Anda di halaman 1dari 12

Lex Privatum Vol. IX/No.

2/Mar/EK/2021

EKSISTENSI ORGANISASI BURUH baik dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003


INTERNASIONAL (ILO – INTERNATIONAL Tentang Ketenagakerjaan maupun dalam
LABOUR ORGANIZATION) DALAM peraturan lainya. Pada prinsipnya perlindungan
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP tenaga kerja juga dilakukan, baik dengan jalan
HAK-HAK PEKERJA BERDASARKAN KONVENSI memberikan tuntunan, maupun dengan jalan
ILO NOMOR 111 TAHUN 1958 TENTANG meningkatkan pengakuan hak-hak asasi
DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN manusia, perlindungan fisik dan teknis serta
JABATAN DAN IMPLEMENTASINYA DI sosial dan ekonomi melalui ketentuan yang
INDONESIA1 berlaku.
Oleh: Cheryl Michelia Valerie Japian2 Kata kunci: organisasi buruh; hak pekerja;
Fernando J. M. M. Karisoh3
Deicy N. Karamoy4 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
ABSTRAK Sebagai Anggota PBB dan Organisasi
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk Ketenagakerjaan Internasional atau
mengetahui bagaimanakah bentuk International Labour Organization (ILO).
perlindungan Organisasi Buruh Internasional Indonesia menghargai, menjungjung tinggi, dan
(ILO) Terhadap Hak-Hak Pekerja berdasarkan berupaya menerapkan keputusan-keputusan
konvensi ILO nomor 111 tahun 1958 dan lembaga internasional dimaksud. Oleh sebab
bagaimanakah Implementasi Ketentuan ILO itu, salah satu prioritas utama ketenagakerjaan
Dalam Peraturan Perundang-undangan Tenaga sekarang ini adalah pembekalan dan
Kerja di Indonesia yang dengan metode pemberdayaan para pemimpin serikat pekerja,
penelitian hukum normatif disimpulkan: 1. supaya betul-betul mempunyai idealisme
Bentuk perlindungan Organisasi Buruh memperjuangkan kepentingan pekerja,
Internasional (ILO) Terhadap Hak-Hak Pekerja mmahami peraturan perundang-undangan
berdasarkan komvensi ILO nomor 111 tahun dibidang ketenagakerjaan, serta
1958 tentang diskriminasi dalam pekerjan dan mengimplementasikan ketentuan ILO.
jabatan antara lain sebagaimana yang Mengingat bahwa tenaga kerja merupakan
dinyatakan dalam deklarasi ILO mengenai pelaksana pembangunan untuk mencapai
prinsip dan hak dasar di tempat kerja, yang kesejahteraan umum dan kualitas kehidupan
ditanda-tangani tanggal 19 Juni 1998 yang pada yang semakin baik. Oleh karenanya, upaya
intinya prinsip-prinsip tersebut tentang hak-hak perlindungan tenaga kerja merupakan suatu
dasar tenaga kerja yang disebut sebagai core kebutuhan yang sangat mendasar. Dengan
convention atau konvensi inti, yaitu : a. adanya perlindungan tersebut diharapkan agar
Kebebasan berserikat dan pengakuan yang tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan
efektif terhadap hak untuk berunding bersama; nyaman sehingga dapat meningkatkan
b. Penghapusan segala bentuk kerja paksa atau produktivitas kerja. Perlindungan tenaga kerja
kerja wajib; c. Penghapusan secara efektif dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja anak; d. Penghapusan diskriminasi para pekerja/buruh dan menjamin kesempatan,
dalam hal pekerjaan dan jabatan. 2. Ketentuan serta menghindarkan dari perlakuan
ketentuan ILO yang berkaitan dengan diskriminasi atas dasar apapun untuk
perlindungan tenaga kerja sebagaimana yang mewujudkan kesejahteraan pekerja dan
diatur dalam berbagai Konvensi ILO dan yang keluarganya dengan tetap memperhatikan
telah di ratifikasi Indonesi, maka kewajiban perkembangan kemajuan dunia usaha dan
pemerintah Indonesia untuk kepentingan pengusaha. Hal ini juga yang
mengimplementasikan dalam peraturan merupakan esensi dari disusunnya Undang-
perundang-undangan tenaga kerja Indonesia undang No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.5

1
B. Perumusan Masalah
Artike Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.

17071101165
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 5https://spn.or.id/perlindungan-tenaga-kerja/ di akses, 5
4 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Agustus 2020.

28
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan perlindungan tenaga kerja, penyelesaian


