Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aulia Rahman Werdana

NIM : 1910415210037
Prodi : Sosiologi
Kelas : VB
Matkul : Masyarakat dan Kebudayaan Kalimantan

TUGAS:
Mendeskripsikan nilai kebudayaan adat di Kalimantan, minimal 2 halaman, beserta
ppt.

Upacara Adat Naik Dango

Upacara Naik Dango adalah upacara adat masyarakat Kalimantan Barat (dayak
kanaytn) yang dilakukan dari daerah Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, hingga
Kabupaten Sanggau. Naik Dango dijelaskan bahwa kegiatan perkembangan dari kesenian
dayak. Diketahui bahwa kegiatan ini merupakan sebuah acara untuk menghaturkan rasa
syukur terhadap Nek Jubata atau sang pencipta atas berkah yang diberikanNya berupa hasil
panen (padi) yang sangat melimpah. Yang dimana acara ini dilakukan rutin setiap tahun
setelah masa panen.

Upacara ini ditandai dengan menyimpan seikat padi yang baru selesai di panen di
dalam dango atau lumbung padi dari setiap kepala keluarga masyarakat dayak yang bertani
atau berdagang. Kemudian padi yang disimpan di dalam Dango nantinya akan dijadikan bibit
padi untuk ditanam bersama-sama dan sisanya menjadi cadangan oangan untuk masa-masa
paceklik, dan selanjutnya menimang padi dan diikuti dengan pemberkatan padi oleh ketua
adat.

Terdapat beberapa hal penting dari Upacara Naik Dango yaitu terdiri dari 3 aspek

1. Aspek kehidupan agraris


Kehidupan masyarakat yang bertradisi bercocok tanam
2. Aspek religius
Rasa untuk berterima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh
3. Aspek kehidupan kekeluargaan solidaritas serta persatuan
Adanya rasa untuk menjujung tinggi rasa kekeluargaan terdekat dalam rumah masing-
masing setiap tahunnya.
Dalam hal ini kita tahu mengenai proses adat dan ritualisasi budaya pada acra Naik
Dango ini adalah bentuk aktual dari kearifan lokal masyarakat Dayak Kanayatn Kalimantan
Barat dalam menghargai anugerah dari sang pencipta yang masih berlangsung hingga saat ini.
Pada sejarahnya juga Upacara Naik Dango ini didasari mitos di kalangan orang dayak
Kanaytn tentang asal mula padi yang berasal dari setangkai padi milik Jubata di gunung
bawang yang dicuri seekor burung pipit dan padi itu jatuh ketangan Ne Jaek yang sedang
mengayau.

PROSES RITUAL NAIK DANGO

Dijelaskan bahwa dalam tradisi nenek moyang Dayak kanayatn, Naik Dango diawali
dengan pertemuan antar penduduk di kampong sehabis panen untuk merencanakan Naik
Dango. Pertemuan di lakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan ritual itu di selenggarakan.
Setelah sepakat hari pelaksanaannya, setiap keluarga sehari sebelumnya memasak beberapa
makanan yang fungsinya sebagai simbol hasil dari kebudayaan agraris masyarakat. Kegiatan
ini disebut batutu, makanan yang dimasak yaitu beras ketan yang dimasak di dalam bambu
berukuran besar dan tumpi (semacam roti cucur). Awalnya para perempuan menumbuk padi,
ketan atau tepung didalam lesung. Selanjutnya baru dimasak. Nasi dibungkus dalam daun
laying. Tak lupa juga disediakan ayam yang masih hidup.

Bahan-bahan tersebut di bawa ke dango bersamaan dengan padi hasil panen


sebelumnya. Dalam dango dilaksanakan upacara nyangahtn atau disebut juga barema.
Disitulah, doa-doa dari pamane atau tetua adatpun teruntai kepada sang pencipta atau Nek
Jubata.

Pada hari pelaksanaan Naik Dango dilakukan lagi ritual nyangahtn sebanyak 3 kali ditempat
yang berbeda.

1. Pertama nyangahtn lakukan di sami atau pelataran utama yang ada di radank. ertujuan
untuk memanggil jiwa atau semangat padi yang belum datang agar menuju ke rumah
adat.
2. Kedua, nyangahtn dilakukan lagi di baluh atau lumbung padi. Bertujuan untuk
mengumpulkan semangat padi yang tadinya telah dipanggil agar berkumpul disebuah
tempat yaitu lumbung padi atau dango.
3. Ketiga, nyangahtn dilakukan di pandarengan atau sejenis tempat penyimpanan beras
besar. Bertujuan untuk memberkati padi agar dapat bertahan dalam waktu yang lama
serta tidak cepat habis.

Sebenarnya inti dari upacara Naik Dango ini adalah saat dilakukannya nyangahtn,
yang dimana dalam prosenya terlihat ada yang namanya tingkakok nimang padi, simbol yang
mengingatkan proses turunnya padi dari Jubata kepada manusia. Dipahami bahwa dalam
tingkakok nimang padi yang merupakan hasil panen setiap tahun akan dibawa ke lumbung
padi dengan iringan tarian-tarian. Hal ini merupakan ungkapan kasih dan rasa syukur yang
mendalam atas berkat panen yang diberikan.

Setelah para tetua adat melakukan ritual nyangahtn, masyarakat adat dari berbagai sub
Suku Dayak Kanayatn dari berbagai kampung melakukan penyimpangan masing-masing dari
hasil panen mereka yang disimpan di rumah betang. Para pangayokng atau kontingen
menyerahkan hasil panen dengan ragam atraksi yang diberikan oleh para pemuda dan tokoh
adat setempat. Jika dibandingkan dengan keadaan sekarang Upacara adat Naik Dango
inidilakukan dalam berbagai bentuk acara adat, kesenian tradisional, dan pameran kerajinan
tradisional. Hal ini kemudian menyebabkan sisi yang lebih ditonjolkan dalam pelaksanaan
Naik Dango hanya merupakan sebuah pesta rakyat. Tetapi jika dilihat dari sudut pandangan
tradisi akarnya, Naik Dango ini adalah sebuah upacara adat.

Anda mungkin juga menyukai