Anda di halaman 1dari 17

MODUL PEMBELAJARAN

PEMETAAN DAN ANALISIS TAPAK


215D5113

MODUL IV
MINGGU IV

PENYUSUN:
Dr. Eng. Rosady Mulyadi, ST., MT
Prof. Baharuddin Hamzah, ST., M.Arch., Ph.D
Abd. Mufti Radja, ST., MT., Ph.D
M. Yahya Siradjuddin, ST., M.Eng.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
I. TINJAUAN MATAKULIAH

1. Deskripsi matakuliah: Matakuliah ini adalah matakuliah yang disajikan di semester III
dan tidak terdapat prasyarat untuk mengikuti matakuliah ini.
Terdapat dua fokus kajian utama pada matakuliah ini, yakni
kemampuan untuk memetakan tapak dan kemampuan dalam
menganalisis dan mengolah tapak. Matakuliah ini disajikan dalam
bentuk ceramah, presentasi, dan diskusi hingga pertengahan
semester untuk memberikan bekal pemahaman teori kepada
mahasiswa. Pada minggu kesembilan dan kesepuluh mahasiswa
akan melakukan kegiatan praktikum pemataan tapak dilapangan
lalu kemudian mengolah data hasil praktikum tersebut di
laboratorium Pengukuran dan Pemetaan Prodi Arsitektur hingga
minggu keempatbelas. Hasil akhir dari matakuliah ini adalah
pemahaman mahasiswa yang komprehensif terhadap pemetaan
dan analisis pengolahan tapak yang dibuktikan dalam bentuk hasil
pemetaan tapak beserta analisisnya.

2. Kegunaan matakuliah: Matakuliah ini berguna untuk memberikan pemahaman dan


kemampuan kepada mahasiswa akan pemetaan dan analisis
tapak yang nantinya dapat diaplikasikan pada tahapan
selanjutnya dari perkuliahan dan ketika berpraktek sebagai
sarjana arsitektur.

3. Sasaran belajar: Pemahaman yang komprehensif dan kemampuan analisis praktis dalam
pemetaan dan analisis tapak.

4. Urutan penyajian:

No. Pertemuan Modul Materi


1 I Modul I Pengantar, Isi GBRP, Kontrak Perkuliahan, Strategi
Pembelajaran, Pembagian Kelompok Diskusi.
Ruang lingkup pekerjaan pemetaan dan analisis tapak.
Besaran sudut.
Identifikasi dan eliminasi kesalahan-kesalahan pada
pekerjaan pemetaan.
2 II Modul II Pengukuran Sipat Datar kerangka dasar vertikal.
Jarak, Azimuth dan Pengikatan Kemuka.
3 III Modul III Pengikatan ke Belakang Metode Collins.
4 IV Modul IV Pengikatan ke Belakang Metode Cassini.
5 V Modul V Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal.
6 VI Modul VI Pengukuran Luas.
7 VII Modu; VII Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachimetry.
8 VIII Ujian Tengah Semester (Materi modul I-VII)
9 IX Praktikum lapangan
10 X Praktikum lapangan
11 XI Modull Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya.
VIII
12 XII Modul IX Perhitungan Galian dan Timbunan.
13 XIII-XV Modul X Pemetaan Digital
14 XVI Ujian Akhir Semester ( Materi modul VIII-X dan Tugas)

5. Petunjuk belajar: Modul-modul yang digunakan pada matakuliah ini ada berurutan dari
modul I hingga Modul X. Anda diharapkan mempelajarinya secara

2
berurutan pula. Hindari mempelajari dengan cara yang tidak berurutan
sebab akan menyusahkan anda memhaminya. Sangat disarankan
untuk memulai dari modul I secara berurut.

Dibagian akhir dari modul ini terdapat rangkuman, harap saudara


perhatikan baik-baik kata-kata kunci pada rangkuman tersebut.

Bilamana modul yang saudara baca dilengkapi soal-soal latihan,


bacalah soal dengan teliti lalu gunakan kata-kata kunci untuk
mempermudah anda dalam mencari jawaban.

II. PENDAHULUAN

1. Sasaran pembelajaran: 1. Mampu menjelaskan tujuan dan tata cara pengikatan ke


belakang menggunakan Metode Cassini.

2. Mampu menjelaskan tata cara pengolahan data pengikatan


ke belakang menggunakan Metode Cassini.

2. Ruang lingkup modul: Modul IV ini mencakup materi tentang Pengikatan ke Belakang
Metode Cassini.

3. Manfaat mempelajari modul: Setelah mempelajari modu; ini anda akan mempu:

1. Menjelaskan tujuan dan tata cara pengikatan ke


belakang menggunakan Metode Cassini.

2. Menjelaskan tata cara pengolahan data pengikatan ke


belakang menggunakan Metode Cassini.

4. Urutan Pembahasan: Pengikatan ke Belakang Metode Cassini


1. Tujuan Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
2. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang
Metode Cassini
3. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
4. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

III. MATERI PEMBELAJARAN (Silahkan buka halaman berikutnya)

3
CARA PENGIKATAN KE BELAKANG METODE CASSINI

Sasaran a. Memahami tujuan pengikatan ke belakang Metode


Pembelajaran Cassini
b. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur
pengikatan ke belakang Metode Cassini
c. Memahami pengolahan data pengikatan ke belakang
Metoda Cassini
d. Memahami penggambaran pengikatan ke belakang
Metode Cassini
Materi Pembelajaran Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Pengikatan ke belakang adalah sebuah metode orientasi yang dipakai jika planset
menempati kedudukan yang belum di tentukan lokasinya oleh peta. Pengikatan ke
belakang dapat diartikan sebagai pengukuran ke rambu yang ditegakkan di stasion (titik
dimana Theodolite diletakkan) yang diketahui ketinggiannya. Secara umum rambunya
disebut rambu belakang.

Pada bab delapan telah dibahas cara pengikatan ke belakang metode Collins, yang
menjelaskan secara umum pada saat kapan menggunakan cara pengikatan ke belakang,
yaitu pada saat akan menentukan koordinat dari suatu titik, yang dihitung dari titik
koordinat lain yang telah diketahui koordinantnya.

Pengukuran tersebut tidak dilakukan dengan cara pengikatan ke muka, karena tidak
seluruh kondisi alam dapat mendukung cara tersebut. Khususnya pada kondisi alam yang
terpisah oleh rintangan, maka dapat dilakukan dengan cara pengikatan ke belakang.
Seperti pada pengukuran yang terpisah oleh jurang, sungai dan lain sebagainya.

Seperti terlihat pada gambar-gambar berikut adalah contoh pengukuran yang dilakukan
pada kondisi alam yang sulit baik daerah jurang maupun daerah tebing.

Gambar 1. Pengukuran di daerah tebing

4
Gambar 2. Pengukuran di daerah jurang
Karena kondisi alam tidak memungkinkan dilakukan pengukuran seperti biasanya,
sehingga diperlukan cara pengikatan ke belakang cara Collins maupun Cassini.

1. Tujuan Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model perhitungan
yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik
koordinat lain yang sudah diketahui.

Metode ini dikembangkan pada saat alat hitung sudah mulai ramai digunakan dalam
berbagai keperluan, sehingga pada perhitungannya dibantu dengan mesin hitung. Oleh
karena itu cara pengikatan ke belakang yang dibuat oleh Cassini dikenal dengan nama
metode mesin hitung.

Pengikatan ke belakang metode Collins ataupun metode Cassini seperti telah dibahas
sebelumnya bertujuan untuk mengukur atau menentukan koordinat titik jika kondisi alam
tidak memungkinkan dalam pengukuran biasa atau dengan pengukuran pengikatan ke
muka. Sehingga alat Theodolite hanya ditempatkan pada satu titik, yaitu tepat diatas titik
yang akan dicari koordinatnya, kemudian diarahkan pada patok-patok yang telah
diketahui koordinatnya,

Biasanya cara ini dilakukan ketika akan mengukur suatu titik yang terpisah jurang atau
sungai dengan bantuan titik-titik lain yang telah diketahui koordinantnya.

Dengan adanya metode pengolahan data ini memudahkan surveyor dalam teknis
pelaksanaan pengukuran di lapangan, khususnya pada kondisi alam yang sulit.

Yang membedakan metode Cassini dengan metode Collins adalah asumsi dan
pengolahan data perhitungan. Sedangkan pada proses pelaksanaan pengukuran di
lapangan kedua metode tersebut sama, yang diukur adalah jarak mendatar yang dibentuk
antara patok titik koordinat yang sudah diketahui. Pengolahan data metode Cassini
diasumsikan titik koordinat berada pada dua buah lingkaran dengan dua titik penolong.

5
Pada pengikatan ke belakang metode Collins diperlukan cukup satu titik penolong Collins
yaitu titik H, yang dicari sehingga didapatkan sudut , yang digunakan dalam langkah
menentukan titik P. Kedua titik tersebut baik titik H maupun titik P dapat dicari dari titik A
maupun B. Atau keduanya kemudian hasilnya dirata-ratakan.

Gambar 3. Pengikatan ke belakang metode Collins

Pada pengikatan ke belakang metode Cassini dibutuhkan dua titik bantu yaitu titik R dan
S. Titik R dicari dari titik A sedangkan titik S dari titik C. Untuk menentukan titik P dapat
dicari dari titik R dan S.

Gambar 4. Pengikatan ke belakang metode Cassini

2. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

2.1. Peralatan dan bahan


Peralatan yang digunakan pada pengukuran pengikatan ke belakang cara Cassini seperti
peralatan yang digunakan pada pengukuran pengikatan ke belakang cara Collins, antara
lain sebagai berikut:

6
a. Theodolite

b. Rambu ukur

c. Statif

d. Unting-unting

e. Benang

f. Formulir ukur dan alat tulis

2.2 Pengukuran di lapangan


Pada pelaksanaan pengukuran di lapangan yang datanya akan diolah dengan
menggunakan metode Cassini sama halnya pada praktek pengukuran metode Collins,
yaitu sebagai berikut.

Terdapat 3 titik koordinat yang telah diketahui berapa koordinat masing-masing. Misalkan
titik-titik yang telah diketahui tersebut adalah A, B dan C.

Akan dicari suatu koordinat titik tambahan diluar titik A,B, dan C untuk keperluan tertentu
yang sebelumnya tidak diukur, misalkan titik tersebut adalah titik P.

Alat Theodolite dipasang tepat diatas titik P yang akan dicari koordinatnya dengan
bantuan statif. Pasang rambu ukur yang berfungsi sebagai patok tepat pada titik yang
telah diketahui yaitu titik A, B, dan C, sehingga terdapat 3 patok dan 2 ruang antar patok
yaitu ruang AB dan BC. Baca sudut mendatar yang dibentuk oleh titik A, B dan titik B, C.

Sudut yang dibentuk oleh titik A dan B kita sebut sebagai sudut alfa () sedangkan sudut
yang dibentuk oleh titik B dan C kita sebut sudut beta ().

Untuk menghitung titik koordinat dengan menggunakan pengikatan ke belakang cara


Collins data yang diukur di lapangan adalah besarnya sudut dan sudut . Koordinat titik
A, B, dan C telah ditentukan dari pengukuran sebelumnya. Sehingga data awal yang
harus tersedia adalah sebagai berikut:

a. titik koordinat A ( Xa, Ya )

b. titik koordinat B ( Xb, Yb )

c. titik koordinat C ( Xc, Yc )

d. besar sudut

e. besar sudut

7
Gambar 5. Pengukuran sudut dan b di lapangan

2.3 Prosedur pengikatan ke belakang metode Cassini


Dari data yang telah tersedia diantaranya adalah koordinat titik A, B dan C, serta sudut
mendatar dan yang diperoleh dari pengukuran di lapangan, selanjutnya cara hitungan
Cassini diperlukan dua tempat kedudukan sebagai titik bantu, misalkan kedua titik
tersebut adalah titik R dan titik S.

Cassini membuat garis yang melalui titik A dibuat tegak lurus pada AB dan garis ini
memotong tempat kedudukan yang melalui A dan B di titik R.

Karena segitiga BAR adalah 90 maka garis BR menjadi garis tengah lingkaran, sehingga
segitiga BPR menjadi menjadi 90 pula.

Gambar 6. Lingkaran yang menghubungkan titik A, B, R dan P

Demikian pula dibuat garis lurus melalui titik C tegak lurus pada BC dan garis ini
memotong tempat kedudukan yang melalui titik B dan C di titik S. BS pun merupakan

8
garis tengah lingkaran, jadi segitiga BPS sama dengan 90. Karena segitiga BPR sama
dengan 90 sehingga segitiga BPS sama dengan 90.

Gambar 7. Lingkaran yang menghubungkan titik B, C, S dan P

Hubungkanlah titik R, titik P dan titik S. maka titik R, titik P dan titik S tersebut akan
terletak pada satu garis lurus, karena sudut yang dibentuk oleh BPR dan BPS adalah 90.
Titik R dan S dinamakan titik-titik penolong Cassini, yang membantu dalam menentukan
koordinat titik P Terlebih dahulu akan dicari koordinatkoordinat titik penolong Cassini R
dan S agar dapat dihitung sudut jurusan garis RS karena PB tegak lurus terhadap RS
maka didapat pula sudut jurusan PB. Sudut jurusan PB digunakan untuk menghitung
koordinat titik P dari koordinat B.

Gambar 8. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini

9
Rumus umum yang akan digunakan adalah:

d12 sin 12
x2 x1 =
d12 cos 12
y2 y1 =

d12 =
( x2 x1 )
sin 12

d12 =
( y2 y1 )
cos 12
x2 x1 = ( y2 y1 ) tg12
y2 y1 =( x2 x1 ) cot 12
(x x )
tg12 = 2 1
( y2 y1 )

3. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

3.1. Cara perhitungan secara detail


Bila P letaknya tertentu, maka melalui titik-titik A, B, P dan B, C, P dapat dibuat lingkaran
dengan m1 dan m2 sebagai pusat. Jika di A ditarik garis AB dan C ditarik garis tegak
lurus BC, maka garis-garis tersebut akan memotong lingkaran m1 dan m2 masing masing
di R dan S. Titik R dan S ini disebut titik Penolong Cassini. Maka dapat terbukti bahwa R,
P dan S terletak dalam satu garis lurus dan PB tegak lurus terhadap RS.

Koordinat-koordinat titik R dicari dengan menggunakan segitiga BRA yang siku-siku dititik
A, maka dar = dab cotg dan ar = ab + 90.

Seperti yang ditunjukan pada gambar 166 berikut, segitiga ABR untuk menentukan dar
dan gambar 167 menghitung ar.

Gambar 9. Menentukan dar

10
Gambar 10. Menentukan ar
Selanjutnya adalah:

d ar sin a ar
xr xa =
sin ( ab + 90 )
= d ab cot aa
= d ab cos aa
ab cot

= ( yb ya ) cot a
xr =xa + ( yb ya ) cot a
d ar cos a ar
yr ya =
cos ( ab + 90 )
= d ab cot aa
= d ab sin aa
ab cot

( xb xa ) cot a
=
yr = ya ( xb xa ) cot a

Koordinat-koordinat titik S dicari dalam segitiga BSC yang siku-siku di titik C, maka

dcs=dcb cotb dan cs=bc+90

Gambar 11. Menentukan das

Gambar 12. Menentukan as

11
Jadi berlakulah:

d cs sin cs
xs xc =
= dbc cot b sin ( cb + 90 )
= dbc cos bc cot b
= ( yc yb ) cot b

xs =xc + ( yc yb ) cot b

d cs cos cs
ys yc =
= dbc cot b cos ( bc + 90 )
= dbc sin bc cot b
ys =yc ( xc xb ) cot b
( xc xb ) cot b
=

Dari uraian diatas dan dari rumus-rumus untuk xr, yr, xs dan ys dapat dilihat, bahwa
besaran-besaran ini dapat dihitung dengan segera dari besaran-besaran yang telah diakui,
yaitu koordinat-koordinat titik A, B dan C dan sudut-sudut dan yang diukur.

Sekarang dapatlah ditentukan sudut jurusan garis RS dengan rumus:

( xs xr ) : ( ys yr ) dan misalkan
tga rs =
=tgaa
rs n=
, maka cot rs 1: n

12
Selanjutnya Cassini menulis untuk memasukkan koordinat-koordinat titik P ;

( yb y p ) ( y p yr )
yr yb =
( xb x p ) cot aa
= pb ( x p xr ) cot rp

Karena aaa
rp = rs 90 dan rs , maka dapat ditulis:

rs 90 ) ( x p xr ) cot rs
yr yb = ( xb x p ) cot (aa
+ ( xb x p ) tgaa
= rs ( x p xr ) cot rs

= ( xb x p ) n ( x p xr )
1
n
1 1
= nxb +
xr n + x p atau
n n
1 1
x p nxb + xr + yb yr : n +
=
n n
( xb x p ) ( x p xr )
xt xb =
( yb y p ) tgaa
= pb ( yb yr ) tg rp

= ( yb y p ) tg (aa
rs 90 ) ( y p yr ) tg rs

= ( yb y p ) cot aa
rs ( y p yr ) tg rs

= ( yb y p ) ( y p yr ) n
1
n
1 1
= yb + nyr n + y p
n n
1 1
y=
p yb + nyr + xb xr : n +
n n

3.2 Langkah-langkah perhitungan


Menentukan koordinat penolong R dan S

Koordinat R

Rumus yang digunakan:

xr =xa + ( yb ya ) cot a
yr = ya + ( xb xa ) cot a

Koordinat S

xs =xc + ( yc yb ) cot b
yc =yc + ( xc xb ) cot b

13
Menentukan n

= rs
n tg=
( xs xr )
( y s yr )
Menentukan koordinat P

1
nxb + xr + yb yr
xp =
n
1
n +
n
1
nyr + yb + xb xr
yp = n
1
n +
n

4. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Selain dengan cara hitungan dengan metode Cassini, koordinat titik P dapat pula dicari
dengan menggunakan metode grafis. Secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:

a. Lukis di titik B sudut

=
1 ( 90 )
dan
=
2 ( 90 )
b. Lukis sudut 90 di A dan di C, sehingga garis-garis tersebut akan berpotongan di R dan
S,

c. Maka garis tegak lurus dari B pada garis RS akan memberikan titik P yang dicari.

Langkah-langkah pekerjaan:

1. Menentukan titik A, B dan C yang telah disesuaikan dengan koordinat masing-masing


baik absis maupun ordinatnya ke dalam kertas grafik.

Gambar 13. Penentuan koordinat titik A, B dan C

2. Lukislah sudut 90 pada arah koordinat A dan sudut 90 pada arah koordinat B.

14
Gambar 14. Menentukan sudut 90 dan 90 - b

3. lukis sudut 90o di titik A sehingga akan berpotongan dengan sudut yang dibentuk oleh
sudut 90. Titik perpotongan tersebut kita sebut titik R. dan lukis sudut 90 di titik B
sehingga akan berpotongan dengan sudut yang dibentuk oleh sudut 90 . Titik
perpotongan tersebut kita sebut titik S.

Gambar 15. Penentuan titik R dan S

4. Hubungkan titik koordinat R dan S tersebut, sehingga kedua titik terdapat dalam satu
garis lurus.

Gambar 16. Penarikan garis dari titik R ke S

5. Tarik garis dari titik B terhadap garis RS, sehingga menjadi garis yang membagi garis
RS dengan sudut sama besar yaitu saling tegak lurus 90.

