Anda di halaman 1dari 19

arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No.

y, Oct 20xx: 1- 6

PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN KONDANG


MERAK, KABUPATEN MALANG BERBASIS EKOWISATA
Muhammad Al-Qardawy*, Muhammad Alfreno Rizani*, Angga Perdana*
*) Mahasiswa, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia

ABSTRAK

Kampung Nelayan Kondang Merak memiliki berbagai kekayaan alam berupa


pantai, pemandangan alam, kekayaan biota laut, dan hutan Lutung Jawa sebagai
identitas yang ada di kawasan tersebut, yang merupakan anugerah dari yang Maha
Kuasa. Berdasarkan potensi lingkungan yang ada, kawasan tersebut dikembangkan
sebagai wisata unggulan berdasarkan program yang dibuat oleh Pemerintah
Kabupaten Malang. Adapun pengembangan yang dilakukan, yaitu pengembangan
ekowisata untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Berdasarkan kegiatan ekowisata tersebut, maka pengembangan kawasan tersebut
harus memenuhi kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan dengan
memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Pengembangan
kampung nelayan di kawasan tersebut difokuskan pada penyediaan fasilitas yang
menunjang kegiatan ekowisata, seperti penginapan, peribadatan, kuliner, penjualan
cinderamata, dan dermaga wisata. Kemudian, keberadaan nelayan harus selaras
dengan kegiatan ekowisata yang dikembangkan dengan menyediakan fasilitas yang
layak untuk nelayan serta penunjang lainnya seperti tempat pelelangan ikan,
dermaga tambat, dan gudang penyimpanan hasil laut dan olahan hasil laut. Hasil
pengembangan kawasan kampung nelayan di Kondang Merak adalah sebagai
upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Sesuai
pengembangan yang akan dilakukan, diharapkan hubungan antara rumah-manusia-
alam tercipta keselarasan sebagai wujud pembangunan berkelanjutan dengan
penggunaan material, sumber energi, serta pengelolaan yang ramah lingkungan.
Masyarakat perlu diberdayakan untuk merespon potensi yang ada tanpa
mengabaikan lingkungan mereka, sehingga diperlukan pengetahuan yang memadai
melalui pendidikan baik formal maupun non-formal terkait hal tersebut. Serta perlu
adanya perbaikan infrastruktur untuk menuju lokasi tersebut sehingga mudah
diakses dan perlu adanya perbaikan sistem komunikasi yang memadai untuk
memudahkan hubungan dengan masyarakat sekitar.

Kata kunci: Kampung Nelayan, Pengembangan, Ekowisata

PENDAHULUAN

Kampung Nelayan Kondang Merak terletak secara administratif berada di Desa


Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di kawasan ini
terdapat pantai, hutan mangrove dan kekayaan hayati lainnya. Pantai yang ada di
kawasan ini dikenal sebagai Pantai Kondang Merak. Pantai ini sudah menjadi
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

kunjugan wisatawan lokal maupun asing untuk bermain snorkeling (sejenis


menyelam). Keunggulan sebagai tempat snorkeling inilah yang menjadi salah satu
daya tarik yang ditawarkan pantai tersebut.
Selain pantai di kawasan wisata Kondang Merak juga terdapat beberapa
fasilitas tambahan yang dikelola warga antara lain warung kuliner yang menjual
hasil laut, bumi perkemahan, beberapa toko kelontong. Di area ini juga terdapat area
konservasi lutung jawa yang masih berada di kawasan pantai tersebut, mengingat
bagian utara pantai masih berupa hutan kawasan.
Namun dengan potensi yang cukup menarik untuk dikembangkan belum ada
proyek yang dicanangkan untuk melakukan pengembangan kawasan wisata
Kondang Merak. Pada tahun 2016 pemerintah Kabupaten Malang mulai
mengembangkan kawasan Kondang Merak menjadi pusat perikanan Malang bagian
barat. Dengan proyek pembangunan dermaga tambat di wilayah Kondang Merak
serta penambahan jumlah kapal nelayan diharapkan bisa meningkatkan hasil laut
kabupaten Malang.
Selain dermaga dan tempat pelelangan ikan, di kawasan ini sangat potensial
dikembangkan untuk daerah wisata kuliner hasil laut, yang juga akan meningkatkan
pendapatan warga di kawasan pantai Kondang Merak, pada saat ini saja sudah
banyak terdapat warung – warung yang menjual hasil laut bahkan ada salah satu
menu terkenal yaitu sate tuna. Selain sajian sate tuna, di sepanjang bibir pantai juga
tersedia beragam menu dengan bahan dasar ikan laut di antaranya gurita asem
manis, kuah pedas kepala ikan laut, gurita saos tiram, dan kebab ikan.
Untuk itu dibutuhkan desain yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan
kawasan serta menarik untuk menunjang pengembangan kampung nelayan Kondang
Merak untuk mengelola area pantai Kondang Merak menjadi kawasan ekowisata
yang secara ekonomis menunjang perekonomian warga dan Kabupaten malang
secara umum dan memiliki daya tarik untuk wisata unggulan di kabupaten Malang.

