Anda di halaman 1dari 10

Nama : Aulia Rahman Werdana

NIM : 1910415210037
Prodi : Sosiologi
Kelas : VB
Matkul : Sosiologi Industri

UAS SOSIOLOGI INDUSTRI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

1. Apa yang anda ketahui mengenai gerakan buruh, legalkan atau ilegal keberadaannya
di Indonesia, penjelasan disertai dengan argumen sosial dan yuridis.

2. Peristiwa mogok kerja yang dilakukan para pekerja/buruh merupakan sesuatu


pemandangan yang sering kita lihat, baik lewat media cetak ataupun elektronik yang
terjadi diluar negeri ataupun dalam negeri sendiri. Mogok kerja bolehkah dilakukan?
Bagaimana implementasinya di Indonesia jelaskan.

3. Jelaskan mengenai sistem produksi primer, gilda, putting out dan pabrik. Menurut
anda untuk konteks Indonesia sistem mana yang diterapkan, penjelasan disertai
contoh.

4. Jelaskan apa yang saudara ketahui, mengenai problem-problem pekerja/buruh di


Indonesia, serta apa solusi yang bisa ditawarkan berkaitan dengan problem tersebut.

5. UU NOMOR 11 2020 tentang ciptakerja/omnibus law dalam perjalanannya banyak


ditentang oleh parah buruh termasuk Konfederasi serikat Pekerja Indonesia. Mengapa
itu bisa terjadi?, hal apa saja yang menjadi pemicu penyebabnya ketidakpuasan
tersebut. Jelaskan analisa anda.

JAWAB:

1. Yang saya ketahui mengenai gerakan buruh, legalkan atau ilegal keberadaannya di
Indonesia adalah diawali dari pengertian buruh itu sendiri yaitu (KBBI) orang yang
bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Kemudian dari pada gerakan buruh
itu sendiri yang bersifat luas karena meliputi beberapa masalah-masalah membela hak
buruh, institusi kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan, keamanan, hingga keadilan,
selain itu juga dipahami bahwa pekerja atau buruh ini adalah mitra kerja sama
pengusaha yang bisa dibilang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan
perusahaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Dalam gerakan buruh di Indonesia saat ini terarah pada sebuah gerakan organisasi
kolektif pada kaum pekerja yang dimana mereka memiliki fungsi sebagai perwakilan
hak dan kondisi buruh agar dipenuhi dan diperhatikan oleh pemegang modal dan juga
pemerintah. Diketahui bahwa gerakan buruh dilegalkan secara hukum melalui UU
No. 13 Tahun 2003 yaitu hak kebebasan berorganisasi dan berserikat.

 Argumen(sosial):
Mengarah pada gerakan buruh yaitu dipahami bahwa perubahan sosial ketika era
modernisasi, muncul beberapa kajian yang berkaitan mengenai efek modernisasi
ekonomi yang berlangsung di negara-negara berkembang dengan perubahan sosial
sebagai proses sistemik didalam masyarakat. Dalam argumen ini modernisasi
dalam perubahan sosial menghasilkan perubahan yang menyeluruh secara bertahap
menuju kemajuan, spesifikasi dan diferensisasi struktur, fungsi dan peran-peran
baru dalam masyarakat sosial, termasuk munculnya konsentrasi sektor pekerjaan
buruh di daerah urban, kelas menengah, birokrasi hingga kalangan industri.
 Argumen(yuridis):
Adanya kedudukan dan perlindungan hukum pekerja yang dilihat dalam peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan, yang dimana peraturan perundang-
undangan bidang ketenagakerjaan sama sekali tidak memberikan jaminan akan
kedudukan bahkan perlindungan hukum bagi pekerja atau buruh yang terdiri dari
sistem upah, keselamatan kerja, kesehatan kerja hingga Peraturan Menteri Tenaga
kerja Nomor 2 Tahun 2015 tidak memiliki dasar hukum yang jelas serta organisasi
atau subtansinya bersifat diskriminatif atau membeda-bedakan jika di bandingkan
dengan subtansi di dalam peraturan perundangan ketenagakerjaan.
2. Sebelum membahas mogok kerja lebih dalam kita akan memahami dulu
pengertiannya dalam (pasal 1 angka 23 Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan) yang dimana pengertian mogok kerja yaitu “mogok kerja adalah
tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau
oleh serikat pekerja untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan”. Dari
pemahaman diatas diambil bahwa suatu tindakan dapat disebut sebagai mogok kerja
dilakukan oleh para pekerja. Dalam hal ini mogok kerja harus direncanakan dan
dilaksanakan secara bersama-sama, dilakukan oleh lebih dari 1 pekerja. Tujuan dari
mogok kerja ini sendiri adalah untuk memaksa perusahaan/majikan mendengarkan
dan menerima tuntutan pekerja dan/atau serikat pekerja, caranya adalah dengan
membuat perusahaan merasakan akibat proses produksi yang terhenti atau melambat.

