2/Mar/EK/2021
1
B. Perumusan Masalah
Artike Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
17071101165
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 5https://spn.or.id/perlindungan-tenaga-kerja/ di akses, 5
4 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Agustus 2020.
28
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
29
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
Ada dua macam instrumen dari ILO yaitu a. Kebebasan berserikat dan pengakuan
konvensi (convention) dan rekomendasi yang efektif terhadap hak untuk
(recommendation). Berdasarkan Pasal 19 ayat berunding bersama.10
(1) konstitusi ILO, dikatakan bahwa suatu b. Penghapusan segala bentuk kerja paksa
produk bahasan agenda sidang berbentuk atau kerja wajib.62
konvensi atau rekomendasi bergantung pada c. Penghapusan secara efektif pekerja
keadaan yang menjadi ruang lingkup atau anak.11
konteks dari subjek atau aspek yang dibahas. d. Penghapusan diskriminasi dalam hal
Minimal dua pertiga suara delegasi yang hadir pekerjaan dan jabatan.12
diperlukan untuk menentukan bentuk sebagai Kekhawatiran yang semakin meningkat
konvensi atau rekomendasi.8 tentang dampak sosial dari globalisasi
Terdapat beberapa perbedaan antara mendorong anggota ILO yaitu perwakilan
keduanya, konvensi di maksudkan untuk pemerintah, pengusaha dan pekerja di tingkat
diratifikasi. Terdapat kewajiban hukum yang internasional untuk mengakui di tahun 1995
mengikat, sedangkan rekomendasi tidak bahwa ada empat kategori peraturan
dimaksudkan untuk ratifikasi, dan tidak ketenagakerjaan, yang disampaikan dalam
mengikat, hanya memberikan petunjuk untuk delapan konvensi (yang disebut “konvensi
kebijakan nasional dan tindakannya.9 utama”), yang harus dianggap fundamental
Berdasarkan Pasal 19 ayat (5) konstitusi ILO, karena konvensi-konensi ini melindungi hak-
disebutkan bahwa selambat lambatnya satu hak dasar para pekerja.
tahun dari sidang penutupan konferensi, ILO yang salah satu tujuan didirikanya
anggota wajib membawa konvensi itu ke pihak adalah sebagai organisasi yang menyusun
yang berwenang untuk di ratifikasi. Apabila standar ketenagakerjaan untuk dijadikan
telah diratifikasi terdapat maka kewajiban pedoman dan program internasional untuk
negara untuk memberikan laporan mengenai memperbaiki lapangan pekerjaan dan
langkah-langkah yang telah dilakukan. Jika kehidupan para pekerja. Core Convention
belum dilakukan diratifikasi, maka tidak ada merupakan inti dari hak-hak dasar yang
kewajiban. Tetapi anggota wajib melaporkan diperjuangkan oleh ILO dalam mencapai
kepada Dirjen Kantor Perburuhan Internasional keadilan sosial yang menjadi landasan bagi
tentang posisi perundangundangan dan praktek terciptanya perdamaian dunia.13
perburuhan nasionalnya yang berkaitan dengan Secara umum, Konvensi-konvensi pokok ILO
halhal yang dibahas dalam konvensi.60 terdiri dari :
Bentuk perlindungan tenaga kerja dapat - Konvensi 87 Kebebasan Berserikat dan
dilihat dalam produk hukum ILO, antara lain Perlindungan atas Hak untuk
adalah ILO Declaration on Fundamental Berorganisasi, 1948
Principles and Right at Work. (Deklarasi ILO - Konvensi 98 Hak Berorganisasi dan Posisi
mengenai prinsip dan hak dasar di tempat Tawar Kolektif, 1949
kerja) ditanda-tangani tanggal 19 Juni 1998 ini - Konvensi 29 Kerja Paksa, 1930 Konvensi
menyatakan bahwa semua yang belum 105 Penghapusan Kerja Paksa, 1957
meratifikasi konvensi-konvensi tersebut, - Konvensi 100 Kesamaan Upah, 1951
memiliki kewajiban yang timbul dari fakta
keanggotaan dalam organisasi untuk
menghormati, mempromosikan, dan
10 Konvensi 87 (Konvensi tentang Kebebasan Berserikat
mewujudkan dengan itikad baik, prinsip-prinsip
dan Perlindungan atas Hak Berorganisasi) dan Konvensi 98
tentang hak-hak dasar yang merupakan subjek
(Konvensi tentang Hak Berorganisasi dan Perundingan
dari konvensi (disebut sebagai core convention Bersama). Meliputi Konvensi 29 (konvensi tentang Kerja
atau konvensi inti) yaitu : Paksa) dan Konvensi 105 (Konvensi tentang Penghapusan
Kerja Paksa).
