NIM : 1910415210037
Prodi : Sosiologi
Kelas : VB
Matkul : Sosiologi Industri
1. Apa yang anda ketahui mengenai gerakan buruh, legalkan atau ilegal keberadaannya
di Indonesia, penjelasan disertai dengan argumen sosial dan yuridis.
3. Jelaskan mengenai sistem produksi primer, gilda, putting out dan pabrik. Menurut
anda untuk konteks Indonesia sistem mana yang diterapkan, penjelasan disertai
contoh.
JAWAB:
1. Yang saya ketahui mengenai gerakan buruh, legalkan atau ilegal keberadaannya di
Indonesia adalah diawali dari pengertian buruh itu sendiri yaitu (KBBI) orang yang
bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Kemudian dari pada gerakan buruh
itu sendiri yang bersifat luas karena meliputi beberapa masalah-masalah membela hak
buruh, institusi kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan, keamanan, hingga keadilan,
selain itu juga dipahami bahwa pekerja atau buruh ini adalah mitra kerja sama
pengusaha yang bisa dibilang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan
perusahaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Dalam gerakan buruh di Indonesia saat ini terarah pada sebuah gerakan organisasi
kolektif pada kaum pekerja yang dimana mereka memiliki fungsi sebagai perwakilan
hak dan kondisi buruh agar dipenuhi dan diperhatikan oleh pemegang modal dan juga
pemerintah. Diketahui bahwa gerakan buruh dilegalkan secara hukum melalui UU
No. 13 Tahun 2003 yaitu hak kebebasan berorganisasi dan berserikat.
Argumen(sosial):
Mengarah pada gerakan buruh yaitu dipahami bahwa perubahan sosial ketika era
modernisasi, muncul beberapa kajian yang berkaitan mengenai efek modernisasi
ekonomi yang berlangsung di negara-negara berkembang dengan perubahan sosial
sebagai proses sistemik didalam masyarakat. Dalam argumen ini modernisasi
dalam perubahan sosial menghasilkan perubahan yang menyeluruh secara bertahap
menuju kemajuan, spesifikasi dan diferensisasi struktur, fungsi dan peran-peran
baru dalam masyarakat sosial, termasuk munculnya konsentrasi sektor pekerjaan
buruh di daerah urban, kelas menengah, birokrasi hingga kalangan industri.
Argumen(yuridis):
Adanya kedudukan dan perlindungan hukum pekerja yang dilihat dalam peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan, yang dimana peraturan perundang-
undangan bidang ketenagakerjaan sama sekali tidak memberikan jaminan akan
kedudukan bahkan perlindungan hukum bagi pekerja atau buruh yang terdiri dari
sistem upah, keselamatan kerja, kesehatan kerja hingga Peraturan Menteri Tenaga
kerja Nomor 2 Tahun 2015 tidak memiliki dasar hukum yang jelas serta organisasi
atau subtansinya bersifat diskriminatif atau membeda-bedakan jika di bandingkan
dengan subtansi di dalam peraturan perundangan ketenagakerjaan.
2. Sebelum membahas mogok kerja lebih dalam kita akan memahami dulu
pengertiannya dalam (pasal 1 angka 23 Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan) yang dimana pengertian mogok kerja yaitu “mogok kerja adalah
tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau
oleh serikat pekerja untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan”. Dari
pemahaman diatas diambil bahwa suatu tindakan dapat disebut sebagai mogok kerja
dilakukan oleh para pekerja. Dalam hal ini mogok kerja harus direncanakan dan
dilaksanakan secara bersama-sama, dilakukan oleh lebih dari 1 pekerja. Tujuan dari
mogok kerja ini sendiri adalah untuk memaksa perusahaan/majikan mendengarkan
dan menerima tuntutan pekerja dan/atau serikat pekerja, caranya adalah dengan
membuat perusahaan merasakan akibat proses produksi yang terhenti atau melambat.
Setelah mengetahui pengertian dari mogok kerja, ada pertanyaan apakah boleh
melakukan mogok kerja bagi para pekerja? Jawabannya adalah tergantung situasi.
Dalam hal ini jika diimplementasikan di Indonesia maka dipahami bahwa jika ingin
melakukan mogok kerja maka ada syarat-syarat tertentu yaitu harus sesuai dengan
prosedur yang diatur oleh undang-undang. Diharuskan “tertib dan damai” yang
dimana tidak menganggu keamanan dan ketertiban umum dan tidak mengancam
keselamatan jiwa dan harta benda milih perusahaan, pengusaha atau milik
masyarakat. Kemudian adanya “akibat gagal perundingan” yang artinya upaya
perundingan yang dilakukan menemui jalan buntu dan gagal mencapai kesepakatan
atau perusahaan menolak untuk melakukan perundingan walaupun serikat pekerja
atau pekerja telah meminta secara tertulis kepada pengusaha 2 kali dalam tenggang
waktu 14 hari.
Syarat administratif yang harus dilakukan agar mogok kerja dapat dikatakan sah:
1. Pekerja atau serikat pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada
perusahaan/pengusaha dan disnaker, 7 hari kerja sebelum mogok kerja dijalankan.