Setelah mengetahui pengertian dari mogok kerja, ada pertanyaan apakah boleh
melakukan mogok kerja bagi para pekerja? Jawabannya adalah tergantung situasi.
Dalam hal ini jika diimplementasikan di Indonesia maka dipahami bahwa jika ingin
melakukan mogok kerja maka ada syarat-syarat tertentu yaitu harus sesuai dengan
prosedur yang diatur oleh undang-undang. Diharuskan “tertib dan damai” yang
dimana tidak menganggu keamanan dan ketertiban umum dan tidak mengancam
keselamatan jiwa dan harta benda milih perusahaan, pengusaha atau milik
masyarakat. Kemudian adanya “akibat gagal perundingan” yang artinya upaya
perundingan yang dilakukan menemui jalan buntu dan gagal mencapai kesepakatan
atau perusahaan menolak untuk melakukan perundingan walaupun serikat pekerja
atau pekerja telah meminta secara tertulis kepada pengusaha 2 kali dalam tenggang
waktu 14 hari.
Syarat administratif yang harus dilakukan agar mogok kerja dapat dikatakan sah:
1. Pekerja atau serikat pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada
perusahaan/pengusaha dan disnaker, 7 hari kerja sebelum mogok kerja dijalankan.
2. Dalam surat pemberitahuan tersebut, harus memuat:
a. Waktu (hari, tanggal dan jam)
b. Tempat mogok kerja
c. Alasan dan sebab mengapa harus melakukan mogok kerja
d. Tanda tangan ketua dan sekretaris serikat pekerja sebagai penanggung jawab
mogok kerja.
e. Bagi pelaksanaan mogok kerja yang berlaku di perusahaan yang melayani
kepentingan umum atau perusahaan yang jenis kegiatannya berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, pelaksanaan mogok kerja harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menganggu kepentingan umum.
f. Instansi pemerintahan dan pihak perusahaan yang menerima surat
pemberitahuan mogok kerja wajib memberikan tanda terima.
g. Sebelum dan selama mogok kerja berlangsung, instansi yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan wajib menyelesaikan masalah yang
menyebabkan timbulnya pemogokan dengan mempertemukan dan
merundingkannya dengan para pihak yang berselisih.
h. Jika perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan, maka harus dibuatkan
perjanjian bersama yang ditanda-tangani oleh para pihak dan pegawai yang
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan sebagai saksi.
i. Dan jika dalam perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan, maka
pegawai dan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan harus
menyerahkan masalah yang menyebabkan terjadinya mogok kerja kepada
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang berwenang.

Jika mogok kerja tidak memenuhi kualifikasi dijelaskan juga dalam pasal
142,UU No 13/2003, dinyatakan bahwa apabila mogok kerja yang tidak
memenuhi persyaratan mogok kerja seperti yang diuraikan diatas, maka mogok
kerja tersebut tidak sah.

3. Penjelasan sistem produksi:


a. Sistem produksi primer
Dijelaskan bahwa dalam masyarakat agraris yang biasanya terdiri dari satu
keluarga yang luas juga semua dari suatu keluarga besar yang terdiri dari generasi
pendahulu hingga generasi selanjutnya. Adanya kepala keluarga yang menentukan
sebuah pekerjaan yang dimana sistem ini sangat bergantung dengan alam.
Contoh:
Tedapat daerah atau lahan dari sebuah tempat yang memiliki sumber daya alam
atau SDA yang melimpah dan menjadi titik utama mereka dalam mencari
penghasilan utama dari daerah tersebut, maka masyarakat setempatlah yang
mengelola sumber daya alam tersebut secara turun temurun.
b. Sistem produksi gilda
Dalam sistem ini diketahui bahwa kelompok perkumpulan pengrajin atau
pedagang yang memiliki kontrol atas pelaksanaan profesinya di kota tempat
mereka tinggal. Mereka bisa dibilang terpacu dan bergantung pada surat paten
yang diberikan oleh penguasa setempat untuk menjamin kelancaran usaha para
anggota gilda di kota tersebut.
Contoh:
Adanya produksi mengenai kasur atau tilam, maka semua produksi didalam gilda
tersebut adalah kasur atau tilam. Jadi ciri khas dari gilda adalah kesamaan hasil
produksi di antara pengusaha yang ada didalamnya.

c. Sistem produksi putting out


Putting out disini membahas mengenai sistem untuk mengatur, mengendalikan,
memobilisasi proses produksi dan hubungan produksi dari bahan mentah menjadi
barang yang layak atau barang jadi yang dilakukan di luar perusahaan. Sistem ini
berpacu pada ditemukannya berbagai rute perjalanan ke daerah-daerah diseberang
lautan dari kawasan eropa. Jumlah pedagang menjadi besar, yang dimana muncul
kaum bourjuis. Kekayaannya diperoleh dari cara perdagangan luar negeri, jarahan
negara koloni, memonopoli perdagangan, dan pada abad tersebutefek yang
ditimbulkan dapat merusak hingga menghancurkan sistem gilda yang terdapat
pada negara koloni.
Contoh:
Seorang pengusaha memiliki pekerja secara tertulis atau memiliki kontrak. Barang
yang di produksi adalah kasur. Sebelum kearah produksi ada beberapa tahapan
dalam pembuatan produksinya itu dialihkan keluar dari perusahaan dari si
pengusaha itu. Yang dimana diserahkannya pembuatan produksi kasur ini ke
tempat yang sudah menjadi acuan tetap misalnya pabrik kasur, dengan alasan
apabila mereka mempekerjakan hal tersebut diluar perusahaan maka modal dalam
usaha itu akan terminimalisir, karena upah pekerja yang secara tertulis
dibandingkan yang berada diluar perusaahaan, lebih murah yang dari pabrik kasur
itu sendiri.
d. Sistem produksi pabrik
Sistem ini memiliki pengertian yaitu proses pemakaian mesin dan kegiatan-
kegiatan produksi dalam industri. Yang dimana industri mengarah pada proses
semakin banyaknya orang yang bekerja di pabrik dan perusahaan-perusahaan yang
mengorganisasikan dengan logika pabrik. Dipahami juga bahwa sistem ini hadir
dengan teknologi mesin sehingga tidak banyak membutuhkan banyak tenaga
manusia dan meningkatkan jumlan produksi. Oleh karena itu, dengan kehadiran
mesin, pekerjaan dipecah menjadi banyak sehingga orang tidak selalu memakai
keahlian khusus yang memerlukan biaya mahal.
Contoh:
disuatu daerah terdapat pabrik pembuatan gula aren, yang dimana pabrik ini
memiliki pekerja untuk melakukan pembuatan gula aren, setiap pekerja
mengerjakan pekerjaan yang berbeda-beda. Misalnya saja untuk membagi rata
setiap kilonya untuk dimasukkan kedalam wajan panas dilakukan oleh pekerja A,
pengadukan secara berkala dalam wajan gula aren dilakukan oleh pekerja B,
pengangkatan gula aren secara bertahap dilakukan oleh pekerja C, dan
penyaringan gula aren kedalam tempat yang steril dilakukan oleh pekerja D,
sehingga hal ini lah yang disebut sistem produksi pabrik.

Dari sekian banyak sistem yang ada untuk konteks Indonesia, sistem yang cocok
menurut saya adalah sistem putting out. Karena menurut saya sistem putting out ini lebih
mengutamakan efiensi keuangan agar merata dan stabilnya situasi ekonomi dalam industri
yang dilakukan dalam konteks Indonesia. Seperti kita pahami secara dasarnya yaitu dalam
putting out ini yaitu seorang pengusaha yang memiliki pekerja tetap maupun kontrak yang
sebenarnya bisa diandalkan tetapi si pengusaha tersebut lebih memilih menyerahkan
tanggung jawab si pekerja pada pihak luar perusaahan. Yang dimana tujuanya agar dapat
menyeimbangkan keadaan finansial secara partikularistik (Kepentingan Individu>
kepentingan umum). Contohnya saja seorang pengusaha pengrajin enggrang kayu, yang
dimana si pengusaha walaupun sudah memiliki pekerja tetapi dia lebih ingin
menyeimbangkan finansial yaitu dia menyerahkan pekerjaan tersebut misalnya ke orang
rumahan yang dimana mungkin saja hal tersebut dapat mengurangi beban biaya tanggungan
terhadap pekerja si pengusaha itu sendiri.
4. Beberapa masalah yang dihadapi oleh pekerja/buruh di Indonesia yaitu:
a. Masalah upah
Dijelaskan dalam hal ini yaitu rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan upah
yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta
tangunggannya. Kebutuhan hidup yang terus bertambah sementara upah yang
didapat setiap bulannya tidak meningkat dan hanya disitu-situ saja menjadi salah
satu alasan yang bisa dijadikan gerakan protes kaum pekerja/buruh.