Organisasi Buruh Internasional (ILO) perselisihan, persoalan diskriminasi, kebebasan
Terhadap Hak-Hak Pekerja berdasarkan berserikat dan hubungan industrial, serta
konvensi ILO nomor 111 tahun 1958 ? hubungan dan kerjasama internasional.
2. Bagaimanakah Implementasi Ketentuan ILO Semuanya mengandung dimensi ekonomis,
Dalam Peraturan Perundang-undangan sosial dan politis. Dengan kata lain, masalah
Tenaga Kerja di Indonesia ? ketenagakerjaan tersebut mempunyai multi
dimensi, cakupan luas dan sangat kompleks.
C. Metode Penelitian Menghadapi persoalan-persoalan
Metode pendekatan yang digunakan dalam ketenagakerjaan diperlukan adanya hubungan
penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu kerjasama antar negara melalui suatu
penelitian yang difokuskan untuk mengkaji wadah/lembaga atau organisasi internasional.
penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma Meningkatnya dan berkembangnya hubungan
dalam hukum normatif. internasional secara kompleks menimbulkan
tumbuhnya berbagai organisasi internasional
PEMBAHASAN dan hal semacam itu harus dihadapi oleh dunia
A. Bentuk Perlindungan Organisasi Buruh sebagai suatu proses untuk mengadakan
Internasional (ILO) Terhadap Hak-Hak tatanan yang lain. Proses semacam ini kadang-
Tenaga Kerja kadang tidak berlangsung lama, tetapi lebih
Sebagaimana yang di uraikan dalam bagian mengikuti perjalanan dari suatu sejarah, namun
sebelumnya, banwa International Labour demikian proses itu cukup mempunyai arti
Organization (ILO) adalah lembaga Perserikatan penting.
Bangsa Bangsa yang dibentuk dengan tujuan Dengan adanya hubungan internasional
menetapkan peraturan ketenagakerjaan yang disalurkan melalui wadah organisasi
internasional. ILO mempunyai struktur tripartit internasional, pencapaian tujuan negara akan
dan diperintah oleh para perwakilan lebih mudah dilakukan dan bahkan perdamaian
pemerintah, pengusaha dan pekerja. Prinsip- dunia lebih mudah diciptakan. Suatu hubungan
prinsip ketenagakerjaan diambil dari Konvensi antar bangsa dan negara akan dapat
dan Rekomendasi ILO, yang menetapkan berlangsung dengan baik apabila terdapat
standar ketenagakerjaan internasional untuk pedoman-pedoman yang menjadi landasan
serangkaian subyek yang terkait dengan dunia berpijak. Pedoman-pedoman internasional,
ketenagakerjaan, termasuk hak asasi manusia harus dipatuhi pihak-pihak yang mengadakan
di tempat kerja, keselamatan dan kesehatan hubungan baik tertulis maupun tidak tertulis.
kerja, kebijakan kerja dan pengembangan Yang lebih penting lagi adalah organisasi
sumber daya manusia.6 internasional itu sendiri sebagai suatu lembaga
Hampir semua negara didunia yang memiliki anggota-anggota, terutama yang
diperhadapkan dengan masalah anggotanya adalah negara-negara, seringkali
ketenagakerjaan yang memang sangat luas dan mengeluarkan keputusan-keputusan penting
kompleks. Masalah ketenagakerjaan yang berlaku dan mengikat bagi para
mengandung dimensi ekonomis, dimensi sosial anggotanya.7
kesejahteraan dan dimensi sosial politik. Dari Berdasarkan keadaan tersebut, muncul
segi dimensi ekonomis, Perluasan kesempatan organisasi internasional yang mendukung dan
kerja juga merupakan dimensi ekonomis melindungi hak asasi manusia serta keadilan
ketenagakerjaan, karena melalui kesempatan sosial di dalam pekerjaan, yaitu International
kerja pertumbuhan ekonomi diciptakan Labour Organization. ILO sebagai organisasi
sekaligus memberikan penghasilan dan internasional yang berkecimpung di bidang hak
meningkatkan daya beli masyarakat pekerja. pekerja yang pada prinsipnya membantu
Masalah ketenagakerjaan juga mencakup negara-negara anggota untuk mengatasi
masalah pengupahan dan jaminan sosial, permasalahan ketenagakerjaan yang ada.
penetapan upah minimum, syarat-syarat kerja,

6 https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia, 7 I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, CV.


diakses 5 Agustus 2020. Bandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 294.

29
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

Ada dua macam instrumen dari ILO yaitu a. Kebebasan berserikat dan pengakuan
konvensi (convention) dan rekomendasi yang efektif terhadap hak untuk
(recommendation). Berdasarkan Pasal 19 ayat berunding bersama.10
(1) konstitusi ILO, dikatakan bahwa suatu b. Penghapusan segala bentuk kerja paksa
produk bahasan agenda sidang berbentuk atau kerja wajib.62
konvensi atau rekomendasi bergantung pada c. Penghapusan secara efektif pekerja
keadaan yang menjadi ruang lingkup atau anak.11
konteks dari subjek atau aspek yang dibahas. d. Penghapusan diskriminasi dalam hal
Minimal dua pertiga suara delegasi yang hadir pekerjaan dan jabatan.12
diperlukan untuk menentukan bentuk sebagai Kekhawatiran yang semakin meningkat
konvensi atau rekomendasi.8 tentang dampak sosial dari globalisasi
Terdapat beberapa perbedaan antara mendorong anggota ILO yaitu perwakilan
keduanya, konvensi di maksudkan untuk pemerintah, pengusaha dan pekerja di tingkat
diratifikasi. Terdapat kewajiban hukum yang internasional untuk mengakui di tahun 1995
mengikat, sedangkan rekomendasi tidak bahwa ada empat kategori peraturan
dimaksudkan untuk ratifikasi, dan tidak ketenagakerjaan, yang disampaikan dalam
mengikat, hanya memberikan petunjuk untuk delapan konvensi (yang disebut “konvensi
kebijakan nasional dan tindakannya.9 utama”), yang harus dianggap fundamental
Berdasarkan Pasal 19 ayat (5) konstitusi ILO, karena konvensi-konensi ini melindungi hak-
disebutkan bahwa selambat lambatnya satu hak dasar para pekerja.
tahun dari sidang penutupan konferensi, ILO yang salah satu tujuan didirikanya
anggota wajib membawa konvensi itu ke pihak adalah sebagai organisasi yang menyusun
yang berwenang untuk di ratifikasi. Apabila standar ketenagakerjaan untuk dijadikan
telah diratifikasi terdapat maka kewajiban pedoman dan program internasional untuk
negara untuk memberikan laporan mengenai memperbaiki lapangan pekerjaan dan
langkah-langkah yang telah dilakukan. Jika kehidupan para pekerja. Core Convention
belum dilakukan diratifikasi, maka tidak ada merupakan inti dari hak-hak dasar yang
kewajiban. Tetapi anggota wajib melaporkan diperjuangkan oleh ILO dalam mencapai
kepada Dirjen Kantor Perburuhan Internasional keadilan sosial yang menjadi landasan bagi
tentang posisi perundangundangan dan praktek terciptanya perdamaian dunia.13
perburuhan nasionalnya yang berkaitan dengan Secara umum, Konvensi-konvensi pokok ILO
halhal yang dibahas dalam konvensi.60 terdiri dari :
Bentuk perlindungan tenaga kerja dapat - Konvensi 87 Kebebasan Berserikat dan
dilihat dalam produk hukum ILO, antara lain Perlindungan atas Hak untuk
adalah ILO Declaration on Fundamental Berorganisasi, 1948
Principles and Right at Work. (Deklarasi ILO - Konvensi 98 Hak Berorganisasi dan Posisi
mengenai prinsip dan hak dasar di tempat Tawar Kolektif, 1949
kerja) ditanda-tangani tanggal 19 Juni 1998 ini - Konvensi 29 Kerja Paksa, 1930 Konvensi
menyatakan bahwa semua yang belum 105 Penghapusan Kerja Paksa, 1957
meratifikasi konvensi-konvensi tersebut, - Konvensi 100 Kesamaan Upah, 1951
memiliki kewajiban yang timbul dari fakta
keanggotaan dalam organisasi untuk
menghormati, mempromosikan, dan
10 Konvensi 87 (Konvensi tentang Kebebasan Berserikat
mewujudkan dengan itikad baik, prinsip-prinsip
dan Perlindungan atas Hak Berorganisasi) dan Konvensi 98
tentang hak-hak dasar yang merupakan subjek
(Konvensi tentang Hak Berorganisasi dan Perundingan
dari konvensi (disebut sebagai core convention Bersama). Meliputi Konvensi 29 (konvensi tentang Kerja
atau konvensi inti) yaitu : Paksa) dan Konvensi 105 (Konvensi tentang Penghapusan
Kerja Paksa).
11 Konvensi 138 (Konvensi tentang Usia Minimum).
12 Konvensi 100 (Konvensi tentang Pemberian Upah yang
8 Asri Wijayanti , Sinkronisasi Hukum Perburuhan terhadap sama bagi pekerja pria dan pekerja wanita) dan konvensi
Konvensi ILO, Bandung, 2012, hlm. 45. 111 (Konvensi tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan
9 Sentonoe Kertonegoro, Kebebasan Berserikat (freedom jabatan).
of associatioan), YTKI, 1998, hlm. 3-4. 13 Asri Wijayanti, Op-Cit. Hlm. 73-74.

