Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM SARPRAS DAN OPERASI KA

PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN NASIONAL DENGAN


PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API DI INDONESIA

(DI LUAR WILAYAH JAWA-SUMATERA)

DISUSUN OLEH :

Bich Hanes Bich


NIM D1011171055

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Elsa Tri Mukti, S.T.,M.T.


NIP 197305232000032001

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih Karunia- Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Penyelenggaraan Perkeretaapian Nasional dengan
Pengembangan Jaringan Kereta Api di Wilayah Indonesia (Di Luar Jawa-Sumatera) dengan baik dan
tepat pada waktunya. Saya juga berterima kasih pada Ibu Dr. Elsa Tri Mukti, S.T, M.T selaku Dosen
pengajar dari Mata Kuliah Sistem Sarpras dan Operasi KA.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu saya mengundang para pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun saya, agar
kedepannya saya dapat mengerjakan tugas makalah dengan baik dan benar.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang disusun dapat berguna bagi saya sendiri maupun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan .

Pontianak, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
I.1. Latar Belakang .................................................................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 2
I.3. Tujuan ................................................................................................................................................. 2
BAB II STUDI PUSTAKA .............................................................................................................................. 3
II.1. Transportasi Kereta Api ...................................................................................................................... 3
II.2. Sejarah Kereta Api di Indonesia .......................................................................................................... 4
BAB III DATA DAN ANALISIS .................................................................................................................... 7
III.1. Jaringan Kereta Api di Indonesia ........................................................................................................ 7
III.2. Potensi Pengembangan dan manfaat Kereta Api di Indonesia............................................................. 9
III.3. Rencana Pengembangan Jaringan Kereta Api di Indonesia ............................................................... 12
BAB III KESIMPULAN ................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Transportasi merupakan suatu hal penting yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lain. Hal
ini dikarenakan transportasi sangat bermanfaat pada pertumbuhan semua sektor baik itu ekonomi, jasa,
kesehatan, dan lain lain karena menghubungkan terhadap daerah yang belum terakses dengan
pembangunan atau pembangunannya belum maksimal.
Masyarakat mengharapan sistem informasi yang cepat dan terjangkau. Namun hal tersebut belum
dapat terpenuhi di setiap daerah di Indonesia. Dari berbagai moda transportasi yang ada, kereta api masih
menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat. Transportasi kereta api mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan dengan tranportasi jalan, yaitu kapasitas angkut besar, cepat, aman, hemat energi dan ramah
lingkungan serta membutuhkan lahan yang relatif sedikit. Dibandingkan dengan pesawat, walaupun
sekarang telah banyak penerbangan dengan biaya murah, kereta api dari dulu sudah menjadi sarana
transportasi rakyat yang murah dan cepat.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi
dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan
keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan
potensinya, dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun
internasional untuk menunjang, mendorong dan menggerakkan pembangunan nasional guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain, kereta api merupakan alternatif transportasi darat
saat ini, yang mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah yang besar.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa transportasi dengan menggunakan kereta api merupakan
satu dari moda terpenting untuk transportasi masal orang dan barang. Oleh karena itu, sejak era 1990-an,
pemerintah telah memulai reformasi jalur kereta api, disamping mengembangkan strategi perbaikan
transportasi jalan, pengembangan jalan bebas hambatan, dan ekspansi transportasi udara.
Jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 271.349.889 jiwa berdasarkan data sensus penduduk
2020 yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Dengan jumlah penduduk yang
telah mencapai ±271 juta jiwa per Desember 2020, kebutuhan sarana transportasi masal yang cepat, bebas
hambatan dengan infrastruktur pendukungannya, murah, dan aman adalah hal multak dan menjadi
kewajiban bagi Pemerintah.
Transportasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, satu dari
berbagai bidang tersebut adalah kecepatan pemerataan pembangunan. Apabila distribusi sarana prasarana
transportasi tidak merata di berbagai daerah Indonesia, tentu saja dapat menyebabkan tidak meratanya
pembangunan di berbagai daerah Indonesia. Namun, inilah kebenaran yang ada di wilayah Negara
Indonesia ini. Pemerataan transportasi kereta api jauh dari kata merata. Secara nasional, KAI (Kereta
Api Indonesia), memiliki empat sistem jalur rel kereta yang tidak terhubung pada dua pulau besar, Jawa
dan Sumatera. Meskipun rencana telah dibuat untuk pengembangan rel kereta api di Kalimantan dan
Sulawesi, jaringan rel kereta api saat ini di Indonesia terbatas hanya di pulau Jawa dan Sumatera, itupun
tidak seluruh wilayah Sumatera.
Perkembangan zaman di era sekarang menjadikan transportasi umum mulai ditinggalkan. Orang-
orang lebih memilih mengunakan kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum (Ayosemarang.com
2019). Keterbatasan transportasi umum membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan
pribadi. Padahal dengan adanya transportasi umum dapat mengurangi kemacetan, meningkatkan efisiensi
dan efektifitas distribusi barang, mengurangi polusi, serta menekan harga barang akibat transportasi.
Apabila sarana dan prasarana transportasi semakin baik, maka semakin cepat pemerataan pembangunan
di Indonesia.

1
Dengan kondisi seperti yang telah dijelaskan di atas, inisiatif untuk terus meningkatkan sarana
perkeretaapian harus terus didukung. Pemerintah telah merencanakan pada tahun 2030 mendatang,
Indonesia telah mempunyai rel kereta api sepanjang ± 12.000 km yang tersebar di Pulau Jawa, Bali,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, dan sudah termasuk 3.800 km jalur terelektrifikasi untuk
commuter liner (SMI Insight Triwulan I -2014).

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, adapun rumusan masalah pada makalah ini,
yaitu :
1. Bagaimana kondisi perkeretaapian di Indonesia saat ini?
2. Bagaimana rencana penyelenggaraan perkeretaapian dengan pengembangan jaringan kereta api di
Indonesia, khususnya di wilayah luar Jawa-Sumatera ?

I.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengerjaan makalah ini adalah mengetahui kondisi
perkeretaapian terhadap pemerataan pembangunan di Indonesia saat ini, sehingga dapat diketahui
potensi-potensi pengembangan dan manfaat jaringan kereta api di luar wilayah Jawa-Sumatera. Dengan
memahami potensi-potensi yang ada, dapat diketahui dan dilakukan rencana pengembangan jaringan
kereta api di masa depan untuk mempercepat pemerataan pembangunan di Indonesia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Transportasi Kereta Api
Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. kereta api
merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak
yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (rangkaian dengan kendaraan lainnya).
Kereta api dapat diklasifikasikan menjadi beberapa berdasarkan tenaga penggeraknya, tempat
berjalannya, dan letaknya.
1. Berdasarkan segi produksi atau dari tenaga penggeraknya :
 kereta api uap,
 kereta api diesel,
 kereta api listrik.
2. Berdasarkan segi rel atau tempat berjalannya :
 kereta api konvensional,
 kereta api monorel.
3. Berdasarkan segi letak :
 kereta api permukaan (surface),
 kereta api layang (elevated),
 kereta api bawah tanah (subway).

Sebagai moda transportasi, kereta api memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah
kelebihan serta kekurangan kereta api :

1. Kelebihan
 Jangkauan pelayanan jarak berupa pendek atau sedang atau panjang,
 Penggunaan energy relatif kecil,
 Kehandalan keselamatan lebih baik,
 Kehandalan dalam ketepatan waktu,
 Ekonomis dalam penggunaan ruang untuk jalurnya,
 Polusi dan kebisingan sangat kecil,
 Aksebilitas lebih baik dibandingkan transportasi air dan udara.

Tabel II.1. Perbandingan Konsumsi Energi BBM / km pnp

Keterangan : Apabila diasumsikan menggunakan harga BBM solar pada tahun 2010 sebesar
Rp.4.500,- maka konsumsi energy BBM / km penumpang untuk kereta api hanya sebesar Rp.9,-
lebih kecil dibandingkan dengan bus dan mobil yang masing-masing sebesar Rp.56.26,- dan
Rp.90.00,-.

3
2. Kekurangan
 Memerlukan fasilitas sarana dan prasarana yang khusus,
 Membutuhkan biaya investasi, perawatan dan operasional yang besar,
 Pelayanan barang dan penumpang hanya terbatas pada jalurnya.

II.2. Sejarah Kereta Api di Indonesia


Pada awalnya kereta api di Indonesia muncul karena adanya rasa kesulitan sarana transportasi di
Pulau Jawa ditinjau dari sudut pertahanan dan keamanan serta sudut ekonomi sejak awal ke-19. Pada
masa itu dalam melakukan perjalanan jauh untuk mengangkut hasil perkebunan sebagai produk
kebijaksanaan tanam paksa (Cultur Stelsel), banyak mengalami perampokan, sehingga Kolonel Jhr. Van
Derwijk mengusulkan agar pulau Jawa dibangun alat transportasi baru yaitu Kereta Api, berdasarkan
keberhasilkan di Eropa yang telah mengatasi masalah yang serupa.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, perkeretaapian di Pulau Jawa dimulai dengan
diberikannya hak izin perkeretaapian kepada perusahaan swasta Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatshappij (NISM) pada tahun 1867 untuk membangun jalan rel. Pertumbuhan pembangunan sangat
pesat hingga tahun 1900, dan telah di bangun jalan rel sepanjang 3338 km. Pertumbuhan pembangunan
jalan rel pun terjadi di Sumatera Utara (1886), Aceh (1874), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan
(1914), dan Sulawesi (1922). Pada tahun 1939, panjang jalan kereta api di Indonesia mencapai 6811 km.
Pada masa pendudukan Jepang, beberapa jalan rel di pulau Sumatera dan Sulawesi serta sebagian
lintas cabang di pulau Jawa dibongkar untuk diangkut dan dipasang di Burma (Myanmar). Bahkan
pemindahan jalan rel ini juga disertai dengan diahlikannya sejumlah tenaga kereta api Indonesia ke
Myanmar. Akibat tindakan Jepan tersebut ialah berkurangnya jaringan jalan rel di Indonesia. Data tahun
1999 menunjukkan bahwa panjang rel di Indonesia ialah 4615,918 km yang terdiri dari Lintas Raya
4292,322 km dan Lintas Cabang 323,596 km.
Dalam masa memperjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, kereta api memberikan peranan
yang besar. Kereta api berperan dalam pendistribusian logistik untuk keperluan perjuangan dan mobilisasi
prajurit pejuang maupun tokoh-tokoh penting dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Pengambilalihan
kekuasaan perkeretaapian pun dianggap sangat penting demi kemerdaan, sehingga pada tanggal 28
September 1945 Bangsa Indonesia mengambil alih Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) dari pihak
Jepang.
Pengelolaan kereta api di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Institusi
pengelolaan dimulai dengan nasionalisasi seluruh perkeretaapian oleh Djawatan Kereta Api Indonesia
(DKARI), yang kemudian namanya dipersingkat dengan Djawatan Kereta Api (DKA), hingga tahun
1950. Walaupun begitu, perkembangan dunia kereta api di Indonesia terus berlangsung. Kemampuan
dalam teknologi perkeretaapian juga terus berkembang dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta
apinya.
Pada tanggal 25 Mei 1950 DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).
Selanjutnya Pemerintah Indonesia mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api
(PJKA) pada tahun 1971. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk
menjadi Perusahaan Umum Kereta APi (Perumka) pada tahun 1991. Perumka pada tahun 1998 berubah
menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Hingga saat ini, 2021, masyarakat
Indonesia mengenalnya sebagai PT. KAI (Kereta Api Indonesia). Adapun ringkasan sejarah perusahaan
perkeretaapian di Indonesia dapat di lihat pada Tabel II.1.

4
Tabel II.2. Ringkasan Sejarah Perusahaan Perkeretaapian Indonesia

Periode Perusahaan Dasar Hukum

1864 - 1864 Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) -

1864 - 1864 Staatssporwegen (SS) -

1864 - 1864 Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) -

1864 - 1864 Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) -

1864 - 1864 Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM) -

1864 - 1864 Malang Stoomtram Maatschappij (MS) -

1864 - 1864 Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM) -

1864 - 1864 Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM) -

1864 - 1864 Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) -

1864 - 1864 Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM) -

1864 - 1864 Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS) -

1864 - 1864 Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) -

1864 - 1942 Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) -

1942 - 1945 Rikuyu Sokyoku (Dinas Kereta Api) -

1945 - 1950 Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) Maklumat


Kementerian
Perhubungan No.
1/KA Tahun 1946

1950 - 1963 Djawatan Kereta Api (DKA) Keputusan Menteri


Perhubungan Tenaga
dan Pekerjaan Umum
RI No. 2 Tahun 1950

1963 - 1971 Perusahaan Nasional Kereta Api (PNKA) Peraturan Pemerintah


RI No. 22 Tahun
1963

1971 - 1991 Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) Peraturan Pemerintah


RI No. 61 Tahun
1971

1991 - 1998 Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) Peraturan Pemerintah


RI No. 57 Tahun
1990

5
Periode Perusahaan Dasar Hukum

1998 - sekarang PT Kereta Api Indonesia (Persero) Peraturan Pemerintah


RI No. 19 Tahun
1998
Sumber: https://www.kai.id/

6
BAB III
DATA DAN ANALISIS
III.1. Jaringan Kereta Api di Indonesia
Kualitas transportasi kereta api, sangat dipengaruhi oleh kualitas jaringan dan interkoneksi rel yang
ada. Namun, merupakan sesuatu yang sia-sia apabila suatu negara mempunyai jaringan dan kualitas rel
yang baik, tetapi tidak memiliki operasional kereta yang sama baiknya.
Di wilayah Negara Indonesia memiliki jaringan rel kereta api dan rolling stock-nya yang hampir
seluruhnya dikelola dan dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT. Kereta Api Indonesia
(KAI). Dari pihak swasta, ada PT. Rainlink (Perusahaan patungan PT. KAI dan PT. Angkasa Pura II)
yang merupakan operator kereta api bandara pertama Indonesia di Kualanamu.

Gambar III.1 Peta Jalur Kereta Api di Indonesia (Sumber: https://www.kai.id/)

KAI memiliki empat sistem jalur rel kereta yang tidak terhubung pada dua pulau besar, yaitu Jawa
dan Sumatera. Meskipun rencana telah dibuat untuk pengembangan rel kereta api di Kalimantan dan
Sulawesi, jaringan rel kereta api saat ini di Indonesia terbatas hanya di pulau Jawa dan Sumatera, itupun
tidak seluruh wilayah Sumatera.
Total panjang rel kereta api saat ini adalah ±6.790 km, dengan ±2.122 km atau sekitar sepertiga
dari total panjang rel kereta api tidak beroperasi. Dari rel yang beroperasi tersebut, sekitar ±400 km sudah
dielektrifikasi untuk layanan commuter lokal di Jakarta dan sekitarnya (wilayah Jabodetabek). Panjang
rel sekitar enam ribu kilometer tersebut, sebagian besar adalah ‘warisan’ dari masa penjajahan Belanda.
Sampai saat ini, Pemerintah memang membangun infrastruktur berupa rel baru, namun sebagian besar
adalah double tracking atau merevitalisasi kembali jalur yang sudah ada.

Tabel III.1 Jaringan Rel Kereta Api Indonesia (dalam km)

Sumber : Dirjen Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan

7
Dari tabel tersebut, terdapat fakta menarik yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Grafik III.1. Gambaran Proporsi Jalur Kereta Api di Indonesia

Jawa mempunyai panjang rel kereta sekitar 71% dari total rel kereta yang beroperasi, dengan
populasi sekitar 54% dari total populasi Indonesia dan hanya 7% dari luas daratan Indonesia. Sumatera
mempunyaipanjang rel kereta 22% dari total rel kereta yang beroperasi, dengan populasi sekitar 20%
dari total populasi dan 23% dari luas daratan Indonesia. Sedangkan pulau-pulau lainnya dengan luas
hampir 70% dari luas daratan Indonesia dan 26% dari populasi Indonesia, sama sekali tidak mempunyai
jaringan infrastruktur rel kereta api. Data tersebut memberikan gambaran bahwa infrastruktur
perkeretaapian di Indonesia belum merata, masih banyak penduduk yang mungkin belum merasakan
penggunaan transportasi kereta api.
Ketersediaan panjang jalur kereta yang belum maksimal tersebut ternyata masih mempunyai
masalah, yaitu kualitas rel yang belum merata secara keseluruhan dan di bawah ekspetasi untuk
mendukung agar perekonomian Indonesia bertumbuh pesat. Oleh karena itu, inisiatif untuk terus
meningkatkan sarana perkeretaapian terutama dari segi infrastruktur dan rolling stock, harus terus
didukung.
Selama kurun waktu 70 tahun (1939-2009) terdapat kecenderungan terjadinya penurunan prasarana
jalan kereta api yang dioperasikan. Panjang jalan kereta api yang beroperasi tahun 2009 sebesar 4.684
km, mengalami penurunan sebesar 31,2% dibandingkan tahun 1939. Jumlah prasarana lainnya juga
mengalami penurunan adalah stasiun, turun dari 1.516 stasiun pada tahun 1995/1956 menjadi sekitar 572
stasiun pada tahun 2009. Dari sisi sarana, terdapat kecenderungan penurunan jumlahnya dengan
penurunan rata-rata sebesar 5,2% dari tahun 2004 sampai 2009 (gerbong), tetapi untuk lokomotif Jawa
mempunyai panjang rel kereta sekitar 71% dari total rel kereta yang beroperasi, dengan populasi sekitar
54% dari total populasi Indonesia dan hanya 7% dari luas daratan Indonesia. Sumatera mempunyai
panjang rel kereta 22% dari total rel kereta yang beroperasi, dengan populasi sekitar 20% dari total
populasi dan 23% dari luas daratan Indonesia. Sedangkan pulau-pulau lainnya dengan luas hampir 70%
dari luas daratan Indonesia dan 26% dari populasi Indonesia, sama sekali tidak mempunyai jaringan
infrastruktur rel kereta api. Data tersebut memberikan gambaran bahwa infrastruktur perkeretaapian di
Indonesia belum merata, masih banyak penduduk yang mungkin belum merasakan penggunaan
transportasi kereta api.
Sampai tahun 2013, kualitas jaringan jalur kereta api di Indonesia berada di peringkat 51 dunia
(Dari 144 negara), masih di bawah Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, serta di bawah
sesama Negara Asia lainnya seperti China dan India. Jawa mempunyai panjang rel kereta sekitar 71%
dari total rel kereta yang beroperasi, dengan populasi sekitar 54% dari total populasi Indonesia dan hanya
7% dari luas daratan Indonesia. Sumatera mempunya panjang rel kereta 22% dari total rel kereta yang

8
beroperasi, dengan populasi sekitar 20% dari total populasi dan 23% dari luas daratan Indonesia.
Sedangkan pulau-pulau lainnya dengan luas hampir 70% dari luas daratan Indonesia dan 26% dari
populasi Indonesia, sama sekali tidak mempunyai jaringan infrastruktur rel kereta api. Data tersebut
memberikan gambaran bahwa infrastruktur perkeretaapian di Indonesia belum merata, masih banyak
penduduk yang mungkin belum merasakan penggunaan transportasi kereta api.
Tabel III.2. Sarana Kereta Api Siap Operasi

Sumber : Ditjen Perkeretaapian, 2010

III.2. Potensi Pengembangan dan manfaat Kereta Api di Indonesia


Kementerian Perhubungan terus melakukan berbagai pembangunan infrastruktur transportasi.
Pembangunan ini diprioritaskan untuk wilayah terdepan, terisolasi, dan rawan bencana. Ini merupakan
perwujudan program Nawa Cita untuk membangun Indonesia dari pinggitan. Menteri Perhubungan
(Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan pembangunan ini meurpakan langkah nyata untuk
mewujudkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi nasional, sesuai dengan program Presiden Jokowi.
Sektor transportasi berperan strategis untuk mewujudkan aksesibilitas ke seluruh Indonesia. Akses yang
memadai akan meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat
(Kompas.com, 2017).
UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian telah mendorong peran pemerintah daerah dalam
turut serta menyelenggarakan layanan transportasi di daerahnya. Untuk itu pemerintah daerah harus
secara tepat dan cermat memanfaatkan layanan kereta api semaksimal mungkin bagi pembangunan di
wilayahnya masing-masing. Selama ini, penyelenggaraan perkeretaapian selalu dianggap sebagai urusan
pusat. Namun, sudah saatnya perencanaan dan penyelenggaraannya dibagi kepada pemerintah daerah.
Hal ini berguna untuk mendorong partisipasi pemerintah daerah dalam penyelenggaraan perkeretaapian.
Dapat kita sadari bahwa penyelenggaraan perkeretaapian nasional dari sisi prasarana dan sarana
belum mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini menyebabkan industry dan bisnis perkeretaapian
juga tidak berkembang. Guna mengatasi permasalahan tersebut maka sudah sewajarnya apabila
penyelenggaraan kereta api harus dilakukan reformasi atau ditingkatkan secara menyeluruh dengan
memperhatikan kebutuhan masyarakat dan cita-cita layanan kereta api ke depan.
Kereta api sebagai sebuah layanan transportasi akan tetap mempunyai beberapa keterbatasan
sehingga tidak mampu secara individu memenuhi atau mengikuti kebutuhan transportasi masyarakat.
Untuk memberikan layanan transportasi yang menyeluruh kepada masyarakat maka layanan moda ini
harus terintegrasi dengan layanan moda yang lain, misalnya dengan moda udara, darat, dan air/laut.
Bentuk-bentuk layanan ini harus terus dikembangkan, sehingga layanan kereta api tidak lagi identic
dengan perjalanan antar kota, tetapi akan semakin berkembang menjadi layanan airport railway, urban
transport railway, dan port railway.
Berdasarkan data OD Nasional tahun 2006 (Balitbang Kementerian Perhubungan), dilakukan
kajian terhadap jumlah pergerakan yang mengindikasikan perjalanan orang dan barang menggunakan
kereta api pada tahun 2030 untuk menjadi basis dalam perhitungan kebutuhan prasarana, sarana, SDM,
energy dan investasi pada penyelenggaraan perkeretaapian nasional pada tahun 2030. Hasil kajian

9
perjalanan orang dan barang dengan moda kereta api sebagaimana yang tertera pada Tabel II.5. dapat
dijelaskan bahwa jumlah perjalanan orang pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 929,5 juta org/tahun
yang meliputi perjalanan antar provinsi dan internal provinsi termasuk angkutan perkotaan. Jumlah
perjalanan orang terbesar terjadi pada Pulau Jawa-Bali yaitu sebesar 858,5 juta orang/tahun (92%) dan
sisanya tersebar di provinsi lain. Sedangkan untuk perjalanan barang menggunakan moda kereta api pada
tahun 2030 diperkirakan mencapai 995,5 juta ton/tahun. Perjalanan barang dominan terjadi di Pulau Jawa-
Bali. Pulau di luar Jawa-Bali-Sumatera juga memiliki potensi yang cukup besar untuk perjalanan
penumpang dan barang. Untuk Pulau Kalimantan diperkirakan mencapai 6 juta orang/tahun dan 25 juta
ton/tahun.

Tabel III.3. Prakiraan Jumlah Perjalanan Penumpang dan Barang Menggunakan Moda
Kereta Api Tahun 2030

Target yang ditetapkan sebagai sebuah sasaran penyelenggaraan perkeretaapian nasional harus
bersifat kuantitatif, sehingga dapat digunakan sebagai instrument untuk mengukur keberhasilan
penyelenggaraan maupun pembangunan perkeretaapian nasional di setiap daerah. Adapun target yang
ditetapkan adalah :
“Perkeretaapian nasional memiliki pangsa pasar penumpang sebesar 11-13% dan barang sebesar
15-17% dari total pangsa pasar transportasi pada tahun 2030.”
Prakiraan kebutuhan jaringan kereta api, dapat dihitung berdasarkan kebutuhan panjang minimal
jaringan jalan kereta api (rel) di masing-masing pulau. Hasil perhitungan panjang rel tersebut (Lihat Tabel
II.6.) merupakan panjang rel minimal yang harus terbangun sampai dengan tahun 2030.

Tabel III.4. Kebutuhan Jaringan Kereta Api Terbangun 2030

10
Prakiraan kebutuhan sarana yang harus disedikan dihitung berdasarkan prakiraan jumlah
pergerakan penumpang dan barang dan besarnya modal share kereta api tahun 2030.

Tabel III.5. Kebutuhan Armada Kereta Api Nasional

Kebutuhan kereta api perkotaan di Indonesia dikaji dengan pendekatan bahwa penyediaan
layanannya harus tersedia di kota-kota besar yang mempunyai jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa
atau secara pergerakan internal kota tersebut sudah memerlukan angkutan massal berupa kereta api
perkotaan.

Tabel III.6. Kebutuhan Panjang Jalan Rel Kereta Api Perkotaan Tahun 2030

Tabel III.7. Kebutuhan Panjang Jalan Rel Kereta Api Perkotaan Tahun 2030

11
III.3. Rencana Pengembangan Jaringan Kereta Api di Indonesia
Sasaran pengembangan jaringan dan layanan perkeretaapian yang ingin dicapai tahun 2030 antara
lain :
 Jaringan perkeretaapian nasional mencapi 12.100 km (tersebar di Pulau Jawa-Bali, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) termasuk jaringan kereta api Kota /Perkotaan sepanjang 3800 km.
 Sarana angkutan penumpang dengan jumlah lokomotif 2.840 unit, kereta api antar kota 28.335 unit
dan perkotaan sebanyak 6.020 unit.
 Sarana angkutan barang dengan jumlah lokomotif 1,985 unit dan gerbong 39.645 unit.
Pengembangan pelayanan perkeretaapian ini direncanakan mampu melayani perjalanan
penumpang sebesar 929,5 juta orang/tahun di 15 wilayah perkotaan dan barang sebesar 995,5 juta
ton/tahun.
Kebijakan yang disusun untuk pengembangan pelayanan perkeretaapian nasional, yakni :
1. Meningkatkan keselamatan operasional perkeretaapian dengan membangun budaya safety fisrt dalam
setiap penyelenggaraan perkeretaapian nasional.
2. Meningkatkan peran kereta api sebagai angkutan massal di daerah perkotaan dan layanan angkutan
antar-kota yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan nasional serta akses ke pelabuhan dan bandara
dalam mendukung angkutan barang dan logistic nasional.
3. Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lainnya.
4. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan perkeretaapian.
Adapun program-program utama yang dapat disusun sebagai suatu upaya merealisasikan kebijakan
yang telah ditetapkan khususnya untuk Pulau di luar Jawa-Sumatera:
1. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota
Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota (termasuk kereta api regional) dimaksudkan
untuk mengurangi beban angkutan orang di jalan. Dengan daya angkut yang besar, kereta api antar
kota dapat menjadi moda transportasi utama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan nasional di
pulau-pulau besar ( Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan dan Papua)
2. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api perkotaan
Pengembangan jaringan dan layanan kereta api perkotaan di kota-kota yang penduduknya telah
melebih 1 juta jiwa dimaksudkan untuk mengatasi terganggunya mobilitas masyarakat perkotaan
karena kemacetan yang terjadi pada transportasi darat.
3. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan wilayah pertambangan dan
sumber daya alam
Pengembangan jaringan dan layanan kereta api barang sebagai backbone yang menghubungkan
wilayah pertambangan atau sumber daya alam lain dengan simpul produksi maupun simpul
transportasi nasional dan internasional di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
4. Reaktivasi dan peningkatan jalur kereta api
Peningkatan kapasitas jaringan dan layanan perkeretaapian dalam upaya mewujudkan kereta api
sebagai alat transportasi utama dapat dilakukan dengan mereaktivasi lintas-lintas non operasional
yang potensial serta meningkatkan kondisi jalur perkeretaapian yang ada. Selanjutnya untuk
menunjang pemerataan pembangunan, perlu dikembangkan kereta api perintis yang menghubungkan
daerah baru di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
5. Subsidi angkutan umum dalam bentuk layanan kereta api perintis dan Public Service Obligation (PSO)
Untuk pelayanan angkutan perintis, pemerintah atau pemerintah daerah memberikan subsidi terhadap
selisih tariff yang ditetapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan biaya operasi operator.
Pengembangan kereta api perintis membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah terutama pada
daerah-daerah yang belum tersedia jaringan prasarana KA, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

12
Adapun rencana pengembangan ke depan yang akan dilakukan pada bidang berikut :
A. Angkutan Penumpang dan Barang

Sumber : National Railway Master Plan

Rencana pengembangan jalur kereta api Nasional terbagi dalam empat tahapan dengan jangka
waktu masing-masing tahapan 5 tahun dan fokus yang berbeda di setiap tahapannya. Ada dua target utama
dalam rencana pengembangan jalur kereta api nasional ini, yaitu:
1. Peningkatan market share penumpang yang menggunakan jasa kereta api sebagai sarana
transportasi sebesar 10-20% pada tahun 2015 dan sampai 25% pada 2025.
2. Peningkatan market share angkutan barang dan kargo sebesar 5-10% pada 2020.

Untuk pencapaian target penumpang tersebut, Pemerintah dan PT KAI pada tahap awal dapat
memfokuskan pada peningkatan peran kereta api sebagai transportasi masal dengan konsentrasi pada
jalur utama interkoneksi antar kota besar di Pulau Jawa dengan penggunaan teknologi yang tentu
saja akan memperbaiki layanan dari segi kapasitas, kecepatan, dan keseluruhan layanan. Fokus pada
pengembangan layanan kereta commuter Jabodetabek yang notabene mempunyai pangsa pasar yang
meningkat setiap tahunnya juga dapat dijadikan strategi untuk mencapai target di atas.
Pada segmen angkutan penumpang, ekspansi jaringan dapat mulai dilakukan dengan inisiasi KPS
untuk membangun dan memelihara pelayanan jalur kereta perkotaan (commuter) di beberapa kota
metropolitan Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Ketika jalur interkoneksi dan kualitas pelayanan telah
meningkat, maka akan menciptakan peluang untuk pengangkutan barang dengan volume besar bagi
sektor perkeretaapian, dikarenakan angkutan barang dengan menggunakan truk ataupun kontainer
melalui jalan akan menjadi tidak efisien dilihat dari sisi waktu dan biaya.
Pada segmen angkutan barang, ekspansi jaringan dapat difokuskan pada daerah dengan
potensi sumber daya mineral, seperti Kalimantan dan Sumatera, dan sumber daya pertanian, seperti
Sulawesi dengan cara yang ramah lingkungan, sehingga proses transportasi barang dapat lebih
efektif dan hemat biaya dengan daya angkut yang lebih besar dan presisi waktu yang lebih terukur
apabila dibandingkan dengan angkutan darat lainnya.
B. Perusahaan Pengelola Kereta Api
Untuk mendukung penyelenggaraan perkeretaapian nasional, perusahaan perkeretaapian baru
diharapkan muncul sehingga sektor perkeretaapian dapat terus berkembang dan kompetitif sebagai
satu dari moda transportasi massal. Saat ini perusahaan yang ada adalah :
 PT. KAI (Kereta Api Indonesia)

13
Sebagai badan usaha pengelola perkeretaapian berbendera nasional, PT KAI diharapkan masih
mendominasi dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Dengan keterbatasan sumber daya
baik dari sisi pendanaan, teknologi, maupun sumber daya manusia, rasanya PT KAI harus
menggandeng pihak swasta untuk membangun perkeretaapian Indonesia.
 Private / Special Railway Enterprises
Saat ini telah ada inisiasi jangka pendek dari pihak swasta untuk membangun jalur kereta api
khusus untuk angkutan batubara di Sumatera dan Kalimantan, serta potensi pengembangan rel
untuk angkutan sumber daya mineral lainnya di kedua pulau tersebut. Apabila inisiasi ini
terealisasi, pihak KAI dapat turut serta memberikan pelayanan sebagai operator atau
berpartisipasi dalam hal ini, namun hal tersebut tidak sejalan dengan UU No.23 Tahun 2007
yang justru ingin mendorong pihak swasta untuk lebih aktif dalam sektor ini. Sehingga dalam
hal ini, pihak operator tambang dapat mengoperasikan layanan kereta ini sebagai operator penuh
dengan izin dari Pemerintah dan konsesi yang jelas.

C. Investasi Pihak Swasta

Berdasarkan undang-undang No. 23 Tahun 2007, investor swasta didorong untuk dapat
memperbesar peran pada bidang ekonomi dan lingkungan perkeretaapian di Indonesia dengan
menyediakan pembiayaan dan kemampuan manajemen untuk memperluas cakupan dan kualitas
dalam layanan kereta api. Secara garis besar ada 3 tipe pengembangan dimana pihak swasta dapat
turut serta, yaitu:
 Perbaikan jaringan jalur kereta api yang ada sekarang di bawah manajemen PT KAI,
termasukjalur Jawa dan Sumatera.
 Jalur kereta api yang erat kaitannya dengan pengembangan dan eksplorasi sumber daya
mineral di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
 Jalur kereta api daerah (sub-nasional) yang sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan
konstitusi lokal sebagai perpanjangantangan dari fungsi pemerintah.

D. Regulasi Penyelenggaraan Perkeretaapian

Untuk mendukung pengembangan tersebut, dibutuhkan kerangka kelembagaan yang baik,


sehingga dapat terjadi keseimbangan dalam menentukan kebijakan tentang peran regulasi, fungsi,
dan kewenangan yang sesuai. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
 Struktur regulasi harus didorong oleh struktur pasar industri kereta api. Regulasi yang ada dan
dibuat, harus sesuai dan mengakomodir kebutuhan pasar kereta api di Indonesia. Regulasi yang
ada tidak boleh menghambat ruang untuk berkembangnya pertumbuhan ataupun iklim usaha
perkeretaapian di Indonesia.

 Pasar perkeretaapian harus diijinkan untuk beroperasi secara bebas dan regulasi berkaitan dengan
kebijakan ekonomi pendukungnya harus jelas untuk memitigasi kegagalan pasar. Hal ini
dibutuhkan agar konsumen terlindungi serta mengedepankan sistem transportasi yang efisien dan
inovatif.

 Sistem keselamatan pengoperasian kereta api harus dipertahankan dan terus diperbaiki melalui
penegakan standar kualitas operator, infrastruktur, dan rolling stock.

 Biaya yang seminimal mungkin.

14
BAB IV

KESIMPULAN

Ketersediaan panjang jalur kereta belum maksimal dan masih mempunyai masalah, yaitu kualitas rel
yang belum merata secara keseluruhan dan di bawah ekspetasi untuk mendukung agar perekonomian Indonesia
bertumbuh pesat. Oleh karena itu, inisiatif untuk terus meningkatkan sarana perkeretaapian terutama dari segi
infrastruktur dan rolling stock, harus terus didukungKualitas transportasi kereta api, sangat dipengaruhi oleh
kualitas jaringan dan interkoneksi rel yang ada. Namun, merupakan sesuatu yang sia-sia apabila suatu negara
mempunyai jaringan dan kualitas rel yang baik, tetapi tidak memiliki operasional kereta yang sama baiknya.
Jawa mempunyai panjang rel kereta sekitar 71% dari total rel kereta yang beroperasi, dengan populasi
sekitar 54% dari total populasi Indonesia dan hanya 7% dari luas daratan Indonesia. Sumatera
mempunyaipanjang rel kereta 22% dari total rel kereta yang beroperasi, dengan populasi sekitar 20% dari total
populasi dan 23% dari luas daratan Indonesia. Sedangkan pulau-pulau lainnya dengan luas hampir 70% dari
luas daratan Indonesia dan 26% dari populasi Indonesia, sama sekali tidak mempunyai jaringan infrastruktur rel
kereta api. Data tersebut memberikan gambaran bahwa infrastruktur perkeretaapian di Indonesia belum merata,
masih banyak penduduk yang mungkin belum merasakan penggunaan transportasi kereta api.
Berdasarkan data OD Nasional tahun 2006 (Balitbang Kementerian Perhubungan), dilakukan kajian
terhadap jumlah pergerakan yang mengindikasikan perjalanan orang dan barang menggunakan kereta api pada
tahun 2030. Sehingga diperoleh jumlah perjalanan orang pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 929,5 juta
org/tahun yang meliputi perjalanan antar provinsi dan internal provinsi termasuk angkutan perkotaan. Jumlah
perjalanan orang terbesar terjadi pada Pulau Jawa-Bali yaitu sebesar 858,5 juta orang/tahun (92%) dan sisanya
tersebar di provinsi lain. Sedangkan untuk perjalanan barang menggunakan moda kereta api pada tahun 2030
diperkirakan mencapai 995,5 juta ton/tahun. Perjalanan barang dominan terjadi di Pulau Jawa-Bali. Pulau di
luar Jawa-Bali-Sumatera juga memiliki potensi yang cukup besar untuk perjalanan penumpang dan barang.
Untuk Pulau Kalimantan diperkirakan mencapai 6 juta orang/tahun dan 25 juta ton/tahun.
Sasaran pengembangan jaringan dan layanan perkeretaapian yang ingin dicapai tahun 2030 antara lain :
 Jaringan perkeretaapian nasional mencapi 12.100 km (tersebar di Pulau Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua) termasuk jaringan kereta api Kota /Perkotaan sepanjang 3800 km.
 Sarana angkutan penumpang dengan jumlah lokomotif 2.840 unit, kereta api antar kota 28.335 unit dan
perkotaan sebanyak 6.020 unit.
 Sarana angkutan barang dengan jumlah lokomotif 1,985 unit dan gerbong 39.645 unit.
Adapun program-program utama yang dapat disusun sebagai suatu upaya merealisasikan kebijakan yang
telah ditetapkan khususnya untuk Pulau di luar Jawa-Sumatera:
1. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota
2. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api perkotaan
3. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan wilayah pertambangan dan sumber
daya alam
4. Reaktivasi dan peningkatan jalur kereta api
5. Subsidi angkutan umum dalam bentuk layanan kereta api perintis dan Public Service Obligation (PSO)

15
Adapun rencana pengembangan ke depan yang akan dilakukan pada bidang berikut :
A. Angkutan Penumpang dan Barang

B. Perusahaan Pengelola Kereta Api

C. Investasi Pihak Swasta

D. Regulasi Penyelenggaraan Perkeretaapian

16
DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, Adib Auliawan. 2019. Kenapa Kita Harus Naik Kendaraan Umum ? Ini Jawabannya.
https://ayosemarang.com/read/2019/12/17/49038/kenapa-kita-harus-naik-kendaraan-umum-ini-
jawabannya
Kementerian Perhubungan Ditjen Perkeretaapian. RIPNAS 2030.
https://ppid.dephub.go.id/
Maulana, Algifakhri B. Perencanaan Stasiun Kereta Api Pontianak di Kecamatan Ambawang dengan
Pendekatan Perancangan Santiago Calatrava. Jurnal Online Mahasiswa Arsitektur Universitas
Tanjungpura.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmarsitek/article/download/24941/75676576298
Mukti, Elsa Tri. Pengantar Rekayasa Jalan Rel. Program Studi Teknik Sipil Universitas Tanjungpura
Mukti, Elsa Tri. Sejarah Kereta Api Indonesia. Program Studi Teknik Sipil Universitas Tanjungpura
Mukti, Elsa Tri. Moda Kereta Api. Program Studi Teknik Sipil Universitas Tanjungpura
KAI (Kereta Api Indonesia). Sejarah Perkeretaapian. PT. Kereta Api Indonesia
https://www.kai.id/
SMI (Sarana Multi Infrastruktur). 2014. SMI’s Insight-Triwulan I. PT. Sarana Multi Infrastruktur.
https://www.ptsmi.co.id/wp-content/uploads/2015/10/SMIs_Insight_Triwulan_I_2014_Kereta_Api.pdf

Anda mungkin juga menyukai