Anda di halaman 1dari 18

PIHAK-PIHAK YANG

TERKAIT DALAM HUKUM


KETENAGAKERJAAN
Dr. dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM, MH
Demi terwujudnya hubungan kerja yang baik perlu adanya kerjasama
yang melibatkan beberapa pihak seperti yang terdapat dalam UU No.
13 Tahun 2013.
• 1. Pekerja/buruh
• 2. Serikat Kerja/Serikat Buruh
• 3. Pemberi kerja/pengusaha
• 4. Organisasi pengusaha
• 5. Lembaga kerjasama bipartit/tripartit
• 6. Dewan pengupahan
• 7. Pemerintah
PEKERJA/BURUH
Pada zaman penjajahan Belanda,
• Buruh adalah orang-orang yang bekerja kasar seperti kuli, mandor, tukang dan lain sebagainya sebagai blue collar (berkerah
biru).
• orang-orang yang bekerja di kantor-kantor, tempat-tempat pemerintah, atau mereka yang bekerja halus dijuluki sebagai white
collar (berkerah putih).

Pada tahun 1074 melalui Seminar Hubungan Perburuhan Pancasila, Istilah buruh diganti dengan kata
pekerja.

UUD 1945 yang pada penjelasan pasal 2 disebutkan, bahwa yang disebut golongan-golongan ialah
badan-badan seperti koperasi, serikat pekerja, dan lain-lain.
• Jelas di sini UUD 1945 menggunakan istilah pekerja untuk pengertian buruh.

Dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


• istilah pekerja digandengkan dengan istilah buruh sehingga menjadi istilah pekerja/buruh.
• Pekerja/buruh merupakan setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
Pasal 28 UUD tahun 1945 tentang hak asasi pekerja/buruh dan telah diverifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia Konvensi ILO No. 87 tentang kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk berorganisasi, dan
Konvensi ILO No. 98 mengenai berlakunya Dasar-dasar untuk Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama.
• Berdirinya Serikat pekerja/serikat buruh didasarkan pada kedua konvensi di atas yang menjadi dasar hukum bagi pekerja/buruh.

pekerja/buruh tidak dapat menyuarakan aspirasinya secara perseorangan,

• perlu adanya suatu wadah yang dapat menampung sekaligus memperjuangkan hak-hak pekerja/buruh secara terosganisir sebagaimana
yang diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang serikat pekerja/serikat buruh.

Pasal 1 Angka 17 UU No. 23 Tahun 2003 tentang serikat pekerja/serikat buruh menyebutkan

• Serikat pekerja/serikat buruh merupakan organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja buruh, baik diperusahaan maupun di luar
perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh sertameningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Sifar-sifat serikatpekerja/serikat buruh, diantaranya:
• 1. Bebas, yakni serikat pekerja/serikat buruh sebagai suatu organisasi tidak berada di bawah
tekanan pihak manapun dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
• 2. Terbuka, yakni menyamakan semua aliran politik, agama, suku bangsa dan jenis kelamin
dalam menerima anggota serikat pekerja/serikat buruh.
• 3. Mandiri, yakni serikat pekerja/serkat buruh merupakan pihak independent yang tidak
dikendalikan oleh pihak manapun dalam menjalankan dan mengembangkan organisasinya,
• 4. Demokratis, yakni setiap kegiatan organisasi baik pembentukan organisasi, pemilihan
penggurus hingga hak dan kewajiban organisasi harus didasarkan pada prinsip demokrasi.
• 5. Bertanggung Jawab, yakni setiap serikat pekerja/serikat buruh dalam menjalankan tugasnya
untuk mencapai tujuan organisasinya harus bertanggung jawab kepada anggota, masyarakat
dan Negara.
UU No. 21 Tahun 2000 disebutkan pula pengertian federasi
serikat pekerja/serikat buruh dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh.