30
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

- Konvensi 111 Diskriminasi (Hubungan memandang perbedaan bangsa, jenis kelamin,


Kerja dan Kesempatan Kerja), 1985 bahasa dan agama (Pasal. 1 : 3) 15
- Konvensi 138 Usia Minimum, 1973 Salah satu bagian terpenting lainnya yang
- Konvensi 182 Bentuk Terburuk dari merupakan wujud perlindungan terhadap
Buruh Anak, 1999 buruh atau tenaga kerja adalah yang berkaitan
Proses ini mencapai puncaknya di tahun dengan masalah diskriminasi. Konvensi ILO
1998 dengan ditetapkannya Deklarasi ILO Nomor 111 mengenai Diskriminasi dalam
tentang Prinsip dan Hak Fundamental di pekerjaan dan jabatan yang disetujui pada
Tempat Kerja. Deklarasi ini menegaskan bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional
semua negara anggota ILO, walaupun mereka keempat puluh dua tanggal 25 Juni 1958 di
mungkin belum meratifikasi Konvensi terkait, Jenewa merupakan bagian dari perlindungan
berkewajiban berdasarkan fakta keanggotaan hak asasi pekerja. Konvensi ini mewajibkan
mereka dalam ILO untuk menghormati, setiap negara anggota ILO yang telah
mempromosikan serta mewujudkan prinsip- meratifikasi untuk menghapuskan segala
prinsip terkait hak-hak fundamental yang bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan
menjadi inti dari konvensi-konvensi tersebut.14 jabatan berdasarkan ras, warna kulit, jenis
Disamping itu, ILO (International Labour kelamin, agama, pandangan politik, kebangsaan
Organization) atau Organisasi Buruh atau asal usul keturunan.
Internasional adalah sebuah badan ILO dalam Sidang Umumnya yang ke-86 di
internasional di bawah naungan PBB yang turut Jenewa bulan Juni 1998 telah menyepakati
aktif dalam melindungi hak-hak pekerja di Deklarasi setiap bentuk diskriminasi dalam
seluruh dunia. Prinsip dasar organisasi ini pekerjaan dan jabatan. Para delegasi yang
mencakup : menghadiri Konferensi Perburuhan
a. Bahwa pekerja atau buruh bukan Internasional (International Labour Conference)
komoditas mengadopsi Deklarasi ILO tentang Prinsip-
b. Bahwa kebebasan berekspresi dan prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja.
berserikat sangat penting untuk Prinsip dan hak ini adalah hak atas kebebasan
kemajuan berkelanjutan dan berserikat dan perundingan bersama serta
c. Bahwa kemiskinan dimanapun akan penghapusan pekerjaan untuk anak, kerja
menjadi bahaya bagi kemakmuran paksa dan diskriminasi dalam pekerjaan dan
dimanapun. jabatan.
Menurut J. G. Starke (1972), masing-masing Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal. 1,
organisasi internasional dibatasi berdasarkan bahwa untuk tujuan Konvensi ini, istilah
fungsi-fungsi dan tanggung jawab-tanggung “diskriminasi” meliputi :
jawab hukumnya dengan masing-masing a. setiap perbedaan, pengecualian atau pilihan
memiliki lapangan kegiatan sendiri yang atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin,
terbatas. Oleh karenanya dalam konsitutsi- agama, keyakinan politik, kebangsaan atau
konstitusinya biasanya diatur klausula-klausula asal dalam masyarakat, yang akibatnya
khusus mengenai purpose, objects and powers menghilangkan atau mengurangi
yang memang mempunyai pertalian yang erat persamaankesempatan atau persamaan
satu sama lain. Misalnya Piagam PBB perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan;
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) merumuskan b. setiap perbedaan, pengecualian atau pilihan
tujuan-tujuannya (purposes) yang terdiri dari 4 lainnya yang akibatnya menghilangkan atau
hal pokok, salah satunya adalah mencapai mengurangi persamaan kesempatan atau
kerjasama dalam menyelesaikan soal-soal persamaan perlakuan dalam pekerjaan atau
internasional dilapangan ekonomi, kebudayaan, jabatan sebagaimana ditentukan oleh
kemanusiaan dan menyempurnakan Anggota yang bersangkutan setelah
penharapan atas hak-hak manusia dan berkonsultasi dengan organisasi yang
kebebasan-kebebasan asasi dengan tidak mewakili pengusaha dan pekerja, jika

14 Untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang


Deklarasi ini, silakan kunjungi: http://www.ilo.
org/declaration. 15 J.G. Starke, Op-Cit, hlm. 203.

