y, Oct 20xx: 1- 6
ABSTRAK
Kampung Nelayan Kondang Merak memiliki berbagai kekayaan alam berupa pantai,
pemandangan alam, kekayaan biota laut, dan hutan Lutung Jawa sebagai identitas
yang ada di kawasan tersebut, yang merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa.
Berdasarkan potensi lingkungan yang ada, kawasan tersebut dikembangkan sebagai
wisata unggulan berdasarkan program yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten
Malang. Adapun pengembangan yang dilakukan, yaitu pengembangan kawasan
berbasis ekowisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Untuk mendukung
pengembangan tersebut, maka kawasan tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah
pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya
dan lingkungan. Pengembangan kampung nelayan di kawasan tersebut difokuskan
pada penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan ekowisata, seperti penginapan,
peribadatan, kuliner, penjualan cinderamata, dan dermaga wisata. Kemudian,
keberadaan nelayan harus selaras dengan kegiatan ekowisata yang dikembangkan
dengan menyediakan fasilitas yang layak untuk nelayan serta penunjang lainnya
seperti tempat pelelangan ikan, dermaga tambat, dan gudang penyimpanan hasil laut
dan olahan hasil laut. Hasil pengembangan kawasan kampung nelayan di Kondang
Merak adalah sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
setempat. Sesuai pengembangan yang akan dilakukan, diharapkan hubungan antara
rumah-manusia-alam tercipta keselarasan sebagai wujud pembangunan
berkelanjutan dengan penggunaan material, sumber energi, serta pengelolaan yang
ramah lingkungan. Metode penelitian yang digunakan yaitu berupa metode deskriptif,
kualitatif dan eksplorasi melalui pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi, terlebih lagi pengamatan visual. Kemudian dianalisa
terkait perkembangan fisik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi masyarakat
setempat. Sedangkan teori yang digunakan, yaitu terkait dengan pengembangan
ekowisata di perkampungan nelayan yang berkelanjutan. Sehingga, masyarakat
setempat perlu diberdayakan untuk merespon potensi yang ada tanpa mengabaikan
lingkungan mereka, maka diperlukan pengetahuan yang memadai melalui pendidikan
baik formal maupun non-formal terkait hal tersebut. Selain itu, pengembangan
kawasan tersebut harus dilakukan secara hati-hati dan cermat, hal ini ditujukan untuk
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Untuk itu, maka perlu adanya perbaikan
infrastruktur untuk menuju lokasi tersebut sehingga mudah diakses dan perlu adanya
perbaikan sistem komunikasi yang memadai untuk memudahkan interaksi dengan
masyarakat sekitar.
PENDAHULUAN
Teori
Berdasarkan peraturan pariwisata dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 19
tahun 2009 bahwa kawasan pariwisata harus memiliki objek wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, bersama dengan komunitas yang saling berhubungan
dan menyelesaikan realisasi pariwisata.
Menurut Undang-Undang Nomor 01 tahun 2011, perumahan dan kawasan
permukiman adalah sistem terpadu yang terdiri dari pembinaan, administrasi
perumahan, administrasi kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,
pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman,
penyediaan lahan, pendanaan dan pembiayaan sistem, dan juga peran komunitas.
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6
2. Ekowisata
Ekowisata didefinisikan sebagai konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan
yang bertujuan mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Menurut Tuwo (2011), tujuan ekowisata
adalah (1) untuk mewujudkan operasi pariwisata yang bertanggung jawab yang
mendukung upaya konservasi lingkungan alam, sejarah, dan warisan budaya; (2)
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan memberikan manfaat ekonomi bagi
masyarakat setempat; (3) Menjadi model pengembangan pariwisata lainnya melalui
penerapan prinsip ekowisata.
Menurut Tuwo (2011: 32), ekowisata memiliki tiga kriteria yang memberikan
nilai konservasi yang dapat dihitung, melibatkan masyarakat, dan menguntungkan dan
dapat dipertahankan dengan sendirinya. Ketiga kriteria ini dapat dipenuhi ketika setiap
kegiatan ekowisata mengkombinasikan empat komponen: ekosistem, komunitas,
budaya, dan ekonomi. Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia (2009) di Waluya dan Jamil (2016), ekowisata memiliki banyak definisi
sepenuhnya prinsip dalam pariwisata yang kegiatannya mengacu pada 4 (empat)
elemen penting:
1. Memberikan pengalaman dan pendidikan bagi wisatawan untuk meningkatkan
pemahaman dan apresiasi terhadap tujuan wisata yang mereka kunjungi.
Pendidikan diberikan melalui pemahaman tentang pentingnya pelestarian
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA
Metode
Adaptasi lingkungan dilakukan oleh manusia, yang akan menjadi wilayah yang
diciptakan untuk menunjukkan identitas dan kepemilikan. Tahap berikutnya akan
menciptakan ikatan emosional yang kuat antara orang-orang (sebagai pengguna) dan
hunian (sebagai tempat untuk hidup). Keterikatan antara manusia di suatu tempat
tumbuh ketika mereka hidup dan bergerak di lingkungan. Ikatan terjadi secara alami,
yang akan memperkuat hubungan yang melibatkan emosi, kognisi, dan perilaku.
Berdasarkan kondisi yang ada, dapat dijelaskan bahwa "tempat keterikatan adalah
ikatan kognitif, emosi dan perilaku antara manusia dan lingkungan yang dihuni"
(Altman & Chemers, 1984). "Sementara asosiasi dengan tempat penampungan,
menggambarkan keterikatan manusia dan hunian yang merupakan klimaks dari
serangkaian kegiatan untuk menghuni" (Draft Vision, 2013).
Lokasi wilayah studi terletak di pantai Selatan Pulau Jawa di desa
Sumberbening tepatnya di Kabupaten Malang. Ada perumahan nelayan di lokasi
tersebut dalam kondisi fisik kurang memenuhi sebagai hunian yang layak dan sehat.
Penilaian ini didasarkan pada kurangnya fasilitas dan lingkungan infrastruktur, dihuni
26 keluarga dengan kondisi lingkungan yang tidak teratur dan kotor. Berdasarkan latar
belakang mereka yang berpenghasilan rendah, maka mereka sangat mudah berbaur.
Kebersamaan itu terjadi ketika para nelayan mencari untuk menangkap hasil laut,
bahwa solusi mereka dalam masalah keluarga dan kesulitan ekonomi.
A B
Gambar 2. Peta lokasi pengembangan (A); Batas-batas lokasi (B).
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6
Aksesibilitas menuju kawasan pariwisata menjadi tulang salah satu elemen utama
untuk pengembangan kawasan pariwisata, pada kondisi eksisting kondisi pencapaian
menuju kawasan ini masih kurang mudah diakses , dikarenakan permasalahan sebagai
berikut :
a. Akses utama dari kota perlu ditingkatkan dengan fasilitas JLS (Jalur Lintas
Selatan) dan sarana penunjang jalan seperti penerangan dan drainase , untuk saat
ini proyek JLS belum rampung hingga pembangunan infrastruktur penunjang jalan
raya seperti : PJU (penerangan jalan umum), drainase tertutup jalan raya, dan
penghijauan kawasan koridor jalan. Berikut adalah gambaran penampang (Gambar
3):
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA
Signage
Signage menuju ke kawasan wisata Kondang Merak Sangat terbatas dan sangat
kurang , berikut adalah kondisi signage eksisting menuju kawasan kondang merak
(Gambar 5):
Saat ini zonasi dan peruntukan lahan pada kawasan pesisir Kondang Merak belum
memiliki zonasi yang jelas, berikut adalah rencana pengembangannya (Gambar 6):
Berikut adalah potensi yang terdapat di kawasan Kondang Merak (Gambar 7):
Gambar 8. Beberapa rumah nelayan di Kondang Merak dengan penggunaan material batako
untuk meningkatkan ketahanan terhadap iklim
A B
Gambar 9. Gapura menuju Kampung Nelayan (A); Fasilitas bermain anak (B)
Desain permukiman nelayan di lokasi cukup responsif dengan budaya pesisir dan
masyarakat pesisir, sehingga menjadikan pantai sebagai orientasi utama
permukiman, serta memiliki area teras sebagai ruang bersama multifungsi , baik
secara sosial budaya dan ekonomi.
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA
Tipikal bentuk hunian relatif sama yaitu bentuk atap pelana dengan teras
panggangpe pada bagian depan , namun secara karakteristik sudah banyak rumah
yang menggunakan ornamen - ornamen tertentu sebagai indentitas dari hunian yang
ditempati, penggunaan warna yang beragam juga sudah menunjukkan warga di
lokasi memiliki kesan keindahan yang ingin ditampilkan pada hunian mereka
(Gambar 10).
Fasilitas umum untuk budaya, hiburan yang terjangkau masih cukup minim
namun sudah terdapat sarana balai nelayan multifungsi yang digunakan warga
untuk belajar (membaca, bermain, dan bersosialisasi).
Pada lokasi ini masih menjadi wacana pemerintah untuk dikembangkan
sebagai salah satu wilayah sumber ekonomi kabupaten dengan akan dibangunnya
dermaga tambat dan TPI khusus untuk area Malang bagian barat. Namun untuk
program pemindahan ke lokasi yang lebih layak masih belum ada, menurut sumber
yang kami wawancarai pembangunan JLS yang harusnya mencangkup sampai area
akses menuju Kondang Merak masih belum kunjung selesai.