11 Konvensi 138 (Konvensi tentang Usia Minimum).
12 Konvensi 100 (Konvensi tentang Pemberian Upah yang
8 Asri Wijayanti , Sinkronisasi Hukum Perburuhan terhadap sama bagi pekerja pria dan pekerja wanita) dan konvensi
Konvensi ILO, Bandung, 2012, hlm. 45. 111 (Konvensi tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan
9 Sentonoe Kertonegoro, Kebebasan Berserikat (freedom jabatan).
of associatioan), YTKI, 1998, hlm. 3-4. 13 Asri Wijayanti, Op-Cit. Hlm. 73-74.
30
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
31
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
organisasi itu ada, dan dengan badan lain Bagian penting lainnya dari ketentuan ILO
yang sesuai. adalah yang berkaitan dengan pengupahan. Hal
Ditentukan juga bahwa : ini sebagaimana yang diatur dalam Konvensi
1. Perbedaan, pengecualian atau pilihan No. 100 1951 tentang Pengupahan yang
bentuk apapun juga mengenai suatu tugas Sama bagi Wanita dan Laki-laki untuk
tertentu yang didasarkan pada persyaratan Pekerjaan yang Sama Nilainya.
khas tugas itu, tidak dianggap sebagai suatu Pasal 1 Dalam Konvensi ini:
diskriminasi. (a) Istilah ‘upah’ mencakup upah atau gaji
2. Untuk tujuan Konvensi ini, istilah biasa, pokok atau minimum dan
“pekerjaan” dan “jabatan” meliputi juga pendapatan-pendapatan lain apapun, yang
kesempatan pelatihan ketrampilan, dibayar secara langsung maupun tak
kesempatan memperoleh pekerjaan dan langsung, secara tunai maupun dalam
kesempatan memperoleh jabatan tertentu, bentuk barang oleh majikan kepada
serta ketentuan dan syarat kerja. pekerja terkait atas pekerjaan yang
Pasal 3. Setiap Anggota yang dilakukan oleh pekerja.
memberlakukan Konvensi ini berupaya untuk (b) Istilah ‘upah yang setara bagi pekerja laki-
dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan laki dan perempuan untuk pekerjaan yang
kebiasaan nasional : sama nilainya’ mengacu pada nilai upah
a. memperoleh kerjasama dari organisasi yang ditetapkan tanpa diskriminasi
pengusaha dan pekerja serta badan berdasarkan jenis kelamin.
terkait lainnya untuk mendorong Pasal 2 :
diterimanya dan ditaatinya 1. Dengan cara yang sesuai dengan metoda-
kebijaksanaan ini; metoda yang berlaku untuk menetapkan
b. mengadakan perundang-undangan serta nilai upah, setiap Anggota harus
menganjurkan program pendidikan yang mempromosikan dan, sesuai dengan cara
dapat diperkirakan akan menjamin tersebut, menjamin pelaksanaan azas
diterimanya dan ditaatinya pengupahan yang setara bagi pekerja laki-
kebijaksanaan ini; laki dan perempuan atas pekerjaan yang
c. menolak semua ketentuan peraturan dan sama nilainya untuk semua pekerja.