b. Masalah pemenuhan hidup dan Kesejahteraan hidup


Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan hidup didasari pada fakta bahwa kita
manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dasar seperti kecakupan
makanan, perlindungan, pakaian, perawatan medis dan pendidikan. Dipahami
bahwa para buruh hanya memiliki sumber pendapatan berupa upah, maka
pencapaian kesejahteraan bergantung pada kemampuan upah dalam memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya. Hal ini menyebabkan kualitas kesejahteraan rakyat
termasuk para buruh atau pekerja semakin rendah, yang dimana seharusnya
pemerintah tidak lepas tangan dari usaha pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya
yang menyangkut kesejahteraan hidup.

c. Masalah Pemutusan Hubungan Kerja


Diketahui dalam Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)merupakan salah satu
persoalan besar yang dihadapi oleh kaum pekerja/buruh. Karena dengan
meningkatnya PHK maka akan menambah pengangguran yang ada di Indonesia.
Permasalahan PHK biasanya terjadi dan menimbulkan masalah lain yang lebih
besar dikalangan buruh karena beberapa kondisi dalam hubungan buruh
pengusaha. Padahal PHK bukanlah sesuatu hal yang besar tetapi jika sistem
hubungan pekerja/ buruh dan pengusaha telah seimbang dan adanya jaminan
kebutuhan pokok bagi para buruh sebagaimana bagi seluruh rakyat oleh sistem
pemerintahan yang menjadikan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat sebagai asas
politik perekonomiannya.
d. Masalah Tunjangan Sosial dan Kesehatan
Dalam situasi ini rakyat yang ingin memenuhi kebutuhannya harus bekerja secara
mutlak, baik untuk memenuhi kebutuhan dasarnya maupun kebutuhan dasarnya
maupun kebutuhan pelengkapnya. Maka jika seseorang terkena bencana atau
kebutuhan hidupnya meningkat, ia harus bekerja lebih keras secara mutlak,
terlebih lagi jika ia tidak mampu bekerja karena usia, kecelakaan, PHK atau sebab
lainnya, maka ia tidak punya pintu pemasukan dana lagi. Kondisi ini akan
menyebabkan kesulitan hidup, terutama bagi rakyat yang sudah tidak dapat
bekerja dengan upah yang minim sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.

e. Masalah Lapangan Pekerjaan


Problematika dalam hal ini yaitu munculnya ketidakseimbangan antara calon
buruh yang banyak sedangkan lapangan pekerjaan relatif sedikit. Atau banyaknya
lapangan pekerjaan tetapi kualitas tenaga kerja/ buruh yang ada tidak sesuai
dengan kualitas yang dibutuhkan. Sulitnya mendapat pekerjaan ini dapat
menimbulkan gejolak sosial, angka pengangguran yang meningkat ini akan
berakibat pada aspek sosial yang luas.

 Serta apa solusi yang bisa ditawarkan berkaitan dengan problem tersebut:

Solusi dilakukan disini yaitu diawali dari pemahaman atau pengetahuan kita
mengenai jumlah angkatan kerja yang besar disebabkan karena tingginya tingkat
kelahiran atau pertumbuhan penduduk. Maka solusi yang harus dilakukan oleh
pemerintah dalam mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan
memaksimalkan pelaksanaan program keluarga berencana. Pemaksimalan ini dapat
dilakukan dengan cara sosialisasi dan penyuluhan KB secara intens kepada
masyarakat, khususnya kepada pasangan yang baru menikah. Sehingga semakin
kesadaran masyarakat akan pentingnya program keluarga berencana. Hal ini juga bisa
dilakukan dengan membatasi usia nikah sehingga dapat menekan terjadi pernikahan
dini. Oleh karena itu fungsi dari program KB ini berjalan dengan baik maka angkatan
kerja semakin berkurang, jika penurunan dilakukan secara optimal maka diikuti
dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, maka pengangguran juga berkurang.

