Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ACARA MANUGAL

DOSEN PENGAMPU :
NURLENSI.S.AG.M.SI

DISUSUN OLEH :
MONICA
(2311004)

INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI TAMPUNG


PENYANG PALANGKA RAYA FAKULTAS DHARMA
DHARMA DUTA DAN BRAHMA WIDYA
PRAMUWISATA BUDAYA DAN KEAGAMAAN
DAFTAR ISI………………………….……………………………….i
KATA PENGANTAR …………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………..l
1.1 Latar belakang………………………………………………….1
1.2 Rumusan masalah……………………………………………....1
1.3 Tujuan masalah…………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………3
2.l. Pengertian acara manugal………………………………………3
2.2 Tipe tipe acara manugal………………………………………...4
2.3 Fungsi acara manugal…………………………………………..5
2.4 Manfaat dilaksanakan acara manugal………………………….6
2.5. Alasan mengapa orang manugal……………………………….7
2.6 Bagaimana tata cara orang manugal…………………………...7
2.7. Larangan/pantangan dalam acara manugal…………………….8

BAB lll KESIMPULAN……………………………………………….9


3.1 Kesimpulan……………………………………………………10
3.2 Saran…………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………12
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa,atas segala kuasanya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai.tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan Ndari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga dengan adanya makalah tentang acara manugal ini bisa
membuat siapapun yang membaca dan mendengarkan bisa lebih mengenal tentang budaya
Kalimantan tengah ya itu dalam bidang pertanian dalam kata lain berladang bahwa
berladang itu juga memerlukan acara atau adat istiadat turun temurun dari nenek moyang
kita alangkah baiknya kita sebagai generasi muda meneruskan atau melestarikan acara adat
manugal diwilayah Kalimantan tengah teknologi boleh maju tapi adat istiadat tetap harus
dilestarikan
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik Dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar belakang


Manugal merupakan sebuah tradisi menanam padi yang dilakukan oleh masyarakat dayak
hingga saat ini masih sering dilakukan oleh masyarakat hingga saat ini Mayoritas suku
Dayak Sangat menjaga kearifan budaya lokal tradisi ini juga turun temurun hingga
bercocok tanam Dengan cara manugal
manugal merupakan menanam padi secara tradisional dengan menggunakan kayu yang
dibuat seperti alu yang dilancipkan ujungnya sehingga mudah untuk membuat lubang di
tanah, dan ini biasanya dilalukan oleh kaum bapak, karena tenaganya lebih kuat.
Sedangkan tugas kaum ibu yakni menaburkan benih padi di dalam lubang yang sudah
dibuat oleh kaum bapak. Tidak terkecuali tua maupun anak muda juga ikut bersama
manugal.
Cara ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat dalam satu kelurahan, dengan
cara handep bergantian, balas membalas, jika hari ini di tempat saya, siapa yang datang
saya harus membalas datang juga ke tempat mereka ibarat kata dayaknya handep.
Mengingat suku Dayak dari zaman dulu hingga sekarang sangat bergantung pada alam,
dan menugal ini dilakukan biasanya setahun sekali, di laksanakan dikisaran bulan Oktober
sampai November.
Kegiatan manugal ini mencerminkan betapa luar biasanya hubungan silaturahmi suku
Dayak karena dilakukan secara bergantian di ladang masyarakat yang ikut dalam manugal.
Manugal ini mencerminkan kerjasama dan gotong royong untuk kesejahteran bersama .

1.2 Rumusan masalah


1.kenapa acara manugal harus dilestarikan?
2.apa keuntungan dari manugal?
3.kenapa banyak anak muda khusus Kalimantan tengah tidak mengetahui apa itu acara
manugal?

