Anda di halaman 1dari 14

Serikat Kerja (Organisasi Pekerja)

Muhammad Hafidh Taufiqurrahman, Alan Sahal Mahfudz, Osama Agit Pamungkas, Viona
Azalia Rahman, Pusaka Nadear Saragih

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Abstract: The exsistence of Labour Union do not implement the mandate of Laws. No. 21
year 2000 about Labour Union, also in covering, defensing the right/obligation of workers,
and welfare of workers and their family. Informal workers not yet and should become the
member of Labour Union, because they become the Indonesia’s economic
strength/endurance. Building and maintaining industrial relationship as a part of man power
development should be guided and pointed to create a just, dynamical, and harmonious
industrial relationship. The Labor Union plays an important role in endeavoring to settle a
dispute pertaining to industrial relationship, especially a dispute settlement of PHK. Labor
Union functions as a facility or a means of struggling, protecting, and defending the labors,
and increasing the welfare of the labors and their families..
Kewords: labor union; prosper; workers

Abstrak: Eksistensi Serikat Pekerja/Serikat Buruhbelum melaksanakan amanat Undang-


Undang Nomor: 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, baik perlindungan,
pembelaan hak/kepentingan pekerja, dan peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Pembinaan hubungan industrial sebagai bagian dari pembangunan ketenagakerjaan harus
diarahkan untuk terus mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan. Peran serikat Pekerja sangat penting sekali dalam upaya penyelesaian perselisihan
hubungan industrial khususnya perselisihan pemutusan hubungan kerja. Serikat pekerja
,/serikat buruh berfungsi sebagai sarana untuk memperjuangkan melindungi dan membela
kepentingan dan meningkatkan kesejahtreaan pekerja dan keluarganya.
Kata kunci: Serikat pekerja; mensejahterakan; pekerja

Pendahuluan
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945, yang memiliki tujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan
sejahtera, aman, tentram, dan tertib, serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi warga
masyarakat. Negara hukum yang dianut di Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang
tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa : “Negara
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”, ayat (2) menyebutkan : “Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, dan ayat (3)nya
menyebutkan bahwa: “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimens i dan keterkaitan. Keterkaitan itu
tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi juga
keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan
pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain mencakup pengembangan sumber daya
manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan
kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial. Oleh
karena itu, pada perkembangannya kaidah hukum ketenagakerjaan tersebut telah bergeser dari kaidah
hukum privat menjadi kaidah hukum publik, karena negara aktif mengatur pergaulan hidup
masyarakat, termasuk dalam bidang lapangan ketenagakerjaan tersebut. Perwujudan pembangunan
ketenagakerjaan salah satunya adalah dibentuknya Hukum Ketenagakerjaan. Batasan/pengertian
Hukum Ketenagakerjaan Menurut Imam Soepomo yang dikutip oleh Sendjun Manullang ialah
himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian dimana
seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.1
Dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, istilah tenaga kerja
mengandung pengertian yang bersifat umum, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Pengertian tersebut belum jelas menunjukan status hubungan kerjanya.
Secara khusus Ridwan Halim memberikan pengertian buruh/pegawai adalah :
1. Bekerja pada atau untuk majikan/perusahaan.
2. Imbalan kerjanya dibayar oleh majikan/perusahaan.
3. Secara resmi terang-terangan dan kontinu mengadakan hubungan kerja dengan
majikan/perusahaan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk jangka waktu tidak tertentu
lamanya.2
Pasal 1 angka 6 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Pasal 1
angka 3 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, memberikan pengertian pekerja/buruh
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal 1 ayat
(6). Disini jelas pengertiannya terkait dalam hubungan kerja, bukan di luar hubungan kerja.
Menurut Pasal 1 angka 3 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan
Pasal 1 angka 5 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pengertian Pengusaha dijabarkan :
1. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.
2. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan
bukan miliknya.
3. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakiliperusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan (b) yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Pekerja/buruh sebagai warga negara mempunyai persamaan kedudukan dalam hukum, hak
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak, mengeluarkan pendapat, berkumpul
dalam satu organisasi, serta mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Hak
menjadi anggota ser ikat pekerja/serikat buruh merupakan hak asasi pekerja/buruh yang telah dijamin
di dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945, dan sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa,
masyarakat pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pengusaha di indonesia merupakan
bagian dari masyarakat dunia yang sedang menuju era pasar bebas. Oleh karena itu, hak berserikat bagi
pekerja/buruh, sebagaimana diatur dalam konvensi international. Labour Organization (ILO) Nomor
87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan hak untuk berorganisasi, dan konvensi ILO
Nomor 98 mengenai Berlakunya dasar-dasar daripada hak Untuk berogranisasi dan untuk berunding
bersama sudah diratifikasi oleh indonesia menjadi bagian dari peraturan perundang undangan nasional.
Salah satu wujud konsekuensi yuridis keanggotaan indonesia terhadap ILO, maka diundangkanlah
Undang-undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau Serikat Buruh, yang di dalamnya
terdiri dari 15 (lima belas) Bab dan 46 (empat puluh enam) pasal. Berdasarkan uraian di atas ada
beberapa hal yang perlu dikaji mengenai tinjauan umum tentang serikat pekerja, perselisihan

1
Sendjun Manullang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia (Jakarta: Cet II, Penerbit Rineka Cipta),
Hlm 2
2
Ridwan Halim, Hukum Perburuhan dalam Tanya Jawab (Jakarta: Cet II, Ghalia Indonesia, 1990), hlm 11.
pemutusan hubungan kerja dan bagaimana peran serikat pekerja dalam penyelesaian perselisihan
pemutusan hubungan kerja.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pengertian Serikat Kerja?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari Serikat Kerja?
3. Bagaimana Fungsi dan Peran Serikat Kerja?
4. Bagaimana Strategi dan Taktik Serikat Kerja?
5. Apa saja Tantangan dan Hambatan Serikat Kerja?

Teori dan Pendekatan


Pendekatan yang kita pakai pada jurnal kali ini pendekatan kualitatif

Pembahasan
Pengertian Serikat Kerja
1. Definisi Serikat Kerja
Serikat pekerja adalah organisasi yang dapat berperan aktif dalam menciptakan
perdamaian pekerja (industrial peace) melalui partisipasi dalam lembaga koperasi dan negosiasi
perjanjian kerja bersama. Peran ini dapat dicapai dengan mengorganisir pekerja/serikat pekerja
yang terkait dengan tingkat perusahaan, tingkat perusahaan serupa, tingkat regional dan pusat,
dan bahkan tingkat federal, dan dalam beberapa kasus serikat/serikat pekerja di luar negeri. 3
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Serikat Pekerja Buruh;
“Serikat Pekerja Buruh adalah organisasi yang dibentuk untuk pekerja buruh baik di
perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja buruh dan keluarganya”.4 Pada dasarnya
serikat pekerja/serikat buruh dapat dibentuk dengan asas bebas dan tidak bertentangan dengan
asas dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu sebgai dasar negara dan konstitusi
negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan bertujuan memberikan perlindungan pembela
hak dan kepentingan serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan
keluarganya.5
Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 pasal 104 diterangkan “setiap pekerja berhak
membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja atau serikat buruh”. Jadi, serikat pekerja
merupakan wadah aspirasi bagi para pekerja di dalam dan di luar perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraannya yang dibolehkan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Henry Shimamora, serikat pekerja adalah6 “Serikat adalah organisasi yang
menegosiasikan upah, waktu, dan persyaratan kerja lainnya untuk pekerja”. Dari definisi
tersebut, dapat dilihat bahwa serikat pekerja adalah organisasi perundingan bersama bagi

3 Alyosius Uwiyono, Asas-asas Hukum Perburuhan (Jakarta: Cet. II, Rajawali Pers, 2014), hal. 66.
4 Tia Agustina Faricha, Peran Serikat Pekerja dalam Kesepakatan Kerja Bersama, Skripsi, (Semarang: Universitas Diponegoro,
Indonesia, 2013), hal. 4
5 Endang Pujiastuti, SH. MH., Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Semarang: University Press 2008), hal. 9
6 Henry Simamora. Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. 2012), hal. 20.
karyawan. Jika ada serikat pekerja, pekerja dapat bernegosiasi dengan majikan mereka tentang
kebijakan perusahaan. Karena jika ada serikat pekerja, maka pekerja wajib merundingkan segala
sesuatunya dengan serikat pekerja. Kemudian, serikat pekerja dapat dijelaskan sebagai suatu
organisasi yang dibentuk oleh pekerja dan bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan
akuntabel. Tujuan serikat pekerja adalah untuk memperjuangkan, membela dan melindungi
pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya untuk hak
dan kepentingan pekerja. Berdasarkan berbagai pengertian diatas, serikat pekerja adalah
pekerja sebagai wadah untu memperjuangkan, mengadvokasi dan melindungi untuk
meningkatkan hak dan kepentingan pekerja/buruh serta kesejahteraan pekerja/pekerja dan
keluarganya.
2. Sejarah perkembangan Serikat Pekerja di Indonesia
Pada saat Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, semua orang Indonesia menguasai
tempat yang telah dikuasai oleh penduduk jepang, termasuk juga tempat-tempat kerja.
Dikarenakan besarnya kaum buruh di Indonesia, maka dibentuklah serikat-serikat pekerja.
Awal kemerdekaan terdapat tiga Undang-Undang yang menjadi dasar perlindungan hukum
bagi buruh yaitu Undang-Undang No.33 Tahun 1947 tentang kecelakaan kerja (L.N. Tahun
1951 No.3) (selanjutnya disingkat dengan UU No. 3 Tahun 1947), Undang-Undang No. 12
Tahun 1948 tentang kerja (L.N. Tahun 1951 No. 2) selanjutnya disingkat dengan UU No. 12
Tahun 1948 dan Undang-Undang No. 23 Tahun 1948 tentang pengawasan perburuhan (L.N.
Tahun 1951 No. 4) selanjutnya disingkat dengan UU No. 23 Tahun 1948). Ketiga Undang-
Undang itu pada hakekatnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. UU No. 12
Tahun 1984 mengatur tentang norma dasar hubungan kerja. UU No. 33 Tahun 1947 tentang
kecelakaan kerja yang menjadi dasar jaminan keselamatan dan ketenagakerjaan. UU No. 23
Tahun 1948 mengatur tentang pengawasan yang dilakukan oleh kementrian perburuhan,
terhadap perturan perburuhan.
Kemudian pada bulan Mei 1946, Alinin dari partai komunis Indonesia berhasil
menyatukan 2 federasi pertama yang berdiri setelah proklamasi, yaitu GASBI (Gabungan
Serikat Buruh seluruh Indonesia) dengan GSBV. Pada bulan November 1946 didirikan SOSBI
(Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia).
Akibat peristiwa maduin pada Tahun 1948, militer menuduh anggota SOSBI terlibat
dalam peristiwa yang mengakibatkan meninggalnya banyak orang sipil. Sementara itu, SOSBI
juga mengambil alih perusahaan-perusahan belanda. Atas dasar situasi seperti ini, militer yang
mempunyai kepentingan atas perusahaan-perusahaan tersebut memasukkan petinggi-petinggi
militer kedalam jajaran struktural dari suatu perusahaan. Sebagai pengelola baru perusahaan-
perusahaan belanda yang dinasionalisasi, kebanyakan perwira militer, khusunya TNI AD
(Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat).
Untuk menghambat pergerakan buruh, maka militer membentuk badan kerjasama
militer. Militer kemudian melakukan aliansi dengan serikat buruh yang idiologi anti komunis.
Militer juga membentuk serikat buruh di perusahaan negara yang dikuasai oleh militer,
kemudian serikat-serikat tersebut digabungkan menjadi SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan
Seluruh Indonesia). SOKSI yang didirikan terutama untuk menghimpun karyawan perusahaan
negara juga menghimpun 97 ormas non partisan patpol dan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat).
Tanggal 20 Oktober 1964 organisasi ini disatukan menjadi sekretariat bersama
golongan karya (Sekber Golkar). SOSBI benar benar habis ketika militer menangkap para
anggotanya yang dianggap terkait dengan partai komunis Indonesia yang dituduh paling
bertanggungjawab atas peristiwa G.30/S 1965.
Seiring dengan eforia akibat tumbangnya rezim yang otoriter, yang membawa negara
transisi demokrasi, dimana kebebasan berserikat dan berpendapat selalu terbuka untuk
dilakukan, maka momen tersebut dimanfaatkan oleh kaum buruh. Serikat-serikat buruh
bermunculan dari serikat pekerja tingkat perusahaan sampai tingkat federasi dan konfederasi.
3. Tujuan dan manfaat dari Serikat Pekerja
Tujuan dari Serikat Pekerja adalah untuk melindungi hak-hak pekerja/buruh. Namun,
potensi konflik dapat dengan mudah terjadi apabila tidak dijembatani oleh organisasi yang
dapat menyeimbangkan posisi pengusaha dan pekerja. Disini peran serikat pekerja sebagai
kekuatan penyeimbang menjadi penting.
Menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja,
disebutkan bahwa Serikat/Serikatikat, serikat pekerja dan serikat pekerja/serikat buruh adalah
bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan akuntabel. Kebebasan berarti serikat memiliki hak dan
kewajiban pihak lain. Artinya tidak dipengaruhi atau ditekan untuk menjalankan. Bahwa serikat
secara politik sektarian, agama, atau etnis dalam menerima anggota dan memperjuangkan
kepentingan serikat. Mandiri berarti bahwa serikat diatur oleh kekuasaannya sendiri dalam
pembentukan, pemerintahan dan pengembangan organisasi dan tidak dikendalikan oleh pihak
lain di luar organisasi. Demokrasi berarti prinsip-prinsip demokrasi yang digunakan dalam
pembentukan organisasi, pemilihan direksi, perjuangan untuk hak dan tanggung jawab
organisasi, dan pelaksanaannya. Akuntabilitas berarti bahwa serikat pekerja bertanggung jawab
untuk mencapai tujuannya dan melaksanakan hak dan kewajibannya kepada anggota
masyarakat”.
Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 tentang Serikat Pekerja, disebutkan
bahwa Serikat pekerja / serikat pekerja, federasi, federasi serikat pekerja / serikat pekerja
bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hak dan kepentingan dan mempromosikan
perawatan yang layak bagi pekerja dan keluarganya.
Serikat pekerja yang dilaksanakan dengan baik dapat memberikan manfaat baik bagi
pekerja maupun pegusaha. Manfaat tersebut antara lain :
1. Serikat pekerja dapat berfungsi sebagai kanalisasi, yaitu melaksanakan peran
menyalurkan aspirasi, pandangan, keluhan bahkan tuntutan setiap pekerja kepada
pengusaha. Demikian juga sebaliknya, serikat pekerja sebagai saluran informasi
yang efektif dari pengusaha kepada pekerja;
2. Pengusaha dapat menghemat waktu dengan memanfaatkan jaur dan mekanisme
serikat pekerja untuk menangani masalah ketenagakerjaan, mengakomodasikan
saran-saran pekerja serta untuk meminta pekerja atau memberikan perintah,
daripada melakukannya secara individu terhadap setiap pekerja kepada pimpinan
perusahaan dan perintah pimpinan kepada pekerja akan lebih efektif melalui
pengurus serikat pekerja yang mereka pilij dan dipercaya memperjuangkan
kepentingannya;
3. Dalam manajemen modern yang menekankan pendekatan hubungan antara
manusia, diakui bahwa hubungan non formal dan semi formal lebih efektif dan
sangat diperlukan untuk mendukung hubungan formal. Dalam hal ini serikat
pekerja dapat berperan sebagai mitra pengusaha dalam mengembangkan hubungan
tersebut;
4. Sebagai mitra pengusaha, serikat pekerja dapat memobilisasi seluruh pekerja
sebagai anggotanya untuk bekerja secara disiplin, bertanggung jawab dan penuh
semangat serta membantu dalam pelaksanaan kegiatan sosial;
5. Serikat pekerja yang berfungsi dan berperan baik akan menjaga ketentraman dan
keamanan kerja di perusahaan dan menghindari anasir luar yang ingin mengganggu
perusahaan.
Sesuai dengan tujuan dan manfaat tersebut, setiap serikat pekerja idealnya, akan selalu
berusaha memperjuangkan nasib para anggotanya supaya menjadi lebih baik. Pemanfaatan
serikat pekerja dilaksanakan dalam kerangka hubungan industrial yang aman, harmonis, dan
dinamis.7
Bentuk – Bentuk Serikat Pekerja
Konstitusi Negara yakni Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengakui hak setiap orang untuk bebas berserikat, berkumpul, dan berpendapat.
Undang-undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh merupakan salah
satu perwujudan dari hak tersebut. Pekerja dilindungi untuk membentuk, bergabung, dan
memperjuangkan hak-hak kerjanya secara kolektif melalui Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Kali
ini Gajimu akan memaparkan mengenai Serikat Pekerja/Serikat Buruh, peran, fungsi dan
tujuan, prosedur pembentukannya, serta hal-hal yang berhubungan dengan kebebasan
berserikat dan berunding bersama yang dimiliki Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Serikat industri dan Serikat dagang

Serikat dagang (juga dikenal dengan istilah kelompok dagang atau asosiasi
dagang) adalah sebuah organisasi yang didirikan dan dibiayai oleh pebisnis atau perusahaan
yang bergerak di industri tertentu. Serikat dagang berhubungan dengan masyarakat umum
melalui beragam kegiatan, seperti periklanan, pendidikan, penerbitan, pelobian, dan donasi
politis, tetapi fokusnya adalah berkolaborasi antarperusahaan. Serikat dagang mungkin
menyediakan layanan dan kegiatan yang berbeda-beda, seperti membuat referensi,
menciptakan jaringan atau membuat acara amal, atau bahkan menyediakan kelas dan materi
pendidikan. Kebanyakan serikat dagang bersifat nirlaba yang dikelola oleh para anggotanya.
Adapun kritik terhadap serikat dagang berkenaan dengan kegiatan kartel untuk
pengaturan harga di pasar, pembuatan batasan bagi perusahaanbaru/perusahaan luar untuk
memasuki industri tersebut dan kegiatan lain yang bersifat anti-kompetisi yang tidak sejalan
dengan kepentingan umum.8
Serikat pekerja formal dan informal

Tenaga kerja informal adalah pekerja yang bertanggung jawab atas perseorangan yang
tidak berbadan hukum dan hanya berdasarkan atas kesepakatan.

7 D. Koeshartono dan M.F Shellyana Junaedi, Hubungan Industrial, Kajian Konsep dan Permasalahan (Yogyakarta: Universitas
Atmajaya, 2005), hal. 42.
8
Sutton, Antony (1975). FDR and Wall Street (dalam bahasa English). New Rochelle, NY: Arlington
House. ISBN 0-87000-328-3.
Sektor informal berada di luar pasar tenaga terorganisasi. Menurut Rusli Ramli (1985),
sektor informal merupakan suatu pekerjaan yang umumnya padat karya, kurang memperoleh
dukungan dan pengakuan dari pemerintah juga kurang terorganisir dengan baik.
Urip Soewarno dalam Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1979: 39),
menyebutkan jenis-jenis pekerjaan sektor informal sebagai berikut:
1. Angkutan: penarik becak, delman,dan grobak.
2. Perdagangan: pedagang kaki lima, pedagang asongan, makanan, minuman,pakaian,
barang bekas, alat tulis, dan keperluan rumah tangga.
3. Industri pengolahan: membuat makanan dan minuman, industri kayu, dan bahan
bangunan.
4. Bangunan: tukang teraso, kayu, besi, dan batu.
5. Jasa-jasa: tukang jahit, semir sepatu, reparasi arloji, dan radio.
Kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan
tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak. Karena tidak
terorganisir dan tanpa perlindungan negara, maka pekerja informal rawan penindasan dan
pemerasan oleh pemberi kerja (majikan) karena mereka bekerja tanpa Perjanjian Kerja Bersama
(PKB), tanpa standar upah yang layak, dan mayoritas tanpa perlindungan jaminan sosial.
Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), dari 34 juta pekerja yang
aktif melakukan iuran, hanya 3% di antaranya yang bekerja di sektor informal. Saat ini pihak
BPJS Ketenagakerjaan mulai gencar menyasar pekerja informal. Deputi Direktur BPJS
Ketenagakerjaan Wilayah Provinsi Banten Eko Nugriyanto mengatakan, sasaran peserta saat
ini difokuskan pada pekerja informal yang jumlahnya masih di bawah 10 persen. Jumlah
pekerja informal seperti petani, pelaku UKM, pedagang dan lainnya saat ini baru terdaftar
sebanyak 200 ribu orang. Padahal, jika berdasarkan data pekerja yang dimiliki BPJS
Ketenagakerjaan Provinsi Banten untuk di delapan wilayah Kabupaten/Kota ada 2,1 juta.
Menurutnya, penyebab masih minimnya peserta dari sektor informal adalah kurangnya
sosialisasi di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, BPJS Ketenagakerjaan ke depan akan banyak melakukan kerjasama
dengan berbagai lembaga maupun komunitas dan kelompok. targetnya, peserta dari sektor
informal bisa bertambah dan mendapatkan informasi mengenai pentingnya perlindungan diri
dalam jaminan sosial ketenagakerjaan.
Serikat di sektor publik dan swasta

Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang berbeda dengan
sektor swasta. Organisasi sektor publik disebut sebagai entitas ekonomi karena memiliki
sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan sangat besar. Organisasi sektor
swasta adalah suatu organisasi yang segala kegiatannya tidak dikuasai oleh pemerintah.
Terdapat beberapa perbedaan antara organisasi sektor publik dengan organisasi sektor swasta.
Deddi Nordiawan mendefiniskan perbedaan sektor publik dengan perusahaan adalah
sebagai berikut : Tujuan sektor swasta untuk mencari laba atau keuntungan, sedangkan
organisasi sektor publik memiliki tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan. Sumber
pendanaan organisasi sektor swasta didanai melalui hasil operasional perusahaan, investasi dan
para pemegang saham, sedangkan organisasi sektor publik sumber pendanaannya melalui
sumbangan atau donasi yang bersifat sukarela. Organisasi sektor publik, khususnya lembaga
pemerintah harus melakukan aktivitasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Bagi perusahaan sektor swasta bisa memilih aktivitas mana yang akan dilakukan atau produk
apa yang akan dibuat berdasarkan pertimbangan untung rugi.
Fungsi dan Peran Serikat Kerja
• Perlindungan
Menjadi anggota, pekerja terlindungi dari tercabutnya hak hidupnya, dimana
menyediakan perlindungan akan pekerjaan (job security). Serikat pekerja menjamin bahwa
pekerja tidak menjadi korban, dipermainkan, dilecehkan atau diberhentikan dari pekerjaannya
tanpa alasan yang jelas.
• Peningkatan akan kondisi dan syarat kerja
Sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan mengacu pada kebutuhan akan
perkembangan teknologi yang modern dan modern-nya kondisi kerja, serikat pekerja
berusaha keras untuk meningkatkan kondisi dan syarat-syarat kerja dan hidup anggotanya.
• Perjanjian Kerja Bersama
Salah satu peran dan fungsi utama serikat pekerja adalah menjamin kepentingan
anggotanya melalui perjanjian tawar menawar kolektif. Melalui perjanjian tawar menawar
kolektif serikat pekerja berjuang untuk kondisi pengupahan yang lebih baik, kondisi dan
syarat kerja yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik bagi anggota dan keluarganya.
Dan melalui perjanjian tawar menawar kolektif akan banyak pekerja menjadi anggota karena
mereka melihat dan merasakan hal yang baik serta bermanfaat menjadi anggota.
• Menangani keluh kesah anggota
Serikat pekerja mewakili anggotanya yang mempunyai keluh kesah dengan
membantu mereka dalam mencari dan menangani secara wajar dan adil akan permasalahan
dan persoalan yang dimilikinya.
• Menyelesaikan perselisihan
Serikat pekerja harus mempunyai pengetahuan, kemampuan dan sumber-sumber
untuk melakukan negosiasi dan meyelesaikan perselisihan atas nama pekerja.
• Menyediakan manfaat lainnya (untuk kesejahteraan anggota)
Disamping menjamin manfaat yang didapat pekerja dari pengusaha, serikat pekerja juga
menyediakan manfaat lainnya seperti kesehatan, beasiswa, penginapan, rekreasi, asuransi dan
sebagainya, bilamana itu memungkinkan
• Sebagai suara pekerja
Serikat pekerja adalah wakil pekerja dalam menyuarakan dan menyampaikan
pandangan dan permasalahan pekerja serta kondisi sosial saat ini. Karena serikat pekerja
adalah tanpa disadari berusaha untuk mengembalikan nilai-nilai yang telah hilang; keamanan
(security), keadilan (justice), kebebasan (freedom) dan keyakinan (faith). Nilai-nilai tersebut
secara tegas dan melekat pada manusia dimana mereka menemukan martabatnya sebagai
manusia (human dignity) seperti yang dikatakan oleh Frank Tannenbourn dalam “Philosophy
of Labour”.
• Menyediakan sarana komunikasi
Komunikasi adalah sarana yang paling efektif dalam menyampaikan suatu pengetahuan
atau informasi. Komunikasi harus selalu dipupuk dan dikembangkan dalam serikat pekerja
sebagai saran mengadakan hubungan dengan anggotanya, hal itu bisa dilakukan melalui;
pertemuan, jurnal atau bulletin, surat kabar, brosur, fasilitas pendidikan dan personal kontak
antara pengurus dengan anggota.
• Melakukan kerjasama dan menjalin solidaritas dengan pekerja atau serikat pekerja
lainnya baik secara nasional ataupun internasional
Kerjasama dan solidaritas antar sesama pekerja baik secara nasional dan internasional
adalah suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan pengaruh yang lebih luas, hal ini
memungkinkan pekerja menjadi lebih terwakili dan mempertinggi kekuatan yang efektif
dalam menghadapi tekanan.
Kerjasama dan solidaritas serikat pekerja adalah kesempatan untuk pekerja dalam
perwakilan kepentingan secara kolektif menjadi satu, satu suara bulat, berbasis pada
keyakinan akan “divided we fall, united we stand”. Serikat pekerja bisa bergabung dengan
organisasi nasional ataupun internasional, bergabung atau bekerja sama dengan organisasi
internasional seperti PSI - Public Services International atau federasi serikat global lainnya
(Global Union Federations) ataupun dengan ITUC – International Trade Unions
Confederation. Melalui mereka kita akan bergabung bersama dengan jutaan pekerja diseluruh
dunia yang berjuang bagi kepentingan dan hak pekerja. Melalui bergabung dengan organisasi
lain akan mendapatkan manfaat seperti program pendidikan, konferensi, seminar, workshop
ataupun kegiatan lainnya yang diselenggarakan oleh organisasi nasional ataupun internasional.
