ABSTRAK
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang dikenal sebagai Kota Hujan namun secara
perlahan julukan tersebut terganti menjadi Kota Seribu Angkutan Kota. Tingkat Angkutan
Kota yang sangat tinggi dalam beroperasi membuat berbagai permasalahan muncul di Kota
Bogor. Pemerintah harus berupaya mengurangi permasalahan-permasalahan yang
ditimbulkan dari tingginya angka angkutan umum. Peran Banyaknya masyarakat yang
mengeluh terhadap permasalaha yang dtimbulkan oleh angkutan kota membuat Pemerintah
membutuhkan kontribusi dari masyarakat sekitar untuk menjalankan segala rencana-rencana
yang sudah disusun agar berjalan dengan baik. Kolaborasi antara pemerintah dengan
masyarakat diharapkan dapat meemperbaiki sistem angkutan kota di Kota Bogor. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari tingginya jumlah angkutan kota dan
bagaimana pemerintah menyikapi hal tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode
kualitatif.
1. Pendahuluan
Kota Bogor sudah banyak diketahui oleh banyak orang sebagai kota yang mendapat
julukan “Kota Hujan” karena memiliki tingkat curah hujan yang lebih tinggi
pertahunnya dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Tetapi secaa perlahan
sebutan “Kota Hujan” tersebut mulai tergantikan menjadi “Kota 1000 Angkot” yang
disebabkan oleh tingginya jumlah angkutan umum atau masyarakat menyebutnya
dengan sebutan angkot yang selalu memadati setiap jalan Kota Bogor terutama pada
titik-titik yang strategis.
Masyarakat Bogor pada umumnya bergantung pada angkutan umum dengan tujuan
mempermudah segala kegiatannya dalam beberapa faktor. Secara umum, masyarakat
menggunakan angkutan umum untuk berpindah tempat tujuan yang berbeda sehigga
membutuhkan sarana untuk pemindahan tersebut seperti jumlah angkutan umum yang
meledak banyak menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan oleh Pemerintah
setempat.
Pemerintah sendiri tidak dapat menyelesaikan hal ini secara 1 pihak melainkan
membutuhkan konstribusi dari masyarakat untuk mengurangi permasalahan tersebut.
Kepadatan kendaraan di Kota Bogor sudah sangat terasa dengan jumlah angkutan kota
lebih dari 3.400 buah dan memiliki 23 jalur yang berbeda. Hal ini menimbulkan
permasalahan penataan ruang kota yang sangat mengganggu pengguna jalan lainnnya.
Pedagang kaki lima tidak lepas juga memberikan damak terhaap lingkungan sekitar.
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor menvatat bahwa jumlah angkutan
umum di Kota Bogor sudah mencapai 3.421 dengan 23 jalur. Masyarakat mengrahapkan
pemerintah segera melakukan penanganan terkait masalah transportasi yang rumit dan
tidak kunjung selesai karena hal ini berkaitan dengan masalah sosial terutama kesadaran
masyarakat setempat, serta kemauan semua pihak yang terkait untuk saling membantu
dalam meminimalisir kerusakan yang telah terjadi. Kemacetan lalu lintas yang semakin
tinggi akan menimbulkan polusi udara, kebisingan, dan lain-lain perlu dilakukan
pembenahan, pengendalian, dan pengawasan.
Ditinjau dari aspek Manajemen Pengelolaan Trnasportasi, terdapat dugaan bahwa
penataan suatu trayek yang masih berlaku hingga saat ini termasuk dalam cara yang
kurang efektif untuk mengatasi masalah kemacetan yang semakin kompleks. Terdapat
dugaan yang ditinjau dari aspek koordinasi yakni adanya dugaan jika koordinasi petugas
antara pihak Dinas Perhubungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) dengan Satuan
Lalu Lintas termasuk kurang dalam mempengaruhi pergerakan lalu lintas sehingga
menimbulkan masalah kemacetan dan diikuti dengan masalah-masalah lain yang terus
bermunculan setelah kemacetan terjadi. Sedangkan penyediaan dari sarana jalan masih
tergolong kurang efektif untuk menahan volume kendaraan yang begitu banyak sehingga
dapat menimbulkan kemacetan diberbagai titik.
Ditinjau dari segi Prasarana lalu lintas/tranportasi seperti penempatan rambu-rambu
lalu lintas masih dianggap kurang efektif sehingga menimbulkan kemacetan diberbagai
titik, hal seperti ini erat kaitannya dengan ketidak disiplinan dari pengendara/supir
maupun dari pejalan kaki yang masih rendah kesadarannya dalam berlalu lintas, serta
lemahnya sikap mental dan kurangnya memperhatikan hal beretika dalam berlalu lintas.
(Studi, Dinas, Kota, & Losa, n.d.)
2. Kerangka Teori
a. Angkutan Kota
Angkutan kota atau lebih dikenal dengan sebutan Angkot merupakan sebuah
sarana transportasi umum dengan berbagai rute yang sudah ditentukan. Berbeda
dengan bus yang memiliki halte sebagai tempat pemberhentian yang sudah
ditentukan, angkutan kota dapat melakukan pemberhentian untuk mengambil atau
menurunkan penumpang dimana saja tanpa adanya tempat khusus.
Angkutan umum/Angkutan kota dapat berarti sebagai angkutan penumpang
yang dilakukan dengan memberlakukan sistem bayar atau sistem sewa. Angkutan
kota (bus, minibus, dan sebagainya), kereta api, angkutan air serta angkutan udara
merupakan kendaraan-kendaraan yang termasuk ke dalam pengertian angkutan umum
(Warpani, 1990).
Departemen Perhubungan RI (2010) mengemukakan suatu pengertian dalam
seminar yang diadakan oleh Instansinya sendiri dengan memberikan batasan bahwa
suatu transportasi atau pengangkutan merupakan usaha yang bergerak dalam
membawa barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Batasan
yang dikemukakan oleh Departemen Perhubungan RI tersebut seara lebih tegas
dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berisi mengenai lalu
lintas dan angkuta jalan serta memberikan batasan bahwa angkutan jalan adalah
pemindahan barang atau orang yang berasal dari satu tempat dan berpindah ke tempat
lain. Selain itu, Kansil (2015) mengemukakan jika angkutan adalah pemindahan orang
atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu kendaraan.
Telah disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 bahwasanya
angkutan jalan sudah dijelaskan sebagai angkutan pemindahan orang dan atau barang
dari satu tempat e tempat yang lain dengan menggunakan kendaraan. Sedangkan,
kendaraan umum adalah setiap kendaraan yang sudah disediakan dan dipergunakan
oleh umum serta dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang
yang dilayani dengan penggunaan trayek tetap atau teratur dan tidak terkait ke dalam
trayek.
Angkutan Kota mulai diperkenalkan di Jakarta pada akhir tahun 1970-an dan
dimulai dengan nama mikrolet yang bertujuan untuk menggantikan oplet karena saat
itu dianggap sudah terlalu tua dan sering mengalami gangguan mesin sehingga
dianggap dapat mengganggu kelancaran lalu lintas jalan serta mengganggu
kenyamanan pengguna jalan. Nama tersebut dipilih merupakan gabungan dari
“mikrolet” yang merupakan singkatan dari gabungan kata “mikro” yang berarti kecil
dan kata “oplet”. Tarif yang dikenakan untuk penumpang bermacam-macam
tergantung dari jarak yang ditempuh, semakin jauh maka tarif akan semakin naik.
Angkutan kota pada umumnya dapat menampung hingga lebih dari 10 orang.
Kemacetan sendiri juga disebabkan oleh perilaku supir angkutan kota yang gemar
berhenti secara mendadak di sembarang tempat secara tidak teratur atau bahkan
menepi untuk menunggu penumpang dengan jangka waktu yang lama. Jalur angkutan
umum dalam beroperasi dapat diketahui melalui warna atau angka sebagai kod dari
angkutan tersebut, berikut adalah daftar trayek dari angkutan umum Kota Bogor:
3. Pembahasan
2. Angkutan Kota banyak dipilih masyarakat karena tarifnya yang terjangkau bagi
semua kalangan
Apabila angkot dibandingkan dengan transportasi umum roda empat yang
lain seperti taksi, maka angkot merupakan transportasi umum yang jauh lebih
murah. Sebagai perbandingan, jarak dari Botani Square menuju Stasiun Bogor
dengan menggunakan angkot hanya memakan tarif Rp. 4000,- sedangkan jika
menggunakan taksi memakan tarif Rp. 20.000,-. Hal inilah yang membuat angkot
masih banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat.
3. Pemerintah kurang tegas dalam menyikapi Angkutan Kota yang tidak berbadan
hukum dan menyebabkan angkutan kota illegal lebih mudah dioperasikan.
Sebanyak kurang lebih 900 angkutan umum di Kota Bogor pada tahun 2017
belum berbadan hukum dan hal ini menunjukkan kurang tegasnya peran
pemerintah dalam pelaksanaan sebuah aturan jika angkutan umum diharuskan
untuk berbadan hukum sebagaimana aturan yang tertulis dalam Undang-Undang
Nomor 22 tahun 2009 yang dijelaskan oleh Pemerintah Kota Bogor dalam
Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2013 tentan penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan.
Berikut adalah beberapa aturan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 yang mengatur badan hukum jasa angkutan.
4. Faktor Disiplin
Faktor Disiplin merupakan salah satu daktor yang sangat harus diperhatikan
dan sangat berarti dalam mengatasi masalah kemacetan yang sedang terjadi dalam
berlalu lintas. Disiplin adalah suatu tingkah laku dan perbuatan yang sesuai
dengan peraturan dalam organisasi baik dilakukan secara tertulis maupun tidak
tertulis. Disiplin juga dapat dipahami sebagai suatu sikap kewajiban dari
seseorang tau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk melakukan
hal-hal seperti mengikuti/mematuhi segala aturan/keputusan yang sudah
ditetapkan. Selain itu, disiplin juga merupakan sebuah cerminan dari suatu sikap
mental yang diperankan dalam perbuatan atau tingkahlaku perorangan, kelompok
atau bahkan masyarakat yang berupa ketaatan terhadap peraturan atau ketentuan
yang ditetapkan pemerintah atau organisasi/instansi atau etik norma dan kaidah
yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu dan tidak melanggar dari
kaidah-kaidah yang telah dibuat.
Disiplin juga dapat dipahami sebagai suatu pengendalian diri agar tidak
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan berbagai aturan dan ketentuan yang
sudah ditetapkan dan sedang berlaku. Dari pemahaman sebagaimana yang sudah
dijelaskan, maka faktor disiplin dianggap sangat penting dalam mengatasi
masalah kemacetan dalam berlalulintas. Berbagai cerminan dalam berlalu lintas
dapat dilihat melalui berbagai aspek, yaitu:
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah
terjadi dalam norma, etik, dan kaidah yang berlaku di dalam aturan berlalu
lintas.
2. Adanya perilaku yang dikendalikan berdasarkan sikap kedisiplinan
3. Adanya kepatuhan terhadap peraturan disiplin berlalu lintas bukanlah sebagai
sebuah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan perannya dalam
mencapai tujuan yang pada akhirnya setiap orang atau para pengguna jalan
akan mampu mengendalikan, menegakkan berbagai aturan dalam berlalu
lintas.
Dengan demikian, faktor disiplin sangatlah penting untuk dilakukan dan
ditegakkan secara maksimal demi mengurangi masalah kemacetan yang terus
meningkat dan mengganggu kualitas pelayanan. Penegakkan faktor disiplin yang
dilakukan selama ini dari hasil penelitian oleh Dinas Perhubungan antara lain
mengharuskan para petugas untuk selalu mengikuti Apel Pagi dan Apel pada
siang hari. Dari banyaknya hal yang sudah dibahas sebelumnya menunjukkan
bahwa penegakkan disiplin sudah dilakukan sesuai prosedur seperti contohnya
pemberian sanksi bila melakukan pelanggaran di lapangan yakni diberlakukannya
pemberian sanksi yang berat, sedang maupun ringan.
Masalah disiplin tidak hanya diberlakukan dalam suatu Instansi tertentu
tetapi juga dilakukan di luar Instansi yang ada dengan memberlakukan
penegakkan aturan yang harus ditaati di jalan raya.
2. Polusi Udara
Angkutan kota merupakan salah satu transportasi yang memproduksi
gas berbahaya yang dapat berdampak buruk kepada udara segar. Gas
berbahaya tersebut antara lain karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen
oksida, dan sulfur dioksida.
2013 188.469
2014 201.013
2015 215.128
4. . Solusi
6. Saran