PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jauh sebelum masa kemerdekaan, Kota Makassar telah berkembang pesat. Pada
abad ke 17 Kota Makassar tercatat sebagai salah satu dari sepuluh kota terbesar di
Asia. Pesatnya perkembangan Kota Makassar berdasarkan catatan sejarah,
dimungkinkan oleh paling tidak empat faktor. Pertama, adalah letak strategis Kota
Makassar pada bentangan Selat Makassar yang memungkinkan kemudahan akses
ke dalam maupun ke luar Makassar. Kedua, faktor keterbukaan Kota Makassar
dalam menerima berbagai suku bangsa dalam interaksi perdagangan internasinal,
sehingga mengherankan jika beberapa abad lalu di Kota Makassar telah bermukim
beberapa suku bangsa Asia dan Eropa yang hingga saat ini sebagian masih
menyisahkan anak keturunan mereka. Ketiga, adalah faktor dukungan kultur
maritim yang berkembang di Kota Makassar dan daerah sekitarnya yang
memungkingkan kemudahan terbangunnya lalu lintas laut serta perdagangan
pesisir. Keempat, dukungan oleh daerah sekitar Kota Makassar mampu menyuplai
kebutuhan berbagai hasil bumi untuk kebutuhan pangan. Hal ini sejalan dengan
kedudukan Kota Makassar sebagai lbukota Sulawesi Selatan dan sebagai gerbang
bagi Kawasan Timur.
Sebagai kota besar, Makassar memiliki sebuah citra kota atau penanda kota.
Dalam bukunya The Image of The City, Kevin Lynch membagi elemen-elemen
wajah kota, salah satunya adalah landmark. Landmark adalah titik-acuan, landmark
biasanya merupakan benda fisik yang didefinisikan dengan sederhana seperti:
bangunan, tanda, toko, atau pegunungan. Beberapa landmark adalah landmark-
landmark jauh, dapat terlihat dari banyak sudut dan jarak, atas puncak-puncak dari
elemen yang lebih kecil, dan digunakan sebagai acuan orintasi.
Lapangan Karebosi merupakan salah satu landmark kota Makassar yang ikut
tumbuh berkembang dengan Makassar itu sendiri, menjadi saksi lahirnya kota
Makassar. Lapangan Karebosi sendiri telah ada dari masa kerajaan Tallo yang
merupakan cikal bakal Kota Makassar, sampai saat ini. Menyimpan nilai sejarah dan
budaya, Lapangan Karebosi kini digunakan masyarakat untuk beraktifitas.
Semenjak di revitalisasi, Lapangan Karebosi telah berubah menjadi ikon kota
Makassar. Seiring dengan itu, muncul pertanyaan. Apakah dengan di
modernkannya Lapangan Karebosi tidak menghilangkan nilai-nilai tersebut dan apa
pengaruhnya bagi masyarakat Kota Makassar sendiri. Hal ini lah yang
melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
1
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Mengapa Lapangan Karebosi disebut sebagai landmark Kota Makassar ?
2. Apa dampak keberadaan Lapangan Karebosi terhadap Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. landmark (penanda)
Landmark adalah elemen fisik suatu kota sebagai referensi kota dimana
pengamat tidak dapat masuk kedalamnya, tetapi penanda bersifat eksternal
terhadap pengamat. Biasanya dikenali melalui bentuk fisik dominan dalam
suatu kawasan kota seperti bangunan, monumen, toko, atau gunung.
Landmark sudah dikenali dalam jarak tertentu secara radial dalam kawasan
kota dan dapat dilihat dari berbagai sudut kota; tetapi ada beberapa
landmark yang hanya dikenali oleh kawasan tertentu pada jarak yang relatif
dekat. Landmark bisa terletak di dalam kota atau diluar kawasan kota
(bedakan antara gunung dan monumen). Elemen fisik yang bersifat bergerak/
mobile juga dapat dijadikan penanda, seperti
Central Place Theory adalah salah satu teori keruangan wilayah yang
dikemukakan oleh Walter Christaller (Jerman) pada tahun 1933. Christaller
meneliti pola ekonomi masyarakat di daerah selatan Jerman dan menganalisis
aktivitas ekonomi mereka. Ia berasumsi bahwa suatu daerah dapat dikatakan
sebagai tempat sentral jika mampu memenuhi kebutuhan ekonomi
masyarakat di sekitar tempat sentral tersebut. Pola keruangan tempat sentral
tersebut digambarkan dalam bentuk segi enam.