Kelompok sosial pada area kampung nelayan relatif setara yaitu berprofesi sebagai
nelayan dengan penghasilan rata - rata sama sehingga tidak terjadi kesenjangan
sosial namun ada juga beberapa warga yang hanya singgah saja untuk melaut
namun memiliki hunian di tempat lain yang lebih terjangkau oleh akses publik.
Sampai saat ini perumahan di lokasi hanya dihuni oleh kelompok menengah
kebawah. Lokasi tempat tinggal sangat mendukung untuk profesi penghuninya
yaitu nelayan, dimana area perekonomian penduduk berada tepat di depan area
hunian.
Dengan kerja sama, antara pemerintah, warga, dan perhutani
mengembangkan area di sekitar kampung nelayan tersebut sebagai kawasan wisata
yang juga mampu menaikkan taraf perekonomian warga sekitar. Sehingga banyak
juga warga yang membuat warung, tempat persewaan alat selam, sarana toilet
untuk wisatawan yang berkunjung.
Namun sampai saat ini lahan yang ditempati warga adalah lahan milik
perhutani dikarenakan di area tersebut juga terdapat area konservasi lutung jawa
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6
sehingga warga di area tersebut masih menumpang diatas tanah perhutani dan
belum memiliki legalitas hak milik, hanya hak guna lahan saja.
Sementara untuk pengelolaan dan pemeliharaan area perumahan dikelola
oleh warga secara swadaya. Kemudian guna peningkatan ketahanan banyak warga
yang telah mengganti material bangunan dari material semi permanen menjadi
material permanen berupa batako.
Analisa SGD’S
Hal-hal yang disajikan dalam analisa berikut hanya sebatas penjelasan indikator-
indikator tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) yang meliputi konsep dan
defnisi, sumber data, level penyajian, periode data dan disagregasi dari indikator-
indikator tersebut serta mencakup semua indikator yang diusulkan baik yang berupa
indikator utama maupun indikator tambahan. Selain itu, analisa ini juga mencakup
identifkasi indikator-indikator yang tersedia di Kampung Nelayan beserta sumber
datanya. Analisa ini menyajikan jenis indikator SDG’s dan nilai dari setiap indikator
(Tabel 1).
Ketercapaian
No Tujuan Kondisi eksisting
SK K C B SB
UMR Kab Malang Rp. 2.574.807.22
pendapatan nelayan dalam musim ikan
Tanpa bisa mencapai Rp.10.000.000,00 dalam
1 satu kali melaut, namun bisa turun
Kemiskinan
bergantung pada kondisi alam. sehingga
rata - rata pendapatan per tahunnya masih
di bawah UMR
Ketahanan pangan lokasi kampung cukup
Tanpa
2 baik dikarenakan beberapa warga juga
Kelaparan
memiliki kampung di wilayah pertanian
Dalam hal kesehatan warga saat ini sudah
Kehidupan cukup memenuhi persyaratan kesehatan
3 sehat dan dikarenakan memiliki posko kesehatan
sejahtera sendiri namun belum memiliki petugas
kesehatan yang stand by
Akses Sekolah terdekat berada di pusat
Pendidikan
4 desa sumber bening sekitar 12 Km dari
berkualitas
lokasi
Kesetaraan gender pada masyarakat cukup
Kesetaraan
5 baik dikarenakan untuk wanita di lokasi
Gender
juga bekerja membuka warung makan
Ketersediaan air bersih sudah cukup baik
Air Bersih dikarenakan sudah pernah ada program
6 dan Sanitasi peningkatan jaringan air bersih, namun
Layak belum semua penduduk memiliki MCK
pribadi
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA
Ketercapaian
No Tujuan Kondisi eksisting
SK K C B SB
Penggunaan solar cell cukup membantu
Energi Bersih
7 warga dalam penyediaan listrik, meskipun
dan
jaringan PLN saat ini masih menjangkau
Terjangkau
area tersebut
Pekerjaan Perlu peningkatan fasilitas berupa
Layak dan dermaga untuk kapal serta tempat
8
Pertumbuhan pelelangan ikan untuk lebih menunjang
ekonomi perekonomian warga.
Kurangnya infrastruktur berupa akses
menuju lokasi yang masih susah dan juga
Industri,
sarana PJU serta Utilitas kawasan yang
9 Inovasi, dan
masih minim, namun secara inovasi
Infrastruktur
banyak warga yang telah mampu
mewujudkan inovasi dan industri wisata.
Kesenjangan pada lokasi tidak terlihat
Berkurangnya
10 sehingga sudah cukup harmonis dan saling
kesenjangan
bergotong royong
Kota dan
11 komunitas - - - - - -
berkelanjutan
Dengan program pemerintah gemar
Konsumsi dan makan ikan juga meningkatkan konsumsi
produksi yang dan produktifitas nelayan lokal di lokasi
12
bertanggung objek studi , rata - rata hasil tangkapan
jawab nelayan setempat selain dijual segar juga
dijual di warung - warung lokasi wisata
Penanganan
Belum adanya upaya untuk mengahadapi
13 perubahan
perubahan iklim
iklim
Nelayan di lokasi menggunakan sistem
penangkapan ikan secara tradisional yaitu
menggunakan jaring konvensional dan
Ekosistem pancing sehingga ramah lingkungan,
14
laut selain itu juga menggunakan perangkap
kepiting dan lobster dari bahan yang
terbarukan untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
terdapat area konservasi lutung jawa di
sekitar lokasi yang dijaga oleh warga dan
dilestarikan sehingga sangat mendukung
pelestarian ekosistem darat, dilokasi juga
Ekosistem
15 tidak terdapat pembukaan lahan untuk
darat
area wisata secara paksa sehingga alam di
sekitar lokasi sangat terjaga , muara di
sekitar lokasi juga bersih dan ditanami
tanaman bakau
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6
Ketercapaian
No Tujuan Kondisi eksisting
SK K C B SB
Perdamaian, Dengan adanya kelompok nelayan
keadilan, dan membuat masyarakat komunitas nelayan
16
kelembagaan kondang merak menjadi sangat harmonis
yang tangguh dan kreatif serta terorganisir dengan baik
Kemitraan pengelolaan area wisata antara
Kemitraan
warga dan perhutani membuat
untuk
17 pertumbuhan ekonomi dan pengelolaan
mencapai
area menjadi baik dan cukup terpantau
tujuan
dengan baik.
Adapun dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kampung nelayan
Kondang Merak di Kabupaten Malang memiliki potensi lingkungan yang sangat baik.
Untuk itu, diperlukan pengembangan kawasan yang berkelanjutan dengan
menerapkan prinsip ekowisata. Selain dapat menjaga lingkungan, diharapkan dengan
adanya pengembangan kawasan berbasis ekowisata ini dapat meningkatkan kondisi
ekonomi masyarakat setempat, tanpa mengabaikan kondisi sosial, budaya dan
lingkungan yang ada di kawasan tersebut. Kemudian, diperlukan pula kerja sama
antara Pemerintah Daerah Kabupaten Malang, Perhutani dan masyarakat setempat
untuk mengelola bersama-sama lingkungan secara berkelanjutan, sehingga segala
potensi yang ada pada kawasan tersebut dapat terjaga kelestariannya. Selain itu,
dengan adanya pengembangan di kawasan ini dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi semua pihak yang terlibat untuk menjaga keberlangsungan dan
keberlanjutan kehidupan di masa mendatang.
REFERENSI
Buku
Altman; Chemers (1984), Culture and Environment, A Division of Wadsworth, The
University of Utah Books Cole Publishing Company California.
Badan Pusat Statistik (2014), Kajian Indokator Sustainable Development Goals
(SDGs).
Badan Pusat Statistik (2018), Kabupaten Malang dalam Angka.
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6
Jurnal
Asmal, Idawarni & Nurmaida Amri (2018), Housing Character in The Border Beach
Area of Cambayya. Jurnal Architecture & Environment Vol. 17 No. 1.
Darmiwati, Reny (2016), The New Urbanism Of Fishermen’s VillageIn Bulak
Settlement Surabaya. Jurnal Architecture & Environment Vol. 15 No. 1.
Ding, Ying dan Zhang, Hong (2018), The Interpretation and Inheritance of Green
Local Building Material System in Modern Architecture - Case Study of
Century Fishing Village Eelgrass Cottage Resort in Dayu Island, Shidao Bay,
Jiaodong Peninsula. Applied Mechanics and Materials Vol. 878.
Irina-Ramona, Pecingina (2016), Ecotourism dan Sustainable Development. Annals
of The ,, Contastantin Brancusi” University of Tagu Jiu, Engineering Series
No. 3.
Kurniawan, Kadek Adi dkk. (2014), The Concept of Underground Space
Development Control in Southern Badung Area. Jurnal Architecture &
Environment Vol. 13 No. 2.
Nadjmi, Nurul & Fadhillah Khairani Asrul (2018), The Additional Functions of Porch
and Vault in Pantai Bahari Fishing Village. Jurnal Architecture &
Environment Vol. 17 No. 1.
Skripsi
Purnamasari. (2015), Penataan Permukiman Produktif Berbasis Industri Rumput Laut
Studi Kasus Desa Lamalaka Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Makassar.
Universitas Hasanudin.