31
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

organisasi itu ada, dan dengan badan lain Bagian penting lainnya dari ketentuan ILO
yang sesuai. adalah yang berkaitan dengan pengupahan. Hal
Ditentukan juga bahwa : ini sebagaimana yang diatur dalam Konvensi
1. Perbedaan, pengecualian atau pilihan No. 100 1951 tentang Pengupahan yang
bentuk apapun juga mengenai suatu tugas Sama bagi Wanita dan Laki-laki untuk
tertentu yang didasarkan pada persyaratan Pekerjaan yang Sama Nilainya.
khas tugas itu, tidak dianggap sebagai suatu Pasal 1 Dalam Konvensi ini:
diskriminasi. (a) Istilah ‘upah’ mencakup upah atau gaji
2. Untuk tujuan Konvensi ini, istilah biasa, pokok atau minimum dan
“pekerjaan” dan “jabatan” meliputi juga pendapatan-pendapatan lain apapun, yang
kesempatan pelatihan ketrampilan, dibayar secara langsung maupun tak
kesempatan memperoleh pekerjaan dan langsung, secara tunai maupun dalam
kesempatan memperoleh jabatan tertentu, bentuk barang oleh majikan kepada
serta ketentuan dan syarat kerja. pekerja terkait atas pekerjaan yang
Pasal 3. Setiap Anggota yang dilakukan oleh pekerja.
memberlakukan Konvensi ini berupaya untuk (b) Istilah ‘upah yang setara bagi pekerja laki-
dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan laki dan perempuan untuk pekerjaan yang
kebiasaan nasional : sama nilainya’ mengacu pada nilai upah
a. memperoleh kerjasama dari organisasi yang ditetapkan tanpa diskriminasi
pengusaha dan pekerja serta badan berdasarkan jenis kelamin.
terkait lainnya untuk mendorong Pasal 2 :
diterimanya dan ditaatinya 1. Dengan cara yang sesuai dengan metoda-
kebijaksanaan ini; metoda yang berlaku untuk menetapkan
b. mengadakan perundang-undangan serta nilai upah, setiap Anggota harus
menganjurkan program pendidikan yang mempromosikan dan, sesuai dengan cara
dapat diperkirakan akan menjamin tersebut, menjamin pelaksanaan azas
diterimanya dan ditaatinya pengupahan yang setara bagi pekerja laki-
kebijaksanaan ini; laki dan perempuan atas pekerjaan yang
c. menolak semua ketentuan peraturan dan sama nilainya untuk semua pekerja.
mengubah petunjuk dan kebiasaan 2. Azas ini dapat dilaksanakan dengan : (a)
administratif yang tidak sesuai dengan dengan Undang-Undang atau peraturan
kebijaksanaan ini; nasional; (b) oleh badan penetapan upah
d. mendorong diberlakunya kebijaksanaan yang dibentuk menurut peraturan yang
ini bagi pekerjaan yang langsung diawasi berlaku atau yang diakui sah; (c) melalui
oleh penguasa nasional; kesepakatan kerja bersama di antara
e. menjamin ditaatinya kebijaksanaan ini pengusaha dengan pekerja; atau (d) dengan
dalam kegiatan bimbingan ketrampilan, menggabungkan cara-cara ini.
latihan ketrampilan serta jawatan
penempatan yang dipimpin oleh B. Implementasi Ketentuan ILO Dalam
penguasa nasional; Peraturan Perundang-undangan Tenaga
f. mencantumkan dalam laporan tahunan Kerja Nasional
tentang penerapan Konvensi ini tindakan Indonesia sebagai anggota ILO harus tunduk
apa yang telah diambil untuk pada kebijakan-kebijakan ILO, karena Konvensi
melaksanakan kebijaksanaan ini serta ILO merupakan perjanjian internasional yang
hasil yang dicapai dengan tindakan tadi. mengikat negara-negara anggota untuk
16
diimplementasi. Indonesia merupakan negara
pertama di Asia dan ke-lima di dunia yang telah
meratifikasi seluruh konvensi pokok ILO.
16
Perjanjian internasional mempunyai
Lihat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 1999 Tentang Pengesahan ILO Convention No. 111
kekuatan hukum yang mengikat dan
Concerning Discrimination In Respect Of Employment And menjadi sumber hukum dalam hukum
Occupation (Konvensi Ilo Mengenai Diskriminasi Dalam nasional karena telah dibuat sesuai dengan
Pekerjaan Dan Jabatan).

32
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

ketentuan konstitusi bukan karena diwadahi 11. Konvensi No. 45 1935 tentang
oleh bentuk undang-undang, sehingga Memperkerjakan Perempuan di Bawah
perjanjian internasional merupakan sumber Tanah dalam Berbagai Macam Pekerjaan
hukum di luar sumber hukum undang- Tambang.
undang. Karena telah dibuat sesuai dengan 12. Konvensi No. 69 1946 tentang Sertifikasi
ketentuan konstitusi, maka substansi yang Juru Masak Kapal.
terdapat perjanjian internasional yang 13. Konvensi No. 81 1947 tentang Inspeksi
menimbulkan hak dan bersifat self Ketenagakerjaan.
executing juga merupakan sumber hukum 14. Konvensi No. 88 1948 tentang Lembaga
bagi putusan pengadilan.17 Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja.
Terdapat 19 Konvensi ILO yang telah di 15. Konvensi No. 120 1964 tentang
ratifikasi Indonesia, yang terdiri dari 8 Kebersihan di Tempat Dagang dan Kantor.
Konvensi inti dan 11 Konvensi lainnya. 16. Konvensi No. 106 1957 tentang Istirahat
Namun, kendala masih saja terjadi, yang Mingguan dalam Perdagangan dan Kantor-
paling banyak terjadi di Indonesia adalah kantor.
mengenai keefektivan dari pelaksanaan 17. Konvensi No. 144 1976 tentang
konvensi-konvensi yang telah diratifikasi. Konsultasi Tripartit untuk Mempromosikan
Keseluruhan konvensi tersebut adalah : Pelaksanaan Standar Perburuhan
1. Konvensi No. 29 1930 tentang Kerja Internasional.
Paksa atau Wajib Kerja. 18. Konvensi No. 185 2003 tentang Konvensi
2. Konvensi No. 98 1949 tentang Hak Perubahan Dokumen Identitas Pelaut.
Berorganisasi dan Berunding Bersama. 19. Konvensi No. 187 2006 tentang
3. Konvensi No. 100 1951 tentang Keselamatan dan Kesehatan.
Pengupahan yang Sama bagi Wanita Pengaturan yang menyangkut tentang
dan Laki-laki untuk Pekerjaan yang Sama pengesahan perjanjian internasional di
Nilainya. Indonesia mendasar diri pada Surat
4. Konvensi No. 87 1948 tentang Kebebasan Presiden Republik Indonesia No.
Berserikat dan Perlindungan Hak untuk 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960
Berorganisasi. yang ditujukan kepada Ketua DPR. Dalam
5. Konvensi No. 105 1957 tentang surat tersebut menjadi pedoman dalam
Penghapusan Kerja Paksa. proses pengesahan perjanjian internasional,
6. Konvensi No. 111 1958 tentang yaitu pengesahan melalui undang-undang
Diskriminasi dalam Pekerjaan dan atau melalui keputusan presiden bergantung
Jabatan. kepada materi yang diaturnya. 18 Landasan
7. Konvensi No. 138 1973 tentang Usia konstitusional mengenai perjanjian
Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja. internasional adalah Pasal 11 UUD 1945
8. Konvensi No. 182 1999 tentang Paradigma hubungan industrial di seluruh
Pelanggaran dan Tindakan segera dunia menjadi berubah, terutama dengan
Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Deklarasi ILO bulan Juni 1998 yang lalu yang
Terburuk untuk Anak. menyatakan bahwa semua negara harus
9. Konvensi No. 19 1925 tentang Perlakuan meratifikasi dan melaksanakan 8 Konvensi
yang Sama bagi Pekerja Nasional Dasar ILO yang memuat hak-hak dasar pekerja.
dan Asing dalam hal Tunjangan Hal ini di satu pihak mendorong keinginan
Kecelakaan Kerja. mendirikan Serikat Pekerja yang lebih cepat
10. Konvensi No. 27 1929 tentang Pemberian dari kesiapan kepemimpinan Serikat Pekerja
Tanda Berat Pada Pengepakan Barang- sendiri dan kesiapan pengusaha bermitra kerja
Barang Besar yang Diangkut Dengan dengan Serikat Pekerja yang pluralistik.
Kapal. Dari 19 konvensi, terdapat 8 konvensi yang
di kategorikan sebagai Core Convention atau

