Anda di halaman 1dari 6

NAMA: MUTIARA NABILAH

NIM : 042940323

1.

Tabel tersebut menunjukkan pembagian kerangka kerja yang membagi kegiatan manajemen,
karyawan, dan pemerintah menjadi 3 tingkatan. Setiap tingkatan diperdalam dengan 3 aktor
utama lain dalam sistem hubungan industrial. Ketiga tingkat menunjukkan perbedaan dalam
keunggulan analisis. Kerangka kerja mengenal hubungan antarkegiatan pada berbagai
tingkatan sistem yang berbeda. Kerangka kerja menunjukkan pengaruh berbagai keputusan
strategik dengan berbagai aktor. Sedangkan fokus analisisnya adalah pada hubungan formal
dan informal di tempat kerja.

2. Tiga bentuk komitmen menurut Meyer & Allen:


a. Komitmen afektif adalah ketertarikan emosi individu, memihak, dan terlibat dalam
organisasi secara khurus. Komitmen afektif juga merupakan perasaan suka atau
tertarik pada organisasi. Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat bekerja dalam
organisasi karena “mereka ingin”. Komitmen afektif dalam organisasi berhubungan
positif dengan kinerja tugas.
b. Komitmen abadi menggambarkan kesadaran karyawan terhadap biaya yang
berhubungan dengan meninggalkan organisasi. Individu dengan komitmen abadi yang
tinggi yakin akan manfaat untuk menetap atau bertahan dalam organisasi daripada
menerima konsekuensi jika meninggalkan organisasi karena “mereka membutuhkan”.
Meskipun karyawan dengan komitmen abadi yang tinggi juga memungkinkan
meninggalkan organisasi, rendahnya perputaran yang terjadi atas biaya perjanjian
karyawan, kepuasan kerja, dan rasa percaya diri.
c. Komitmen normatif menggambarkan perasaan kewajiban individu untuk tetap berada
dalam organisasi. Karyawan mempunyai komitmen normative tinggi karena mereka
merasa bahwa mereka harus melakukan hal tersebut.

3. a. Awal muncul gerakan buruh di Indonesia tepatnya terjadi pada pertengahan abad
ke-19 di mana saat itu kelas borjuasi Belanda berperan langsung terhadap bidang
ekonomi yang menjadikan munculnya kapitalisme perusahaan. Selain itu, gerakan
buruh di Indonesia muncul karena didorong oleh kaum pribumi terpelajar yang
radikal.

Pada tahun 1879-an, muncul serikat buruh pertama kali di Indonesia yakni Nederland
Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) atau Serikat Pekerja Guru Hindia Belanda. Setelah
itu pada tahun 1900-an muncul beberapa serikat lain yakni adalah Vereeniging voor Spoor-en
Tramweg Personeel in Nederlandsche-Indie (VSTP) yang berdiri pada 1908; Perserikatan
Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB) yang dibentuk pada 1914, dan Personeel Fabriek
Bond (PFB) yang lahir pada 1918. Berbagai macam serikat buruh ini tumbuh bersamaan
dengan organisasi-organisasi perjuangan kebangsaan seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam
(SI).

Namun, saat itu keberadaan serikat sangat lemah karena jumlahnya masih sedikit.
Lemahnya gerakan buruh ini bisa terlihat saat pemerintah kolonial mengakhiri politik etisnya.
Beberapa serikat buruh besar yang mencoba melakukan pemogokan besar berhasil
dilumpuhkan oleh pemerintah.

Misalnya, pemogokan PPPB pada 1922, yang meluas dan mendapat dukungan dari
organisasi-organisasi pembebasan nasional seperti Centraal Sarekat Islam (CSI), PKI, Budi
Utomo, Muhammadiyah dan Revolutionaire Vakcentrale pimpinan Tan Malaka serta
Bergsma, berakhir dengan pemecatan 1000 orang buruh. Abdul Muis dan Reksodiputro pun
diciduk di Garut, sementara Tan Malaka dan Bergsma dibuang dari Hindia. Hak berkumpul
di Yogyakarta dicabut pada 8 Februari 1922. Lumpuhnya serikat-serikat buruh besar ini dan
terpukulnya PKI pada 1926 menenggelamkan gerakan buruh pada masa kolonial.

