Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

HUKUM PERIZINAN

Nama Anggota :
Bagas Fitramuladi (1824004)
Riska Gusti Dwi Permadani (1824005)
Elvira Risna Damayanthi (1824052)
Maria Mahayanie Puttirulan (1824067)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan malakah yang
berjudul :“Perizinan ”. Untuk terwujudnya makalah ini penulis sangat berterima
kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan makalah ini sehingga dapat diselesaikan sesuai rencana.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan mata
kuliah Hukum Administrasi Negara . Selain itu, makalah ini didekasikan kepada
seluruh pihak yang peduli akan pentingnya Perizinan yang digunakan untuk
mendirikan bangunan.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis
berharap makalah ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Penulis
mengharapkan kritik dan saran akan makalah yang telah disusun ini, agar
kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Malang, 16 Desember 2019


Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Perizinan..................................................................................3
2.2 Permasalahan Dalam Perizinan................................................................4
2.3 Contoh Kasus Surat Perizinan..................................................................5
2.4 Penyalahgunaan wewenang tentang perizinan.......................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................11


3.1 Kesimpulan...............................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Perizinan, Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara


yang diterapkan dalam peraturan berdasarkan prosedur dan persyaratan
sebagaimana ketentuan perundang-undangan. Hal ini menjadikan persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Dari masyarakat hingga pejabatpun, berkutat dengan
perizinan, karena perizinan berkaitan dengan kepentingan yang diinginkan oleh
masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya agar mendapat persetujuan atau
legalitas dari pejabat negara sebagai alat administrasi didalam pemerintahan suatu
negara. Sebagai bentuk dari suatu kebijakan tentunya izin tidak boleh
bertentangan dengan suatu perundang-undangan serta norma-norma didalam
masyarakat.

Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik. Pada
satu sisi masyarakat mempengaruhi penguasa dalam menjalankan tugasnya, dan
pada sisi lain penguasa memberi pengaruh tertentu pada masyarakat. Untuk
mengatur ketertiban bagi masyarakat, maka pemerintah diberi wewenang untuk
membuat peraturan. Peraturan tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat,
artinya ketika suatu kegiatan tertentu menginginkan suatu pengaturan, maka tugas
pemerintah adalah membuat peraturan yang akhirnya dituangkan secara tertulis
dan dibuat oleh organ yang berwenang, sehingga lazim disebut dengan peraturan
perundang – undangan.

Yang dimaksud dengan peraturan perundang – undangan disini adalah setiap


peraturan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh lembaga atau
pejabat negara yang mempunyai ( menjalankan ) fungsi legislative sesuai cara
yang berlaku, salah satunya dengan pemberian izin.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Perizinan?
2. Permasalahan apa saja yang muncul dilapangan dalam Perizinan?
3. Contoh Kasus yang berkaitan dengan Perizinan dan analisis ?
4. Bagaimana peran HAN dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang
tentang perizinan?
1.3 Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai perizinan serta manfaat


dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.
2. Bagaimana Mahasiswa diharapkan bisa memberikan solusi terkait
masalah yang sering terjadi didalam Perizinan.
3. Dan diharapkan pula informasi ini dapat menjadi referensi dalam
pembelajaran Hukum Administrasi Negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perizinan

Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan sutau


perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut,WF prince
mengatakan bahwa dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang meyebabkan
suatu peraturan perundangundangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang
istimewa.

Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarkan suatu
perusahaan,lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan
seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa.

Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar


dimana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu
menjadi tugas dari pemerintah,tetapi oleh pemerintah diberikan hak
penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat
pemerintah.

Izin menurut sjahran basah adalah perbuatan hukum administrasi Negara


bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkrit berdasarkan
persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Oleh karena itu, merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta


lisensilisensi disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas
pada konsensionaris. Konsesi tidak mudah diberikan oleh karena banyak bahaya
penyelundupan, kekayaan bumi dan kekayaan alam negara dan kadang-kadang
merugikan masyarakat yang bersangkutan. Wewenang pemerintah diberikan
kepada konsensionaris walupun terbatas dapat menimbulkan masalah pilitik dan
social yang cukup rumit, oleh karena perusahaan pemegang konsesi tersebut dapat
memindahkan kampong, dapat membuat jaringan jalan, listrik dan telepon,
membentuk barisan keamanan, mendirikan rumah sakit dan segala sarana lainnya.

Beberapa peraturan perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah:

1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diatur oleh Perda, oleh Dinas Pekerjaan
Umum atau Dinas Tata Kota.
2. Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT), diatur dengan keputusan
Walikota/Bupati dibantu Kantor Pertanahan atau Kantor Agraria,
Tujuannya mengarahkan dan mengendalikan aktifitas perubahan tanah
(misalnya tanah yang dianggap tidak produktif)
3. Izin Tempat Usaha /HO, batas-batas tempat usaha
4. Izin Tebang Kayu dan pengangkutannya,untuk mencegah bahaya bagi
lingkungan; dengan cara mengajukan izin kepada Kepala Desa atau
Pemerintah Setempat (Retribusi)
2.2 Permasalahan Dalam Perizinan

Hasil yang dilakukan Bank Dunia (2006-2008) di beberapa daerah di


Indonesia terhadap pelaku usaha tentang kondisi perizinan di Indonesia
menggambarkan hal yang sama dengan data-data angka yang ditampilkan Doing
Business (Bank Dunia). Beberapa komentar pelaku usaha dan menjadi masalah
utama perizinan di Indonesia antara lain:

1. Waktu pengurusan izin relatif lama, karena proses yang berbelit-belit dan
menyangkut banyak lembaga teknis.
2. Biaya yang relatif tinggi karena proses yang panjang dan tidak transparan
sehingga terbuka peluang untuk terjadinya pungutan liar.
3. Tidak ada kejelasan baik biaya maupun waktu penyelesaian.

Hal ini yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak pernah
berhasil, karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas dalam
pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.

Ada tiga level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik,


pertama kebijakan (peraturan perundang-undangan), apakah kebijakan dalam
pemberian pelayanan publik sudah benar-benar ditujukan untuk kepentingan
masyarakat; kedua, kelembagaan, apakah lembaga-lembaga yang dibentuk
pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau hanya berdasar pada
kebutuhan eksistensi lembaga-lembaga di daerah agar tidak dilakukan likuidasi
lembaganya termasuk juga kepentingan-kepentingan politis yang sangat kental
terutama ketika masuk dalam pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber
daya manusia, apakah sumber daya manusia yang memberikan pelayanan juga
memerlukan kecakapan-kecakapan tertentu, karena saat ini telah terjadi berbagai
perubahan dimana masyarakat juga memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
yang lebih baik, maka administrasi negara tidak bisa bertindak hanya berdasar
pada perintah atasan, namun tuntutan masyarakat juga menjadi bagian penting.

Sebenarnya jika pelayanan publik di Indonesia khususnya bidang perizinan


bisa berjalan sesuai Undang-Undang yang berlaku maka dapat menunjang
perekonomian di Negara Indonesia sendiri.
2.3 Contoh Kasus Surat Perizinan

19 September 2019

Ribet! Begini Syarat dapat IMB di DKI Jakarta

Jakarta, CNBC Indonesia - Persoalan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


yang jadi kewenangan pemerintah daerah menjadi sorotan pemerintah pusat.
Kementerian Agraria Tata Ruang (ATR) ingin menghapus soal IMB karena
dianggap menghambat investasi. Persoalan kemudahan berusaha di Indonesia
memang terus jadi sorotan.

Laporan Jakarta Property Institute, mengungkapkan menurut laporan World


Bank, kemudahan menjalankan bisnis di Indonesia pada tahun 2017 memang
meningkat 15 peringkat dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2016, Indonesia menempati posisi 106 dari 189 negara, sedangkan
pada tahun 2017 naik ke peringkat ke-91. Pada  2019 naik jadi peringkat ke-73.
Jauh membaik dibandingkan 2014 yang berada di peringkat 120. Namun, ada
salah satu masalah kemudahan berbisnis adalah pengurusan izin konstruksi. 
Dalam kasus DKI Jakarta, punya peraturan gubernur (Pergub) 129 Tahun
2012 tentang IMB. Pada Pergub ini mengatur soal proses penerimaan berkas
IMB untuk Rumah Tinggal, kecuali terletak di kompleks (Real Estat) adalah di
Loket PTSP di kantor Kecamatan setempat.

Penerimaan berkas dan proses penerbitan IMB Bangunan Rumah Tinggal


yang terletak di Kompleks / Real Estat dan Bangunan Umum dengan ketinggian
sampai dengan 8 lantai adalah di Loket PTSP di kantor Walikota Kota
Administrasi setempat.

Sedangkan untuk Penerimaan berkas dan proses penerbitan IMB Bangunan


Umum dengan ketinggian 9 lantai atau lebih, adalah di loket BPTSP Provinsi DKI
Jakarta.

Dalam laporan Jakarta Property Institute, mengungkapkan beberapa


hambatan dalam mengurus IMB justru terjadi saat memenuhi persyaratan untuk
mendapat SP3L, SIPPT, KRK, rekomendasi-rekomendasi teknis, peil banjir,
surat-surat persetujuan, analisa dampak lalu lintas (andalalin) dengan dinas-dinas.

Berikut daftar persyaratan IMB di DKI Jakarta untuk Izin Mendirikan


Bangunan Kelas A IMB Pondasi (Untuk bangunan gedung lebih dari 8 lantai
dan/atau luas bangunan diatas 2000 m2 ; Pondasi dalam lebih dari 2 meter).

Setidaknya ada 21 syarat utama yang harus dipenuhi, tapi setiap syarat
mencantumkan syarat-syarat turunannya.

1. Surat permohonan yang didalamnya terdapat pernyataan kebenaran dan


keabsahan dokumen & data diatas kertas bermaterai Rp 6.000.
2. Surat kuasa yang di tandatangani bersama jika nama yang tertera di sertipikat
lebih dari 1 (satu)
3. Indentitas Pemohon/Penangung Jawab
 WNI : Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan NPWP (Fotokopi)
 WNA : Kartu Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau VISA / Paspor
(Fotokopi)
4. Jika dikuasakan
 Surat kuasa di atas kertas bermaterai RP 6.000 dan KTP orang yang diberi
kuasa
 Jika Badan Hukum / Badan Usaha
 Akta pendirian dan perubahan (Kantor Pusat dan Kantor Cabang, jika
ada) (Fotokopi)
 SK pengesahan pendirian dan perubahan (Fotokopi) yang dikeluarkan
oleh :
 Kemenkunham, jika PT dan Yayasan
 Kementrian, jika Koperasi
 Pengadilan Negeri, jika CV
 NPWP Badan Hukum (Fotokopi)
 Jika Lembaga/ Kementrian/ SKPD/ BUMN / BUMD
 Surat Keputusan (SK) Pendirian Badan Usaha dari Instansi Pemerintah
apabila merupakan
 BUMN/BUMD
 SK Pengangkatan penanggung jawab dari SKPD/Kementrian
5. Surat Pernyatan tanah tidak sengketa di atas kertas bermaterai Rp 6.000.
6. Surat pernyataan GPA yang diajukan dalam permohonan IMB Pondasi
sesuai dengan GPA terakhir yang telah disahkan, dengan menyebutkan nomor
dan tanggal Pengesahan GPA (bermaterai)
7. Surat pernyataan kesanggupan membayar retribusi dan/atau denda
(bermaterai)
8. Bukti Kepemilikan Tanah, dapat berupa salah satu surat sebagai berikut
 Sertifikat tanah;
 Fotokopi Sertipikat Hak Milik/Sertipikat Hak Guna Bangunan/Sertipikat
Hak Pakai /Sertipikat Hak Pengelolaan (pengecekan legalisasi oleh
petugas di dalam website https://ptsp.atrbpn.go.id) disertai lampiran
gambar situasi lahan yang utuh dan jelas, apabila terdapat perbedaan
antara nama pemohon dengan yang tertera pada Sertipikat tanah maka
dilampirkan AJB (Maksimal 2 kali pergantian kepemilikan), atau akta
perjanjian kerjasama notarial atau sejenisnya.
 Surat kavling dari Pemerintah Daerah melalui Walikota atau instansi lain
yang ditunjuk Gubernur dan diketahui oleh instansi yang berwenang dan
harus melampirkan surat pernyataan bahwa tanah yang dikuasai dan/atau
dimiliki tidak dalam sengketa dari pemohon diketahui oleh Lurah
setempat.
 Surat Keputusan Pemberian Hak Penggunaan Atas Tanah oleh pejabat
yang berwenang dari instansi pemerintah yang menguasai tanah tersebut
 Surat Persetujuan/Penunjukan Gubernur/Walikota untuk bangunan
gedung bersifat sementara, bangunan gedung di atas/bawah prasarana,
bangunan gedung di atas/bawah air atau bangunan gedung khusus dan
penampungan sementara;
 Rekomendasi dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
DKI Jakarta atau Kantor Pertanahan setempat;
 Surat Pernyataan dari instansi pemerintah khusus untuk bangunan gedung
milik Pemerintah.
 Surat Keterangan Aset dari BPAD Provinsi DKIJakarta atau KIB (Kartu
inventaris barang) apabila lahan yang dimiliki tidak memiliki sertipikat
tanah dan merupakan lahan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
 Jika terdapat perbedaan identitas/alamat antara permohonan dengan bukti
kepemilikan tanah, maka di lengkapi dengan surat keterangan lurah
(PM.1)
 Jika nama yang tertera pada bukti kepemilikan tanah sudah meninggal
dunia, maka diperlukan surat
 Pernyataan Ahli Waris yang diketahui Lurah dan Camat (Fotokopi yang
dilegalisasi lurah)
 Fotokopi dokumen pendukung/surat perjanjian tertulis (jika pemohon
bukan pemegang hak atas tanah)
9. Peta/ikhtisar tanah (apabila surat tanah lebih dari 3)
10. Bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir
sebelum jatuh tempo (Fotokopi).
11. Asli surat penyataan persetujuan warga sekitar (form terlampir)
12. IPTB (Izin Pelaksana Teknis Bangunan) atas nama penanggung jawab
 Fotokopi legalisir IPTB arsitektur
 Legalisir asli IPTB konstruksi
 Legalisir asli IPTB geoteknik
13. Ketetapan Rencana Kota (KRK) Asli (2 set)
14. Gambar Perencanaan Arsitektur (GPA) yang telah disahkan (Fotokopi)
15. Gambar, perhitungan, dan laporan konstruksi, serta laporan
penyelidikan tanah (jika sudah sesuai ketentuan teknis yang berlaku,
diperlukan sebanyak 3 set)
16. Perizinan lain yang berkaitan (Fotokopi)
 Izin Lingkungan
 Kelayakan Lingkungan Hidup
 Izin Dewatering (jika terdapat basement)
 Izin Peil Lantai Bangunan
 Izin lain yang telah dimiliki (jika ada)
17. Fotokopi SIPPT/IPPR (Surat Izin Penujukan Penggunaan Tanah) yang
masih berlaku, jika :
 Luas tanah ≥ 5.000 m2;
 Tanah bukan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta;
 Tanah bukan milik BUMD Provinsi DKI Jakarta yang tidak
dikerjasamakan dengan pihak swasta;
 dan Ketentuan pengecualian lainnya.
18. Dokumen Perencanaan Anggaran (DPA), jika menggunakan dana
APBD/APBN (Fotokopi)
19. Bukti pembayaran SKRD atas izin yang telah dimiliki (jika ada)
(Fotokopi)
20. Surat Lulus Sidang TABG-AP, Jika Ada
21. Surat lulus TABG-SG Struktur Bawah (jika lebih dari 8 lantai)
(Fotokopi)

Penulis : Suhendra

Sumber : CNBC Indonesia


Analisa :

Kasus rumitya pembuatan Surat Izin usaha marak terjadi di daerah Perkotaan
maupun Kabupaten salah satunya di Jakata. Perubahan alih fungsi lahan menjadi
pusat kegiatan Perdagangan mengakibatkan banyaknya persyaratan yang harus
dilengkapi. Sehingga banyak masyarakat yag melalaikan Surat Perizinan
Pendirian Bangunan.

Dalam kasus ini merugikan nilai dari Kota itu sendiri. Pendirian bangunan
yang semerawut, macet, Banjir, serta dampak lain akibat alih fungsi lahan
pendirian bangunan tanpa Izin. Banyak orang melalaikan Surat Perizinan
pendirian bangunan dikarenakan rumitnya persyaratan yang diperlukan dalam
Surat Perizinan Usaha maka dari itu banyak yang melalaikan Surat Perizinan itu
sendiri.

Maka dari itu perlunya pemerintah memudahkan persyaratan Surat


Perizinan pendirian bangunan agar tidak adanya alih fungsi lahan yang di lakukan
masyarakat secara semena-mena.
2.4 Penyalahgunaan wewenang tentang perizinan

Disini HAN itu perlu berfungsi untuk Melakukan kontrol terhadap jalannya
insrumen-instrumen pemerintah seperti badan-badan milik pemerintah dan
pejabat-pejabat pemerintah yang melakukan pelanggaran baik itu pencurian atau
penyalahgunaan wewenangnya yang dimana akan menyinggung perlindungan
bagi subyek hukum yang dirugikan oleh negara maupun person yang mewakili
negara dan perlindungan hukum dalam HAN.

Kebebasan Pemerintah menggunakan wewenang paksaan pemerintahan ini


harus dibatasi oleh asas-asas umum pemerintahan yang layak seperti : Asas
kecermatan,asas keseimbangan,asas kepastian hukum dsb.

Jadi ketika pemerintahan menghadapi suatu kasus pelanggaran kaidah hukum


administrasi negara, misalnya pelanggaran ketentuan perizinan, pemerintah harus
mengunakan asas kecermatan, asas kepastian hukum,atau asas kebijaksanaan
dengan mengkaji secara cermat apakah pelanggaran izin tersebut bersifat
subtansial atau tidak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan


Hukum Perizinan merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta
lisensi-lisensi disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas
pada konsensionaris.

Beberapa peraturan terkait perizinan yang dikeluarkan pemerintah seperti izin


mendirikan bangunan, Izin perubahan penggunaan tanah, Izin tempat usaha, Izin
tebang kayu memiliki tata cara yang berbeda untuk memperoleh izinnya.

Terkait permasalahan perizinan. sering dijumpai dalam membuat perizinan,


orang atau badan hukum yang membuat perizinan menngalami beberapa kendala
seperti : Waktu pengurusan izin relatif lama, Biaya yang relatif tinggi, Tidak ada
kejelasan baik biaya maupun waktu penyelesaian. Hal ini karena adanya pelaku
birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas dalam pelayanan publik, terlebih
khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.

Disini Peranan Hukum Administrasi Negara (HAN) dalam mengatasi


permasalahan perizininan ialah dalam melakukan kontrol terhadap jalannya
istrumen-instrumen pemerintah seperti badan-badan milik pemerintah dan
pejabat-pejabat pemerintah. Berdasarkan berbagai yurispundensi di negeri
Belanda atau peraturan undang-undang di Indonesia, tampak bahwa pelaksanaan
paksaan pemerintah adalah wewenang yang diberikan undang-undang kepada
pemerintah yang bersifat bebas, dalam arti pemerintah diberi kebebasan untuk
mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah mengunakan
bestuursdwang atau tidak atau bahkan menerapkan sanksi lainnya.
3.2 Saran

Disini penulis memberi saran agar pemerintah dalam menangani


permasalahan-permasalahan terkait perizinan tidak terjadi atau meminimalisir
pelanggaran terkait perizinan :

1. Mengurangi atau bila perlu meringankan dan menghilangkan sama sekali


biaya pengurusan perizinan.
2. Perlunya dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan di bidang
usaha, untuk menghindari tindak aksi pelanggaran perizinan.
3. Perlunya disederhanakan persyaratan administrasi dengan mengurangi jumlah
persyaratan, tetapi sesuai dengan ketentuan.

Anda mungkin juga menyukai