17 Perjanjian Internasional dalam Sistem UUD 1945.


https:// gagasanhukum. wordpress.com/tag/harjono. Di
akses September 2020. 18 Asri Wijayanti, Op-Cit, hlm. 80.

33
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

Konvensi Inti yang telah di ratifikasi oleh Didalam peraturan nasional tertuang dalam
Indonesia yakni: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
1. Konvensi ILO No. 29 tahun 1930 Tentang 19 tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
Penghapusan Kerja Paksa, meminta semua Convention No. 105, mengenai
negara anggota ILO melarang semua bentuk Penghapusan Kerja Paksa.
kerja paksa atau wajib kerja kecuali 6. Konvensi ILO No. 111 Tahun 1958 tentang
melakukan pekerjaan yang berkaitan Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan.
dengan wajib militer, wajib kerja dalam Konvensi ini dalam perundang-undangan di
rangka pengabdian sebagai warga negara, Indonesia tertuang dalam UU Nomor 21
wajib kerja menurut keputusan pengadilan, Tahun 1999 Tentang Pengesahan ILO
wajib melakukan pekerjaan dalam keadaan Convention No. 111 Concerning
darurat atau wajib kerja sebagai bentuk Discrimination in Respect of Employment
kerja gotong royong. Peraturan ini atur and Occupation (Konvensi ILO mengenai
dalam Undang-Undang Republik Indonesia diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan).
No. 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan Ketentuan ini selaras dengan keinginan
Konvensi Internasional tentang bangsa Indonesia untuk secara terus
Penghapusan Kerja Paksa. menerus menegakkan dan meningkatkan
2. Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949 Tentang pelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalam
Hak Berorganisasi dan Melakukan kehidupan berbangsa, dan bernegara.
Perundingan Bersama diatur dalam Undang- 7. Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 tentang
Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun Usia Minimum Untuk Diperbolehkan
1957 tentang Persetujuan Konvensi Bekerja. Pemerintah Indonesia meratifikasi
Organisasi Perburuhan Internasional konvensi tersebut dan tertuang dalam
mengenai berlakunya dasar-dasar daripada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
hak untuk berorganisasi dan untuk 20 tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
berunding bersama Convention Concerning Minimum Age for
3. Konvensi ILO No. 100 Tahun 1951 tentang Admission to Employment (Konvensi ILO
Pemberian Upah Yang Sama Bagi Para mengenai Usia Minimum untuk
19
Pekerja Pria dan Wanita. Diratifikasi oleh Diperbolehkan Bekerja).
pemerintah Indonesia yang tertuang dalam 8. Konvensi ILO No. 182 Tahun 1999 tentang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Pelarangan dan Tindakan Segera
87 tahun 1958 tentang Persetujuan Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Konvensi Organisasi Perburuhan Terburuk Untuk Anak. Dan kemudian
Internasional Nomor 100 mengenai ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 1
Pengupahan yang Sama Bagi Buruh Laki-Laki tahun 2000 tentang Pelarangan dan
dan Perempuan Untuk Pekerjaan yang Sama Tindakan Segera Penghapusan
Nilainya. Bentukbentuk Pekerjaan Terburuk untuk
4. Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 tentang Anak.
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Dengan berlakunya ratifikasi konvensi ILO
untuk Berorganisasi, tertuang dalam oleh hukum Indonesia yang disahkan dalam
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. undang-undang, maka fungsi serikat buruh
83 tahun 1998. Untuk memaksimalkan menjadi sangat penting untuk mengawasi dan
peranan dari serikat pekerja atau serikat mendorong pelaksanaan dengan baik konvensi-
buruh, maka pada tahun 2000, pemerintah konvensi tersebut.
Indonesia membuat Undang-Undang Nomor Sekalipun konvensi ini telah diratifikasi,
21 tahun 2000 tentang Serikat tidak berarti pelaksanaannya sudah berjalan
Pekerja/Serikat Buruh. dengan baik di Indonesia. Masih banyak
5. Konvensi ILO No. 105 Tahun 1957 Tentang hambatan dalam pelaksanaannya antara lain
Penghapusan Semua Bentuk Kerja Paksa. disebabkan peraturan yang tidak cukup untuk
ILO Convention No. 105 concerning the
Abolition of Forced Labour (Konvensi ILO 19 Pasal 2 ayat (1) Pemerintah Republik Indonesia dengan
mengenai Penghapusan Kerja Paksa). ini menyatakan bahwa usia minimum untuk
diperbolehkan bekerja adalah 15 tahun.