Selain itu terdapat juga solusi untuk ketenagakerjaan pada problem yang ada:

a. Mengadakan pelatihan kerja agar para calon tenaga kerja sudah memiliki
ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan oleh para pekerja.
b. Memperbanyak mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
c. Membuat kebijakan mengenai gaji tenaga kerja Indonesia.
d. Mengembangkan sektor usaha-usaha informal di kawasan-kawasan
terpencil.
e. Mengembangkan usaha industri yang padat karya.

Terdapat solusi yang bisa dikatakan bagus yaitu RUU Ciptaker yang dimana
dalam hal ini terdapat hak buruh dan pekerja itu dapat dilindungi oleh pemerintah
melalui aturan tersebut terdapat outscoring yang identik dengan ekploitasi buruh.
Tetapi dengan adannya RUU Ciptaker ini memberi peluang kerja dan buruh untuk
dapat berdialog langsung dengan pihak pemerintah dan perusahaan sehingga mereka
tak bisa berbuat semena-mena. Selain itu juga fungsi RUU Ciptaker ini terdapat izin
usaha yang diberikan oleh pemerintah tentu saja akan menjadi daya tarik banyak
masuknya investor perusahaan ke Indonesia, yang mengakibatkan terserapnya tenaga
kerja di Indonesia.

5. UU NOMOR 11 2020 tentang ciptakerja/omnibus law dalam perjalanannya


banyak ditentang oleh parah buruh termasuk Konfederasi serikat Pekerja
Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal:
a. Sistem Kerja Kontrak
Dipahami bahwa dalam UU Cipta Kerja, perjanjian kerja waktu tertentu
(PWKT) tidak dibatasi periode dan batas waktu kontrak. Terdapat pasal 82
angka 15 UU Cipta kerja mengubah ketentuan Pasal 59 pada UU Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan pasal 81 angka 15 UU Cipta Kerja
menyebut pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang
tidak terlalu lama.
b. Praktik outscoring meluas
Diketahui disini UU Cipta Kerja tidak mengatur bahasan kriteria pekerjaan
yang dapat dipekerjakan secara alih daya atau outsourcing. Berdasarkan UU
ketenagakerjaan, outsoucring hanya dapat dilakukann jika suatu pekerjaan
terlepas dari kegiatan utama atau terlepas dari kegiatan produksi.
c. Waktu kerja eksploitatif
Dalam UU Cipta Kerja, batasan maksimal jam lembur dari tiga jam dalam
sehari dan 14 jam dalam sepekan, menjadi 4 jam dalam sehari 188 jam dalam
seminggu. Selain akan berakibat pada kesehatan buruh, besaran upah yang
didapat juga tidak sesuai. Karena upah minimum yang menjadi dasar
penghitungan upah lembuh didasarkan pada mekanisme pada berdasarkan PP
Nomor 78 Tahun 2015 tentang pengupahan.
d. Berkurangnya hak cuti dan istirahat
Selanjutnya dalam hal UU Cipta Kerja ini istirahat bagi buruh hanya didapat
sekali dalam sepekan. Terlebih lagi dalam UU Cipta Kerja buruh dapat
dikenakan wajib lembur.
e. Rentan alami PHK
Kondisi buruh dalam hal ini rentan mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK), salah satunya ketika mengalami kecelakaan kerja. Dalam pasal 81
angka 42 UU Cipta Kerja menyisipkan pasal 154A mengenai alasan
pemutusan hubungan kerja. Salah satu alasannya yaitu bruh mengalami sakit
yang berkepanjangan akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat elakukan
pekerjaannya setelah melewati batas 12 bulan (1 tahun). Tetapi ketentuan ini
dihapus melalui UU Cipta Kerja

Hal yang menjadi pemicu penyebabnya ketidakpuasan disini yaitu berdasarkan


analisis saya yaitu hal ini dapat merugikan para buruh yang dimana dapat
membuat tersiksanya masyarakat buruh ini. Yang seperti kita tahu bahwa yang
menjadi pemicu karena dalam isi UU Cipta Kerja ini sangat berbanding
terbalik dengan kepentingan para buruh, karena jika pemerintah memberikan
aturan yang benar hal tersebut tidak menimbulkan pertentangan yang
membuat masyarakat buruh sengsara.

Anda mungkin juga menyukai