mengubah petunjuk dan kebiasaan 2. Azas ini dapat dilaksanakan dengan : (a)
administratif yang tidak sesuai dengan dengan Undang-Undang atau peraturan
kebijaksanaan ini; nasional; (b) oleh badan penetapan upah
d. mendorong diberlakunya kebijaksanaan yang dibentuk menurut peraturan yang
ini bagi pekerjaan yang langsung diawasi berlaku atau yang diakui sah; (c) melalui
oleh penguasa nasional; kesepakatan kerja bersama di antara
e. menjamin ditaatinya kebijaksanaan ini pengusaha dengan pekerja; atau (d) dengan
dalam kegiatan bimbingan ketrampilan, menggabungkan cara-cara ini.
latihan ketrampilan serta jawatan
penempatan yang dipimpin oleh B. Implementasi Ketentuan ILO Dalam
penguasa nasional; Peraturan Perundang-undangan Tenaga
f. mencantumkan dalam laporan tahunan Kerja Nasional
tentang penerapan Konvensi ini tindakan Indonesia sebagai anggota ILO harus tunduk
apa yang telah diambil untuk pada kebijakan-kebijakan ILO, karena Konvensi
melaksanakan kebijaksanaan ini serta ILO merupakan perjanjian internasional yang
hasil yang dicapai dengan tindakan tadi. mengikat negara-negara anggota untuk
16
diimplementasi. Indonesia merupakan negara
pertama di Asia dan ke-lima di dunia yang telah
meratifikasi seluruh konvensi pokok ILO.
16
Perjanjian internasional mempunyai
Lihat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 1999 Tentang Pengesahan ILO Convention No. 111
kekuatan hukum yang mengikat dan
Concerning Discrimination In Respect Of Employment And menjadi sumber hukum dalam hukum
Occupation (Konvensi Ilo Mengenai Diskriminasi Dalam nasional karena telah dibuat sesuai dengan
Pekerjaan Dan Jabatan).
32
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
ketentuan konstitusi bukan karena diwadahi 11. Konvensi No. 45 1935 tentang
oleh bentuk undang-undang, sehingga Memperkerjakan Perempuan di Bawah
perjanjian internasional merupakan sumber Tanah dalam Berbagai Macam Pekerjaan
hukum di luar sumber hukum undang- Tambang.
undang. Karena telah dibuat sesuai dengan 12. Konvensi No. 69 1946 tentang Sertifikasi
ketentuan konstitusi, maka substansi yang Juru Masak Kapal.
terdapat perjanjian internasional yang 13. Konvensi No. 81 1947 tentang Inspeksi
menimbulkan hak dan bersifat self Ketenagakerjaan.
executing juga merupakan sumber hukum 14. Konvensi No. 88 1948 tentang Lembaga
bagi putusan pengadilan.17 Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja.
Terdapat 19 Konvensi ILO yang telah di 15. Konvensi No. 120 1964 tentang
ratifikasi Indonesia, yang terdiri dari 8 Kebersihan di Tempat Dagang dan Kantor.
Konvensi inti dan 11 Konvensi lainnya. 16. Konvensi No. 106 1957 tentang Istirahat
Namun, kendala masih saja terjadi, yang Mingguan dalam Perdagangan dan Kantor-
paling banyak terjadi di Indonesia adalah kantor.
mengenai keefektivan dari pelaksanaan 17. Konvensi No. 144 1976 tentang
konvensi-konvensi yang telah diratifikasi. Konsultasi Tripartit untuk Mempromosikan