Namun, pada tahun 1990-an, gerakan buruh di Indonesia mulai kembali bangkit.
Apalagi pada jatuhnya Soeharto, banyak sekali yang berubah dari dunia perburuhan.
Misalnya, munculnya kebebasan berserikat atau berorganisasi bagi buruh di perusahaan-
perusahaan. Apalagi telah muncul Undang-Undang No. 21/2000 tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh di mana para pekerja bisa membentuk serikat hanya dengan jumlah
minimal 10 orang saja. Maka gak heran saat ini banyak sekali serikat buruh di Indonesia
termasuk serikat di setiap perusahaan.\

Menurut UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, serikat pekerja/serikat buruh
adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh, baik di perusahaan
maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab, guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

 Serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang


didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan.
 Serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang
didirikan oleh para pekerja/serikat yang tidak bekerja di perusahaan.
 Federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan serikat pekerja/serikat buruh.
 Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan federasi serikat pekerja/serikat
buruh.

b. Di dalam Pasal 28E ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945) ditegaskan, ”Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Frase ”setiap orang” di
dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 ini bermakna bahwa siapa saja di Indonesia dijamin
haknya untuk bebas berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat oleh konstitusi atau
UUD 1945. Dengan demikian pekerja atau buruh pun dijamin haknya untuk bebas berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat

oleh konstitusi atau UUD 1945.

Konvensi ILO (International Labour Organisation) Nomor 87 Tahun 1948 juga


menegaskan mengenai kebebasan pekerja untuk berorganisasi. Pasal 2 Konvensi ILO Nomor
87 menegaskan, ”Workers and employers, without distiction whatsoever, shall have the right
to establish and subject only to the rules of the organisation of their own choosing without
previous authorisation”. Konvensi ILO Nomor 87 Tahun 1948 diikuti oleh Konvensi ILO
Nomor 98 Tahun 1956 tentang The Application of Principles of The Right to Organise and to
Bargain Collectively. Pasal 2 Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1956 menegaskan, ”Workers’
and employers’ organisation shall enjoy adequate protection against any acts of interference
by each other’s agents of members in their establishment, functioning or administration”. Dua
konvensi ILO in meneguhkan hak pekerja untuk berserikat atau berorganisasi. Pentingnya
pekerja berserikat diakomodasikan oleh ILO. Dengan berserikat pekerja diharapkan mampu
memperjuangkan kepentingannya.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya


disingkat UK) juga menegaskan hak pekerja untuk berserikat. Pasal 104 UK menegaskan,
”Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh”.
Fungsi penting serikat pekerja diatur dalam Pasal 116 UK. Pasal 116 UK menegaskan,
”Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha”. Perjanjian kerja bersama
penting karena di sinilah diharapkan serikat pekerja mampu memperjuangkan kepentingan
pekerja berkaitan dengan syarat-syarat kerja, misalnya upah, upah lembur, waktu kerja, cuti,
dan lain-lain.

Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia yang berkaitan dengan


Undang-undang Serikat Pekerja ini, antara lain:

a. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28 menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan


berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan ditetapkan dengan undang-
undang.
b. Undang-undang No. 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh
dan Majikan.
c. Undang-undang No. 18 tahun 1956 tentang ratifikasi Konvensi ILO No. 98 tahun 1949
mengenai Hak Berserikat dan Berunding Bersama.
d. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuanketentuan Pokok Mengenai
Ketenagakerjaan.
e. Undang-undang No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
f. Undang-undang No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan (pelaksanaannya
ditangguhkan).
g. Keputusan Presiden No. 83 tahun 1998 tentang ratifikasi Konvensi ILO No. 87 tahun
1948 mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi.
h. Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

4. a. Menurut UU Serikat Pekerja, fungsi serikat pekerja atau serikat buruh adalah
sebagai berikut:
1) Sebagai pihak dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan penyelesaian
masalah ketenagakerjaan;
2) Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai
dengan tingkatannya;
3) Sebagai sarana untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya;
5) Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan pekerja/buruh sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6) Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham perusahaan.

b. Hak Serikat Pekerja

Serikat pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak:

1) berunding dan membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;


2) mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial;
3) mewakili pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan seperti lembaga bipartit, lembaga
tripartit, panitia penyelesaian perselisihan, dewan pengupahan, panitia atau dewan
keselamatan dan kesehatan kerja, dan lain-lain;
4) membentuk lembaga dan melakukan kegiatan guna meningkatkan kesejahteraan
pekerja seperti koperasi karyawan atau usaha lain;
5) berafiliasi dengan serikat pekerja internasional sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6) melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.

Kewajiban Serikat Pekerja


Serikat pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berkewajiban:

1) melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak mereka;


2) memperjuangkan kepentingan anggota;
3) memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;
4) mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggota sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai