Anda di halaman 1dari 19

arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No.

y, Oct 20xx: 1- 6

PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG


MERAK, KABUPATEN MALANG BERBASIS EKOWISATA
Muhammad Al-Qardawy*, Muhammad Alfreno Rizani*, Angga Perdana*
*) Mahasiswa, Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia

ABSTRAK

Kampung Nelayan Kondang Merak memiliki berbagai kekayaan alam berupa pantai,
pemandangan alam, kekayaan biota laut, dan hutan Lutung Jawa sebagai identitas
yang ada di kawasan tersebut, yang merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa.
Berdasarkan potensi lingkungan yang ada, kawasan tersebut dikembangkan sebagai
wisata unggulan berdasarkan program yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten
Malang. Adapun pengembangan yang dilakukan, yaitu pengembangan kawasan
berbasis ekowisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Untuk mendukung
pengembangan tersebut, maka kawasan tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah
pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya
dan lingkungan. Pengembangan kampung nelayan di kawasan tersebut difokuskan
pada penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan ekowisata, seperti penginapan,
peribadatan, kuliner, penjualan cinderamata, dan dermaga wisata. Kemudian,
keberadaan nelayan harus selaras dengan kegiatan ekowisata yang dikembangkan
dengan menyediakan fasilitas yang layak untuk nelayan serta penunjang lainnya
seperti tempat pelelangan ikan, dermaga tambat, dan gudang penyimpanan hasil laut
dan olahan hasil laut. Hasil pengembangan kawasan kampung nelayan di Kondang
Merak adalah sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
setempat. Sesuai pengembangan yang akan dilakukan, diharapkan hubungan antara
rumah-manusia-alam tercipta keselarasan sebagai wujud pembangunan
berkelanjutan dengan penggunaan material, sumber energi, serta pengelolaan yang
ramah lingkungan. Metode penelitian yang digunakan yaitu berupa metode deskriptif,
kualitatif dan eksplorasi melalui pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi, terlebih lagi pengamatan visual. Kemudian dianalisa
terkait perkembangan fisik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi masyarakat
setempat. Sedangkan teori yang digunakan, yaitu terkait dengan pengembangan
ekowisata di perkampungan nelayan yang berkelanjutan. Sehingga, masyarakat
setempat perlu diberdayakan untuk merespon potensi yang ada tanpa mengabaikan
lingkungan mereka, maka diperlukan pengetahuan yang memadai melalui pendidikan
baik formal maupun non-formal terkait hal tersebut. Selain itu, pengembangan
kawasan tersebut harus dilakukan secara hati-hati dan cermat, hal ini ditujukan untuk
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Untuk itu, maka perlu adanya perbaikan
infrastruktur untuk menuju lokasi tersebut sehingga mudah diakses dan perlu adanya
perbaikan sistem komunikasi yang memadai untuk memudahkan interaksi dengan
masyarakat sekitar.

Kata kunci: Kampung Nelayan, Pengembangan, Ekowisata


Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

PENDAHULUAN

Kampung Nelayan Kondang Merak terletak secara administratif berada di Desa


Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di kawasan ini
terdapat pantai, hutan mangrove dan kekayaan hayati lainnya. Pantai yang ada di
kawasan ini dikenal sebagai Pantai Kondang Merak. Pantai ini sudah menjadi
kunjugan wisatawan lokal maupun asing untuk bermain snorkeling (kegiatan
menyelam). Keunggulan sebagai tempat snorkeling inilah yang menjadi salah satu
daya tarik yang ditawarkan pantai tersebut.
Selain pantai di kawasan wisata Kondang Merak juga terdapat beberapa
fasilitas tambahan yang dikelola warga antara lain warung kuliner yang menjual hasil
laut, bumi perkemahan, beberapa toko kelontong. Di area ini juga terdapat area
konservasi lutung jawa yang masih berada di kawasan pantai tersebut, mengingat
bagian utara pantai masih berupa kawasan hutan.
Namun dengan potensi yang cukup menarik untuk dikembangkan belum ada
proyek yang dicanangkan untuk melakukan pengembangan kawasan wisata Kondang
Merak. Pada tahun 2016 pemerintah Kabupaten Malang mulai mengembangkan
kawasan Kondang Merak menjadi pusat perikanan Malang bagian barat. Dengan
proyek pembangunan dermaga tambat di wilayah Kondang Merak serta penambahan
jumlah kapal nelayan diharapkan bisa meningkatkan hasil laut kabupaten Malang.
Selain dermaga dan tempat pelelangan ikan, di kawasan ini sangat potensial
dikembangkan untuk daerah wisata kuliner hasil laut, yang juga akan meningkatkan
pendapatan warga di kawasan pantai Kondang Merak, pada saat ini saja sudah banyak
terdapat warung – warung yang menjual hasil laut bahkan ada salah satu menu
terkenal yaitu sate tuna. Selain sajian sate tuna, di sepanjang bibir pantai juga tersedia
beragam menu dengan bahan dasar ikan laut, di antaranya gurita asem manis, kuah
pedas kepala ikan laut, gurita saos tiram, dan kebab ikan.
Untuk itu dibutuhkan desain yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan
kawasan serta menarik untuk menunjang pengembangan kampung nelayan Kondang
Merak untuk mengelola area pantai Kondang Merak menjadi kawasan ekowisata yang
secara ekonomis menunjang perekonomian warga dan Kabupaten malang secara
umum dan memiliki daya tarik untuk wisata unggulan di kabupaten Malang.

TEORI DAN METODE PENELITIAN

Teori
Berdasarkan peraturan pariwisata dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 19
tahun 2009 bahwa kawasan pariwisata harus memiliki objek wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, bersama dengan komunitas yang saling berhubungan
dan menyelesaikan realisasi pariwisata.
Menurut Undang-Undang Nomor 01 tahun 2011, perumahan dan kawasan
permukiman adalah sistem terpadu yang terdiri dari pembinaan, administrasi
perumahan, administrasi kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,
pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman,
penyediaan lahan, pendanaan dan pembiayaan sistem, dan juga peran komunitas.
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

1. Perumahan dan Permukiman Masyarakat Pesisir


a. Bentuk Bangunan Pesisir
1) Bentuk rumah panggung umumnya berada pada area di atas air, baik pada
ruang batas pesisir dan lahan.
2) Bentuk rumah biasa umumnya terletak di area bebas genangan.
b. Status Kepemilikan Lahan Bangunan di Wilayah Pesisir
1) Status Tanah Negara di atas air atau tanah.
2) Kepemilikan lahan dari generasi ke generasi.
3) Membangun pola rumah dalam kelompok keluarga.
4) Penguasaan tanah dengan reklamasi pantai tradisional.
c. Persyaratan untuk pengembangan perumahan dan permukiman pesisir (Wunas,
S di Purnamasari, 2015) adalah:
1) Jarak antara bangunan yang menganggap setiap rumah untuk mendapatkan
penerangan dan sirkulasi udara yang baik, jauh dari penyakit menular, dan
implementasi yang mudah dari penyediaan infrastruktur lingkungan .
2) Jarak antara bangunan dan jalan yang dapat mendukung lalu lintas lancar dan
aman, mengurangi polusi udara dan suara kotor, dan ketersediaan taman
bermain.
3) Jarak antara bangunan dan pantai yang dapat menjaga kelestarian pesisir,
dapat diisi dengan jalur hijau untuk mengurangi tenaga angin, dan mengatasi
erosi pantai.
4) Tersedianya prasarana dasar yang dapat menunjang kualitas hidup warga.

2. Ekowisata
Ekowisata didefinisikan sebagai konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan
yang bertujuan mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Menurut Tuwo (2011), tujuan ekowisata
adalah (1) untuk mewujudkan operasi pariwisata yang bertanggung jawab yang
mendukung upaya konservasi lingkungan alam, sejarah, dan warisan budaya; (2)
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan memberikan manfaat ekonomi bagi
masyarakat setempat; (3) Menjadi model pengembangan pariwisata lainnya melalui
penerapan prinsip ekowisata.
Menurut Tuwo (2011: 32), ekowisata memiliki tiga kriteria yang memberikan
nilai konservasi yang dapat dihitung, melibatkan masyarakat, dan menguntungkan dan
dapat dipertahankan dengan sendirinya. Ketiga kriteria ini dapat dipenuhi ketika setiap
kegiatan ekowisata mengkombinasikan empat komponen: ekosistem, komunitas,
budaya, dan ekonomi. Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia (2009) di Waluya dan Jamil (2016), ekowisata memiliki banyak definisi
sepenuhnya prinsip dalam pariwisata yang kegiatannya mengacu pada 4 (empat)
elemen penting:
1. Memberikan pengalaman dan pendidikan bagi wisatawan untuk meningkatkan
pemahaman dan apresiasi terhadap tujuan wisata yang mereka kunjungi.
Pendidikan diberikan melalui pemahaman tentang pentingnya pelestarian
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

lingkungan sementara pengalaman diberikan melalui kegiatan wisata kreatif


disertai dengan layanan yang sangat baik.
2. Meminimalkan dampak negatif yang dapat merusak karakteristik lingkungan
dan budaya dari daerah yang dikunjungi.
3. Libatkan komunitas dalam manajemen dan implementasi.
4. Berikan manfaat ekonomi, terutama bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu,
kegiatan ekowisata harus menguntungkan.
Menurut John Swarbook (1999), ekowisata memiliki berbagai prinsip yang
mengatur untuk menyatukan konservasi lingkungan hidup, pengembangan
masyarakat dan wisata yang berkelanjutan, berjalan beriringan. Hal ini berarti
bahwa para pihak yang melaksanakan ikut berpartisipasi dalam ekowisata harus
menjalankan kriteria dan prinsip ekowisata, yaitu sebagai berikut :
1. Meminimalkan dampak fisik, sosial, perilaku, psikologi.
2. Membangun kesadaran lingkungan, budaya dan rasa hormat.
3. Memberi pengalaman positif bagi pengungjung dan tuan rumah.
4. Memberi manfaat keuangan langsung bagi konservasi atau pelestarian
lingkungan hidup.
5. Menghasilkan keuntungan finansial bagi masyarakat lokal, industri swasta.
6. Memberikan pengalaman interpretatif yang mengesankan bagi pengunjung
untuk meningkatkan sensitivitas terhadap iklim politik, lingkungan, sosial
tempat tujuan wisata.
7. Membangun, mengoperasikan fasilitas atau infrastruktur dengan
meminimalkan dampak lingkungan.
8. Mengakui hak-hak keyakinan spiritual komunitas adat dan memberdayakan
mereka.
Pada perkembangan praktek dan konsep ekowisata disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor yang utama adalah keinginan menyediakan dana yang
berkelanjutan bagi kegiatan konservasi alam dan satwa liar. Namun dikarenakan
implementasinya melibatkan atau memiliki dampak tehadap berbagai pemangku
kepentingan, maka gagasan tersebut melibatkan motif yang lebih kompleks (Jamal
dik, 2006). Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya
konsep ekowisata dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekowisata


arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Metode

Teknis pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan "deskriptif, kualitatif,


eksploratif". Peraturan pemerintah digunakan sebagai pedoman untuk menyesuaikan
pengembangan daerah tersebut menjadi salah satu destinasi wisata unggulan yang
telah direncanakan oleh pemerintah daerah. Teknik dan motode pengumpulan data
dalam penyelenggaraan penelitian, terdiri dari:
1. Survei Teknis:
Teknik wawancara kepada penghuni desa nelayan dengan menyiapkan bahan-
bahan pertanyaan yang tepat untuk menjawab tujuan penelitian. Para responden
dipilih yang merupakan penghuni lama, pemimpin organisasi nelayan yang tahu
segalanya tentang desa nelayan sejak awal. Mereka bisa tahu mengapa dan
bagaimana penduduk menempati di sana. Semua hasil wawancara mengatur ulang
pesanan, ke jawaban tujuan termasuk dokumentasi lapangan.
2. Data Pendukung Penelitian:
Data dimaksudkan, termasuk data primer (data yang diperoleh dari bidang sumber
dan objek studi visual), dan data sekunder (data literatur yang diperoleh terkait
dengan penelitian).

Berdasarkan 4 pilar pembangunan berkelanjutan (UN Habitat, 2011) bidang


pengamatan data di daerah penelitian, terdiri dari:
1. Informasi Fisik Data: Meliputi berbagai input yang berkaitan dengan kondisi fisik
objek studi (seperti kondisi alam, infrastruktur lingkungan, fasilitas umum, kondisi
perumahan warga, status kepemilikan hunian, lansekap).
2. Informasi Data Ekonomi: Meliputi potensi ekonomi penduduk (seperti:
keterampilan, peluang bisnis, kemampuan tingkat ekonomi nelayan, pekerjaan
sehari-hari warga, prospek masa depan, kebutuhan warga).
3. Informasi Data Sosial dan Budaya: Meliputi populasi kebiasaan yang berkaitan
dengan perilaku dan budaya masyarakat nelayan dengan memperhatikan
keberadaan lingkungan (seperti: sosialisasi warga, kekeluargaan dan kesamaan asal
lokal, kepercayaan hubungan warga, pelestarian lingkungan). Mengetahui norma-
norma tertentu yang ada dalam kehidupan nelayan, yang dapat mendorong positif
dan negatif pada kelompok.

Tahap analisis dengan memanfaatkan berbagai literatur data lapangan, yang


diperoleh dari observasi penelitian, dan mendukung semua data. Langkah selanjutnya
dilakukan dengan mengelompokkan semua data menurut jenisnya agar memudahkan
melalui diskusi. Langkah analisis data di daerah penelitian, terdiri dari:
1. Analisis perkembangan fisik, bertujuan: Melihat potensi dan keterbatasan data yang
ada di lapangan, untuk mengukur sejauh mana ke wilayah tersebut dapat dikoreksi
urutannya. Merencanakan beberapa strategi interrelasi, sehingga tujuan dapat
tercapai tanpa potensi lingkungan yang merusak dan dapat dipertahankan.
2. Analisis sosial-budaya dan ekonomi penduduk, bertujuan: Menghindari dampak
negatif karena pengembangan wilayah. Merumuskan komunitas kebijakan
pembangunan.
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adaptasi lingkungan dilakukan oleh manusia, yang akan menjadi wilayah yang
diciptakan untuk menunjukkan identitas dan kepemilikan. Tahap berikutnya akan
menciptakan ikatan emosional yang kuat antara orang-orang (sebagai pengguna) dan
hunian (sebagai tempat untuk hidup). Keterikatan antara manusia di suatu tempat
tumbuh ketika mereka hidup dan bergerak di lingkungan. Ikatan terjadi secara alami,
yang akan memperkuat hubungan yang melibatkan emosi, kognisi, dan perilaku.
Berdasarkan kondisi yang ada, dapat dijelaskan bahwa "tempat keterikatan adalah
ikatan kognitif, emosi dan perilaku antara manusia dan lingkungan yang dihuni"
(Altman & Chemers, 1984). "Sementara asosiasi dengan tempat penampungan,
menggambarkan keterikatan manusia dan hunian yang merupakan klimaks dari
serangkaian kegiatan untuk menghuni" (Draft Vision, 2013).
Lokasi wilayah studi terletak di pantai Selatan Pulau Jawa di desa
Sumberbening tepatnya di Kabupaten Malang. Ada perumahan nelayan di lokasi
tersebut dalam kondisi fisik kurang memenuhi sebagai hunian yang layak dan sehat.
Penilaian ini didasarkan pada kurangnya fasilitas dan lingkungan infrastruktur, dihuni
26 keluarga dengan kondisi lingkungan yang tidak teratur dan kotor. Berdasarkan latar
belakang mereka yang berpenghasilan rendah, maka mereka sangat mudah berbaur.
Kebersamaan itu terjadi ketika para nelayan mencari untuk menangkap hasil laut,
bahwa solusi mereka dalam masalah keluarga dan kesulitan ekonomi.

Lokasi dan Batasan Tapak

Kampung nelayan memiliki batas-batas wilayah yang dikembangkan meliputi wilayah


Permukiman nelayan, dan area tambatan perahu (Gambar 2A). Sedangkan untuk area
pariwisata pantai dijadikan area penunjang dikarenakan daerah pengembangan
kampung wisata nelayan hanya terdapat pada wilayah yang masuk dalam batas-batas
tapak (Gambar 2B).