34
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

mendorong pelaksanaannya. Praktek Dengan demikian Undang-undang No. 13


pelanggaran diantaranya adalah Tahun 2003 mengandung prinsip-prinsip dan
mempekerjakan pekerja outsorching dengan hak-hak mendasar di tempat kerja sesuai
jenis pekerjaan yang sama dengan perusahaan dengan Konvensi Dasar ILO, yaitu : prinsip
induk tetapi mendapat upah dan fasilitas yang kebebasan berserikat dan perlindungan hak
lebih rendah, ini adalah bentuk diskriminasi. melakukan perundingan bersama, prinsip
Bentuk pelanggaran yang lain adalah penghapusan segala bentuk kerja paksa atau
mempekerjakan pekerja pada jabatan/tugas wajib kerja, prinsip penghapusan segala bentuk
yang lebih berat dengan upah yang sama diskriminasi tenaga kerja, dan prinsip larangan
dengan jabatan/tugas sebelumnya. Ini adalah untuk mempekerjakan pekerja anak. Namun
bentuk eksploitasi tenaga kerja. masih terdapat beberapa ketentuan yang
Implementasi Konvensi ILO dalam hukum bertentangan dengan Konvensi Dasar ILO, yaitu
nasional merupakan suatu telaah bersifat mengurangi hak-hak buruh yang
berdasarkan sumber hukum ketenagakerjaan. berkaitan dengan pengaturan perjanjian kerja
Konvensi ILO merupakan salah satu bentuk bersama, hak mogok dan pemborongan
perjanjian multilateral. Berlakunya suatu pekerjaan (outsourcing).
perjanjian internasional di dalam hukum Selanjutnya, Undang-undang No. 21 Tahun
nasional tergantung dari sistem pengakuan 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh di
suatu negara terhadap perjanjian internasional samping sebagai pelaksanaan dari Pasal 28 UUD
itu. 1945, juga sebagai konsekuensi yuridis
Sebagai wujud tindakan implementasi Indonesia telah meratifikasi Konvensi ILO No.87
Indonesia dilakukan dengan pengkajian (diratifikasi dengan Keppres No. 83 Tahun
terhadap peraturan perundang-undangan 1998) dan Konvensi ILO No.98 (diratifikasi
perburuhan Indonesia khususnya Undang- dengan UU No. 18 Tahun 1956).
undang No. 13 Tahun 2003 tentang Sebagai komitmen bangsa Indonesia
Ketenagakerjaan dan Undang-undang No. 21 terhadap penghargaan pada hak asasi manusia
Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat di tempat kerja khususnya penghargaan
Buruh sehingga diperoleh gambaran lengkap terhadap prinsip kebebasan berserikat dan
penerapan prinsip-prinsip hukum perburuhan perlindungan hak melakukan perundingan
internasional. bersama, maka substansi dari Undang-undang
Konvensi Dasar ILO dalam kedua Undang- No. 21 Tahun 2000 juga mencerminkan
undang Nasional tersebut. Prinsip-prinsip ketaatan dan penghargaan terhadap prinsip-
hukum perburuhan internasional Konvensi prinsip dasar yang diatur dalam kedua konvensi
Dasar ILO adalah berupa prinsip-prinsip dan tersebut, dan dalam ketentuan pasal-pasalnya
hak-hak mendasar di tempat kerja, yang telah sesuai atau mencerminkan prinsip
meliputi : (1) Prinsip kebebasan berserikat dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak
perlindungan hak melakukan perundingan melakukan perundingan bersama yang tertuang
bersama; (2) Prinsip penghapusan segala dalam Konvensi Dasar ILO No. 87 dan No. 98,
bentuk kerja paksa atau wajib kerja; (3) Prinsip yang pada pokoknya meliputi prinsip
penghapusan segala bentuk diskriminasi tenaga kebebasan berserikat, prinsip perlindungan hak
kerja; dan (4) Prinsip larangan untuk untuk berorganisasi, dan prinsip perundingan
mempekerjakan pekerja anak. bersama.
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 Undang-undang No. 13 tahun 2003) juga
secara eksplisit menyatakan komitmen bangsa menetapkan penghapusan kerja paksa dan
Indonesia terhadap penghargaan hak asasi diskriminasi di tempat kerja. Diskriminasi
manusia di bidang ketenagakerjaan antara lain terjadi dalam berbagai bentuk terutama
diwujudkan dengan meratifikasi kedelapan berdasar jender, terutama ketika dimana
Konvensi Dasar ILO, dan mencerminkan perempuan menjadi bagian terbesar dan
ketaatan dan penghargaan pada kedelapan tumbuh pesat dalam pasar tenaga kerja.
prinsip dasar tersebut dengan menampung Sebagian besar pekerja perempuan bekerja di
prinsip-prinsip dasar ILO yang telah diratifikasi. tingkat produksi terendah dan dalam banyak
hal mempunyai akses terbatas pada pelatihan