2. Dalam surat pemberitahuan tersebut, harus memuat:
a. Waktu (hari, tanggal dan jam)
b. Tempat mogok kerja
c. Alasan dan sebab mengapa harus melakukan mogok kerja
d. Tanda tangan ketua dan sekretaris serikat pekerja sebagai penanggung jawab
mogok kerja.
e. Bagi pelaksanaan mogok kerja yang berlaku di perusahaan yang melayani
kepentingan umum atau perusahaan yang jenis kegiatannya berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, pelaksanaan mogok kerja harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menganggu kepentingan umum.
f. Instansi pemerintahan dan pihak perusahaan yang menerima surat
pemberitahuan mogok kerja wajib memberikan tanda terima.
g. Sebelum dan selama mogok kerja berlangsung, instansi yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan wajib menyelesaikan masalah yang
menyebabkan timbulnya pemogokan dengan mempertemukan dan
merundingkannya dengan para pihak yang berselisih.
h. Jika perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan, maka harus dibuatkan
perjanjian bersama yang ditanda-tangani oleh para pihak dan pegawai yang
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan sebagai saksi.
i. Dan jika dalam perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan, maka
pegawai dan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan harus
menyerahkan masalah yang menyebabkan terjadinya mogok kerja kepada
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang berwenang.
Jika mogok kerja tidak memenuhi kualifikasi dijelaskan juga dalam pasal
142,UU No 13/2003, dinyatakan bahwa apabila mogok kerja yang tidak
memenuhi persyaratan mogok kerja seperti yang diuraikan diatas, maka mogok
kerja tersebut tidak sah.
Dari sekian banyak sistem yang ada untuk konteks Indonesia, sistem yang cocok
menurut saya adalah sistem putting out. Karena menurut saya sistem putting out ini lebih
mengutamakan efiensi keuangan agar merata dan stabilnya situasi ekonomi dalam industri
yang dilakukan dalam konteks Indonesia. Seperti kita pahami secara dasarnya yaitu dalam
putting out ini yaitu seorang pengusaha yang memiliki pekerja tetap maupun kontrak yang
sebenarnya bisa diandalkan tetapi si pengusaha tersebut lebih memilih menyerahkan
tanggung jawab si pekerja pada pihak luar perusaahan. Yang dimana tujuanya agar dapat
menyeimbangkan keadaan finansial secara partikularistik (Kepentingan Individu>
kepentingan umum). Contohnya saja seorang pengusaha pengrajin enggrang kayu, yang
dimana si pengusaha walaupun sudah memiliki pekerja tetapi dia lebih ingin
menyeimbangkan finansial yaitu dia menyerahkan pekerjaan tersebut misalnya ke orang
rumahan yang dimana mungkin saja hal tersebut dapat mengurangi beban biaya tanggungan
terhadap pekerja si pengusaha itu sendiri.
4. Beberapa masalah yang dihadapi oleh pekerja/buruh di Indonesia yaitu:
a. Masalah upah
Dijelaskan dalam hal ini yaitu rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan upah
yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta
tangunggannya. Kebutuhan hidup yang terus bertambah sementara upah yang
didapat setiap bulannya tidak meningkat dan hanya disitu-situ saja menjadi salah
satu alasan yang bisa dijadikan gerakan protes kaum pekerja/buruh.
Serta apa solusi yang bisa ditawarkan berkaitan dengan problem tersebut:
Solusi dilakukan disini yaitu diawali dari pemahaman atau pengetahuan kita
mengenai jumlah angkatan kerja yang besar disebabkan karena tingginya tingkat
kelahiran atau pertumbuhan penduduk. Maka solusi yang harus dilakukan oleh
pemerintah dalam mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan
memaksimalkan pelaksanaan program keluarga berencana. Pemaksimalan ini dapat
dilakukan dengan cara sosialisasi dan penyuluhan KB secara intens kepada
masyarakat, khususnya kepada pasangan yang baru menikah. Sehingga semakin
kesadaran masyarakat akan pentingnya program keluarga berencana. Hal ini juga bisa
dilakukan dengan membatasi usia nikah sehingga dapat menekan terjadi pernikahan
dini. Oleh karena itu fungsi dari program KB ini berjalan dengan baik maka angkatan
kerja semakin berkurang, jika penurunan dilakukan secara optimal maka diikuti
dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, maka pengangguran juga berkurang.
Selain itu terdapat juga solusi untuk ketenagakerjaan pada problem yang ada:
a. Mengadakan pelatihan kerja agar para calon tenaga kerja sudah memiliki
ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan oleh para pekerja.
b. Memperbanyak mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
c. Membuat kebijakan mengenai gaji tenaga kerja Indonesia.
d. Mengembangkan sektor usaha-usaha informal di kawasan-kawasan
terpencil.
e. Mengembangkan usaha industri yang padat karya.
Terdapat solusi yang bisa dikatakan bagus yaitu RUU Ciptaker yang dimana
dalam hal ini terdapat hak buruh dan pekerja itu dapat dilindungi oleh pemerintah
melalui aturan tersebut terdapat outscoring yang identik dengan ekploitasi buruh.
Tetapi dengan adannya RUU Ciptaker ini memberi peluang kerja dan buruh untuk
dapat berdialog langsung dengan pihak pemerintah dan perusahaan sehingga mereka
tak bisa berbuat semena-mena. Selain itu juga fungsi RUU Ciptaker ini terdapat izin
usaha yang diberikan oleh pemerintah tentu saja akan menjadi daya tarik banyak
masuknya investor perusahaan ke Indonesia, yang mengakibatkan terserapnya tenaga
kerja di Indonesia.