1.3 Tujuan masalah


Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis diatas , hingga tujuan
dalam penyusunan makalah ini merupakan bagian berikut:
-untuk mengenali dan melestarikan budaya adat istiadat acara manugal
- apa saja keuntungan yang kita dapat ketika kita berada dan manugal
-Untuk mengenalkan kepada semua orang terutama kaum muda apa itu manugal
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ACARA MANUGAL


Menugal merupakan sebuah teradisi menanam padi yang dilakukan oleh masyarakat adat
Dayak pedalaman Kalimantan yang hingga saat ini masih sering di selenggarakan secara
terus menerus. Kegiatan menugal ini dilakukan setahun sekali, biasanya di laksanakan
dikisaran bulan Oktober sampai November.
Kegiatan menugal ini diikuti oleh anak-anak, oarang-orang tua baik wanita maupun peria,
bahkan biasanya dalam satu kampung ikut menugal bersama kecuali para ibu-ibu yang
memeang mempersiapkan makanan untuk para penugal. Biasanya jika musim menanam
padi telah tiba masyarakat Dayak saling berbodong-bondong, bahau membahu dan
bergiliran untuk menugal keladang teman sekampungnya sehingga mebuat pekerjaan
meraka menjadi lebih cepat selesai, karna biasanya mereka akan memeulai kegiatan
menugal di pagi hari agar setelah siang dan matahai mulai terik, pekerjaan mereka sudah
selesai.
Namun ada beberapa hal yang unik dalam kegiatan menugal suku Dayak ini yaitu sebelum
semua para penugal masuk dan mulai kegiatan, maka terlebih dahulu kepala suku atau
pemilik ladang menaruh segala benih dan keperluan menugal di Tengah
ladangnya selanjutnya dia akan memntrai seluruh benih tersebut dengan memohon kepada
sang pencipta agar padi tersebut dapat bertumbuh dan memberikan hasil yang baik bagi
keluarga, Setelah itu barulah seluruh penugal dapat melakukan kegiatan menugal bersama-
sama.
Kegiatan menugal ada dua peran yang aktif didalam kegiatan ini yaitu yang pertama
adalah penugal. Mereka membuat kayu seperti tangkat yang diberi lancicpan pada ujung
nya seperti tombak dengan tujuan agar lebih mudah membuat lubang di tanah yang keras
biasanya di ambil alih oleh kaum peria karna mereka lebih kuat. Selanjutnya yang kedua
adalah pembanih. Mereka ini adalah yang membawa biji benih padi dan menaburkan biji
benih tersebut ke lubang buatatan tugal tadi secukupnya. Alasan kenapa hal ini di ambil
alih oleh kaum wanita yaitu para kaum wanita lebih teliti dan telaten dalam menabur dan
mencari lubang bekas tugalan tadi.
Jika mereka sudah selesai membenih dan menugal biasanya mereka akan berteriak
menandakan bahwa kegiatn gotong royang menugal atau menanam padi sudah selesai dan
sudah saatnya pulang dan berkumpul di rumah pemilik ladang untuk makan bersama. Dan
setelah selesai makan biasanya akan di lanjutkan dengan sebuah acara bergendang atau
berpesta (bersukaria) atas telah selesei nya kegiatan menugal. Tentunya kegitan semacam
ini adalah suatu budaya yang menarik dan harus selalu kita jaga dan kita pertahankan
karna tidak ahnya budaya yang di perlihatkan namun kekuatan dalam kelompok bertani
serta jiwa gotong royang yang tinggi membuat mereka layak untuk diakui sebagai
masyarakat yang kompak.