A B
Gambar 2. Peta lokasi pengembangan (A); Batas-batas lokasi (B).
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Berdasarkan Kabupaten Malang dalam Angka tahun 2018. Lokasi kampung


nelayan berada di wilayah administratif Desa Sumberbening Kecamatan Bantur
kabupaten Malang. Berikut adalah spesifikasi tapak:
a. Lokasi : Pesisir pantai Kondang Merak, Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur,
Kabupaten Malang .
b. Geografis : Wilayah Pesisir teluk Kondang Merak
c. Luas Tapak : + 17.748 m2
d. Topografi tapak : Ketinggian muka tanah terendah 0 mdpl
paling tinggi 6 mdpl kondisi kontur relatif landai
e. Iklim : Iklim di lokasi tergolong tropis lembab pantai.
Batas-batas lokasi :
a. Utara : Hutan dan daerah konservasi lutung jawa Pada batas wilayah utara tapak
terdapat area konservasi lutung jawa yang menjadi salah satu area yang dilindungi
untuk mencegah kepunahan lutung jawa.
b. Selatan : Samudra Hindia Pada batas wilayah selatan tapak merupakan pantai
dengan laut tenang dan pulau Ampel yang berada di tengah area dangkalan
samudra , wilayah pantai yang relatif rendah bisa diakses oleh kapal berukuran
kurang dari 30 GT.
c. Timur : Hutan dan sungai Pada batas wilayah timur terdapat bukit karang yang
ditumbuhi tumbuhan liar serta hutan bakau serta sungai dan muara yang bermuara
ke teluk kondang merak.
d. Barat : Bukit dan Area Wisata pantai Pada batas wilayah barat terdapat bukit yang
membatasi area perkampungan nelayan dengan area pariwisata pantai karang
kondang merak.
Berdasarkan batas batas tersebut wilayah yang dikembangkan meliputi
wilayah Permukiman nelayan, dan area tambatan perahu. Sedangkan untuk area
pariwisata pantai dijadikan area penunjang dikarenakan daerah pengembangan
kampung wisata nelayan hanya terdapat pada wilayah yang masuk dalam batas batas
tapak tersebut.

Aksesibilitas dan Infrastruktur Jalan

Aksesibilitas menuju kawasan pariwisata menjadi tulang salah satu elemen utama
untuk pengembangan kawasan pariwisata, pada kondisi eksisting kondisi pencapaian
menuju kawasan ini masih kurang mudah diakses , dikarenakan permasalahan sebagai
berikut :
a. Akses utama dari kota perlu ditingkatkan dengan fasilitas JLS (Jalur Lintas
Selatan) dan sarana penunjang jalan seperti penerangan dan drainase , untuk saat
ini proyek JLS belum rampung hingga pembangunan infrastruktur penunjang jalan
raya seperti : PJU (penerangan jalan umum), drainase tertutup jalan raya, dan
penghijauan kawasan koridor jalan. Berikut adalah gambaran penampang (Gambar
3):
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

Gambar 3. Penampang Jalan Lintas Selatan

Akses JLS hanya berhenti pada perempatan di sekitar pantai Balekambang


sehingga akases lanjutan menuju pesisir pantai Kondang Merak dilanjutkan
melalui jalur tanah dan makadam, dikarenakan proyek JLS belum mencapai area
ini, dan masih menunggu tahun anggaran berikutnya, sehingga dibutuhkan
percepatan pembangunan JLS tahap berikutnya.
b. Setelah Akses lanjutan JLS akses menuju ke pantai Kondang merak harus
melalui jalur makadam sempit ke arah selatan, berikut adalah penampang eksisting
dan rencana pengembangannya (Gambar 4):

Gambar 4. Penampang Jalan Makadam ke Kondang Merak

Signage

Signage menuju ke kawasan wisata Kondang Merak Sangat terbatas dan sangat
kurang , berikut adalah kondisi signage eksisting menuju kawasan kondang merak
(Gambar 5):

Gambar 5. Signage eksisting menuju Kondang Merak


arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Zonasi dan Peruntukan Lahan

Saat ini zonasi dan peruntukan lahan pada kawasan pesisir Kondang Merak belum
memiliki zonasi yang jelas, berikut adalah rencana pengembangannya (Gambar 6):

Gambar 6. Zonasi pembagian Daerah Pengembangan

Berdasarkan rencana pembagian zonasi di atas, terbagi atas 4 area, yaitu


berupa pengembangan kawasan kampung nelayan, kawasan pantai Kondang
Merak, kawasan pantai Selok, dan kawasan konservasi Lutung Jawa.

Potensi Objek Wisata

Berikut adalah potensi yang terdapat di kawasan Kondang Merak (Gambar 7):

Gambar 7. Potensi Objek Wisata di Kondang Merak


Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

Kawasan Kondang Merak memiliki beberapa potensi yang bisa


dikembangkan menjadi objek wisata, seperti hamparan pasir putih di pantai,
kekayaan terumbu karang, keindahan panorama laut, keindahan panorama matahari
tenggelam, adanya batu karang yang menjadi titik yang menarik di bibir pantai dan
konservasi Lutung Jawa.

Kondisi Lingkungan di Kampung Nelayan Kondang Merak

Beberapa masyarakat masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, karena di


area sekitar banyak terdapat sumber energi tersebut, selain itu juga ada yang sudah
menggunakan gas bersubsidi. Untuk energi listrik masyarakat sekitar
menggunakan solar cell dikarenakan belum ada akses listrik PLN ke lokasi
tersebut. Air diperoleh dari sumber air di sekitar lokasi dan di tandon untuk
digunakan secara bersama-sama.
Masyarakat sekitar membangun bangunan menggunakan material batu
karang sebagai pondasi bangunan sehingga memanfaatkan material lokal, selain itu
juga memproduksi batako sebagai bahan dinding rumah dan bangunan. Desain
bangunan cukup tanggap iklim dengan bukaan alami, namun orientasi bangunan
menghadap ke selatan dikarenakan menjadikan pantai sebagai orientasi utama,
sehingga sisi terpanjang bangunan menghadap timur - barat.
Sistem sanitasi yang terdapat pada area kampung nelayan masih kurang hal
ini ditunjukkan dengan masih menggunakan MCK umum untuk keperluan sehari –
hari. Namun beberapa rumah sudah memiliki MCK pribadi dengan menggunakan
septictank sehingga sudah tidak mencemari lingkungan sekitar.
Banyak bangunan yang menggunakan sumberdaya terbarukan seperti
kegunaan energi matahari untuk listrik, kayu untuk memasak, material dari
lingkungan sekitar, sehingga meminimalisir emisi karbon (Gambar 8).
.

Gambar 8. Beberapa rumah nelayan di Kondang Merak dengan penggunaan material batako
untuk meningkatkan ketahanan terhadap iklim

Berdasarkan hasil observasi sudah banyak peningkatan ketahanan tempat


tinggal dengan adanya beberapa rumah yang direnovasi menggunakan material
yang lebih tahan lama.
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Kondisi Sosial di Kampung Nelayan Kondang Merak

Dengan adanya kelompok nelayan maka masyarakat kampung nelayan menjadi


aktif dalam kegiatan publik yang dilakukan seperti gotong royong membangun
balai, mengembangkan usaha wisata bersama yang dikelola bersama.
Dengan kondisi permukiman yang cukup berdekatan potensi bahaya
kebakaran cukup besar, selain itu juga banyak yang menggunakan material mudah
terbakar seperti anyaman bambu dan papan kayu pada area rumah . Terlalu
berdekatannya rumah juga menjadikan cahaya matahari pagi kurang mendapatkan
akses ke area dalam rumah.
Terdapat gapura pada area kampung menjadikan kesan komunitas kampung
nelayan menjadi lebih vokal dan juga terdapat area - area bersama untuk merajut
jala serta melabuhkan perahu sehingga kesan dari kampung nelayan ini cukup
kental (Gambar 9A). Belum adanya dermaga memiliki dampak positif juga untuk
warga sehingga setiap akan melabuhkan perahu ke pantai mereka akan bergotong
royong mendorong perahu tersebut ke pantai.
Terdapat fasilitas bermain untuk anak anak yang cukup sederhana di dekat
balai nelayan, terdapat perpustakaan dengan buku bacaan sesuai usia (Gambar 9B),
terdapat posko kesehatan namun belum terdapat tim ahli kesehatan yang selalu
stand by di lokasi.
Kurangnya akses infrastruktur menuju ke fasilitas publik terdekat (kondisi
jalan dari lokasi ke jalan arteri yang masih sangat kurang baik dan sering terjadi
genangan saat hujan sehingga akses sedikit terisolir). Di kawasan tersebut belum
terdapat penerangan dan sistem utilitas kawasan yang terorganisir dengan baik dan
sistematis.

A B
Gambar 9. Gapura menuju Kampung Nelayan (A); Fasilitas bermain anak (B)

Kondisi Budaya di Kampung Nelayan Kondang Merak

Desain permukiman nelayan di lokasi cukup responsif dengan budaya pesisir dan
masyarakat pesisir, sehingga menjadikan pantai sebagai orientasi utama
permukiman, serta memiliki area teras sebagai ruang bersama multifungsi , baik
secara sosial budaya dan ekonomi.
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

Tipikal bentuk hunian relatif sama yaitu bentuk atap pelana dengan teras
panggangpe pada bagian depan , namun secara karakteristik sudah banyak rumah
yang menggunakan ornamen - ornamen tertentu sebagai indentitas dari hunian yang
ditempati, penggunaan warna yang beragam juga sudah menunjukkan warga di
lokasi memiliki kesan keindahan yang ingin ditampilkan pada hunian mereka
(Gambar 10).

Gambar 10. Tipe rumah di Kampung Nelayan yang relatif sama

Fasilitas umum untuk budaya, hiburan yang terjangkau masih cukup minim
namun sudah terdapat sarana balai nelayan multifungsi yang digunakan warga
untuk belajar (membaca, bermain, dan bersosialisasi).
Pada lokasi ini masih menjadi wacana pemerintah untuk dikembangkan
sebagai salah satu wilayah sumber ekonomi kabupaten dengan akan dibangunnya
dermaga tambat dan TPI khusus untuk area Malang bagian barat. Namun untuk
program pemindahan ke lokasi yang lebih layak masih belum ada, menurut sumber
yang kami wawancarai pembangunan JLS yang harusnya mencangkup sampai area
akses menuju Kondang Merak masih belum kunjung selesai.

Kondisi Ekonomi di Kampung Nelayan Kondang Merak

Kelompok sosial pada area kampung nelayan relatif setara yaitu berprofesi sebagai
nelayan dengan penghasilan rata - rata sama sehingga tidak terjadi kesenjangan
sosial namun ada juga beberapa warga yang hanya singgah saja untuk melaut
namun memiliki hunian di tempat lain yang lebih terjangkau oleh akses publik.
Sampai saat ini perumahan di lokasi hanya dihuni oleh kelompok menengah
kebawah. Lokasi tempat tinggal sangat mendukung untuk profesi penghuninya
yaitu nelayan, dimana area perekonomian penduduk berada tepat di depan area
hunian.
Dengan kerja sama, antara pemerintah, warga, dan perhutani
mengembangkan area di sekitar kampung nelayan tersebut sebagai kawasan wisata
yang juga mampu menaikkan taraf perekonomian warga sekitar. Sehingga banyak
juga warga yang membuat warung, tempat persewaan alat selam, sarana toilet
untuk wisatawan yang berkunjung.
Namun sampai saat ini lahan yang ditempati warga adalah lahan milik
perhutani dikarenakan di area tersebut juga terdapat area konservasi lutung jawa
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

sehingga warga di area tersebut masih menumpang diatas tanah perhutani dan
belum memiliki legalitas hak milik, hanya hak guna lahan saja.
Sementara untuk pengelolaan dan pemeliharaan area perumahan dikelola
oleh warga secara swadaya. Kemudian guna peningkatan ketahanan banyak warga
yang telah mengganti material bangunan dari material semi permanen menjadi
material permanen berupa batako.

Analisa SGD’S

Hal-hal yang disajikan dalam analisa berikut hanya sebatas penjelasan indikator-
indikator tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) yang meliputi konsep dan
defnisi, sumber data, level penyajian, periode data dan disagregasi dari indikator-
indikator tersebut serta mencakup semua indikator yang diusulkan baik yang berupa
indikator utama maupun indikator tambahan. Selain itu, analisa ini juga mencakup
identifkasi indikator-indikator yang tersedia di Kampung Nelayan beserta sumber
datanya. Analisa ini menyajikan jenis indikator SDG’s dan nilai dari setiap indikator
(Tabel 1).

Tabel 1. Analisa SGD’s pada kawasan Kampung Nelayan Kondang Merak

Ketercapaian
No Tujuan Kondisi eksisting
SK K C B SB
UMR Kab Malang Rp. 2.574.807.22
pendapatan nelayan dalam musim ikan
Tanpa bisa mencapai Rp.10.000.000,00 dalam
1 satu kali melaut, namun bisa turun
Kemiskinan
bergantung pada kondisi alam. sehingga
rata - rata pendapatan per tahunnya masih
di bawah UMR
Ketahanan pangan lokasi kampung cukup
Tanpa
2 baik dikarenakan beberapa warga juga
Kelaparan
memiliki kampung di wilayah pertanian
Dalam hal kesehatan warga saat ini sudah
Kehidupan cukup memenuhi persyaratan kesehatan
3 sehat dan dikarenakan memiliki posko kesehatan
sejahtera sendiri namun belum memiliki petugas
kesehatan yang stand by
Akses Sekolah terdekat berada di pusat
Pendidikan
4 desa sumber bening sekitar 12 Km dari
berkualitas
lokasi
Kesetaraan gender pada masyarakat cukup
Kesetaraan
5 baik dikarenakan untuk wanita di lokasi
Gender
juga bekerja membuka warung makan
Ketersediaan air bersih sudah cukup baik
Air Bersih dikarenakan sudah pernah ada program
6 dan Sanitasi peningkatan jaringan air bersih, namun
Layak belum semua penduduk memiliki MCK
pribadi
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

Ketercapaian
No Tujuan Kondisi eksisting
SK K C B SB
Penggunaan solar cell cukup membantu
Energi Bersih
7 warga dalam penyediaan listrik, meskipun
dan
jaringan PLN saat ini masih menjangkau
Terjangkau
area tersebut
Pekerjaan Perlu peningkatan fasilitas berupa
Layak dan dermaga untuk kapal serta tempat
8
Pertumbuhan pelelangan ikan untuk lebih menunjang
ekonomi perekonomian warga.
Kurangnya infrastruktur berupa akses
menuju lokasi yang masih susah dan juga
Industri,
sarana PJU serta Utilitas kawasan yang
9 Inovasi, dan
masih minim, namun secara inovasi
Infrastruktur
banyak warga yang telah mampu
mewujudkan inovasi dan industri wisata.
Kesenjangan pada lokasi tidak terlihat
Berkurangnya
10 sehingga sudah cukup harmonis dan saling
kesenjangan
bergotong royong
Kota dan
11 komunitas - - - - - -
berkelanjutan
Dengan program pemerintah gemar
Konsumsi dan makan ikan juga meningkatkan konsumsi
produksi yang dan produktifitas nelayan lokal di lokasi
12
bertanggung objek studi , rata - rata hasil tangkapan
jawab nelayan setempat selain dijual segar juga
dijual di warung - warung lokasi wisata
Penanganan
Belum adanya upaya untuk mengahadapi
13 perubahan
perubahan iklim
iklim
Nelayan di lokasi menggunakan sistem
penangkapan ikan secara tradisional yaitu
menggunakan jaring konvensional dan
Ekosistem pancing sehingga ramah lingkungan,
14
laut selain itu juga menggunakan perangkap
kepiting dan lobster dari bahan yang
terbarukan untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
terdapat area konservasi lutung jawa di
sekitar lokasi yang dijaga oleh warga dan
dilestarikan sehingga sangat mendukung
pelestarian ekosistem darat, dilokasi juga
Ekosistem
15 tidak terdapat pembukaan lahan untuk
darat
area wisata secara paksa sehingga alam di
sekitar lokasi sangat terjaga , muara di
sekitar lokasi juga bersih dan ditanami
tanaman bakau
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Ketercapaian
No Tujuan Kondisi eksisting
SK K C B SB
Perdamaian, Dengan adanya kelompok nelayan
keadilan, dan membuat masyarakat komunitas nelayan
16
kelembagaan kondang merak menjadi sangat harmonis
yang tangguh dan kreatif serta terorganisir dengan baik
Kemitraan pengelolaan area wisata antara
Kemitraan
warga dan perhutani membuat
untuk
17 pertumbuhan ekonomi dan pengelolaan
mencapai
area menjadi baik dan cukup terpantau
tujuan
dengan baik.

Berdasarkan analisa SGD’s pada lingkungan tersebut terdapat beberapa


kesimpulan, yaitu :
1. Kondisi perekonomian masyarakat sangat tergantung dengan hasil laut, sehingga
diperlukan alternatif mata pencaharian untuk menyambung kehidupannya.
2. Fasilitas kesehatan dan pendidikan perlu diperhatikan lagi, dengan terbatasnya
fasilitas yang tersedia dapat mengakibatkan ketimpangan kesehatan dan
pendidikan di kawasan tersebut. Sehingga diperlukan pengelolaan yang
berkesinambungan untuk menciptakan kondisi sosial yang baik.
3. Pelestarian lingkungan menjadi hal yang diutamakan dalam aktivitas nelayan di
Kondang Merak, sehingga keberadaan lingkungan tetap terjaga dan bisa memberi
manfaat lainnya di kemudian hari.
4. Pengunaan energi terbaharukan akan sangat membantu masyarakat sekitar dalam
menjalankan segala aktivitasnya, sehingga ketergantungan terhadap pemerintah
dapat dikurangi dan dapat memberikan inovasi terhadap pembangunan
berkelanjutan.
5. Perlu adanya integrasi antara pemerintah, Perhutani dan masyarakat dalam
mengelola keberlangsungan dan keberlanjutan lingkungan tersebut untuk
memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk semua pihak.

Konsep Pengembangan Kawasan

Pengembangan pekampungan nelayan Kondang Merak difokuskan pada penyediaan


fasilitas yang menunjang kegiatan ekowisata, seperti penginapan, peribadatan,
kuliner, penjualan cinderamata, dan dermaga wisata. Kemudian, keberadaan nelayan
harus selaras dengan kegiatan ekowisata yang dikembangkan dengan menyediakan
fasilitas yang layak untuk nelayan serta penunjang lainnya seperti tempat pelelangan
ikan, dermaga tambat, dan gudang penyimpanan hasil laut dan olahan hasil laut.
Adapun konsep pengembangan kawasan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Konsep Pengembangan Kegiatan Ekowisata
Lokasi perkampungan nelayan yang berada di sekitar pantai dan kawasan hutan,
menjadikan kawasan ini memiliki beberapa potensi untuk pengembangan kegiatan
ekowisata yang terbagi pada beberapa titik seperti yang terlihat pada Gambar 11.
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

Gambar 11. Rencana Pengembangan Kegiatan Ekowisata

Adapun konsep pengembangan kegiatan ekowisata yang dikembangkan


berdasarkan potensi tersebut yaitu kegiatan berkemah dan berjemur di area pantai.
Kemudian, snorkeling (kegiatan menyelam) dan olahraga kayak pada area laut.
Serta kegiatan konservasi Lutung Jawa pada area Hutan Lindung.

b. Konsep Pengembangan Fasilitas dan Infrastruktur


Untuk menunjang kegiatan ekowisata, maka diperlukan pula fasilitas dan
infrastruktur yang memadai. Selain untuk menunjang kegiatan ekowisata, fasilitas
dan infrastruktur yang tersedia diharapkan dapat memberikan kesan yang baik bagi
setiap pengunjung yang datang. Adapun persebaran fasilitas dan infrastruktur
dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Rencana Pengembangan Fasilitas dan Infrastruktur


arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Berdasarkan pada rencana pengembangan fasilitas dan infrastruktur di atas,


terdapat beberapa fasilitas berupa bangunan untuk Tourism Center, area kuliner,
area penjualan cinderamata, rumah singgah pada area pantai. Kemudian,
disediakan pula rumah, tempat pelelangan ikan dan dermaga untuk menunjang
aktivitas nelayan. Selain itu, dermaga tersebut juga difungsikan untuk mengangkut
para pengunjung yang ingin melakukan snorkeling (kegiatan menyelam).

c. Konsep Pengembangan Aksebilitas


Untuk meningkatkan jumlah pengunjung, selain fasilitas dan infrastruktur yang
memadai, diperlukan pula aksebilitas yang mudah, hemat dan cepat. Sehingga
pengunjung yang datang bisa mengatur rencana secara baik untuk berkunjung.
Untuk itu diperlukan perbaikan infrastruktur jalan seperti Gambar 13.

Gambar 13. Rencana Pengembangan Aksebilitas

Adapun perbaikan infrastruktur yang dimaksud adalah peningkatan Jalur


Lintas Selatan dengan memperhatikan kelengkapannya. Kemudian diperlukan juga
Signage sebagai penyambut pengunjung, sehingga dapat mempermudah perjalanan
ke kawasan Kondang Merak. Sementara itu, untuk kondisi jalan yang berupa
makadam akan ditingkatkan menjadi jalan beraspal atau menggunakan paving
yang dilengkapi dengan penerangan jalan umum (PJU).

d. Konsep Pengembangan Ekowisata pada Masyarakat Kampung Nelayan


1) Komunitas nelayan lokal membentuk organisasi atau lembaga untuk
pengelolaan kegiatan ekowisata dengan dukungan pendanaan dari pemerintah
daerah dan pihak swasta yang dimulai dari pelatihan dan pendampingan (nilai
partisipasi berbasis masyarakat).
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN
MALANG BERBASIS EKOWISATA

2) Prinsip kepemilikan lokal (manajemen dan kepemilikan oleh masyarakat)


diterapkan pada fasilitas dan infrastruktur ekowisata (akomodasi penyewaan
perahu, restoran, berkemah dan pariwisata Lutung Jawa).
3) Homestay adalah pilihan untuk akomodasi dan pengembangan kreativitas
masyarakat setempat dalam membuat souvenir dengan mengolah produk laut
dan kerajinan lainnya (nilai ekonomi dan sosial).
4) Pemandu wisata dari komunitas lokal yang mengetahui seluk beluk lokasi dan
telah melalui pelatihan.
5) Merintis (perencanaan, pengembangan), manajemen, dan pemeliharaan objek
wisata menjadi tanggung jawab masyarakat setempat (sebagai penghasilan
tambahan yang mendukung mata pencaharian sebagai nelayan terutama jika ia
tidak pergi ke laut).

Konsep pengembangan kawasan kampung nelayan ini merepresentasikan


pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan unsur-unsur kepedulian, tanggung
jawab dan komitmen terhadap keaslian dan kelestarian lingkungan serta kesejahteraan
masyarakat setempat. Serta sebagai upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus
melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat untuk
dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kampung nelayan
Kondang Merak di Kabupaten Malang memiliki potensi lingkungan yang sangat baik.
Untuk itu, diperlukan pengembangan kawasan yang berkelanjutan dengan
menerapkan prinsip ekowisata. Selain dapat menjaga lingkungan, diharapkan dengan
adanya pengembangan kawasan berbasis ekowisata ini dapat meningkatkan kondisi
ekonomi masyarakat setempat, tanpa mengabaikan kondisi sosial, budaya dan
lingkungan yang ada di kawasan tersebut. Kemudian, diperlukan pula kerja sama
antara Pemerintah Daerah Kabupaten Malang, Perhutani dan masyarakat setempat
untuk mengelola bersama-sama lingkungan secara berkelanjutan, sehingga segala
potensi yang ada pada kawasan tersebut dapat terjaga kelestariannya. Selain itu,
dengan adanya pengembangan di kawasan ini dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi semua pihak yang terlibat untuk menjaga keberlangsungan dan
keberlanjutan kehidupan di masa mendatang.

REFERENSI

Buku
Altman; Chemers (1984), Culture and Environment, A Division of Wadsworth, The
University of Utah Books Cole Publishing Company California.
Badan Pusat Statistik (2014), Kajian Indokator Sustainable Development Goals
(SDGs).
Badan Pusat Statistik (2018), Kabupaten Malang dalam Angka.
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia (2009), Prinsip dan


Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat.
Jamal, T. Dan Jamrozy, U. (2006). Collaborative Network and Pathnership for
Integrated Destination Management-In Tourism Management Dynamic.
Elsevier, Amsterdam.
Nugroho, Iwan (2011), Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Pemerintah RI, Mendagri (2009), Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tentang
Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
Pemerintah RI (2009), Undang-undang No. 10 tentang Kepariwisataan.
Pemerintah RI (2011), Undang-undang No. 1 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Swarbooke, John (1999), Sustainable Tourism Management. New York: CABI
Publishing.
Turner, J.,FC; Robert, F. (1972), Freedom To Build, The Macmillan Company, New
York, and Collier Macmillan, Limited, London.
Tuwo, Ambo. (2011),Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya. Brilian
Internasional.
UN Habitat (2011), Cities and Climate Change: Global Report on Human
Settlements.
Vision (2013), Fisherman Bend Urban Renewal Area, Places Victoria, Melbourne.

Jurnal
Asmal, Idawarni & Nurmaida Amri (2018), Housing Character in The Border Beach
Area of Cambayya. Jurnal Architecture & Environment Vol. 17 No. 1.
Darmiwati, Reny (2016), The New Urbanism Of Fishermen’s VillageIn Bulak
Settlement Surabaya. Jurnal Architecture & Environment Vol. 15 No. 1.
Ding, Ying dan Zhang, Hong (2018), The Interpretation and Inheritance of Green
Local Building Material System in Modern Architecture - Case Study of
Century Fishing Village Eelgrass Cottage Resort in Dayu Island, Shidao Bay,
Jiaodong Peninsula. Applied Mechanics and Materials Vol. 878.
Irina-Ramona, Pecingina (2016), Ecotourism dan Sustainable Development. Annals
of The ,, Contastantin Brancusi” University of Tagu Jiu, Engineering Series
No. 3.
Kurniawan, Kadek Adi dkk. (2014), The Concept of Underground Space
Development Control in Southern Badung Area. Jurnal Architecture &
Environment Vol. 13 No. 2.
Nadjmi, Nurul & Fadhillah Khairani Asrul (2018), The Additional Functions of Porch
and Vault in Pantai Bahari Fishing Village. Jurnal Architecture &
Environment Vol. 17 No. 1.

Skripsi
Purnamasari. (2015), Penataan Permukiman Produktif Berbasis Industri Rumput Laut
Studi Kasus Desa Lamalaka Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Makassar.
Universitas Hasanudin.

Anda mungkin juga menyukai