Federasi serikat pekerja/serikat buruh merupakan gabungan


serikat pekerja/serikat buruh, sedangkan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh merupakan gabungan federasi serikat
pekerja/serikat buruh.
Asas, Tujuan, Dan Fungsi Serikat Pekerja/Serikat
Buruh,
Federasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh, Dan
Konfederasi
Serikat
Asas pendirian Pekerja/Serikat Buruh
suatu serikat pekerja/serikat buruh harus sesuai dengan pancasila sebagai Dasar Negara dan
Undang-undang Dasar Tahun 1945 sebagai suatu konstitusi yang mengatur serikat pekerja/serikat buruh.

Tujuan serikat pekerja/serikat buruh, federasi serikat pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat pekerja/
serikat buruh
• adalah memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan
keluarganya

Sesuai Pasal 4 ayat 2 UU No. 21 Tahun 2000, fungsi serikat pekerja/serkat buruh, federasi serikat
pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh adalah:
• a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial;
• b. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;
• c. Sebagai sarana mnciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan;
• d. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;
• e. Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
• f. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham diperusahaan.
Pembentukan Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Serikat pekerja/serikat buruh bebas membentuk jumlah anggotanya minimal
sepuluh orang pekerja/buruh dengan tidak adanya campur tangan dari pihak
manapun baik pengusaha maupun pemerintah.
• Hal ini telah ditetapkan dalam Pasal 5 Undang-undang No. 21 tahun 2000 yang mengatakan bahwa
setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

Federasi serikat pekerja/serikat buruh dapat dibentuk oleh sekurang-kurangnya


lima serikat pekerja/serikat buruh dapat dibentuk oleh sekurang-kurangnya tiga
federasi serikat pekerja/serikat buruh.

Setiap serikat pekerja/serikat buruh, federasi serikat pekerja/serikat buruh dan


konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sekurang-kurangnya harus memuat (Pasal 11
ayat 2 Undang-Undang No. 21 tahun 2000):
• a. Nama dan lambang;
• b. Dasar negara, asas, dan tujuan;
• c. Tanggal pendirian;
• d. Tempat kedudukan;
• e. Keanggotaan dan kepengurusan;
• f. Sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dan
• g. Ketentuan peubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga.

Organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk selanjutnya wajib


memberitahukan kepada dinas tenaga kerja setempat, dilakukan secara tertulis dengan
melampirkan:
• a. Daftar anggota pembentuk
• b. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
• c. Daftar nama susunan pengurus.
Dinas tenaga kerja, yang untuk selanjutnya akan mencatat dan memberi nomor.

Dengan adanya pencatatan dan penomoran, serikat pekerja/serikat buruh, federasi serikat pekerja/serikat
buruh, dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dapat ditangguhkan atau bahkan usulan
pembentukan organisasinya tidak diterima, jika organisasi yang terkait melakukan hal-hal sebagai berikut:
• a. Tidak sesuai dengan pancasila dan UUD 1945
• b. Kurangnya anggota pembentuk serikat pekerja/serikat buruh, federasi serikat pekerja/serikat buruh dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh.
• c. Nama atau lambang organisasi serikat pekerja/serikat tersebut sama atau sudah digunakan oleh serikat pekerja/serikat buruh,
federasi serikat pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh sebelumnya.

Batas akhir pemberitahuan pencatatan dan nomor pencatatan selambat-lambatnya dilakukan sejak 21 hari
kerja terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan.
• Penangguhan pencatatan dan penomoran harus diberitahukan kepada serikat pekerja/serikat buruh secara tertulis yang diberikan
selambat-lambatnya 14 hari setelah diterimanya surat pemberitahuan.
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi serikat pekerja/serikat buruh, dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor
bukti pencatatan mempunyai hak sebagaimana tercantum dalam pasal
25 Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, antara lain:
• a. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;
• b. Mewakili pekerja/buruh dalam mnyelesaikan perselisihan industrial;
• c. Mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;
• d. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha
peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh; dan
• e. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlak
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi serikat
pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor
bukti pencatatan mempunyai kewajiban sebagaimana
Pasal 27 UU No. 21 tahun 2000, antara lain:
• a. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak dan
memperjuangkan kepentingannya;
• b. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan
keluarganya; dan
• c. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasinya sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
PEMBERI KERJA/PENGUSAHA
Pasal 1 ayat 4 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
• pemberi kerja merupakan perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan
lainnya yang memberi pekerjaan atau mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
gaji atau imbalan dalam bentuk lain.