Seharusnya dalam lingkungat masyarakat yang seperti ini pemerintah dapat memeri
pendampingan serta pengawasan dengan tujuan agar budaya semacam ini tetap terus
mertanan dan memberikan pengajar tentang teknik budi daya tanaman padi yang baik
seperti apa. tanpa harus menghilangkan nilai budaya yang ada dan tanpa menggurui
mereka sebagai masyarakat petani. Karan mereka sudah pasti akan berpegang teguh
dengan ajaran nenek moyang dan mereka percaya akan pantangan atau
larangan.sehingga mereka perlu pesekatan karna hal ini bertujuan baik untu mereka dan
hasil panen mereka, memang tidak secepat itu mengubah perilaku masyarakat namun
secara berlahan dan pendekatan yang baik pasti akan di terima dengan baik oleh mereka.
2.2 TIPE-TIPE ACARA MANUGAL
1. tipe harubuh manugal
Harubuh Manugal adalah penanaman padi yang dilakukan secara baring-
hurung/handep hapakat atau bergotong- royong. Tradisi ini, populer dilakukan pada
sekitar tahun 1960 hingga tahun 1990-an. Pada saat itu, Suku Dayak hanya mengenal
sistem ladang berpindah yang diolah secara tradisional. Selain itu juga, Harubuh
Manugal merupakan cerminan kehidupan Suku Dayak yang harmonis, rukun dan
saling membantu sesuai dengan falsafah hidup huma betang. Tradisi Harubuh
Manugal biasanya dilakukan oleh dua orang kepala keluarga dari kampung yang
berbeda. Ciri khas dari tradisi ini adalah bergotong-royong atau saling membantu
namun dibalas (dibayar) pada tahun berikutnya oleh kepala keluarga yang
mengadakan Harubuh Manugal pada tahun sebelumnya kepada orang yang "mandep"
(orang yang membantunya baik yang bersifat material atau tenaga pada saat manugal).
2. tipe marawei
Pemilik ladang atau disebut upun gawi marawei/mengundang orang banyak dari
berbagai desa tetangga untuk bergotong royong menanam padi di ladangnya. Dalam
tradisi ini, biasa orang yang "mandep " membawa barang- barang yang diperlukan
untuk keperluan Harubuh Manugal berupa beras, babi, ayam, umbut, gula, garam, dan
lain- lain. Hal ini bertujuan untuk "mandep" atau membantu pemilik ladang/upun
gawi tersebut, yang di kemudian hari, barang-barang tersebut akan dibayar kembali
pada acara Harubuh Manugal yang diadakan oleh orang yang "mandep" tersebut oleh
upun gawi (tuan rumah). Ada berbagai persiapan dalam tradisi Harubuh Manugal baik
yang bersifat prosesi ritual maupun hiburan berupa kesenian tradisional. Hal yang
disiapkan pertama kali oleh pemilik ladang/upun gawi (tuan rumah) adalah
membangun balai tingkap- tingkapan tingang atau sebuah pondok semi permanen
yang berukuran besar beratapkan daun rumbia yang dipersiapkan sekitar 2-3 hari
sebelum acara Harubuh Manugal diadakan. Pondok ini beralaskan amak lampit (tikar
yang terbuat dari rotan) atau amak ras (tikar yang terbuat dardaun kajang/daun nipah)
yang berfungsi untuk menampung orang banyak yang datang. Pada malam hari,
sebelum acara Harubuh Manugal dilaksanakan, upun gawi membuka acara hiburan
untuk orang banyak. Acara hiburan tersebut adalah kesenian tradisional khas Suku
Dayak berupa manasai (salah satu jenis tari pergaulan yang melambangkan
kegembiraan), karungut (sastra lisan atau pantun yang dilagukan berisi syair-syair
kebajikan tentang legenda, nasihat, dan teguran), dan badeder (sastra lisan atau pantun
yang dilagukan oleh dua orang saling berbalasan) yang diikuti oleh orang yang ikut
Harubuh Manugal. Selain itu juga, upun gawi (tuan rumah) mempersiapkan makanan
khas Suku Dayak seperti bubur (kue tradisional yang terbuat dari tepung beras,
santan, dan gula), wadai pais (kue tradisional yang terbuat dari tepung beras, pisang
atau labu kuning, gula, dan kelapa parut), gagatas (kue tradisional yang terbuat dari
tepung ketan, kelapa parut, dan gula), ceper (kue tradisional yang terbuat dari tepung
beras, kapur sirih, santan, dan gula), cucur (kue beras yang terbuat dari tepung beras
dan gula), wadai apam (kue tradisional yang terbuat dari tepung beras, ragi, dan gula
putih atau gula merah), wajik (terbuatdari nasi ketan yang dicampur gula merah), nasi
ketan dan lain-lain. Makanan tradisional tersebut disajikan bersama dengan minuman
teh, kopi, dan baram/tuak pada saat acara hiburan. Baram/tuak merupakan salah satu
minuman tradisional khas Suku Dayak yang mengandung alkohol dibuat secara
tradisional dari hasil fermentasi beras dan bahan tradisional alami lainnya. Dalam
tradisi Suku Dayak, baram/tuak merupakan syarat utama ritual maupun upacara adat.
Hal ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa leluhur Suku Dayak hanya meminum
baram/tuak.

3. tipe Mambinyi
Pada pagi hari, orang banyak menentukan lokasi tempat menaruh binyi atau benih
padi yang akan ditanam. Tempat menaruh binyi tersebut dinamakan upun binyi yang
ditandai dengan ditanamnya sebuah pohon kayu seperti kayu butun, kayu hajunjung,
dan kayu kanaruhung. Binyi atau benih padi tersebut disimpan di dalam wadah seperti
lontong (tempat membawa barang/perkakas yang terbuat dari rotan berbentuk bulat
dipermukaan, sedangkan bagian bawah berbentuk persegi empat), rakung (wadah
penyimpanan yang terbuat dari kulit kayu berbentuk bulat dan panjang), dan kampil
(karung goni). Pada upun binyi juga diletakkan sebuah ancak atau sesajen yang di
dalamnya berisi satu ekor ayam kampung utuh yang sudah dimasak, ketupat, telur
ayam kampung, kue cucur, nasi ketan, darah babi, darah ayam, mangkok tambak
(berisi beras, rokok, sirih, dan pinang). Selain itu juga, di area upun binyi ditanam uru
sambelum (cocor bebek), uru palis, uru rami dan uru lewu dan pada upun binyi juga
diletakkan sebuah batu asah, pisau, dan telur ayam kampung mentah. Semua yang
disiapkan tersebut merupakan syarat ritualdalam manugal/menanam padi. Setelah
semua syarat dipersiapkan, seorang tokoh (rohaniwan/tokoh agama, tetua adat, tokoh
masyarakat) memimpin prosesi ritual untuk memberkati binyi/benih padi. Ritual ini
bertujuan agar
ladang diberkati serta tanahnya menjadi subur dan juga agar binyi (bibit) tumbuh
subur sehingga terhindar dari hama penyakit tanaman. Binyi atau benih padi ditanam
pertama kali mengelilingi upun binyi yang merupakan syarat awal sebagai tanda
Harubuh Manugal dimulai. Setelah prosesi ritual dilaksanakan, orang banyak mulai
manugal atau menanam padi secara tradisional. Kaum laki-laki manugal atau
membuat lubang tempat benih padi ditanam dengan alat tugal. Alat tugal tersebut
berbentuk seperti alu yang panjangnya sekitar 150 cm dan ujungnya runcing dibuat
dari jenis kayu tertentu yang keras, seperti kayu ulin, kayu tamahas, kayu sengili, dan
lainlain. Bagian yang diruncingkan ini berdiameter sekitar 3 cm sampai 7 cm.
Sementara kaum laki-laki manugal, kaum perempuan menyawar atau menabur benih
padi pada lubang yang sudah dibuat. Biasanya, masingmasing perempuan membawa
tempat benih yang disebut kusak, yaitu keranjang rotan
4.tipe menyediakan makanan
Beberapa orang perempuan juga bertugas menyiapkan makanan untuk orang banyak
yang ikut Harubuh Manugal. Makanan yang disediakan adalah makanan tradisional
khas Suku Dayak seperti tepe dawen jawau (tumbuk daun singkong), juhu singkah
(umbut) yang dicampur dengan daging babi atau ayam, juhu buah pisang awai (pisang
hutan) yang dicampur dengan daging babi atau ayam, dan juhu batang pisang (pohon
pisang) yang dicampur dengan daging babi atau ayam serta masakan tradisional
lainnya. Masakan pun diolah secara tradisional baik dari cara memasak maupun
bahan-bahan masakannya. Pada saat kegiatan manugal dilaksanakan juga diiringi oleh
permainan tradisional hajamuk. Hajamuk merupakan permainan tradisional yang
dimainkan oleh orang yang ikut manugal dengan menggunakan arang sisa hasil
pembakaran. Dalam permainan tersebut, arang sengaja dioleskan di wajah yang
dilakukan secara berbalasan baik oleh laki-laki atau perempuan. Selain itu juga, saat
acara Harubuh Manugal dapat diringi dengan sansana (cerita rakyat yang dituturkan
secara lisan dengan dilantunkan) dan karungut yang bertujuan agar

2.3 FUNGSI ACARA MANUGAL


Menambah teman sodara orang Kalimantan maupun luar Kalimanta
Melestarikan budaya dan tidak melupakan adat istiadat yang turun temurun oleh
nenek moyang kita dahulu,manugal juga mengantisipasi ketika habis beras dan
sayuran bisa dicari atau digiling sehingga tidak perlu membeli beras dan Sayuran lagi
biasanya orang
berladang juga mencari ikan jadi mereka tidak membeli mengurangi pengeluaran dan
menciptakan lingkungan yang saling menolong dan gotong royong

