SERIKAT PEKERJA
Dewasa kini, peran serikat pekerja dengan perusahaan sangat penting. Karena saat ini, kita
menyaksikan semakin kurangnya peran utama negara dalam tanggung jawabnya untuk
mensejahterakn kehidupan rakyat.
Indonesia secara hukum telah mengesahkan Konvensi ILO No. 87/1948 yang bisa
menjadi referensi dasar hukum perlindungan hak berorganisasi dan hak berserikat.
UU No. 21/2000 tentang serikat pekerja/serikat buruh juga memberikan ruang dan
perlindungan pada setiap pekerja untuk mendirikan dan bergabung dengan serikat pekerjanya.
Konvensi ILO No. 98/1949 tentang hak berorganisasi dan hak untuk melakukan perundingan
kerja bersama juga telah diratifikasi, konvensi ini memberikan peran perlindungan yang lebih
luas dan hak serikat pekerja atas nama pekerja untuk melakukan perundingan dengan manajemen
untuk perbaikan dan peningkatan syarat-syarat dan kondisi kerja. Dan hal ini merupakan hal
istimewa, karena hak berunding dengan manajemen hanya dimiliki oleh serikat pekerja bukan
asosiasi profesi.
Serikat pekerja adalah hak melekat bagi pekerja, worker rights is human rights. Mengapa bisa
dikatakan demikian? Deklarasi Universal Hak Asazi Manusia Pasal 23 dengan jelas menyatakan
hak tersebut: ayat (1) Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak bebas memilih pekerjaan,
berhak atas syarat-syarat pekerjaan yang adil dan menguntungkan serta berhak atas perlindungan
akan pengganguran; ayat (2) Setiap orang tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama
untuk pekerjaan yang sama; ayat (3) Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil
dan menguntungkan, yang memberikan jaminan kehidupan yang bermartabat baik dirinya sendiri
maupun keluarganya, dan jika perlu ditambah dengan perlindungan sosial
lainnya; ayat (4) Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikatserikat pekerja
untuk melindungi kepentingannya.
Tentunya hak tersebut dikuatkan dengan Konvensi ILO yang telah diratifikasi (atau
disyahkan) oleh pemerintah Indonesia seperti saya maksudnya diatas. Konvensi ILO No. 87
Tahun 1956 (Freedom of Association and Protection of the Right to Organise) dimana
pemerintah Indonesia telah meratifikasinya melalui Keppres No. 83 tahun 1998. Prinsip dari
konvensi ini adalah memberikan jaminan kebebasan kepada pekerja untuk mendirikan organisasi
serikat pekerjanya dan menjamin bahwa kebebasan tersebut dilindungi tanpa adanya campur
tangan dari institusi public. Sedangkan Konvensi ILO No. 98/1945 tentang Hak Berorganisasi
dan melakukan Perundingan Bersama secara prinsip menguatkan konvensi sebelumnya bahwa
hak pekerja untuk dilindungi dari berbagai tindakan atau undang-undang diskriminatif terhadap
serikat pekerja dan memastikan peningkatan perundingan bersama dan sekaligus
mempertahankan otonomi para pihak dan sifat sukarela dari negosiasi sebagai maksud untuk
menentukan syaratsyarat dan kondisi-kondisi kerja.
Hak berserikat pekerja/buruh dan pengusaha diakui sebagai pelaksanaan hak asasi manusia. Di
Indonesia perkembangan keserikatpekerjaan/buruhan mengalami pasang surutnya, sejak zaman
penjajahan Belanda telah berdiri Serikat Pekerja atau Buruh untuk pekerja/buruh kulit putih.
Awal perjuangan pekerja/buruh pribumi adalah dengan berdirinya Boedi Oetomo tahun
1908 yang kemudian berdiri Serikat Buruh Kereta Api, setelah itu gerakan
pekerja/buruh terus berkembang diantaranya yang dipengaruhi oleh gerakan komunis di
Eropa dan aliran islam. Serikat Pekerja/ Buruh yang telah terbentuk dibubarkan oleh pemerintah
bala tentara Jepang pada tahun 1942.
Setelah proklamasi kemerdekaan sampai tahun 1950, mulai timbul lagi organisasi pekerja/buruh
yang pada mulanya tidak berorientasi politik. Menjelang akhir tahun 1940-an Gabungan Serikat-
serikat Buruh Indonesia (GSBI) yang merupakan visi dari Persatuan Organisasi Buruh (POB)
dan Ikatan Central Organisasi Serikat Sekerja (ICOSS) menjadi organisasi yang beraliran politik.
Pada zaman awal kemerdekaan kita mengenal serikat pekerja/buruh yang sebagian berorientasi
politik. Pada tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an bahkan hampir kita kenal serikat
pekerja/buruh yang perjuangannya tidak semata-mata untuk kepentingan pekerja/buruh tetapi
lebih berorientasi pada perjuangan politik.
Dalam kurun waktu 1950 – 1959 berdiri berbagai organisasi pekerja/buruh, antara 1959 – 1965
gerakan buruh menjadi alat partai politik bahkan hampir semua serikat pekerja/buruh yang ada
berafiliasi kepada partai politik. Dengan demikian perjuangan para pekerja/buruh terabaikan,
karena serikat pekerja/buruh lebih memperjuangkan untuk partai politik yang menjadi induknya.
Setelah gagalnya pemberontakan G 30 S/PKI, maka Serikat Pekerja/Buruh berusaha untuk
menyatukan diri. Pada awalnya mereka membentuk secretariat bersama, pada tahun 1968
sekretariat bersama yang ada ditingkatkan menjadi Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia
(MPBI) yang merupakan awal dari bergabungnya Serikat Pekerja/Buruh yang ada.
Pada tahun 1973 para pimpinan Serikat Pekerja/Buruh yang ada mengeluarkan deklarasi tentang
persatuan Serikat Buruh dan membentuk Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI). Dalam
perkembangannya federasi ini berubah manjadi serikat pekerja yang bersifat monolitik atau
unitaris dalam bentuk serikat pekerja (SPSI) pada tahun 1985. Menyadari bahwa bentuk unitaris
tidak sejalan dengan kebebasan berserikat, maka pada tahun 1995 SPSI berubah menjadi federasi
dari 13 sektor serikat pekerja dengan nama Federasi SPSI.
Didalam era reformasi dimana kebebasan berserikat dan demokratisasi dijunjung tinggi, maka
pemerintah meratifikasi konvensi ILO No. 87 tentang hak berserikat dan perlindungan terhadap
hak berorganisasi. Pada saat ini serikat pekerja/buruh tumbuh dengan pesat dan telah berdiri
tidak kurang dari 205 serikat pekerja/buruh tingkat nasional. Untuk menjamin kebebasan
berserikat juga telah disyahkan UU. No. 21 tahun 2000 tentang serikat pekerja/buruh.
Pada saat ini, kebebasan berserikat secara luas dijamin sepenuhnya, Peraturan perundang-
undangan yang ada memberi kesempatan tumbuh dan berkembangnya kebebasan berserikat yang
praktis tanpa batas.
UUD 1945 menjamin kebebasan berserikat, deklarasi PBB tentang hak asasi manusia (Universal
Declaration Of Human Right) tahun 1948 secara khusus menyebutkan tentang hak berserikat.
Demikian pula ILO mengeluarkan 2 konvensi mengenai kebebasan berserikat, dengan demikian
bangsa Indonesia dan masyarakat memiliki pandangan yang sama tentang kebebasan berserikat
bagi para pekerja/buruh.
2.2 Serikat :
1. Serikat buruh ialah organisasi buruh yang bergabung bersama untuk mencapai tujuan umum
dibidang seperti upah dan kondisi kerja .
2. Serikat ialah perkumpulan,perhimpunan,gabungan,perseorangan,sekutu . Organisasi buruh,diluar
perusahaan yang didirikan oleh para pekerja untuk melindungi atau memperbaiki status ekonomi
dan sosialnya melalui usaha kolektif .
3. Serikat adalah wadah organisasi bagi buruh atau pekerja dalam Ruang lingkup
kerja,tempat,tinggal,kota,nasional dan internasional yang menjadi alat kaum buruh atau pekerja
untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai buruh atau pekerja .
4. Serikat adalah organisasi yang dibentuk dari buruh atau pekerja, oleh buruh atau pekerja,untuk
buruh atau pekerja dilakukang secara bebas dan sukarela,yang bersifat permanen dan
berkesinambungan dalam rangka meningkatkan posisi tawar buruh, guna melindungi dan
memperjuangkan kepentingan atau hak-hak serta aspirasi buruh atau pekerja .
5. Serikat adalah tonggak buruh/pekerja mensuarakan hak-haknya untuk mencapai taraf hidup yang
layak untuk kepentingan orsng banyak / organisasi dan tidak mengguntungkan satu pihak atau
perusahaan .
6. Serikat adalah alat yang digunakan buruh atau pekerja untuk mempertahankan,
melidungi,membela dan memperjuangkan hak-hak kaum buruh/pekerja dari pihak-pihak yang
berkepentingan baik ditingkatkan perusashaan,Negara maupun ditinggkat internasional .
7. Serikat adalah pejuang untuk kesejahteraan buruh atau pekerja, sebagaimana umum hak asasi
manusia perserikatan bangsa-bangsa menyatakan bahwa “setiap orang berhak untuk
mkenjalankan kehidupan yang layak dan berhak atas kebebasan serta keamanan”
Demikian juga dengan aktif menciptakan hubungan industrial yang aman dan harmonis, dapat
dihindari gangguan produksi termasuk penurunan semangat kerja (slow-down) dan pemogokan.
Sebagai yang langsung melakukan tugas secara operasioanal di lapangan, para pekerja melalui
serikat pekerja dapat menyampaikan saran-saran menyempurnakan sistem kerja, termasuk
penyempurnaan organisasi, penggunaan teknologi dan perbaikan kondisi kerja, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan. Dengan peningkatan produktivitas tersebut, terbuka
kesempatan yang lebih luas untuk meningkatkan upah, jaminan sosial dan kesejahteraan pekerja
beserta keluarganya.
3.2 Pembentukan Serikat Pekerja
Pembentukan serikat pekerja di Indonesia telah diatur oleh undang-undang no. 21 tahun 2000
tentang serikat pekerja. sesuai dengan undang-undang tersebut, serikat pekerja dibentuk dari,
oleh dan untuk pekerja di perusahaan secara bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Undang-undang menyatakan
bahwa serikat pekerja disuatu perusahaan dapat didirikan oleh paling sedikit 10 orang pekerja
diperusahaan itu sendiri. Ini juga berarti bahwa seorang pekerja disuatu perusahaan hanya boleh
menjadi anggota satu serikat pekerja di perusahaan yang bersangkutan, tidak boleh menjadi
anggota serikat yang lain di perusahaan yang sama atau di perusahaan yang lain.
Serikat pekerja bersifat bebas berarti pekerja bebas melaksanakan hak dan kewajibannya, tidak
dibawah pengaruh atau tekanan dari pihak lain. Setiap pekerja berhak membentuk dan atau
menjadi anggota serikat pekerja atas kehendak bebas pekerja sendiri tanpa paksaan atau tekanan
pengusaha atau pemerintah atau oleh serikat pekerja sendiri. Pekerja juga bebas untuk tidak
menjadi anggota serikat pekerja.
Serikat pekerja harus terbuka dalam menerima anggota dan atau memperjuangkan kepentingan
pekerja,tidak membedakan menurut aliran politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.
Serikat pekerja mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan organisasi secara mandiri atau
atas kekuatan sendiri, tidak dikendalikan oleh pihak lain diluar organisasi.
Organisasi serikat pekerja harus didirikan secara demokratis. Pemilihan pengurus,
memperjuangkan dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan
prinsip demokrasi. Dalam mencapai tujan dan melaksankan hak dan kewajibannya, serikat
pekerja bertanggung jawab kepada anggota, masyarakat dan negara.
3.3 Perkembangan Serikat Pekerja di Indonesia
1. Perkembangan sebelum kemerdekaan
a. Sebenarnya di Indonesia serikat pekerja sudah dikenal sejak akhir abad ke 19 dimana guru – guru
Belanda di sekolah Belanda mendirikan organisasi yang bertindak sebagai serikat pekerja.
b. Organisasi pekerja yang pertama terbentuk bersamaan dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908
yaitu berdirinya Persatuan Pekerja Kereta Api dan Term (Vereniging Van Spoor en Tramweg Personeel).
c. Pada tahun 1912 dari serikat – serikat pekerja yang ada, Serikat Islam mendirikan Gabungan
Serikat Pekerja maka lahirlah Gabungan Serikat Islam yang pertama di Indonesia.
b. Karena dalam barisan buruh indonesia ini semua aliran tergabung didalamnya maka akhirnya
timbul (golongan) didalam barisan buruh Indonesia.
c. Dalam rangka perjuangan merebut Iriran barat dan diputuskannya secara pihak perjanjian
kembali oleh Indonesia maka banyak perusahaan-perusahaan Belanda diambil alih oleh
Indonesia.
a. Sebagaimana diketahui pemerintah orde baru bertekad untuk melaksanakan pancasila secara
murni dan konsekuen dan disamping itu juga bertekad untuk mengembangkan program
pembangunan yang berencana dan berkelanjutan.
b. Dalam rangka penyatuan dan penyederhanaan organisasi pekerja maka pada tanggal 1
november 1969 terbentuklah MPBI. ada bulan mei tahun 1972 sebagai tindak lanjut dari seminar
yang lalu MPBI mengadakan rapat pleno yang membahas secara mendalam tentang
pembaharuan dan penyederhanaan eksistensi SPSI. Dari sidang itu terbentuklah “ikrar bersama”
yang intinya adalah sebagai berikut:
melakukan pembaharuan struktur gerakan buruh sehingga serikat buruh tetap berfungsi sosial
ekonomis dan berorientasi kepada pembangunan.
c. Dari ikrar MPBI ini pada 20-02-1973 lahirlah “deklarasi persatuan buruh seluruh indonesia”
d. Ada dua hal yang sangat bersejarah dengan lahirnya FBSI tersebut yaitu, : pertama, serikat
pekerja telah berhasil disatukan dalam satu wadah yang selama ini telah menjadi obsesi setiap
pimpinan serikat pekerja. Kedua, serikat pekerja telah berhasil melepaskan diri dari kegiatan
politik dan menjadi serikat pekerja yang profesional dan mandiri.
2. Pembentukan sptp
sptp di bentuk dengan tujuan untuk :
1. Meningkatkan mutu pekerja dan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya.
2. Menciptakan ketenangan kerja dan kelangsungan berusaha.
Sptp dibentuk pada perusahaan yang mempunyai pekerja 25 orang atau lebih dan belum
mempunyai serikat pekerja.
Perkembangan sptp.
Setelah 1 tahun sptp dikembangkan, ternyata mendapat sambutan yang baik dan telah terbentuk
203 sptp, yang tersebar sebagaimana tercantum perkembangan sptp.
a. Pengusaha harus dengan sepenuh hati menerima kehadiran serikat pekerja didalam
perusahaan.
b. Sebelum serikat pekerja dibentuk perlu lebih dulu diadakan penyuluhan kepada seluruh
pekerja mengenai fungsi kegiatan, tujuan dan manfaat serikat pekerja.
Dalam hubungan industrial, baik pihak perusahaan maupun pekerja atau buruh
mempunyai hak yang sama untuk melindungi hal-hal yang dianggap sebagai kepentingannya
masing-masing serta untuk mengamankan tujuan mereka. Pekerja dan pengusaha mempunyai
kepentingan yang sama, yaitu kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan. tetapi hubungan
antara keduanya juga mempunyai potensi konflik, terutama apabila berkaitan dengan persepsi
atau interpretasi yang tidak sama tentang kepentingan masing-masing pihak. Contohnya :
ketidaksesuaian paham antara pekerja dan pengusaha dikarenakan pengusaha memandang
bagaimana mengeluarkan output biaya produksi dan konsumsi seminimal mungkin untuk
mendapatkan masukan yang maksimal, sedangkan disisi lain para pekerja menginginkan
terjaminnya hak-hak dan kepentingan mereka, selaku pekerja yang telah memberikan
sumbangsih kepada perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. jadi, permasalahan yang sering
muncul dalam hubungan industrial adalah menyangkut perselisihan mengenai hak-hak dan
kepentingan masing-masing pihak. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk
menyelesaikan secara adil perselisihan atau konflik yang terjadi.
Menurut UU No. 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan yang dimaksud dengan
perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja atau buruh atau serikat pekerja atau
serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan
perselisihan pemutusan kerja, serta perselisihan antar serikat pekerja yang ada dalam satu
perusahaan.
saran
Serikat pekerja berperan untuk memperjuangkan hak serta melindungi pekerja untuk
mendapatkan haknya, dalam hal ini seharusnya bukan hanya serikat pekerja saja yang berperan
namun pemerintah juga turut serta dalam mengupayakan kesejahteraan untuk para pekerja.
namun hal ini masih terlihat wacana semata, karena pada kenyataannya pemerintah lebih
berpihak ke perusahaan daripada berpihak ke pekerja. untuk kedepannya diharapkan pemerintah
lebih mengupayakan serta menjamin kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Jika hal ini sudah
diupayakan, kesejahteraan pekerja dan kelangsungan perusahaan akan diperoleh.
Daftar pustaka :
Simanjuntak, Payaman (2011). Manajemen Hubungan Industrial (Serikat Pekerja, Perusahaan
& Pemerintah). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
http://ptpn1.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=95%3Alandasan-yuridis-
sejarah-dan-perkembangan-serikat-pekerjaburuh&Itemid=61
http://dwiangghina31207314.wordpress.com/2010/04/16/bab-5-serikat-pekerja/
http://carapedia.com/pengertian_definisi_pekerja_sosial_menurut_para_ahli_info1833.html
http://spcidpp.blogspot.com/2011/02/apa-itu-serikat.htm