Gambar 17. Penentuan titik P


6. Bacalah koordinat titik P tersebut.

15
IV. RANGKUMAN

Berdasarkan uraian materi mengenai pengikatan kebelakang metode cassini, maka dapat
disimpulkan sebagi berikut:

1. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model


perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari
dari titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui.

2. Pengikatan ke belakang metode Cassini bertujuan untuk mengukur atau menentukan


koordinat titik jika kondisi alam tidak memungkinkan dalam pengukuran biasa atau
dengan pengukuran pengikatan ke muka. Sehingga alat Theodolite hanya ditempatkan
pada satu titik, yaitu tepat diatas titik yang akan dicari koordinatnya, kemudian
diarahkan pada patok-patok yang telah diketahui koordinatnya, Yang membedakan
metode Cassini dengan metode Collins adalah asumsi dan pengolahan data
perhitungan. Sedangkan pada proses pelaksanaan pengukuran di lapangan kedua
metode tersebut sama, yang diukur adalah jarak mendatar yang dibentuk antara patok
titik koordinat yang sudah diketahui.

3. Peralatan yang digunakan pada pengukuran pengikatan ke belakang cara Cassini,


antara lain sebagai berikut :Theodolite, Rambu ukur, Statif, Unting-unting, Benang,
Formulir ukur dan alat tulis.

4. Langkah-langkah penggambaran Pengikatan ke belakang metode Cassini:

a. menentukan titik A, B dan C yang telah disesuaikan dengan koordinat masing-


masing baik absis maupun ordinatnya ke dalam kertas grafik.

b. lukislah sudut 90 pada arah koordinat A dan sudut 90 b pada arah koordinat
B.

c. lukis sudut 90 di titik A sehingga akan berpotongan dengan sudut yang dibentuk
oleh sudut 90 .

d. hubungkan titik koordinat R dan S tersebut, sehingga kedua titik terdapat dalam
satu garis lurus.

e. tarik garis dari titik B terhadap garis RS, sehingga menjadi garis yang membagi
garis RS dengan sudut sama besar yaitu saling tegak lurus 90.

f. Bacalah koordinat titik P tersebut

V. SOAL LATIHAN

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!

1. Apa yang dimaksud pengukuran pengikatan ke belakang? Mengapa dilakukan


pengukuran pengikatan ke belakang?

16
2. Jelaskan pengertian dan tujuan pengikatan ke belakang metode Cassini?

3. Jelaskan persamaan dan perbedaan metode Collins dan Cassini?

4. Diketahui koordinat X1 = 19.268,27 Y1 =86.785,42 X2 = 26.578.33 Y2


=95.423,13 sudut yang dibentuk adalah 43. Berapa jarak koordinat 1 dan 2 (d12).

5. Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan pengikatan ke belakang cara Cassini


dengan data sebagai berikut:

A : x = - 3.587,17 B : x = - 3.255,33 C : x = + 6.147,23 = 523150

y = + 6.356,26 y = +2.963,45 y = - 3.346.37 = 322413

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Sinaga, Indra, (1997), Pengukuran dan pemetaan pekerjaan Konstruksi, Penerbit


Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

2. Hartanto, J. Andy, dan Kustarto, D.W. Hendro, (2012), Ilmu Ukur Tanah Metode dan
Aplikasi Bagian Kedua, Penerbit Dioma: Malang.

3. Frick, Heinz, (2006), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

4. Astanto, Triono Budi, (2005), Pekerjaan Dasar Survei, Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

5. Brinker, Russel C., dan Wolf, paul R., (2000), Dasar-Dasar Pengukuran Tanah
(Terjemahan: Walijatun, Djoko), Penerbit Erlangga: Jakarta.

6. Purwamijaya, I.M., (2008), Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1, Penerbit Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

7. Purwamijaya, I.M., (2008), Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 2, Penerbit Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

8. Purwamijaya, I.M., (2008), Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 3, Penerbit Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

9. Mulyadi, R. dan Hamzah, B., (2014) Buku Ajar Pengukuran dan Pemetaan. Prodi
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

17

Anda mungkin juga menyukai