Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di
dalamnya. Berarti permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang
hanya merupakan wadah fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan
antara wadah (alam, lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup
bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya). (Kuswartojo, 1997 : 21)
Permukiman secara luas mempunyai arti perihal tempat tinggal atau segala
sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal dan secara sempit dapat di artikan
sebagai suatu daerah tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal. Permukiman
adalah proses memukimi atau proses menempat tinggali (Hadi Sabari Yunus, 1989).
Bentuk permukiman antara desa satu dengan desa lain mempunyai perbedaan.
Perbedaan tersebut terjadi karena faktor geografi yang berbeda. Secara umum
permukiman pedesaan berbentuk memusat, linier, terpencar, dan mengelilingi fasilitas
tertentu.
Pola Permukiman
(2) Acak (Random), apabila tidak ada susunan tertentu. pada sebuah persebaran,
(3) Seragam (Uniform), apabila permukiman permukiman tersebut jaraknya sama atau
sama jauhnya dengan tetangganya.
Salah satu cara untuk mengukur pola permukiman sapat menggunakan
model analisis tetangga terdekat (nearest neighbor analysis) yaitu dengan menghitung
besarnya parameter tetangga terdekat. Untuk mengetahui apakah pola permukiman
yang dianalisis termasuk mengelompok, acak atau seragam, nilai hasil perhitungan
dibandingkan dengan continuum (rangkaian kesatuan) nilai parameter tetangga
terdekat (T) untuk masing-masing pola, sehingga dapat diketahui apakah pola yang
terbentuk berupa pola mengelompok, pola acak (random), atau pola seragam.
Apabila nilai T = 1,0, maka pola permukiman tersebut adalah random atau acak.
Sedangkan apabila nilai T = 2,15, maka pola permukiman tersebut adalah seragam.
Persyaratan permukiman
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau
persyaratan untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria
tersebut antara lain:
2. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal
dari sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun,
dsb).
3. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi
pembinaan individu dan masyarakat penghuni.
4. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga
dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung
yang memungkinkan untuk dibangun perumahan.
- Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat
dan tidak sampai menimbulkan genangan air.
- Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap
untuk disalurkan ke masing-masing rumah.
- Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan
sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik
komunal.
- Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
- Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan
atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman tersebut.
Kondisi bawah tanah dan harus sesuai dengan untuk pekerjaan galian dan persiapan,
peletakan jaringan utilitas serta pelandaian dan penanaman, memberikan daya dukung
yang baik untuk penghematan konstruksi bangunan yang akan dibangun. Untuk
menghemat konstruksi, sebaiknya lapisan bawa tanah tidak mengandung batuan keras
atau rintangan lain untk efisiensi galian utilitas pondasi atau kolong bangunan.
Muka air tanah yang relatif rendah untuk untuk melingdungi bangunan dari genangan
pada kolong bangunan dan gangguan air selokan, tidak adanya rawa, dan kelandaian
lereng yang cukup memungkinkan penyaluran curah hujan permukaan normal dan
kelancaran aliran air selokan.
Daerah pembangunan harus terbebas dari bahaya banjir permukaan yang disebabkan
oleh sungai, danau atau air pasang.
Lahan tidak boleh terlalu curam demi kebaikan kelandaian dalam kaitannya dengan
kostruksi hunian. Tapak bangunan tidak boleh mempunyai ketinggian melebihi
kemampuan jangkuan air untuk keperluan rumah tangga dan penangulangan kebakaran.
Lahan untuk halaman pribadi, tempat bermain dan taman lingkungan harus
memungkinkan pelandaian dan pembangunan yang sesuai dengan spesifikasi.
Daerah yang akan dibangun hendaknya bebas dari kondisi topografi yang dapat
menyebabkan kecelakaan, seperti galian, lubang yang menganga, dan garis pantai yang
berbahaya.
Sistem persediaan air dan pembuangan harus dipandang sebagai pelayanan saniter
jangka panjang dan bukan hanya sekedar instalasi fisis. Penyetujuan dini dari pihak
berwenang dibidang kesehatan merupakan prasyarat untuk pembuatan fasilitas
pembuangan air kotor pada tapak dan untuk usulan pengembangan jaringan air maupun
selokan yang akan melayani tapak tersebut.
2. Pembuangan sampah
Apabila pelayanan sampah kota dapat diadakan, maka pemilihan tapak yang
menyangkut hal ini tidak akan menemui masala. Tetapi kebutuhan fasilitas pengolahan
sampah pada tapak atau di sekitas tapak untuk penguburan, pembakaran dan proses
kimiawi memerlukan upaya penelaahan untuk pengalaman. Masalah yang utama
adalah pemisahan lahan untuk pembuangan, penghindaran bau-bauan yang disebar
oleh angin serta penggunaan metode pembuangan untuk mencegah bersarangnya tikus
dan pembiakan serangga.
Kelayakan perlindungan oleh polisi tidak begitu terpengaruh oleh lokasi, tetapi seperti
halnya perlindungan terhadap kebakaran, apabila letak tempatnya terisolir maka segi
pembiayaan harus diperhitungkan.
1. Bahaya kecelakaan
Bahaya utama kecelakaan utama adalah tabarakan dengan kendaraan bermotor lainnya,
bahaya api dan ledakan, jatuh, dan tenggelam. Penyebab tabrakan adalah lalu lintas
jalan dan jalan kereta api serta musibah pendaratan pesawat terbang di dekat jalur
pendaratan.
Pabrik, industri, terutama rumah potong hewan, penyamakan kulit dan pabrik
yang menghasilkan produk dari binatang; industri karet, kimia dan pupuk, pewarnaan
atau pencucian tekstil; pabrik kertas, sabun dan cat; dan pabrik gas.
Tempat pembuangan sampah, terutama apabila proses pemusnahan melibatkan
pembakaran.
Sungai yang dikotori air selokan, atau instalasi pengolahan tinja yang tidak
berjalan dengan sempurna.
Asap lalu lintas kendaraan bermotor dan kereta api dengan bahan bakar batubara.
Sumber asap dan debu yang sering dijumpai adalah industri, jalur kereta api, tempat
pembuangan dan kebakaran sampah. Debu juga berasal dari lahan terbuka seperti lahan
kosong, perkebunan yang tidak ditanami, tempat rekreasi yang tak terurus dan daerah
berdebu yang luas.
1. Faktor geografi
2. Faktor Kependudukan
3. Faktor Kelembagaan
Kelengkapan sarana dan prasarana dari suatu perumahan dan permukiman dapat
mempengaruhi perkembangan permukiman di suatu wilayah. Dengan adanya sarana
dan prasarana yang memadai dapat memudahkan penduduknya untuk beraktivitas
sehari-hari. Semakin lengkap sarana dan prasarana yang tersedia maka semakin banyak
pula orang yang berkeinginan bertempat tinggal di daerah tersebut.
8. Pertanahan
Kenaikan harga lahan sebagai akibat penyediaan kelangkaan lahan untuk permukiman,
menyebabkan timbulnya slum dan squatter.
1. Di dalamnya terdapat hubungan/kaitan antara berbagai elemen dan juga sifat dan
elemen-elemen tersebut, termasuk antara lingkungan binaan dengan lingkungan alami.