Keseluruhan konvensi tersebut adalah : Pelaksanaan Standar Perburuhan
1. Konvensi No. 29 1930 tentang Kerja Internasional.
Paksa atau Wajib Kerja. 18. Konvensi No. 185 2003 tentang Konvensi
2. Konvensi No. 98 1949 tentang Hak Perubahan Dokumen Identitas Pelaut.
Berorganisasi dan Berunding Bersama. 19. Konvensi No. 187 2006 tentang
3. Konvensi No. 100 1951 tentang Keselamatan dan Kesehatan.
Pengupahan yang Sama bagi Wanita Pengaturan yang menyangkut tentang
dan Laki-laki untuk Pekerjaan yang Sama pengesahan perjanjian internasional di
Nilainya. Indonesia mendasar diri pada Surat
4. Konvensi No. 87 1948 tentang Kebebasan Presiden Republik Indonesia No.
Berserikat dan Perlindungan Hak untuk 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960
Berorganisasi. yang ditujukan kepada Ketua DPR. Dalam
5. Konvensi No. 105 1957 tentang surat tersebut menjadi pedoman dalam
Penghapusan Kerja Paksa. proses pengesahan perjanjian internasional,
6. Konvensi No. 111 1958 tentang yaitu pengesahan melalui undang-undang
Diskriminasi dalam Pekerjaan dan atau melalui keputusan presiden bergantung
Jabatan. kepada materi yang diaturnya. 18 Landasan
7. Konvensi No. 138 1973 tentang Usia konstitusional mengenai perjanjian
Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja. internasional adalah Pasal 11 UUD 1945
8. Konvensi No. 182 1999 tentang Paradigma hubungan industrial di seluruh
Pelanggaran dan Tindakan segera dunia menjadi berubah, terutama dengan
Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Deklarasi ILO bulan Juni 1998 yang lalu yang
Terburuk untuk Anak. menyatakan bahwa semua negara harus
9. Konvensi No. 19 1925 tentang Perlakuan meratifikasi dan melaksanakan 8 Konvensi
yang Sama bagi Pekerja Nasional Dasar ILO yang memuat hak-hak dasar pekerja.
dan Asing dalam hal Tunjangan Hal ini di satu pihak mendorong keinginan
Kecelakaan Kerja. mendirikan Serikat Pekerja yang lebih cepat
10. Konvensi No. 27 1929 tentang Pemberian dari kesiapan kepemimpinan Serikat Pekerja
Tanda Berat Pada Pengepakan Barang- sendiri dan kesiapan pengusaha bermitra kerja
Barang Besar yang Diangkut Dengan dengan Serikat Pekerja yang pluralistik.
Kapal. Dari 19 konvensi, terdapat 8 konvensi yang
di kategorikan sebagai Core Convention atau
33
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
Konvensi Inti yang telah di ratifikasi oleh Didalam peraturan nasional tertuang dalam
Indonesia yakni: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
1. Konvensi ILO No. 29 tahun 1930 Tentang 19 tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
Penghapusan Kerja Paksa, meminta semua Convention No. 105, mengenai
negara anggota ILO melarang semua bentuk Penghapusan Kerja Paksa.
kerja paksa atau wajib kerja kecuali 6. Konvensi ILO No. 111 Tahun 1958 tentang
melakukan pekerjaan yang berkaitan Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan.
dengan wajib militer, wajib kerja dalam Konvensi ini dalam perundang-undangan di
rangka pengabdian sebagai warga negara, Indonesia tertuang dalam UU Nomor 21
wajib kerja menurut keputusan pengadilan, Tahun 1999 Tentang Pengesahan ILO
wajib melakukan pekerjaan dalam keadaan Convention No. 111 Concerning
darurat atau wajib kerja sebagai bentuk Discrimination in Respect of Employment
kerja gotong royong. Peraturan ini atur and Occupation (Konvensi ILO mengenai
dalam Undang-Undang Republik Indonesia diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan).
No. 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan Ketentuan ini selaras dengan keinginan
Konvensi Internasional tentang bangsa Indonesia untuk secara terus
Penghapusan Kerja Paksa. menerus menegakkan dan meningkatkan
2. Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949 Tentang pelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalam
Hak Berorganisasi dan Melakukan kehidupan berbangsa, dan bernegara.
Perundingan Bersama diatur dalam Undang- 7. Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 tentang
Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun Usia Minimum Untuk Diperbolehkan
1957 tentang Persetujuan Konvensi Bekerja. Pemerintah Indonesia meratifikasi
Organisasi Perburuhan Internasional konvensi tersebut dan tertuang dalam
mengenai berlakunya dasar-dasar daripada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
hak untuk berorganisasi dan untuk 20 tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
berunding bersama Convention Concerning Minimum Age for
3. Konvensi ILO No. 100 Tahun 1951 tentang Admission to Employment (Konvensi ILO
Pemberian Upah Yang Sama Bagi Para mengenai Usia Minimum untuk
19
Pekerja Pria dan Wanita. Diratifikasi oleh Diperbolehkan Bekerja).
pemerintah Indonesia yang tertuang dalam 8. Konvensi ILO No. 182 Tahun 1999 tentang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Pelarangan dan Tindakan Segera
87 tahun 1958 tentang Persetujuan Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Konvensi Organisasi Perburuhan Terburuk Untuk Anak. Dan kemudian
Internasional Nomor 100 mengenai ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 1
Pengupahan yang Sama Bagi Buruh Laki-Laki tahun 2000 tentang Pelarangan dan
dan Perempuan Untuk Pekerjaan yang Sama Tindakan Segera Penghapusan
Nilainya. Bentukbentuk Pekerjaan Terburuk untuk
4. Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 tentang Anak.
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Dengan berlakunya ratifikasi konvensi ILO
untuk Berorganisasi, tertuang dalam oleh hukum Indonesia yang disahkan dalam
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. undang-undang, maka fungsi serikat buruh
83 tahun 1998. Untuk memaksimalkan menjadi sangat penting untuk mengawasi dan
peranan dari serikat pekerja atau serikat mendorong pelaksanaan dengan baik konvensi-
buruh, maka pada tahun 2000, pemerintah konvensi tersebut.
Indonesia membuat Undang-Undang Nomor Sekalipun konvensi ini telah diratifikasi,
21 tahun 2000 tentang Serikat tidak berarti pelaksanaannya sudah berjalan
Pekerja/Serikat Buruh. dengan baik di Indonesia. Masih banyak
5. Konvensi ILO No. 105 Tahun 1957 Tentang hambatan dalam pelaksanaannya antara lain
Penghapusan Semua Bentuk Kerja Paksa. disebabkan peraturan yang tidak cukup untuk
ILO Convention No. 105 concerning the
Abolition of Forced Labour (Konvensi ILO 19 Pasal 2 ayat (1) Pemerintah Republik Indonesia dengan
mengenai Penghapusan Kerja Paksa). ini menyatakan bahwa usia minimum untuk
diperbolehkan bekerja adalah 15 tahun.
34
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
35
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
dan promosi serta untuk mencapai kedudukan Konvensi ini berupaya untuk tercapainya suatu
sebagai pemimpin. Selain itu, banyak praktek kebijaksanaan nasional yang bertujuan untuk
yang menunjukkan bahwa dibandingkan mendorong, dengan cara yang sesuai dengan
dengan laki-laki, pekerja perempuan diwajibkan keadaan dan kebiasaan nasional, persamaan
untuk tunduk pada berbagai ketentuan dan kesempatan dan perlakuan di bidang pekerjaan
syarat kerja dan jaminan sosial seperti dalam dan jabatan, dengan tujuan untuk
program pensiun dan tunjangan keluarga. menghilangkan setiap diskriminasi di bidang itu.
Dua perkembangan positif telah terjadi. Secara peraturan perundang-undangan
Indonesia akhirnya meratifikasi Konvensi ILO Indonesia sudah cukup baik dalam
No. 81 (yang diadopsi tahun 1947) tentang memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja di
Pengawasan Perburuhan yang dapat secara Indonesia, akan tetapi yang masih menjadi
sistimatis memperkuat kewenangan persoalan adalah berkaitan dengan penerapan
inspektorat perburuhan nasional dan hukum atau implementasi dari konvensi-
administrasi perburuhan. Ini juga akan konvensi ILO yang telah diratifikasi Indonesia.
menyumbang pada efektifitas penegakan Di Indonesia sendiri terdapat perbedaan
hukum melawan kerja paksa dan diskriminasi. pendapat mengenai daya berlakunya
Kedua, ILO dan proyek Deklarasinya lewat konvensi ILO sebagai sumber hukum
beberapa pelatihan dan lokakarya tripartit nasional di bidang perburuhan. Mayoritas
tentang kesetaraan jender melalui perundingan kalangan akademisi dan praktisi sepakat
bersama (termasuk pengembangan bahan mengatakan bahwa Konvensi ILO adalah
pelatihan serta kursus bagi pelatih tripartit), soft law. Maksudnya adalah dapat
telah berhasil menarik banyak minat dan mempunyai daya berlaku apabila telah
pengakuan dari para peserta di tujuh provinsi diratifikasi oleh Indonesia dan dimasukkan
besar. dalam bentuk peraturan perundangundangan.
Sebagai contoh bentuk implementasi Hal ini sesuai dengan herarki peraturan
ketentuan ILO sebagaimana yang tertuang perundangundangan berdasarkan UU No. 12
dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tahun 2011 tidak menyebutkan konvensi
21
tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa sebagai salah satu sumber hukum.
tiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan Dalam dua periode terakhir ini terkesan
atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, bahwa masalah ketenagakerjaan hanya
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang mencakup hak-hak pekerja, masalah
sesuai dengan martabat manusia dan moral ketenagakerjaan sangat luas dan kompleks,
agama. Oleh karena itu sesuai dengan asas antara lain mencakup, penyelesaian
yang dianut makna perlindungan kerja di perselisihan, perlindungan tenaga kerja,
Indonesia berlaku secara umum baik bagi pria kebebasan berserikat, informasi dan
maupun wanita. Berdasarkan pada pandangan perencanaan tenaga kerja, antar kerja daerah
yang diakui secara universal bahwa fungsi dan penempatan di luar negeri, pelatihan dan
reproduksi perempuan merupakan fungsi produktivitas kerja. Masalah ketenagakerjaan
sosial, oleh karenanya bagi pekerja perempuan juga mencakup syarat-syarat kerja termasuk
diperlukan perlindungan khusus. Diharapkan jam kerja dan waktu istirahat, upah dan
dengan adanya perlidungan tersebut jaminan sosial, hubungan kerja antara pekerja
kesejahteraan pekerja perempuan dapat dan pengusaha, keselamatan dan kesehatan
semakin meningkat.20 kerja, peningkatan produktivitas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor perusahaanerluasan kesempatan kerja untuk
21 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi menanggulangi pengangguran dan kemiskinan.
22
ILO No. 111 Mengenai Diskriminasi Dalam
Pekerjaan dan Jabatan (Lembaran Negara No.
57 Tahun 1999), Dalam Pasal. 2 dinyatakan
bahwa setiap Anggota yang memberlakukan 21 Asri Wijayanti, Hak Berserikat Buruh di Indonesia–
Disertasi, Pascasarjana Universitas Airlangga, 2011, hlm.
20Sri Warjiati, Hukum Ketenagakerjaan Keselamatan Kerja 77.
Dan Perlindungan Upah Pekerja Wanita, Penerbit Tarsito, 22 Rusli Hardijan, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Penerbit
Bandung, 1998, hlm. 33. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 103.
36
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
Saat ini sudah terbentuk 70 Federasi Serikat pekerja dan pengusaha berkaitan dengan hak-
Pekerja dan lebih dari 100 Serikat Pekerja yang hak mereka harus dijadikan prioritas utama.
tak berafiliasi. Oleh sebab itu, salah satu Lagi pula, kerja sama kemitraan yang
prioritas utama ketenagakerjaan sekarang ini semakin baik antara pengusaha dan pekerja di
adalah pembekalan dan pemberdayaan para tempat kerja juga akan mengarah kepada
pemimpin serikat pekerja, supaya betul-betul pelaksanaan hak-hak tersebut dengan cara
mempunyai idealisme memperjuangkan yang lebih baik lagi. Dan itu akan menjadi basis
kepentingan pekerja, memahami perjuangan efisiensi dan kesetaraan. Demikian pula dengan
serikat pekerja, mempunyai profesionalisme penghapusan diskriminasi di tempat kerja yang
dalam mencapai sasaran organisasi, serta dapat memerlukan strategi yang tepat untuk
menjadi mitra pengusaha menciptakan mengentaskan kemiskinan melalui
hubungan industrial yang harmonis supaya pelaksaanaan prinsip kesetaraan yang lebih
dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan baik dalam hal akses ke pekerjaan, promosi,
keluarganya5 dan pelatihan kejuruan.
Salah satu peran pemerintah yang terkait
dalam mewujudkan hak-hak mendasar di PENUTUP
tempat kerja adalah inspeksi perburuhan dan A. Kesimpulan
administrasi perburuhan untuk memberlakukan 1. Bentuk perlindungan Organisasi Buruh
peraturan perundang-undangan yang meliputi Internasional (ILO) Terhadap Hak-Hak
ketentuan ketentuan dan syarat-syarat kerja Pekerja berdasarkan komvensi ILO nomor
dan membantu para pengusaha dan pekerja 111 tahun 1958 tentang diskriminasi
dalam hal bagaimana mematuhi undang- dalam pekerjan dan jabatan antara lain
undang ini. Kemampuan yang lebih, dalam sebagaimana yang dinyatakan dalam
inspeksi perburuhan dapat membantu deklarasi ILO mengenai prinsip dan hak
memperkecil kerentanan para pekerja dari dasar di tempat kerja, yang ditanda-
jebakan menjadi pekerja paksa dan tangani tanggal 19 Juni 1998 yang pada
terdiskriminasi. intinya prinsip-prinsip tersebut tentang
Hal ini pada gilirannya akan membantu hak-hak dasar tenaga kerja yang disebut
penegakan hukum. Pengawasan perburuhan sebagai core convention atau konvensi
akan memastikan para pengusaha patuh pada inti, yaitu : a. Kebebasan berserikat dan
undang-undang dan peraturan perburuhan dan pengakuan yang efektif terhadap hak
menyediakan informasi serta nasehat teknis untuk berunding bersama; b.
kepada para pekerja dan pengusaha mengenai Penghapusan segala bentuk kerja paksa
undang-undang perburuhan. Inspeksi atau kerja wajib; c. Penghapusan secara
perburuhan dapat juga mengumpulkan dan efektif pekerja anak; d. Penghapusan
menganalisis data tentang berbagai peristiwa diskriminasi dalam hal pekerjaan dan
pelanggaran undang-undang perburuhan jabatan.
tentang kebebasan berserikat, diskriminasi dan 2. Ketentuan ketentuan ILO yang berkaitan
kerja paksa. dengan perlindungan tenaga kerja
Realisasi prinsip-prinsip dan hak-hak dasar di sebagaimana yang diatur dalam berbagai
tempat kerja merupakan langkah ke arah Konvensi ILO dan yang telah di ratifikasi
pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, Indonesi, maka kewajiban pemerintah
perubahan kebijakan ditekankan pada Indonesia untuk mengimplementasikan
peningkatan dan pelaksanaan hak-hak seperti dalam peraturan perundang-undangan
ini. Pemenuhan hak kebebasan berserikat dan tenaga kerja Indonesia baik dalam
perundingan bersama akan menghapuskan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
ketersisihan sosial pekerja dan meningkatkan Tentang Ketenagakerjaan maupun dalam
partisipasi orang dalam pembuatan kebijakan peraturan lainya. Pada prinsipnya
dan pelaksanaannya. Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja juga
programprogram yang mendukung dilakukan, baik dengan jalan memberikan
pengembangan kemampuan serikat-serikat tuntunan, maupun dengan jalan
meningkatkan pengakuan hak-hak asasi
37
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
manusia, perlindungan fisik dan teknis Rusli Hardijan, Hukum Ketenagakerjaan 2003,
serta sosial dan ekonomi melalui Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,
ketentuan yang berlaku. 2003
Ikhwan Fahrojih, 2016, Hukum Perburuhan:
B. Saran-saran Konsepsi, Sejarah, dan Jaminan
1. Diharapkan semua negara anggota Konstitusional, Setara Press, Malang.
organisasi buruh internasional (ILO), Ibrahim Johnny, 2008, Teori dan Metodologi
sesuai dengan aturan atau ketentuan Penelitian Hukum Normatif, Bayu
yang ditetapkan oleh organisasi yang Media, Malang.
berkaitan dengan perlindungan tenaga J. Pareira Mandalangi, 1986, Segi-Segi Hukum
kerja, kiranya dapat melaksanakan hak Organisasi Internasional,, Binacipta,
dan kewajiban, dalam arti dapat Bandung.
mengimplementasikan semua konvensi Kertonegoro Sentonoe, 19987, Kebebasan
ILO yang sudah di ratifikasi melalui Berserikat (freedom of
peraturan perundang-undangan dalam associatioan), YTKI.
rangka melindungi kepentingan bersama Koesnadi Kartasasmita, 1998, Organisasi
negara-negara anggota, secara khusus Internasional, Bandung.
kepentingan tenaga kerja demi Kusumaatmaja Mochtar, 1978, Pengantar
mewujudkan tujuan dan prinsip-prinsip Hukum Internasional, Binacipta,
dari organisasi internasional. Bandung.
2. Diharapkan bahwa semua negara yang Kusumaatmadja. M dan Etty R. Agus., 2003,
terlibat dalam kerjasama melalui wadah Pengantar Hukum Internasional,
organisasi buruh internasional Edisi ke-2, PT. Alumni, Bandung.
internasional untuk adanya kerjasama Lalu Husni, 2015, Pengantar Hukum
yang lebih jelas antara ILO dengan Ketenagakerjaan, Edisi Revisi,
pemerintah negara anggota, secara Rajawali Press, Jakarta.
khusus dengan pemerintah Indonesia, Lauterpacht-Oppenheim, 1967, International
terutama dalam upaya untuk Law a Treaties,Green and Co Vol. I,
menyesuaikan ketentuan-ketentuan ILO London, New York, Toronto.
dengan peraturan perundang undangan Sendjun H. Manulang,2001, Pokok-Pokok
nasional dibidamg ketenagakerjaan. Hukum Ketengakerjaan Di
Indonesia, Rhineka Cipta, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Mauna Boer, 2003, Hukum Internasional,
Buku : Peranan dan Fungsi Dalam Era
Anwar, Chairul, 1983, Hukum Internasional, Dinamika Global, Alumni, Bandung.
Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, M. Yahya Harahap, 1986, Segi-segi Hukum
Djembatan, Jakarta. Perjanjian, Alumni, Bandung.
Anak Agung Banyu Perwita, 2011, Pengantar Mertokusumo Sudikno, 1995, Mengenal Hukum
Ilmu Hubungan Internasional, Suatu Pengantar, Liberty,
Rosdakarya, Bandung. Yogyakarta.
Asri Wijayanti, 2011, Hak Berserikat Buruh di Nowak Mounfred, 2003, Pengantar Pada Rezim
Indonesia–Disertasi, Pascasarjana HAM Internasional.
Universitas Airlangga. Parthiana, I Wayan, 1990, Pengantar Hukum
Asikin Zainal et all, 1997, Dasar-dasar Hukum Internasional, Mandar Maju,
Perburuhan, PT Rajagrafindo Bandung.
Persada, Jakarta. ---------------, 2003, Pengantar Hukum
Bowet D. W., 1992, Hukum Organisasi Internasional, CV. Bandar Maju,
Internasional, Penerbit Sinar Grafika, Bandung.
Cetakan Pertama, Jakarta Rudy T May, 2001, Hukum Internasional I,
George Schwarzenberger, 1978, A Manual of Refika Aditama, Bandung
International Law. Sastromidjojo Ali, 1971, Pengantar Hukum
G. I. Tunkin, 1975, Theory of International Law. Internasional, Bhratara, Jakarta.
38
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021
39