35
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

dan promosi serta untuk mencapai kedudukan Konvensi ini berupaya untuk tercapainya suatu
sebagai pemimpin. Selain itu, banyak praktek kebijaksanaan nasional yang bertujuan untuk
yang menunjukkan bahwa dibandingkan mendorong, dengan cara yang sesuai dengan
dengan laki-laki, pekerja perempuan diwajibkan keadaan dan kebiasaan nasional, persamaan
untuk tunduk pada berbagai ketentuan dan kesempatan dan perlakuan di bidang pekerjaan
syarat kerja dan jaminan sosial seperti dalam dan jabatan, dengan tujuan untuk
program pensiun dan tunjangan keluarga. menghilangkan setiap diskriminasi di bidang itu.
Dua perkembangan positif telah terjadi. Secara peraturan perundang-undangan
Indonesia akhirnya meratifikasi Konvensi ILO Indonesia sudah cukup baik dalam
No. 81 (yang diadopsi tahun 1947) tentang memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja di
Pengawasan Perburuhan yang dapat secara Indonesia, akan tetapi yang masih menjadi
sistimatis memperkuat kewenangan persoalan adalah berkaitan dengan penerapan
inspektorat perburuhan nasional dan hukum atau implementasi dari konvensi-
administrasi perburuhan. Ini juga akan konvensi ILO yang telah diratifikasi Indonesia.
menyumbang pada efektifitas penegakan Di Indonesia sendiri terdapat perbedaan
hukum melawan kerja paksa dan diskriminasi. pendapat mengenai daya berlakunya
Kedua, ILO dan proyek Deklarasinya lewat konvensi ILO sebagai sumber hukum
beberapa pelatihan dan lokakarya tripartit nasional di bidang perburuhan. Mayoritas
tentang kesetaraan jender melalui perundingan kalangan akademisi dan praktisi sepakat
bersama (termasuk pengembangan bahan mengatakan bahwa Konvensi ILO adalah
pelatihan serta kursus bagi pelatih tripartit), soft law. Maksudnya adalah dapat
telah berhasil menarik banyak minat dan mempunyai daya berlaku apabila telah
pengakuan dari para peserta di tujuh provinsi diratifikasi oleh Indonesia dan dimasukkan
besar. dalam bentuk peraturan perundangundangan.
Sebagai contoh bentuk implementasi Hal ini sesuai dengan herarki peraturan
ketentuan ILO sebagaimana yang tertuang perundangundangan berdasarkan UU No. 12
dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tahun 2011 tidak menyebutkan konvensi
21
tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa sebagai salah satu sumber hukum.
tiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan Dalam dua periode terakhir ini terkesan
atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, bahwa masalah ketenagakerjaan hanya
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang mencakup hak-hak pekerja, masalah
sesuai dengan martabat manusia dan moral ketenagakerjaan sangat luas dan kompleks,
agama. Oleh karena itu sesuai dengan asas antara lain mencakup, penyelesaian
yang dianut makna perlindungan kerja di perselisihan, perlindungan tenaga kerja,
Indonesia berlaku secara umum baik bagi pria kebebasan berserikat, informasi dan
maupun wanita. Berdasarkan pada pandangan perencanaan tenaga kerja, antar kerja daerah
yang diakui secara universal bahwa fungsi dan penempatan di luar negeri, pelatihan dan
reproduksi perempuan merupakan fungsi produktivitas kerja. Masalah ketenagakerjaan
sosial, oleh karenanya bagi pekerja perempuan juga mencakup syarat-syarat kerja termasuk
diperlukan perlindungan khusus. Diharapkan jam kerja dan waktu istirahat, upah dan
dengan adanya perlidungan tersebut jaminan sosial, hubungan kerja antara pekerja
kesejahteraan pekerja perempuan dapat dan pengusaha, keselamatan dan kesehatan
semakin meningkat.20 kerja, peningkatan produktivitas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor perusahaanerluasan kesempatan kerja untuk
21 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi menanggulangi pengangguran dan kemiskinan.
22
ILO No. 111 Mengenai Diskriminasi Dalam
Pekerjaan dan Jabatan (Lembaran Negara No.
57 Tahun 1999), Dalam Pasal. 2 dinyatakan
bahwa setiap Anggota yang memberlakukan 21 Asri Wijayanti, Hak Berserikat Buruh di Indonesia–
Disertasi, Pascasarjana Universitas Airlangga, 2011, hlm.
20Sri Warjiati, Hukum Ketenagakerjaan Keselamatan Kerja 77.
Dan Perlindungan Upah Pekerja Wanita, Penerbit Tarsito, 22 Rusli Hardijan, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Penerbit

Bandung, 1998, hlm. 33. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 103.

36
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

Saat ini sudah terbentuk 70 Federasi Serikat pekerja dan pengusaha berkaitan dengan hak-
Pekerja dan lebih dari 100 Serikat Pekerja yang hak mereka harus dijadikan prioritas utama.
tak berafiliasi. Oleh sebab itu, salah satu Lagi pula, kerja sama kemitraan yang
prioritas utama ketenagakerjaan sekarang ini semakin baik antara pengusaha dan pekerja di
adalah pembekalan dan pemberdayaan para tempat kerja juga akan mengarah kepada
pemimpin serikat pekerja, supaya betul-betul pelaksanaan hak-hak tersebut dengan cara
mempunyai idealisme memperjuangkan yang lebih baik lagi. Dan itu akan menjadi basis
kepentingan pekerja, memahami perjuangan efisiensi dan kesetaraan. Demikian pula dengan
serikat pekerja, mempunyai profesionalisme penghapusan diskriminasi di tempat kerja yang
dalam mencapai sasaran organisasi, serta dapat memerlukan strategi yang tepat untuk
menjadi mitra pengusaha menciptakan mengentaskan kemiskinan melalui
hubungan industrial yang harmonis supaya pelaksaanaan prinsip kesetaraan yang lebih
dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan baik dalam hal akses ke pekerjaan, promosi,
keluarganya5 dan pelatihan kejuruan.
Salah satu peran pemerintah yang terkait
dalam mewujudkan hak-hak mendasar di PENUTUP
tempat kerja adalah inspeksi perburuhan dan A. Kesimpulan
administrasi perburuhan untuk memberlakukan 1. Bentuk perlindungan Organisasi Buruh
peraturan perundang-undangan yang meliputi Internasional (ILO) Terhadap Hak-Hak
ketentuan ketentuan dan syarat-syarat kerja Pekerja berdasarkan komvensi ILO nomor
dan membantu para pengusaha dan pekerja 111 tahun 1958 tentang diskriminasi
dalam hal bagaimana mematuhi undang- dalam pekerjan dan jabatan antara lain
undang ini. Kemampuan yang lebih, dalam sebagaimana yang dinyatakan dalam
inspeksi perburuhan dapat membantu deklarasi ILO mengenai prinsip dan hak
memperkecil kerentanan para pekerja dari dasar di tempat kerja, yang ditanda-
jebakan menjadi pekerja paksa dan tangani tanggal 19 Juni 1998 yang pada
terdiskriminasi. intinya prinsip-prinsip tersebut tentang
Hal ini pada gilirannya akan membantu hak-hak dasar tenaga kerja yang disebut
penegakan hukum. Pengawasan perburuhan sebagai core convention atau konvensi
akan memastikan para pengusaha patuh pada inti, yaitu : a. Kebebasan berserikat dan
undang-undang dan peraturan perburuhan dan pengakuan yang efektif terhadap hak
menyediakan informasi serta nasehat teknis untuk berunding bersama; b.
kepada para pekerja dan pengusaha mengenai Penghapusan segala bentuk kerja paksa
undang-undang perburuhan. Inspeksi atau kerja wajib; c. Penghapusan secara
perburuhan dapat juga mengumpulkan dan efektif pekerja anak; d. Penghapusan
menganalisis data tentang berbagai peristiwa diskriminasi dalam hal pekerjaan dan
pelanggaran undang-undang perburuhan jabatan.
tentang kebebasan berserikat, diskriminasi dan 2. Ketentuan ketentuan ILO yang berkaitan
kerja paksa. dengan perlindungan tenaga kerja
Realisasi prinsip-prinsip dan hak-hak dasar di sebagaimana yang diatur dalam berbagai
tempat kerja merupakan langkah ke arah Konvensi ILO dan yang telah di ratifikasi
pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, Indonesi, maka kewajiban pemerintah
perubahan kebijakan ditekankan pada Indonesia untuk mengimplementasikan
peningkatan dan pelaksanaan hak-hak seperti dalam peraturan perundang-undangan
ini. Pemenuhan hak kebebasan berserikat dan tenaga kerja Indonesia baik dalam
perundingan bersama akan menghapuskan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
ketersisihan sosial pekerja dan meningkatkan Tentang Ketenagakerjaan maupun dalam
partisipasi orang dalam pembuatan kebijakan peraturan lainya. Pada prinsipnya
dan pelaksanaannya. Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja juga
programprogram yang mendukung dilakukan, baik dengan jalan memberikan
pengembangan kemampuan serikat-serikat tuntunan, maupun dengan jalan
meningkatkan pengakuan hak-hak asasi

37
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

manusia, perlindungan fisik dan teknis Rusli Hardijan, Hukum Ketenagakerjaan 2003,
serta sosial dan ekonomi melalui Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,
ketentuan yang berlaku. 2003
Ikhwan Fahrojih, 2016, Hukum Perburuhan:
B. Saran-saran Konsepsi, Sejarah, dan Jaminan
1. Diharapkan semua negara anggota Konstitusional, Setara Press, Malang.
organisasi buruh internasional (ILO), Ibrahim Johnny, 2008, Teori dan Metodologi
sesuai dengan aturan atau ketentuan Penelitian Hukum Normatif, Bayu
yang ditetapkan oleh organisasi yang Media, Malang.
berkaitan dengan perlindungan tenaga J. Pareira Mandalangi, 1986, Segi-Segi Hukum
kerja, kiranya dapat melaksanakan hak Organisasi Internasional,, Binacipta,
dan kewajiban, dalam arti dapat Bandung.
mengimplementasikan semua konvensi Kertonegoro Sentonoe, 19987, Kebebasan
ILO yang sudah di ratifikasi melalui Berserikat (freedom of
peraturan perundang-undangan dalam associatioan), YTKI.
rangka melindungi kepentingan bersama Koesnadi Kartasasmita, 1998, Organisasi
negara-negara anggota, secara khusus Internasional, Bandung.
kepentingan tenaga kerja demi Kusumaatmaja Mochtar, 1978, Pengantar
mewujudkan tujuan dan prinsip-prinsip Hukum Internasional, Binacipta,
dari organisasi internasional. Bandung.
2. Diharapkan bahwa semua negara yang Kusumaatmadja. M dan Etty R. Agus., 2003,
terlibat dalam kerjasama melalui wadah Pengantar Hukum Internasional,
organisasi buruh internasional Edisi ke-2, PT. Alumni, Bandung.
internasional untuk adanya kerjasama Lalu Husni, 2015, Pengantar Hukum
yang lebih jelas antara ILO dengan Ketenagakerjaan, Edisi Revisi,
pemerintah negara anggota, secara Rajawali Press, Jakarta.
khusus dengan pemerintah Indonesia, Lauterpacht-Oppenheim, 1967, International
terutama dalam upaya untuk Law a Treaties,Green and Co Vol. I,
menyesuaikan ketentuan-ketentuan ILO London, New York, Toronto.
dengan peraturan perundang undangan Sendjun H. Manulang,2001, Pokok-Pokok
nasional dibidamg ketenagakerjaan. Hukum Ketengakerjaan Di
Indonesia, Rhineka Cipta, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Mauna Boer, 2003, Hukum Internasional,
Buku : Peranan dan Fungsi Dalam Era
Anwar, Chairul, 1983, Hukum Internasional, Dinamika Global, Alumni, Bandung.
Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, M. Yahya Harahap, 1986, Segi-segi Hukum
Djembatan, Jakarta. Perjanjian, Alumni, Bandung.
Anak Agung Banyu Perwita, 2011, Pengantar Mertokusumo Sudikno, 1995, Mengenal Hukum
Ilmu Hubungan Internasional, Suatu Pengantar, Liberty,
Rosdakarya, Bandung. Yogyakarta.
Asri Wijayanti, 2011, Hak Berserikat Buruh di Nowak Mounfred, 2003, Pengantar Pada Rezim
Indonesia–Disertasi, Pascasarjana HAM Internasional.
Universitas Airlangga. Parthiana, I Wayan, 1990, Pengantar Hukum
Asikin Zainal et all, 1997, Dasar-dasar Hukum Internasional, Mandar Maju,
Perburuhan, PT Rajagrafindo Bandung.
Persada, Jakarta. ---------------, 2003, Pengantar Hukum
Bowet D. W., 1992, Hukum Organisasi Internasional, CV. Bandar Maju,
Internasional, Penerbit Sinar Grafika, Bandung.
Cetakan Pertama, Jakarta Rudy T May, 2001, Hukum Internasional I,
George Schwarzenberger, 1978, A Manual of Refika Aditama, Bandung
International Law. Sastromidjojo Ali, 1971, Pengantar Hukum
G. I. Tunkin, 1975, Theory of International Law. Internasional, Bhratara, Jakarta.

38
Lex Privatum Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

Setia Tunggal Hadi,2001, Undang-Undang


Perjanjian Internasional, Harvarindo,
Jakarta.
Starke J. G., 1990, Pengantar Hukum
Internasional, Edisi Kesepuluh
Terjemahan Bambang Iriani
Djajaatmadja, SH, Cetakan
Pertama,Penerbit Sinar Grafika,
Jakarta.
----------------,1992, Pengantar Hukum
Internasional, Buku II, Edisi ke-10,
Sinar Grafika, Jakarta.
Sefriani,1992, Hukum Internasional Suatu
Penganta, Rajawali Pers, Jakarta

39

Anda mungkin juga menyukai