Menurut Pasal 1 angka 5 UU No. 13 Tahun 2003, pengusaha adalah:


• 1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
• 2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
• 3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
ORGANISASI PENGUSAHA

Pasal 105 UU No. 13 Tahun 2003, organisasi perusahaan


• 1. Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi
pengusaha.
• 2. Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ada dua organisasi pengusaha di Indonesia


• KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), ialah tempat bagi pengusaha
Indonesia yang bergerak dalam bidang perekonomian.
• APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) adalah organisasi pengusaha
yang khusus mengurus masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan
LEMBAGA KERJA SAMA
BIPARTIT/TRIPARTIT
Lembaga kerja sama bipartit ialah suatu forum konsultasi dan komunikasi mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan hubungan industrial di suatu perusahaan yang
anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat di
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh
• Pasal 106 Undang-undang No. 13 Tahun 2003  setiap perusahaan yang memperkerjakan 50 (lima puluh) orang
pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk Lembaga kerja sama bipartit.

Lembaga kerja sama tripartit merupakan forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah
tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha,
serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah.

• Tujuan lembaga kerja sama ini adalah untuk tercapainya kerja sama diantara mereka guna mencapai masyarakat
yang adil dan makmur pada umumnya, dan khususnya untuk memecahkan persoalan-persoalan di bidang sosial
ekonomi, terutama di bidang ketenagakerjaan
DEWAN PENGUPAHAN
Dewan Pengupahan merupakan suatu lembaga non struktural yang
bersifat tripartit dimana keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah,
organisasai pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh.

Menurut ketentuan pasal 2 dan pasal 3 Keputusan Presiden No.107


Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, Dewan Pengupahan terdiri
dari:
• 1. Dewan pengupahan nasional (selanjutnya disebut Depenas) dibentuk oleh presiden;
• 2. Dewan pengupahan Provinsi (selanjutnya disebut Depeprov) dibentuk oleh gubernur;
• 3. Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota (selanjutnya disebut Depekab/Depeko) dibentuk
oleh bupati/walikota
PEMERINTAH
Peran pemerintah dalam hal ketenagakerjaan berperan sebagai kontrol hukum

Hukum perburuhan sifatnya bukanlah lagi privatrechtelijk (soal perdata), melainkan publikrechtelijkt.

Pemerintah (depnaker) bertugas dalam


• Penyediaan dan penggunaan tenaga kerja;
• Pengembangan dan perluasan kerja;
• Pembinaan keahlian dan kejuruan tenaga kerja;
• Pembinaan hubungan ketenagakerjaan;
• Pengurusan syarat-syarat kerja dan jaminan sosial;
• Pembinaan norma-norma perlindungan kerja; dan
• Pembinaan norma-norma keselamatan kerja

pelaksanaannya ada Pengawas. Tiga tugas pokok pengawas ketenagakerjaan adalah:


• 1. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apakah ketentuan perundang-undangan ketenagakerjaan sudah dilaksanakan, dan
jika tidak, mengambil tindakan-tindakan yang wajar untuk menjamin pelaksanaannya;
• 2. Membantu baik pekerja/buruh maupun pengusaha dengan jalan memberi penjelasan-penjelasan teknik dan nasihat yang mereka perlukan
agar mereka memahami apakah yang dimintakan peraturan dan bagaimanakah melaksanakannya;
• 3. Menyelidiki keadaan ketenagakerjaan dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun peraturan perundang-undangan
tentang ketenagakerjaan dan penetapan pemerintah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai