Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL SURVEY PERUMAHAN DAN

PEMUKIMAN
RW 02, KEL. PISANG CANDI, KEC. SUKUN, KOTA MALANG

DI SUSUN OLEH:
STEFANUS HERDIANTO KAHA (1622051)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR S-1


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, disertai
keteguhan dan kesabaran hati, akhirnya laporan pengamatan atau survey lapangan ini dapat
diselesaikan.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari semua pihak tidak
mungkin penulis dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak
terhingga penulis sampaikan terutama kepada:

...........
Kemudian itu pula, dengan rasa rendah hati penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikkan dimasa yang akan datang. Walaupun demikian penulis
mengharapkan laporan pengamatan atau survey lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Malang, 23 April 2018

StefanusHerdiantoKaha

i
RINGKASAN DAN PENGERTIAN

1. Pengertian Rumah
Menurut UU No. 4 tahun 1992 tentang rumah, adalah bangunan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekitarnyayang dipakai sebagai tempa t tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU
RINo. 4 Tahun 1992)
Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung dan
tempatuntuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna fisik,rohani
maupun social (Sanropie, 1991).
Menurut John F.C Tunner, 1972 dalam bukunya feedomTo build mengatakan,
rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman dan bukan hasil fisik sekali jadi
semata, meainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan
mobilitas social ekonomi social ekonomi penghuniannya dalam suku kurung waktu.
Menurut Siswono Yudohusodo (rumah untuk seluruh rakyat, 1991:432) rumah
adalah banguan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Juga berfungsi sebagai tempat tinggal juga berlindung dari
gangguan iklim dan makluk hidup lainnya.
Jadi, menurut saya Rumah adalah suatu bangunan fisik yang berfungsi sebagai
tempat tinggal dan tempat berlindung serta sebagai sarana pembinaan lingkungan
keluarga.

2. Pengertian Perumahan
Menurut UU No. 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, perumahan
adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasaran dan prasaran lingkungan (pasal 1
ayat 3)
Menurut Undang Undang No. 4 tahun 1992 pasal 3, permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal.
Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dan pengejawantahan dari
diripribadi manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan
dankebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf
hidup,kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya,
masyarakatataupun suatu bangsa (yudhohusada, 1991:1)
Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan
yangsangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu lokasi
sedikitbanyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di perumahan
tersebut.(pedoman perencanaan lingkungan perumahan, 1983:24)
Jadi perumahan adalah, kelompok rumah yang berfungsi sebagai kumulan
rumah atau lingkungan hunian yang berkaitan erat dengan masyarakat.

3. Pengertian permukiman
Menurut undang-undang no 4 tahun 1992 pasal 3, permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup diluar kawasan lingkungan, baik yang berupa kawasan perkotaan

ii
maupun pedesaan maupun pedesaan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan
ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan saran lingkungan yang
terstruktur pasal 1 ayat 3.
Menurut Kuswartojo dan Salim, (1997 : 21) permukiman adalah perumahan
dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya. Permukiman memiliki arti lebih
luas daripada perumahan yang hanyamerupakan wadah fisiknya saja
Pasal 4 undan-undang No.. 4 Tahun 1992 menyebutkan bahwa penataan
perumahan dan permukiman berlandaskan asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan
dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian
lingkungan hidup.
Jadi permukiman adalah suatu wilayahatau area yang di tempati oleh seorang
atau kelompok manusia, Permukiman memiliki kaitan yang cukup erat dengan kondisi
alam dan social kemsyarakatan sekitar.

4. Pengertian Pemukiman
Menurut winslow dan aph, pemukiman adalah Suatu tempat untuk tinggal secara
permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi dan tempat
berlindung dari pengaruh lingkungan yg memenuhi persyaratan psikologis, physiologis,
bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan
Menurut WHO, pemukiman merupakan Suatu struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut
termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yg diperlukan, perlengkapan yg berguna
untuk kesjasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk kelompok dan
individu.
Jadi menurut saya pemukiman adalah tempat tinggal secara permanen (
bermukim, istirahat, berlindung, dan berinteraksi) memiliki fasilitas untuk hunian.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


RINGKASAN DAN PENGERTIAN ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1. LatarBelakang ......................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan penilitian ..................................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................................... 2
2.1. Perumahan............................................................................................................................... 2
2.2. Pemukiman ............................................................................................................................. 2
2.3. LingkunganPerumkim............................................................................................................. 2
2.4. KeberlanjutanPerumkim ......................................................................................................... 3
2.5. Permen PU no.12/PRT/M/2009 .............................................................................................. 4
2.6. Permen PU no. 5/PRT/M/2007 ............................................................................................... 5
2.7. Kep.Men.PU no.20/KPTS/1986.............................................................................................. 6
2.8. Permen PU no. 19/PRT/M/2011 ............................................................................................. 7
2.9. Permen PU no.12/PRT/M/2014 .............................................................................................. 7
2.10. Permen PUPR no.8/PRT/M/2015 ....................................................................................... 9
2.11. UU Perumkim no.1 Tahun 2011 ....................................................................................... 10
BAB III DISKUSI DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 13
3.1. Diskusi Obyek Kajian Hunian (Lingkup Mikro) .................................................................. 13
3.2. Diskusi Obyek Kajian Perumahan (Lingkup Meso) ............................................................. 14
3.3. Diskusi Obyek Kajian Permukiman (Lingkup Makro) ......................................................... 15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 17
4.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 17
4.2. Saran ..................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Rumah bukan
hanya berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, lebih dari itu rumah juga
mempunyai fungsi strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga,
persesuaian budaya dan peningkatan kualitas generasi mendatang serta
pengejawantahan jati diri. Dengan demikian pengembangan perumahan dan
pemukiman tidak dilandasi hanya untuk pembangunan fisik saja melainkan harus
dikaitkan dengan dimensi social, ekonomi dan budaya yang mendukung kehidupan
masyarakat secara berkelanjutan.

Secara umum kota sebagai pusat permukiman mempunyai peran penting


dalam memberi pelayanan di berbagai bidang kehidupan bagi penduduknya dan
daerah sekitarnya. Kota adalah suatu wilayah geografis tempat bermukim sejumlah
penduduk dengan tingkat kepadatan yang relatif tinggi dibandingkan dengan
perdesaan, dengan kegiatan utamanya di sektor nonpertanian.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana pola pembangunan dan kondisi fisik dari perumahan dan pemukiman.

1.3. Tujuan penilitian


Tujuan yang ingin dicapai dari hasil survey perumahan dan pemukiman yaitu :

a. Mengetahui pola sebaran lokasi perumahan.


b. Memperoleh data tentang kondisi fisik dari perumahan dan pemukiman yang
disurvey.
c. Mengkaji permasalahan yang ada pada perumahan dan pemukiman yang
disurvey.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggalatau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. PengertianPermukiman : Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasanperkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkunganhunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.Perumahan tidak dapat dilihat sebagai
sarana kebutuhan kehidupan semata, tetapi lebih dari itumerupakan proses bermukim
manusia dalam menciptakan ruang kehidupan memasyarakatkandirinya serta
menampakkan jati diri.
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, Yang dimaksud dengan perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungantempat tinggal/hunian yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana lingkungan.

2.2.Pemukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung
(kota dandesa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat
kegiatan yangmendukung perikehidupan dan penghidupan.
Adapun kelebihan permukiman di pusat-pusat kota ini adalah ketersediaan
sarana dan prasaranayang lengkap dan memadai disamping aksesibilitas yang mudah.
Nilai dari suatu kualitaspermukiman sangat ditentukan oleh fasilitas dan kondisi
lingkungannya. Kelengkapan fasilitas dilingkungan sekitar permukiman sangat
mempengaruhi kualitas permukiman itu sendiri
Faktor yang dapat menjadi daya tarik pusat kota bagi masyarakat untuk
memilih tinggal di pusat kotatersebut yang dapat menyebabkan permukiman tumbuh
dan berkembang sebagai hunian adalah:Lokasi, aksesibilitas, pelayanan.

2.3.LingkunganPerumkim
Lingkungan permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima
elemen, yaitu (K. Basset dan John R. Short, 1980, dalam Kurniasih) :
a. Nature (unsur alami), mencakup sumber-sumber daya alam seperti
topografi, hidrologi, tanah, iklim, maupun unsur hayati yaitu vegetasi
dan fauna.
b. Man (manusia sebagai individu), mencakup segala kebutuhan
pribadinya seperti biologis, emosional, nilai-nilai moral, perasaan, dan
perepsinya.
c. Society (masyarakat), adanya manusia sebagai kelompok masyarakat.
d. Shells (tempat), dimana mansia sebagai individu maupun kelompok
melangsungkan kegiatan atau melaksanakan kehidupan.

2
e. Network (jaringan), merupakan sistem alami maupun buatan manusia,
yang menunjang berfungsinya lingkungan permukiman tersebut seperti
jalan, air bersih, listrik, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada dasarnya suatu permukiman terdiri dari
isi (contents) yaitu manusia, baik secara individual maupun dalam masyarakat dan
wadah yaitu lingkungan fisik permukiman lingkungan fisik permukiman yang
merupakan wadah bagi kehidupan manusia dan merupakan pengejawantahan dari
tata nilai, sistem sosial, dan budaya masyarakat yang membentuk suatu komunitas
sebagai bagian dari lingkungan permukiman tersebut.

2.4.KeberlanjutanPerumkim
A. FungsiRumah
Menurut Turner (1972:164-167), terdapat tiga fungsi yang terkandung
dalam rumah:
1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam kualitas
hunian atau perlindungan yang diberian rumah. Kebutuhan tempat tinggal
dimaksudkan agar penghuni mempunyai tempat tinggal atau berteduh
secukupnya untuk melindungi keluarga dari iklim setempat.
2. Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan keluarga.
Fungsi ini diwudkan dalam lokasi tempat rumah itu didirikan. Kebutuhan
berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan
kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.
Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan keluarga
di masa depan setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan lingkungan
perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah
dan lahan.
Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia, perwujudannya bervariasi menurut
siapa penghuni atau pemiliknya. Berdasarkan hierarchy of need (Maslow,
1954:10), kebutuhan akan rumah dapat didekati sebagai:
1. Physiological needs (kebutuhan akan makan dan minum), merupakan
kebutuhan biologis yang hampir sama untuk setiap orang, yang juga
merupakan kebuthan terpenting selain rumah, sandang, dan pangan juga
termasuk dalam tahap ini.
2. Safety or security needs (kebutuhan akan keamanan),merupakan tempat
berlindung bagi penghuni dari gangguan manusia dan lingkungan yang tidak
diinginkan.
3. Social or afiliation needs (kebutuhan berinteraksi), sebagai tempat untuk
berinteraksi dengan keluarga dan teman.
4. Self actualiztion needs (kebutuhan akan ekspresi diri), rumah bukan hanya
sebagai tempat tinggal, tetapi menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri.

3
B. PersyaratanPemukiman
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria
atau persyaratan untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman.
Kriteria tersebut antara lain:
1. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan
dilengkapi dengan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas
sosial.
2. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik
yang berasal dari sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas
beracun, sumber air beracun, dsb).
3. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat
bagi pembinaan individu dan masyarakat penghuni.
4. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %,
sehingga dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik
serta memiliki daya dukung yang memungkinkan untuk dibangun
perumahan.
5. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah
dan bangunan diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2.5.Permen PU no.12/PRT/M/2009
Peraturan menteri pekerjaan umum nomor : 12/prt/m/2009
Tanggal : 24 juni 2009
Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang
tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus migrasi
desa ke kota dan urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin
berat. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke
waktu tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap
pemanfaatan ruang kota. Penataan ruang kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian
yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian, fasilitas
umum dan sosial, serta ruang-ruang terbuka publik (open space) di perkotaan.
Kualitas ruang terbuka publik sedang mengalami penurunan yang signifikan, sehingga
telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti sering
terjadinya banjir di perkotaan, tingginya polusi udara dan suara, meningkatnya
kerawanan sosial antara lain: kriminalitas dan menurunnya produktivitas masyarakat
karena terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial dan relaksasi. Secara
umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH). Mengingat pentingnya peran ruang terbuka (RTH
maupun RTNH) dalam penataan ruang kota maka ketentuan mengenai hal tersebut
perlu diatur. Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(UUPR) pasal 31 diamanatkan perlunya ketentuan mengenai penyediaan dan
pemanfaatan RTH maupun RTNH. Khusus untuk ketentuan mengenai penyediaan dan
pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan telah ditetapkan dengan Permen PU No.
5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
di Kawasan Perkotaan. Oleh karena itu Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang

4
Terbuka Non Hijau (RTNH) disusun untuk memberikan acuan kepada pemerintah
kabupaten/kota dalam perencanaan tata ruang baik skala rencana umum maupun
detail, bahkan pada skala yang lebih teknis (Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan).

2.6.Permen PU no. 5/PRT/M/2007


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007
Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi
Menimbang:
a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
menengah bawah dan berpenghasilan rendah terutama di kota
metropolitan/besar, perlu dibangun rumah susun sederhana bertingkat
tinggi;
b. bahwa rumah susun sederhana bertingkat tinggi merupakan bangunan
gedung fungsi hunian yang harus memenuhi persyaratan administratif
dan persyaratan teknis bangunan gedung;
c. bahwa untuk melaksanakan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun
2006 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun
di Kawasan Perkotaan, perlu ditetapkan persyaratan teknis yang
mengatur pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi;
d. bahwa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/PRT/M 1992
tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun dipandang
belum mencukupi untuk mengatur rumah susun sederhana bertingkat
tinggi, maka perlu dibuat peraturan menteri yang lebih komprehensif
dan melengkapi peraturan yang sudah ada;

Mengingat: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985 tentang


Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3317);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 7
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
PeraturPelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4532);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Kabinet Indonesia Bersatu;
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik
Indonesia; jo Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15

5
Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/PRT/M/1992 tentang
Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : peraturan menteri pekerjaan umum tentang pedoman teknis


pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi

2.7.Kep.Men.PU no.20/KPTS/1986
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 tentang Pedoman
Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun;
Pertama : Pengaturan tentang pengadaan perumahan dan permukiman dengan
dukunganfasilitas KPR bersubsidi baik untuk Kredit Pemilikan Rumah
Sederhana (KP-RS) maupun untuk Kredit Pemilikan Rumah Sangat
Sederhana (KP-RSS).
Kedua : Ketentuan tentang KP-RS dan KP-RSS yang memuat tentang tipe
rumah, harga maksimum yang dapat dibeli, uang muka, suku bunga,
jangka, waktu, subsidi, bunga, jangka waktu, kredit, batas maksimum
kredit serta pedoman pelaksanaan yang menyangkut batas penghasilan
maksimum debitur, pembagian wilayah, sumber dana, pedoman Teknik
pembangunan serta koordinasi pembangunan, sebagaimana diatur
dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga : Ketentuan sebagaimana tercantum dalam diktum pertama dan kedua,
mengikat bagi semua instansi/ lembaga pemerintah pusat, pemerintah
propinsi, pemerintah kota/kabupaten, koperasi dan swasta yang
bergerak dalam bidang perumahan, serta masyarakat yang akan
memanfaatkan fasilitas KPR.
Kempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 2002 dan bilamana
dikemudian hari terdapat kekeliruan atau ketidaksesuaian di dalam
keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Dalam pelaksanaan pembangunan rumah tersebut di atas digunakan Pedoman Teknik


yang berlaku tentang Pembangunan Rumah Sangat Sederhana dan Pembangunan
Perumahan Sederhana tidak bersusun yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri

6
Pekerjaan Umum Nomor 54/PRT/1991 dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20/KPTS/1986. Disamping itu, pembangunan rumah.

2.8.Permen PU no. 19/PRT/M/2011


Tentang persyaratan teknis jalan dan kriteria perencanaan teknis jalan
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 24, Pasal 34,Pasal
35, Pasal 36, Pasal 39, Pasal 40, dan Pasal 86 ayat (6) Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas
danAngkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009
Nomor 96 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2028);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi,
Pemerintahan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489);
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pekerjaan Umum;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Pekerjaan Umum;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: peraturan menteri pekerjaan umum tentang persyaratan teknis jalan dan
kriteria perencanaan teknis jalan.

2.9.Permen PU no.12/PRT/M/2014
Tentang penyelenggaraan sistem drainase perkotaan
Menimbang :
Bahwa dalam rangka mengalirkan kelebihan air yang berasal dari air hujan agar
tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu

7
serta seiring dengan pertumbuhan kota dan perkembangan industri,
perlu dibuat suatu sistem pengeringan dan pengaliran air yang baik;

b. Bahwa kelebihan air sebagaimana dimaksud pada huruf a khususnya di


wilayah perkotaan, perlu mendapatkan penanganan dan pengelolaan
yang terencana dan terpadu melalui Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan ;

c. Bahwa berdasarkan Pasal 77 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38


Tahun 2011 tentang Sungai, sungai dan/atau anak sungai yang seluruh
daerah tangkapan airnya terletak dalam satu wilayah perkotaan, dapat
berfungsi sebagai drainase perkotaan;

d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan ;

Mengingat :
1 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5103);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230);
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;

8
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : peraturan menteri pekerjaan umum tentang penyelenggaraan sistem
drainase perkotaan
2.10. Permen PUPR no.8/PRT/M/2015
Peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat republik
indonesia nomor 8/prt/m/2015 tentang penetapan garis sempadan
jaringan irigasi
Menimbang : a. bahwa guna melindungi, mengamankan, mempertahankan, dan
menjaga kelestarian air, sumber-sumber air beserta bangunan pengairan,
perlu dilakukan pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap
sumber-sumbernya dan daerah sekitarnya;ae
Menimbang : b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah sesuai asas otonomi daerah, Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah membagi kewenangan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi kepada Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
c. bahwa berdasarkan Pasal 30 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air, Pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya, perlu menetapkan garis
sempadan jaringan irigasi;
d. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam
menetapkan garis sempadan jaringan irigasi sebagaimana
dimaksud pada huruf c, diperlukan penetapan garis
sempada jaringan irigasi;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a huruf b huruf c dan huruf d perlu ditetapkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat tentang Penetapan Garis Sempadan Jaringan
Irigasi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3046);
2. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

9
3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3225);

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun


2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 16);

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 1304);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : peraturanmenteri pekerjan umum dan perumahan rakyat
tentang penetapan garis sempadan jaringan irigasi.

2.11. UU Perumkim no.1 Tahun 2011


1. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
3. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa Kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4. Lingkungan hunian adalah bagian dari Kawasan permukiman yang terdiri atas
lebih dari satu satuan permukiman.
5. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
6. Penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian,termasuk di

10
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
7. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.
9. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat.
10. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan buntuk memenuhi kebutuhan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
11. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
khusus.
12. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang
13. pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri. Permukiman kumuh adalah
permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat
kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat.
14. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.
15. Kawasan siap bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang tanah
yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan
untuk pembangunan lingkungan hunian skala besar sesuai dengan rencana tata
ruang.
16. Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang tanah
yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan
untuk pembangunan perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan
merupakan bagian dari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana rinci tata
ruang.
17. Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan untuk
rumah sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan
tanah, rencana rinci tata ruang, serta rencana tata bangunan dan lingkungan.
18. Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan,
dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha
penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman
guna meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam
dengan partisipasi aktif masyarakat.
19. Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah,
dan/atau sumber dana lain yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan perumahan
dan Kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

11
20. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau setiap
pengeluaran yang akan diterima kembali untuk kepentingan penyelenggaraan
perumahan dan Kawasan permukiman baik yang berasal dari dana masyarakat,
tabungan perumahan, maupun sumber dana lainnya.
21. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi
standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
nyaman.
22. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi.
23. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
hunian.
24. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah
masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat
dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.
25. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
26. Badan hukum adalah badan hukum yang didirikan oleh warga negara Indonesia
yang kegiatannya di bidang penyelenggaraan perumahan dan Kawasan
permukiman.
27. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
28. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
29. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.

12
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

3.1.Diskusi Obyek Kajian Hunian (Lingkup Mikro)


Data yang saya peroleh dari RW 02, Kelurahan Pisang Candi, Kecamatan
Sukun, Kota Malang

Gambar 3.1.1 gambar contoh keadaan lingkungan RT Gambar 3.1.2 gambar contoh keadaan lingkungan
03 RT 08,09 dan 10

Gambar 3.1.3 keadaan perumahan RT 01

Warga yang tinggal di daerah RT 01 – RT 10 rata-rata tiap rumah memiliki


tingkat sanitasi lingkungan yang lumayan cukup baik, karena setiap warganya aktif
menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga lingkungannya selalu nampak bersih.
Sedangkan untuk perekonomiannya, di RT 01-05 ini dapat dikatakan
memiliki fungsi ganda, bukan hanya sebagai hunian lagi, tetapi sebagai tempat
berwira usaha, baik itu kos-kosan, warung,loundry dan usaha lainnya.

13
3.2.Diskusi Obyek Kajian Perumahan (Lingkup Meso)
Data meso dari RW 02, Kelurahan Pisang Candi, Kecamatan Sukun, Kota
Malang.

Gambar 3.2.1 sarana prasarana SDN NEGERI Gambar 3.2.2. Sarana prasarana POS PAUD
PISANG CANDI I. MUTIARA BUNDA.

Gambar 3.2.3 . Sarana prasarana Gereja Sidang Gambar 3.2.4. Sarana prasarana Masjid
Jemaat”Talitakum”. Shirootul Jannah.

Gambar 3.2.5. Sarana prasana BANK BNI Gambar 3.2.6. Sarana prasaranaTK, KB, TPA
AL-AZHAR

14
3.3. Diskusi Obyek Kajian Permukiman (Lingkup Makro)

PETA RW 02

15
Dari gambar peta diatas kita dapat melihat pda RW 02 hanya memiliki 4 bangunan
besar karena pada RW ini lebih banyak di dominasi bangunan kecil yang kebanyakan
merupakan rumah tinggal warga.
Kajian Hunian :
Untuk kondisi perumahan di RW 02 memiliki tingkat bangunan yang cukup padat
sehingga bangunan saling berimpitan. Rumah yang cukup padat memungkinkan
sirkulasi udara tidak berjalan dengan baik, ini juga akan berimbas pada kesehatan
masyarakatnya.
Karena kondisi perumahan yang cukup padat, pada RW ini juga untuk sirkulasi
kendaraan sedikit terganggu karena jalan yang terlalu kecil, kecilnya jalan ini
merupakan akibat dari tidak adanya garis sepadan dari kebanyakan perumahan di RW
ini.

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
Pemukiman merupakan kawasan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat
dalam waktu yang cukup lama, pemukiman itu akan menjadi tempat aktifitas
masyarakat didalamnya oleh sebab itu untuk menunjang aktifitasmasyarakat itu maka
hal utama yang diperlukan adalah sarana dan prasarana pada wilayah itu. Pada RW 02
sarana prasarananya sudah cukup memadai karena pada RW 02 memiliki sarana-
sarana penting yang cukup memudahkan masyarakat.

4.2.Saran
Dari beberapa permasalahan-permasalahan diatas, penulis menyarankan agar
selalu menerapkan hidup sehat, karena pada daerah ini memiliki penduduk yang
cukup padat sehingga memungkin lebih rentan terhadap penyakit.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://bappeda.grobogan.go.id/info-pembangunan/89-isu-dan-permasalahan-
pembangunan-
perumahan-dan-pemukiman.html
2. http://nareragan.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
3. http://lokasitpa.blogspot.com/2011/06/definisi-definisi-yang-berhubungan.html
http://sapola.wordpress.com/2013/04/03/peran-pemerintah-daerah-dalam-penanganan-
permukiman-kumuh/
5. http://bojhezjanur.blogspot.com/2012/02/kebijakan-pemerintah-tentang-
lingkungan.htm
6. http://perencanaankota.blogspot.com/2009/04/kebijakan-dan-strategi-nasional.html
7. https://www.scribd.com/doc/32718263/analisis-perumahan-permukiman
8. http://peraturan.go.id/permen/kemenpupera-nomor-8-prt-m-2015-tahun-2015.html
9. http://birohukum.pu.go.id/uploads/DPU/2015/PermenPUPR14-2015.pdf
10. https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/KEPMENPU_139_2002.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai