kuliah bahasa Indonesia.

penulis mengucapkan terima kasih.

Kendari, Juni 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
1.4 Manfaat......................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................7
BAB III....................................................................................................................9
PEMBAHASAN.....................................................................................................9
3.1 Mengapa Masyarakat Harus Melakukan Kacingka’a...............................9
3.2 Bagaimana Sinopsis Masyarakat Lombe Terhadap Bongka’a Tau.........10
BAB IV..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
4.1 Kesimpulan...................................................................................................15
4.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia dan kebudayaan sangat erat terikat satu sama lain. Manusia dalam

kehidupannya tidak terlepas dari kebudayaan yang memberikan inspirasi untuk

mempertahankan hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kegiatan yang

dilakukan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari yang dinamakan mata

pencaharian. mata pencaharian merupakan pekerjaan atau pencarian utama yang

dikerjakan utnuk kebutuhan hidup sehari-hari. Mata pencaharian masyarakat

berbeda satu sama lain. Perbedaan itu diantaranya dapat disebabkan oleh keadaan

geografis, sosial, maupun corak budaya masyarakat setempat disamping

kemampuan (skill) yang dimiliki. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh

terhadap corak mata pencaharian suatu masyarakat.

Mata pencaharian juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial budaya

suatu masyarakat. Mata pencaharian masyarakat kota dan perdesaan cukup

berbeda. Masyarakat yang tinggal dikota terdiri dari berbagai suku yang tinggal

bersama disuatu wilayah. Mereka berbeda satu sama lain hingga mata pencaharian

yang dikembangkan pun berbeda. Selain itu, keadaan geografi kota pada

umumnya sangat padat. berbeda halnya dengan masyarakat desa yang pada

umumnya hidup bersama turun temurun dengan ikatan kekeluargaan yang sangat

kuat.

Masyarakat lombe memanfaatkan mata pencaharian bertani sebagai

memenuhi kehidupan sehari-hari. Masyarakat lombe dalam bertani selalunya

melakukan tradisi yaitu kacingka’a dan bongka’a tau. yang menjadi perhatian dari
5

sistem mata pencaharian masyarakat lombe adalah mereka masih sebagian

mengerjakan pekerjaan itu dengan menggunakan alat-alat manaual yang

sederhana, melainkan mereka tidak mempunyai mesin yang bisa mempermudah

pekerjaan mereka. Seperti yang kita lihat bahwa orang yang tinggal di kota sangat

mudah melakukan pekerjaan mereka dalam sistem mata pencaharian, karena

mereka menggunakan mesin atau alat yang dapat mempermudah pekerjaan

mereka.

1. 2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas , maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1 Mengapa masyarakat lombe harus melakukan kacingka’a?

2 Bagaimana sinopsis tradisi masyarakat Lombe terhadap Bongka’a Tau?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditemukan diatas yang menjadi

tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui mengapa masyarakat lombe harus melakukan

kacingka’a

2. Untuk mengetahui bagaimana Sinopsis tradisi Masyarakat

LombeTerhadap Bongka’a Tau

1.4 Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, sebagai bahan masukan yang dapat menambah

pengetahuan kepada masyarakat lombe serta sebagai bahan referensi


6

khususnya untuk penulis karya ilmiah denga topik yang sama dan

diharapkan menjadi sumbangan pemikiran untuk penelitian yang lebih

mendalam

b. Manfaat Praktis

1. Bagi penulis

Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang

tradisi masyarakat lombe tentang kacingka’a dan bongka’a tau

2. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah, hasil proposal yang didapatkan diharapkan dapat

berguna bagi masyarakat lombe untuk lebih mengenal tradisi-

tradisi yang ada dan agar tidak diasingkan dikemudian hari.


7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Petani adalah seseorang yang bergerak dibidang pertanian, pengelolaan

tanah dengan tujuan untuk memelihara dan menumbuhkan tanaman dengan

harapan untuk mendapatkan hasil dari tanaman tersebut yang digunakan untuk diri

sendiri ataupun diperdagangkan keorang lain. Penanaman Jagung adalah salah

satu tanaman pangan unggulan yang banyak diusahakan dilahan yang kering pada

musim hujan.

Kacingka’a adalah suatu tradisi leluhur yang ada dimasyarakat lombe sejak

zaman dahulu. Ritual kacingka’a dilakukan sebelum pergantian dalam bahasa

lombe yaitu (baha dan cimbu) musim timur kebarat ataupun sebaliknya. Ritual

dilakukan dalam wujud melakukan hubungan pertalian dengan agen-agen

tertentunya bukan manusia, tetapi jin dan setan, agar mereka tidak menganggu

manusia atau memunculkan menyakit pada manusia. Pelaksanaan tradisi ini

masyarakat lombe menyakini bahwa pada saat musim barat merupakan musim

yang dimana banyak mendatangkan marabahaya, akan memunculkan berbagai

macam penyakit terutama pada tanaman jagung.

Tempat pelaksaan tradisi kacingka’a dapat dilakukan ditempat-tempat

tertentu. tempat yang dikakukan yaitu tempat yang dianggap suci, tempat-tempat

yang diberkati dimana manusia religius bertingkah laku secara berbeda.

Sementara, pelaksanaan kacingka’a dilaksanakan ditengah-tengah ladang yang

akan ditanami jagung serta tanaman palawija. Kacingka’a diikuti oleh seluruh

kelurga yang akan membuka ladang pada areal yang sama mulai dari orangtua,
8

remaja, serta anak-anak. Untuk pelaksanaan kacingka’a dilengkapi dengan bahan-

bahan material berupa alat-alat pertanian sepeerti cangkul, parang,tembilang dll

serta bahan-bahan yang disediakan yaitu telur ayam kampung 1 butir, nasi, kapur

sirih,daun sirih,tembakau, kelapa muda, dan pinang. Selanjutnya sesajian yang

disediakan tadi disimpan keatas para-para yang terbuat dari bambu dan daun

kepala. Kemudian dukun kebun membacakan matra. Matra tersebut dibacakan

oleh dukun dengan suara agak keras . setelah matra dibaca makan kacingka’a

dianggap selesai.

Selain tradisi kacingka’a dalam bertani ada juga yang disebut pesta kampung

(bongka’a tau). Bongka’a tau adalah tradisi masyarakat lombe yang ada sejak

zaman dahulu. Pelaksanakan bongka’antau dilakukan dalam tiap tahun sekali.

Tempat pelaksanaan bongka’a tau dilakukan ditempat-tempat tertentu

yaitu dibenteng kraton. Saat pelaksanaan bongka’a tau meriahkan dengantampilan

atraksi permainan rakyat budaya asli sepertipokalapa, latotou, kabanti, dan linta.

Bongka’a tau dihadiri masyarakat setempat dari orangtua, remaja dan anak-anak

serta masyarakat dari luar lombe untuk memeriahkan acara tersebut.


9

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Mengapa Masyarakat Harus Melakukan Kacingka’a

Tradisi kacingka'a tidak semata-mata hanya menghomarti dan memuja roh

nenek moyang.Namun demikian, bagi masyarakat hal ini juga difungsikan secara

praktir untuk perbaikan-perbaikan dalam kehidupan seperti mengharapkan hasil

panen yang baik, dan dijauhkan dari marapetaka.Tradisi kacingka'a yang

dilakukan petani masyarakat lombe pada umumnya sebagai usaha manusia untuk

memenuhi hasratnya untuk berkomunikasi dengan supernatural.Karena

didalamnya terdapat nilai-nilai yang berfungsi sebagai alat komunikasi yang

bersifat sakral.

Demikian pula dengan masyarakat lombe, mereka mengadakan hubungan

baik dengan dunia lain mereka sangat mengutamakan motivasi dan emosi

keagamaan dalam memanifestasikan keinginannya.Dalam pelaksaan kacingka’a

dukun kebun membaca matra. Berdasarkan matra tersebut, mengandung arti

bahwa dukun kebun meminta atau memohon kepada sang pencipta,kepada roh-

roh halus kepada roh leluhur agar selalu dilindungi seluruh petani yang akan

berladang selalu mendapatkan keselamatan dan mendapatkan hasil yang

melimpah dalam berkebun.

Kacingka’a dalam tradisi perladangan dilakukan oleh petani dengan

mengharapkan berbagai macam tanaman yang mereka tanam dapat berhasil, tidak

mendapat gangguan baik serangan binatang liar dan serangan hama tanaman.

Bahkan adanya gangguan dari roh-roh/ makhluk gaib yang menyerang tanaman
10

sehingga tanaman menjadi tidak subur atau kerdil. kacingka’a dilakukan tidak

hanya sebelum penanaman saja, Akan tetapi dilaksanakan saat para petani

memanen hasil dari bertani tersebut dibuatkan kacingka’a dan ditaruhkan

makanan dari hasil panen. Dengan tujuan agar hasil tani tidak membawa penyakit

dari roh-roh tersebut.

3.2 Bagaimana Sinopsis Masyarakat Lombe Terhadap Bongka’a Tau

Dalam masyarakat rumpun bombonawulu misalnya budaya bongka'a tau

masih dipertahankan karena budaya ini telah tumbuh sejak rumpun bombonawulu

menjadi bagian dari 72 kadie di Buton dan membawa dampak positif di tinjau dari

berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Acara bongka'a tau di rumpun bombonawulu dilaksanakan sejak nenek

moyang merekam menurut penurutan h. Karim kaidi, tokoh adat umur 70 tahun

sejak kecil sudah menyaksikan acara bongka'a tau ini dalam demikian pula

menurut la baa(maa kaliwu) umur 80 tahun sesepuh tokoh adat, sejak kanak-kana

sudah melihat acara bongka'a tau ini. Kapan dan siapa yang memulainya tidak

ditau persis.Menurut penelitian diperkirakan bahwa acara bongka'a tau di rumpun

bombonawulu dilaksanakan sejak terbentuknya kadie, dan sejak itu di masing-

masing Kadir dilengkapi dengan kolaki dan bonto. Setelah terbentuknya kolaki,

bonto,parabela, waci dan perangkat lainnya maka segala aktivitas masyarakat

sudah terpimpin. Khusus para petani mulai menetapkan lokasi perkebunan, mulai

menebas, membakar kebun, menanam hingga memulai panen sudah dibawah

perintah bonto.
11

Sementara menurut catatan sejarah yang dikutik dari buku sejarah dan adat

fit darul butuni terbitan proyek pengembangan media kebudayaan Depdikbud

jakarta tahun 1977 bahwa terbentuknya kadie di Buton pada masa pemerintahan

sultan Buton yang ke-4 yang bernama la elangi atau yang digelar sultan dayanu

ikhsanuddin yang memerintah sejak tahun 1598-1631. Dan terbentuknya distrik

kecamatan gu yang dilengkapi dengan perangkat bonto, parabela,waci.

Sejaksultan Buton ke-29 bernama sultan muh.Indrus dengan gelar sultan

kaimuddin Iyang memerintah tahun 1824-1851.Dengan berdasarkan catatan diatas

makapelaksanaan acara bongka'a tau di rumpun bombonawulu dimulai sejak

diatas 160 tahun yang silam.

a. Tujuan Dan ManfaatPenyelenggaraan Acara Bongka'a Tau

 Tujuan

Adapun tujuan bongka'a tah di rumpun bombonawulu adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk budaya asli yang sudah mengakar pada

masyarakat rumpun bombonawulu.

2. Untuk mengetahui makna nilai-nilai yang terkandung dalam budaya

bongka'a tau pada masyarakat rumpun bombonawulu.

3. Wujud rasa syukur para petani pada allah swt atas limpahan rezeki, para

petani khususnya dan masyarakat rumpun bombonawulu pada umumnya.

 Manfaat

Adapun manfaat bongka'a tau di rumpun bombonawulu sebagai berikut:


12

1. Salah satu upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat rumpun

bombonawuli sebagai pendukung budaya daerah dan budaya nasional

2. Sebagai bahan informasi mengenai kemampuan adaptasi, sistem nilai adat

dan budaya masyarakat rumpun bombonawulu dalam kaitannya dengan

tuntutan perkembangan zaman

3. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa danpeneliti lainnya yang mengkaji

masalah acara bongka'a tau

4. Menanamkan rasa sosial yang tinggi bagi masyarakat petani dsn

masyarakat lainnya untuk menjalin kebersamaan yang dilandasi rasa

gotong-royong

5. sebagai bahan masukan bagi pemerintah, terutama pemerintah kabupaten

Buton agar dalam pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan sistem

dan nilai adat dan budaya masyarakat rumpun bombonawulu pada

khususnya dan masyarakat buton pada umumnya yang merupakan potensi

dinamik dalam mendukung keberhasilan pembangunan di era otonomi

daerah ini

 Waktu Penyelenggaraan

Bongka'a tau di rumpun bombonawulu dilaksanakan dua kali dalam setahun.

a) Satu musim barat tepatnya tanaman yang mulai menguning atau sudah

dapat panen.

b) Di musim timur saat umbi-umbian mulai menampakkan hasil dan biasanya

bersamaan dengan hasil panen nelayan mulai melimpah.

 Teknik Pelaksanaan
13

Sebelah jagung dan umbi-umbian menampakkan hasil, para petani

bermusyawarah. Hasil musyawarah petani disampaikan pada bonto( kepala

kampung) atau kepala lingkungan) dan selanjutnya kepada kolaki atau kepala desa

/ lurah. Kolaki/ kepala desa / lurah mengundang perangkatnya untuk menetapkan

haru yang paling tepat pelaksanaan bongka' a tau. Hasil kesepakatan kolaki/

kepala desa/ lurah dengan aparatnya diumumkan kepada masyarakat petani dan di

hari yang tepat kan masyarakat petani membawa jagung hasil kebun mereka untuk

dinikmati secara bersama-sama sebagaimba yang kita saksikan pada hari ini

Pada hari pelaksanaan acara bongka'a tau ini ditampilkan atraksi

permainan rakyat budaya asli seperti.

a. Kadeku

Adalah seni bunyi-bunyian dari lesung dan anak sulung (antan).Permainan

tradisi kadeku dimainkan para petani saat menumbuk jagung muda untuk dimasak

jadi panganan (kambewe). Sambil menumbuk jagung muda anak lesung

dipukulkan dipinggir lesung sehingga menghasilkan bunyi seni yang indah

didengar dan sekaligus sebagai ungkapan rasa syukurkepada allah swt, atas

berhasilnya tanaman jagung. Permainan kadeku dimainkan dua orang atau lebih

dan dimainkan hanya musim jagung muda.

b. Pokalapa

Pokalapa dalah permainan tradisional yang dimainkan pada saat jagung

mulai dipanen bersamaan dengan batang-batang enjelai (semacam tebu) mulai tua.

Bahkan permainan ini dijadikan permainan penting karena dimainkan oleh tokoh

adat, bonto, parabela dan waci. Pakalapa menggunakan batang enjelai oleh dua
14

orang atau lebih, satu orang memasang dan yang lainnya menombak enjelei

lainnya. Bila penombak pertama tepat mengenai enjelei lawan pertanda jagung

musim depan akan lebih subur.

c. Latotou

Latotou dalah seni bunyi-bunyian tradisional yang bahannya dari tiga

potong kayu. Latotou dimainkan petani untuk menghibur diri tatkala menjaga

kebun dari serangan hama kera atau babi baik disiang hari maupun malam hari.

d. Kabanti

Kabanti atau berbalas pantun biasanya dilakukan para petani perempuan

dan laki-laki saat mencabut rumput untuk menghilangkan rasa lelah dan panas

teriknya matahari.

e. Linda Tradisi

linda tradisional adalah tari khas kecamatan GU, tarian ini dimainkan

kapan saja, pesta adat, pesta panen menyambut tamu atau pada saat lainn
15

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Petani adalah seseorang yang bergerak dibidang pertanian, pengelolaan tanah dengan

tujuan untuk memelihara dan menumbuhkan tanaman dengan harapan untuk mendapatkan

hasil dari tanaman tersebut yang digunakan untuk diri sendiri ataupun diperdagangkan

keorang lain

Kacingka’a adalah suatu tradisi leluhur yang ada dimasyarakat lombe sejak zaman

dahulu. Ritual kacingka’a dilakukan sebelum pergantian dalam bahasa lombe yaitu (baha dan

cimbu) musim timur kebarat ataupun sebaliknya. Ritual dilakukan dalam wujud melakukan

hubungan pertalian dengan agen-agen tertentunya bukan manusia, tetapi jin dan setan, agar

mereka tidak menganggu manusia atau memunculkan menyakit pada manusia

Selain tradisi kacingka’a dalam bertani ada juga yang disebut pesta kampung (bongka’a

tau). Bongka’a tau adalah tradisi masyarakat lombe yang ada sejak zaman dahulu.

Pelaksanakan bongka’antau dilakukan dalam tiap tahun sekali.

4.2 Saran

masyarakat rumpun bombonawulu selalu menjaga tradisi-tradisi yang ada agar tidak

punah
16

DAFTAR PUSTAKA

La jamaa R. Lombe, 7 februari 2009. Penyusun mantan penilik kebudayaan Kecamatan

GU. Masyarakat Rumpun Bombonawulu. Kabupaten Buton Tengah.

Anda mungkin juga menyukai