• Meningkatakan pelaksanaan hubungan industrial untuk menciptakan
keharmonisan hubungan antara pekerja/serikat pekerja dengan
pengusaha/manajemen
Hubungan industrial yang harmonis antara pekerja/serikat pekerja dengan
manajemen/pengusaha bukan hanya suatu slogan atau usaha dari satu pihak saja untuk
mempertahankan tetapi kedua belah pihak. Kita mengingat bahwa pekerja/serikat pekerja-
pengusaha/manajemen adalah hubungan jangka panjang (long-term relationships).
Strategi dan Taktik Serikat Kerja
Demi menjaga serta mempertahankan hak para pekerja yang rentan akan terjadinya
kesewenang-wenangan oleh perusahaan, ada beberapa strategi yang dilakukan oleh serikat
perkerja, diantaranya ialah Perundingan Kolektif. Menurut Byars & Rue, Perundingan
Kolektif adalah proses yang melibatkan kegiatan negosiasi, drafting (persiapan berkas),
administrasi, dan interpretasi atas suatu perjanjian tertulis antara manajemen dengan serikat
pekerja untuk suatu periode waktu tertentu. Tujuan perundingan kolektif adalah untuk
menyusun suatu perjanjian kerja. Perjanjian kerja (labour agreement) menguraikan berbagai
hak, kewajiban, dan tanggung jawab manajemen, karyawan secara individu, dan serikat
pekerja. Terdapat Empat struktur perundingan yang utama, yaitu:
1. Satu perusahaan dengan satu serikat pekerja
2. Beberapa perusahaan berhadapan dengan serikat pekerja.
3. Beberapa serikat pekerja berhadapan dengan satu perusahaan.
4. Beberapa perusahaan yang berhadapan dengan beberapa serikat pekerja
Sebagian besar kontrak perundingan kolektif dilakukan dengan jenis pertama.
Kesepakatan kerjasama sangat penting dalam menciptakan integrasi, dan membina kerjasama
untuk menghindari terjadinya konflik. Serikat karyawan dan buruh sering lebih
mempersilahkan intervensi pemerintah untuk menyelesaikan berbagai masalah hubungan
kerja mereka. Interverensi ini paling tidak dalam bentuk segala perundang-undangan dan
peraturan di bidang perburuhan.
Menurut Mondy & Noe(2005), tidak ada cara untuk memastikan cepat dan dapat
diterima bersamanya hasil negosiasi dalam perundingan kolektif/perundingan bersama. Para
pihak dapat berusaha untuk kemajuan sendiri yang mantap dan hasil yang produktif.
Perundingan bersama adalah kegiatan pemecahan masalah, oleh karena itu diperlukan
komunikasi yang baik. Negosiasi harus dilakukan dalam ruang privasi , bukan di media-masa.
Dalam pelaksanaannya seringkali terjadi kegagalan dalam negosiasi ketika proses
perundingan bersama. Menurut Mondy & Noe (2005), kegagalan dalam negosiasi dapat
diatasi melalui campur tangan pihak ketiga, strategi negosiasi, dan manajemen strategi.
1. Intervensi Pihak Ketiga
Sering kali pihak ketiga ikut berperan untuk memberikan bantuan ketika
perjanjian tidak dapat tercapai dan kedua belah pihak mencapai jalan buntu, yang
dilakukan untuk melanjutkan perundingan. Dua tipe dasar dari intervensi pihak
ketiga adalah mediasi dan arbitrase.
a. Mediasi
Mediasi adalah sebuah proses di mana pihak ketiga yang netral masuk dan
mencoba untuk menyelesaikan perselisihan perburuhan saat terjadi kebuntuan
perundingan kolektif. Dalam mediasi, pihak ketiga yang netral masuk dan
mencoba untuk menyelesaikan perselisihan perburuhan yang mengalami jalan
buntu ketika terjadi proses perundingan bersama. Suksesnya mediasi tergantung
pada tingkat substansial pada bijaksana, diplomasi, kesabaran, dan ketekunan
mediator.
b. Arbitrase
Arbitrase adalah sebuah proses di mana penyelesaian suatu sengketa
adalah melalui pihak ketiga yang tidak memihak untuk mengambil keputusan
yang mengikat. Dalam arbitrasi orang yang menjadi pihak ketiganya disebut
arbitrator, yang mempunyai hak untuk ikut menentukan hasil dari perjanjian
kolektif tersebut.
2. Strategi Serikat untuk mengatasi kegagalan negosiasi
Suatu saat serikat pekerja percaya bahwa negosiasi harus mengerahkan
tekanan yang ekstrim untuk mendapatkan persetujuan dari manajemen agar
menyetujui tuntutan perundingan kolektif, antara lain dengan cara: pemogokan
(mogok kerja), boikot, dan aktivisme.
a) Mogok atau Strike
Pemogokan adalah tindakan yang dilakukan oleh anggota serikat buruh yang
menolak bekerja dalam rangka untuk mengerahkan dan meyakinkan manajemen
dalam negosiasi. Pemogokan atau perhentian produksi dapat mengakibatkan
kehilangan pelanggan dan pendapatan.Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh
yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat
pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.(UURI
No 13 Tahun 2003)
b) Boikot(Boycott)
Boikot adalah penolakan oleh anggota serikat pekerja untuk menggunakan
atau membeli produk perusahaan dimana anggota serikat pekerja tersebut bekerja.
Boikot memberikan tekanan ekonomi pada manajemen, yang efeknya lebih lama
dari itu sebuah pemogokan.
c) Byline Strike
Byline strike adalah menulis di surat kabar dengan menyembunyikan
namanya.
d) Information Picketing
Membagikan selebaran ke luar perusahaan agar masyarakat melihat
masalahnya.
e) Secondary Boycott
Upaya yang dilakukan serikat pekerja untuk mendorong pihak ketiga
melakukan hal yang diinginkan serikat pekerja agar perusahaan merasa tertekan.
Misalnya berupaya agar pemasok dan pelanggan untuk berhenti melakukan bisnis
dengan perusahaan
f) Lockout
Keputusan manajemen untuk mempertahankan karyawan yang keluar dari
tempat kerja dan pihak manajemen berupaya untuk beroperasi dengan orang atau
penggantian merek sementara.

Tantangan dan Hambatan Serikat Kerja

Serikat pekerja atau serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk oleh pekerja untuk
memperjuangkan hak dan kepentingan mereka di tempat kerja. Serikat pekerja sering
dihadapkan dengan berbagai tantangan dan hambatan dalam menjalankan tugas mereka.
Berikut adalah beberapa di antaranya:
Keterbatasan anggota: Serikat pekerja hanya dapat menghasilkan kekuatan dalam
jumlah anggotanya. Jika serikat pekerja memiliki anggota yang sedikit, mereka mungkin tidak
dapat mempengaruhi perusahaan untuk memenuhi tuntutan mereka.
Keterbatasan dana: Serikat pekerja memerlukan dana untuk membiayai operasi mereka,
seperti membayar biaya hukum dan menyelenggarakan kampanye. Jika serikat pekerja tidak
memiliki cukup dana, mereka mungkin tidak dapat melakukan tindakan yang efektif.
Hambatan hukum: Beberapa negara memiliki undang-undang yang membatasi
kegiatan serikat pekerja. Misalnya, beberapa negara melarang serikat pekerja melakukan
pemogokan, membatasi hak mereka untuk membentuk serikat, atau bahkan melarang serikat
pekerja sama sekali.
Oposisi perusahaan: Beberapa perusahaan dapat melakukan tindakan untuk
menghalangi serikat pekerja. Misalnya, perusahaan dapat mempekerjakan karyawan baru
untuk menggantikan karyawan yang menjadi anggota serikat pekerja, atau memberikan
kenaikan gaji dan tunjangan untuk mencegah karyawan bergabung dengan serikat pekerja.
Perbedaan kepentingan: Kadang-kadang, ada perbedaan dalam kepentingan antara
anggota serikat pekerja. Misalnya, beberapa anggota mungkin ingin melakukan pemogokan,
sementara yang lain mungkin ingin menyelesaikan masalah melalui negosiasi. Ini dapat
membuat serikat pekerja sulit untuk mengambil tindakan yang efektif.
Keterbatasan dukungan publik: Serikat pekerja memerlukan dukungan dari masyarakat
untuk mempengaruhi perusahaan dan pemerintah. Namun, jika serikat pekerja dianggap
tidak etis atau kurang populer, mereka mungkin kesulitan memperoleh dukungan dari
masyarakat.
Tantangan dan hambatan ini dapat membuat serikat pekerja kesulitan dalam
melindungi hak dan kepentingan karyawan. Namun, dengan strategi yang tepat dan dukungan
yang kuat dari anggota dan masyarakat, serikat pekerja dapat mengatasi tantangan dan
hambatan tersebut dan mencapai tujuannya.
Berikut adalah penjelasan mengenai kendala dalam pengorganisasian serikat pekerja:
1. Ancaman dan intimidasi dari pihak pengusaha dan pemerintah: Pihak
pengusaha dan pemerintah dapat menggunakan berbagai taktik untuk mengintimidasi
anggota serikat pekerja, seperti ancaman pemecatan, pemutusan kontrak, atau tindakan
hukum. Hal ini dapat membuat anggota serikat pekerja merasa takut untuk bergabung
atau bahkan membatalkan keanggotaannya.
2. Perkembangan teknologi dan perubahan struktur industri: Perkembangan
teknologi dan perubahan struktur industri dapat berdampak pada jenis pekerjaan yang
tersedia dan memengaruhi jumlah karyawan yang dibutuhkan. Hal ini dapat membuat
serikat pekerja sulit untuk mengorganisir karyawan baru dan dapat memperlemah
kekuatan serikat pekerja yang sudah ada.
3. Perubahan tata kerja dan regulasi ketenagakerjaan: Perubahan tata kerja dan
regulasi ketenagakerjaan dapat memengaruhi hak dan kewajiban serikat pekerja.
Perubahan ini dapat membatasi kekuatan serikat pekerja atau mempersulit proses
pengorganisasian.
4. Kendala dalam pengorganisasian: Pengorganisasian serikat pekerja
membutuhkan waktu, usaha, dan sumber daya yang signifikan. Serikat pekerja juga
harus mengatasi kendala seperti keterbatasan anggota, keterbatasan dana, dan
perbedaan kepentingan antara anggota.
Kendala-kendala ini dapat membuat serikat pekerja kesulitan dalam memperjuangkan
hak dan kepentingan karyawan. Namun, dengan strategi yang tepat dan dukungan yang kuat
dari anggota dan masyarakat, serikat pekerja dapat mengatasi tantangan dan hambatan
tersebut dan mencapai tujuannya.
Kesimpulan
Pada akhirnya kita mengetahui pengertian serikat kerja yaitu Serikat pekerja adalah organisasi
yang dapat berperan aktif dalam menciptakan perdamaian pekerja (industrial peace) melalui partisipasi
dalam lembaga koperasi dan negosiasi perjanjian kerja bersama. Peran ini dapat dicapai dengan
mengorganisir pekerja/serikat pekerja yang terkait dengan tingkat perusahaan, tingkat perusahaan
serupa, tingkat regional dan pusat, dan bahkan tingkat federal, dan dalam beberapa kasus
serikat/serikat pekerja di luar negeri.

Bentuk – Bentuk Serikat Pekerja terdapat beberapa bentuk yaitu Serikat industri dan Serikat
dagang, Serikat pekerja formal dan informal, Serikat di sektor publik dan swasta

Fungsi dan Peran Serikat Kerja sebagai berikut: Perlindungan, Peningkatan akan kondisi dan
syarat kerja, Perjanjian Kerja Bersama, Menangani keluh kesah anggota, Menyelesaikan perselisihan,
Menyediakan manfaat lainnya (untuk kesejahteraan anggota), Sebagai suara pekerja, Serikat pekerja
adalah wakil pekerja dalam menyuarakan dan menyampaikan, Menyediakan sarana komunikasi,
Melakukan kerjasama dan menjalin solidaritas dengan pekerja atau serikat pekerja lainnya baik secara
nasional ataupun internasional, Meningkatakan pelaksanaan hubungan industrial untuk menciptakan
keharmonisan hubungan antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha/manajemen

Sekian dari pembahasan kami


Referensi

Sendjun Manullang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia (Jakarta: Cet II, Penerbit
Rineka Cipta), Hlm 2
Ridwan Halim, Hukum Perburuhan dalam Tanya Jawab (Jakarta: Cet II, Ghalia Indonesia, 1990), hlm
11.
Alyosius Uwiyono, Asas-asas Hukum Perburuhan (Jakarta: Cet. II, Rajawali Pers, 2014), hal. 66.
Tia Agustina Faricha, Peran Serikat Pekerja dalam Kesepakatan Kerja Bersama, Skripsi, (Semarang:
Universitas Diponegoro, Indonesia, 2013), hal. 4
Endang Pujiastuti, SH. MH., Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Semarang: University Press 2008),
hal. 9
Henry Simamora. Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
2012), hal. 20.
D. Koeshartono dan M.F Shellyana Junaedi, Hubungan Industrial, Kajian Konsep dan Permasalahan
(Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2005), hal. 42.
Sutton, Antony (1975). FDR and Wall Street (dalam bahasa English). New Rochelle, NY: Arlington
House. ISBN 0-87000-328-3.

Anda mungkin juga menyukai