3
Mengapa bentuk pola teori tempat sentral ini adalah segi enam. Bentuk
heksagon adalah sama halnya dengan bentuk sarang tawon atau lebah.
Lebah membangu sarang berbentuk segienam karena secara geometris,
bentuk segienam atau heksagon adalah bentuk yang paling maksimum untuk
menyimpan madu. Artinya dibandingkan bentuk geometri lain, heksagon
paling besar dan banyak untuk menampung kapasitas madu. Gambar
heksagon menganalogikan bahwa sebuah pusat pelayanan harus bisa
melayani kebutuhan pelanggan semaksimal mungkin, dalam hal ini
menggunakan pola segi enam (menurut prinsip matematik).
Teori tempat sentral ini hanya berlaku apabila wilayah tersebut setidaknya
memiliki kriteria berikut ini
3. Lapangan
4
4. Lapangan Karebosi
Awal Karebosi tak terpisahkan dari lahirnya Kota Makassar. Pada zaman
pendudukan Belanda (VOC), Makassar bernama Jumpandang. Nama ini
merupakan pemberian kolonialisme yang diambil dari harafiah ujung
pandangan atau batas penglihatan. Pemberian nama tersebut bukan
tanpa sebab. Sewaktu hendak menginvasi Makassar kuno, pihak VOC
terbentur kendala dalam spionasis atau pengintaian. Tersebutlah Karebosi
yang merupakan hutan nenas dan pandan, yang notabene merupakan
penghalang pengintaian mereka terhadap benteng Gowa yang menjadi
prioritas penaklukan.
Lalu VOC pun menjalankan siasat licik dengan menggunakan strategi lihai
yang tak pernah terpikirkan oleh Kerajaan Gowa, yakni menembakkan
meriam-meriam yang berisi amunisi gulden atau uang emas Belanda.
Penduduk sekitar hutan terhipnotis oleh strategi iming dan menebas pohon-
pohon lebat yang berada di kawasan Karebosi untuk mencari dan
mengumpulkan gulden yang telah menebar di sana. Alhasil, dalam sekejap
hutan-hutan pandan menjadi gundul dan memudahkan Belanda mengintai
Kota Jumpandang.
5
pintar, bijak bertutur, serta santun dan ramah. Gadis tersebut
bergelar Karaeng Bunga Rosina Tallo atau Raja Bunga Mawar Tallo.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yakni jenis penelitian yang menggambarkan atau menguraikan fakta.
Fakta yang terjadi dilapangan berupa kata-kata tertulis maupun gambar-gambar
lokasi penelitian.
Lapangan Karebosi Jl. Ahmad Yani No.45, Baru, Ujung Pandang, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan
20 Maret 2017
Survey langsung
Survey tidak langsung
6
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
Letak lapangan Karebosi berada di Jl. Ahmad Yani No.45, Baru, Ujung Pandang, Kota
Makassar
Lokasi Jalan
Lapangan akses
Karebosi utama
7
Peta lapangan Karebosi
Sumber : https://www.google.co.id/maps
Lokasi
Lapangan
Karebosi
8
Tapi jika mengacu pada Peta pembagian wilayah sebelum keluarnya Peraturan
Pemerintah RI Nomor51 Tahun 1971 tanggal 1 September 1971 tentang Perubahan
Batas-batas Daerah Kotamadya Makassar dan Kabupaten-kabupaten Gowa, Maros
dan Pangkajene dan Kepulauan dalam lingkungan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan
(LN Tahun 1971 Nomor 65; TLN Nomor 2970). Dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah
51 Tahun 1971 disebutkan pula bahwa Kotamadya Makassar sesudah diperluas
Daerahnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah ini dirubah
namanya menjadi Kotamadya Ujung Pandang. Terlihat Lapanga Karebosi memang
menjadi pusat atau sentral dari kota Makassar.
Lokasi
Lapangan
Karebosi
Hal ini berbanding lurus dengan teori Central Place yang dikemukakan oleh Walter
Christaller (Jerman) pada tahun 1933. Yang menempatkan pusat dari sebuah
tempat dapat dilihat dari peletakannya yang berada ditengah-tengah peradaban.
9
Central Place Theory
Hal ini menjadikan Lapangan Karebosi kala itu menjadi pusat dari kota Makassar.
Inilah penyebab dulunya segala aktivitas masyarakat Makassar berpusat di
Lapangan Karebosi, seperti pusat ekonomi yang berada disekitar lapangan yang
kini menjadi MTC (Makassar Trade Center) yang dulunya hanyalah pasar rakyat
kecil.
Sebagai pusat sejarah, budaya dan sosial dari kota Makassar kala itu, Lapangan
Karebosi berkembang menjadi citra kota Makassar yang dikenal kala itu. Sebelum
munculnya anjungan Pantai Losari yang dulunya hanya jalan dan pantai, Lapangan
Karebosi menjadi salah satu pusat kunjungan wisata setelah benteng Fort
Rotterdam.
10
Gereja Protestan yang berada di
samping rumah gubernur dilihat dari
Lapangan Karebosi
Sumber :
http://kakabdhi.blogspot.co.id/2016/06/kumpulan-foto-tempo-doeloe-makassar.html
Pantai Losari
Sumber :
http://kakabdhi.blogspot.co.id/2016/06/kumpulan-foto-tempo-doeloe-makassar.html
11
Seperti yang dikatakan Roger Trancik dalam bukunya Finding Lost Place, teori
tempat atau place theory dipahami dari segi seberapa besar tempat-tempat
perkotaan yang terbuka terhadap sejarah, budaya, dan sosialisasinya serta lebih
kepada arti dan makna sebuah tempat. Analisa place adalah alat yang baik untuk :
Hal-hal ini lah yang menjadikan Lapangan Karebosi dapat menjadi penanda Kota
Makassar.
12
Lintasan refleksi kaki
Sumber : dokumentasi penulis
Lapangan softball
Sumber : dokumentasi penulis
13
Lapangan sepak bola yang terdiri dari 3 buah lapangan
Sumber : dokumentasi penulis
Hal ini tentu saja berdampak baik bagi masyarakat kota Makassar, dimana
mereka mendapatkan fasilitas publik untuk menyalurkan hobi maupun kegiatan
mereka. Pilihan pemerintah yang tetap menjadikan Lapangan Karebosi sebagai
ruang publik berdampak sangat positif, masyarakat mendapatkan tempat
menyalurkan kegiatan seperti olahraga, bersosial maupun hanya sekedar
menikmati Lapangan Karebosi sebagai ruang terbuka hijau menjadikan masyarakat
lebih produktif dan sehat. Pola kegiatan masyarakat lama kota Makassar masih
tetap terjaga hingga saat ini.
Kegiatan perekonomian juga akan lebih tertata dengan pemindahan PKL dari
daerah masjid Raya ke daerah lapangan Karebosi hanya menunggu para pedagang.
14
Kios-kios kecil telah ditempatkan di pinggir Lapangan Karebosi tepatnya di samping
jalan RA Kartini.
Sesuai dengan teori Roger Trancik dalam bukunya Finding Lost Place, teori
tempat atau place theory dipahami dari segi seberapa besar tempat-tempat
perkotaan yang terbuka terhadap sejarah, budaya, dan sosialisasinya serta lebih
kepada arti dan makna sebuah tempat. Lapangan Karebosi dapat menjadi
Landmark Kota Makassar karena memiliki ketiga aspek tersebut, dimana Lapangan
15
Karebosi dari dulu sampai saat ini menjadi tempat yang memiliki nilai sejarah,
menjadi tempat berbudaya dan juga bersosialisasi masyarakat Makassar.
Bermain sepak bola merupakan salah satu kegiatan membudayakan hidup sehat
Sumber : dokumentasi penulis
Keluarga yang menemani anak mereka bermain sepakbola dan saling bersosialisasi satu sama lain
Sumber : dokumentasi penulis
16
Wc umum yang ala kadarnya
Sumber : dokumentasi penulis
17
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Landmark merupakan penanda sebuah kawasan atau kota, yang menjadi ciri
khas kawasan tersebut atau ikon dari kawasan tersebut. Lahir karena memiliki
kaitan erat dengan kawasan tersebut, dikenal karena terbuka terhadap sejarah,
budaya dan sosial. Itulah yang dimiliki oleh Lapangan Karebosi, Sesuai dengan teori
Roger Trancik dalam bukunya Finding Lost Place, teori tempat atau place theory
dipahami dari segi seberapa besar tempat-tempat perkotaan yang terbuka
terhadap sejarah, budaya, dan sosialisasinya serta lebih kepada arti dan makna
sebuah tempat. Lapangan Karebosi dapat menjadi Landmark Kota Makassar karena
memiliki ketiga aspek tersebut, dimana Lapangan Karebosi dari dulu sampai saat
ini menjadi tempat yang memiliki nilai sejarah, menjadi tempat berbudaya dan juga
bersosialisasi masyarakat Makassar.
18
DAFTAR PUSTAKA
19