Tabel di atas yang bersumber dari Deery et al., 1998 menunjukkan pembagian kerangka kerja
yang membagi kegiatan manajemen, karyawan, dan pemerintah menjadi tiga tingkatan. Setiap
tingkatan diperdalam dengan tiga aktor utama lain dalam sistem hubungan industrial. Ketiga
tingkat menunjukkan perbedaan dalam keunggulan analisis. Kerangka kerja mengenal hubungan
antarkegiatan pada berbagai tingkatan sistem yang berbeda. Kerangka kerja menunjukkan
pengaruh berbagai keputusan strategik dengan berbagai faktor. Sedangkan fokus analisisnya
adalah pada hubungan formal dan informal di tempat kerja.
Komitmen Afektif
Komitmen Afektif berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap organisasinya,
identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi.
Anggota organisasi dengan Komitmen Afektif yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam
organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu (Allen & Meyer, 1997).
Setelah itu, lahir serikat pekerja lain berdasarkan sektor dan profesinya. Pembentukan serikat
pekerja di kalangan pekerja Belanda ini telah mendorong terbentuknya serikat pekerja di
kalangan pekerja Indonesia.
Tahun 1908, Vereneging Van Spoor en Trem Personeel (VSTP) –serikat pekerja dari kalangan
pekerja Indonesia– terbentuk.
PNI juga berperan melahirkan serikat-serikat buruh sperti Persatuan Sopir Motoris Indonesia,
Sarekat Anak Kapal Indonesia (SAKI) di Tanjung Priok, Persatuan Djongos Indonesia (PDI), dan
Oost Java Spoor Bond Indonesia di Surabaya. (Historia).
SOBSI yang berafiliasi dengan PKI merupakan organisasi buruh pertama setelah perang dunia
kedua. Keberadaannya dinilai cukup penting dalam peta kondisi politik Indonesia saat itu yang
dipengaruhi sosialis dan komunis.
Pada era pemerintahan Soeharto , SOBSI dibubarkan karena dianggap sebagai kaki-tangan PKI.
Pemerintah Soeharto kemudian membentu organsasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesi (SPSI).
Saat itu eranya organisasi tunggal. SPSI menjadi pusat organisasi gerakan buruh seluruh Indonesia
sebagai wadah tunggal pekerja Indonesia selama masa orde baru.
Di era reformasi, muncul fenomena baru di dalam hubungan industrial di Indonesia, yaitu
munculnya serikat pekerja-serikat pekerja baru.
SPSI pun tidak lagi menjadi wadah tunggal dan berubah menjadi organisasi independen,
sebagaimana serikat pekerja lainnya sesuai dengan ketentuan UU Serikat Pekerja: “Serikat
pekerja bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab”.
b. Dasar hukum yang menjamin kebebasan berserikat di
Indonseia.
Ada berbagai dasar hukum untuk menjamin kebebasan berserikat di Indonesia, yaiut:
1. UUD 1945
Pasal 28 UUD 1945 menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang. Kemerdekaan atau kebebasan berserikat yang diamanatkan oleh UUD
1945 dimaksudkan untuk masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks karyawan,
kebebasan berserikat ini merupakan kebebasan dalam membentuk serikat pekerja.
Namun demikian, kebebasan tersebut tidak langsung penerapannya melainkan harus
diatur terlebih dahulu dengan undangundang.
4. UU No. 18 Tahun 1956 tentang Hak Berserikat dan Berunding Bersama merupakan
ratifikasi konvensi ILO No. 98 Tahun 1949. Di samping itu, hak berserikat juga ditegaskan
dalam Keppres No. 83 Tahun 1998 yang merupakan ratifikasi konvensi ILO No. 87 Tahun
1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Hak Berorganisasi. Kedua konvensi tersebut
pada dasarnya memberi kebebasan bagi karyawan dan pengusaha untuk berorganisasi,
dan tidak adanya campur tangan dari pihak mana pun atas hak tersebut. Kebebasan dan
hak berserikat ini justru mendapatkan perlindungan..
5. UU No. 21 Tahun 2000
Setelah 55 tahun Indonesia merdeka, baru pada tahun 2000 memiliki undang-undang
tentang Serikat Pekerja, walaupun hal tersebut secara jelas telah diamanatkan dalam
UUD 1945. Hak karyawan untuk menjadi anggota serikat pekerja juga merupakan salah
satu sisi pelaksanaan hak asasi manusia. Undang-undang tentang keserikatpekerjaan
senantiasa membawa kontroversi dalam masyarakat. Bahkan undang-undang semacam
ini selalu memiliki muatan politik yang cukup besar. Di samping itu, materi yang termuat
di dalamnya dapat bernuansa perbedaan kepentingan. Oleh karena itu, dalam proses
pembuatannya mulai dari penyusunan rancangan sampai dengan pembahasan di DPR
selalu terjadi berbagai protes dari kalangan karyawan atau kelompok lain. Setelah
disahkan oleh DPR pun masih memperoleh protes dari beberapa kalangan masyarakat.
Hak dan kewajiban, serikat pekerja atau serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja
atau serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak:
1. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha.
2. Mewakili karyawan atau pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial.
3. Mewakili karyawan atau pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan.
4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan, karyawan atau pekerja.
5. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.