2.4 MANFAAT MANUGAL


Manfaat lain, bertani atau berkebun membuat tubuh Anda terus aktif. Menggali,
menanam dan merawat lahan membuat Anda terus bergerak. Anda juga bisa
melibatkan anak-anak, membuat mereka sehat. Dan percaya atau tidak, bertani itu
menyenangkan.
1.memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.membantu peranan indonesia untuk memajukan negara.
3.meluaskan pertanian di indonesia.
4.menunjang akan kebutuhan pokok masyarakat.
2.5 ALASAN ORANG MANUGAL
Menciptakan budaya gotong royong dalam masyarakat adat istiadat Dayak yang harus
dilestarikan orang manugal juga mengantisipasi pengeluaran jika dilakukan bersama
sama.
2.6 TATA CARA ORANG MANUGAL
Penebasan Lahan. Penebasan lahan merupakan proses petama yang dilakukan untuk
pembukaan lahan. ... Penebangan pohon. Penebangan pohon merupakan proses
selanjutnya setelah penebasan lahan.... Pembakaran lahan. ... pembenihan....
Merumput. Panen padi, sayur, dan rempah-rempah.

2.7. LARANGAN ATAU PANTANGAN DALAM ACARA MANUGAL

Dilarang menangis didalam hutan atau biasa di sebut pondok didalam hutan karena itu
bisa mengundang makhluk gaib tidak boleh pulang sebelum selesai penaburan benih
padi
Tidak boleh tidak mencicipi makanan atau minuman yang sudah disediakan karena
akan berakibat fatal ya itu kepuhunan
BAB III
KESIMPULAN

3.1.kesimpulan
Suku Dayak Ngaju merupakan suku asli dan terbesar dan bermukim di Kalimantan
Tengah. Proses Manugal Kegiatan manugal dilakukan dengan menggunakan kayu yang
diruncingkan pada bagian depan untuk membuat lubang di tanah. Kemudian, padi
dimasukkan pada lubang tersebut. Pembuatan lubang di tanah biasanya dilakukan oleh
laki-laki yang memiliki tenaga lebih kuat. Sedangkan, para ibu akan menaburkan benih
pada tanah yang sudah berlubang. Tradisi manugal biasanya diikuti segala lapisan usia,
baik tua maupun muda. Manugal dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat dalam
satu kelurahan. Mereka akan bercocok tanam tradisional secara bergantian, dari satu warga
ke warga yang lain yang ikut manugal.Pada zaman dahulu suku Dayak sangat bergantung
pada alam. Tradisi manugal dilakukan setahun sekali biasanya pada bulan Oktober dan
November. Kegiatan manugal mencerminkan hubungan silaturahmi suku Dayak yang
sangat erat, karena dilakukan secara bergantian. Manugal juga mencerminakan sifat kerja
sama dan gotong royong untuk mencapai kesejahteraan bersama.

3.2 SARAN
hendaknya masyarakat tidak melupakan adat istiadat atau kebiasaan tradisi manugal
terutama kaum muda mudi Kalimantan tengah harus lebih mendalami ilmu dan
pengetahuan dalam bidang manugal tetap melestarikan budaya dan bangsa saya juga
berharap dengan adanya makalah ini tentang acara manugal bisa menambah wawasan dan
pengetahuan teman teman terutama bagi kaum muda yang tidak mengerti apa itu tradisi
menanam padi dengan cara manugal.
DAFTAR FUSTAKA

 Hadiwijoyo, E., Saharjo, B. H., & Putra, E. L. (2017). KEARIFAN LOKAL


MASYARAKAT DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH DALAM
MELAKUKAN PENYIAPAN LAHAN DENGAN PEMBAKARAN Local
wisdom of
 Dayak Ngaju in Central Kalimantan on Land Preparation by using Fire. Journal of
Tropical Silviculture, 8(1), 1-8. https://doi.org/10.29244/j-siltrop.8.1.1-8
 Efendi, M., Sahrul, M., & Salma, S. (2020). Nilai Kearifan Lokal Tradisi Manugal
Masyarakat Dayak Meratus Kalimantan Selatan Pada Materi Geografi Bidang
Lingkungan Hidup (Kajian Etnografi). PADARINGAN (Jurnal Pendidikan
Sosiologi Antropologi), 2(2), 260. https://doi.org/10.20527/padaringan.v2i2.2158.

Anda mungkin juga menyukai