TEORI DAN METODE PENELITIAN

Teori
Berdasarkan peraturan pariwisata dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 19
tahun 2009 bahwa kawasan pariwisata harus memiliki objek wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, bersama dengan komunitas yang saling
berhubungan dan menyelesaikan realisasi pariwisata.
Menurut Undang-Undang Nomor 01 tahun 2011, perumahan dan kawasan
permukiman adalah sistem terpadu yang terdiri dari pembinaan, administrasi
perumahan, administrasi kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,
pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman,
penyediaan lahan, pendanaan dan pembiayaan sistem, dan juga peran komunitas.
1. Perumahan dan Permukiman Masyarakat Pesisir
a. Bentuk Bangunan Pesisir
1) Bentuk rumah panggung umumnya berada pada area di atas air, baik pada
ruang batas pesisir dan lahan.
2) Bentuk rumah biasa umumnya terletak di area bebas genangan.
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

b. Status Kepemilikan Lahan Bangunan di Wilayah Pesisir


1) Status Tanah Negara di atas air atau tanah.
2) Kepemilikan lahan dari generasi ke generasi.
3) Membangun pola rumah dalam kelompok keluarga.
4) Penguasaan tanah dengan reklamasi pantai tradisional.
c. Persyaratan untuk pengembangan perumahan dan permukiman pesisir
(Wunas, S di Purnamasari, 2015) adalah:
1) Jarak antara bangunan yang menganggap setiap rumah untuk mendapatkan
penerangan dan sirkulasi udara yang baik, jauh dari penyakit menular, dan
implementasi yang mudah dari penyediaan infrastruktur lingkungan .
2) Jarak antara bangunan dan jalan yang dapat mendukung lalu lintas lancar
dan aman, mengurangi polusi udara dan suara kotor, dan ketersediaan
taman bermain.
3) Jarak antara bangunan dan pantai yang dapat menjaga kelestarian pesisir,
dapat diisi dengan jalur hijau untuk mengurangi tenaga angin, dan
mengatasi erosi pantai.
4) Tersedianya prasarana dasar yang dapat menunjang kualitas hidup warga.

2. Ekowisata
Ekowisata didefinisikan sebagai konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan
yang bertujuan mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Menurut Tuwo (2011), tujuan
ekowisata adalah (1) untuk mewujudkan operasi pariwisata yang bertanggung jawab
yang mendukung upaya konservasi lingkungan alam, sejarah, dan warisan budaya;
(2) untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan memberikan manfaat ekonomi
bagi masyarakat setempat; (3) Menjadi model pengembangan pariwisata lainnya
melalui penerapan prinsip ekowisata.
Menurut Tuwo (2011: 32), ekowisata memiliki tiga kriteria yang memberikan
nilai konservasi yang dapat dihitung, melibatkan masyarakat, dan menguntungkan
dan dapat dipertahankan dengan sendirinya. Ketiga kriteria ini dapat dipenuhi ketika
setiap kegiatan ekowisata mengkombinasikan empat komponen: ekosistem,
komunitas, budaya, dan ekonomi. Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia (2009) di Waluya dan Jamil (2016), ekowisata memiliki banyak
definisi sepenuhnya prinsip dalam pariwisata yang kegiatannya mengacu pada 4
(empat) elemen penting:
1. Memberikan pengalaman dan pendidikan bagi wisatawan untuk meningkatkan
pemahaman dan apresiasi terhadap tujuan wisata yang mereka kunjungi.
Pendidikan diberikan melalui pemahaman tentang pentingnya pelestarian
lingkungan sementara pengalaman diberikan melalui kegiatan wisata kreatif
disertai dengan layanan yang sangat baik.
2. Meminimalkan dampak negatif yang dapat merusak karakteristik lingkungan
dan budaya dari daerah yang dikunjungi.
3. Libatkan komunitas dalam manajemen dan implementasi.
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

4. Berikan manfaat ekonomi, terutama bagi masyarakat setempat. Oleh karena


itu, kegiatan ekowisata harus menguntungkan.
Prinsip ekowisata merupakan berbagai prinsip yang mengatur untuk menyatukan
konservasi lingkungan hidup, pengembangan masyarakat dan wisata yang
berkelanjutan, berjalan seiringan. Hal ini berarti bahwa para pihak yang
melaksanakan, berpartisipasi dalam ekowisata harus menjalankan kriteria dan
prinsip tersebut. Prinsip ekowisata adalah sebagai berikut :
1. Meminimalkan dampak fisik, sosial, perilaku, psikologi.
2. Membangun kesadaran lingkungan, budaya dan rasa hormat.
3. Memberi pengalaman positif bagi pengungjung dan tuan rumah.
4. Memberi manfaat keuangan langsung bagi konservasi atau pelestarian
lingkungan hidup.
5. Menghasilkan keuntungan finansial bagi masyarakat lokal, industri swasta.
6. Memberikan pengalaman interpretatif yang mengesankan bagi pengunjung
untuk meningkatkan sensitivitas terhadap iklim politik, lingkungan, sosial
tempat tujuan wisata.
7. Membangun, mengoperasikan fasilitas atau infrastruktur dengan
meminimalkan dampak lingkungan.
8. Mengakui hak-hak keyakinan spiritual komunitas adat dan memberdayakan
mereka.

Kesadaran dampak negatif


wisata masal

Wisata outdor Peningkatan wisata


dan petualangan di negara
berkembang
EKOWISATA

Kesadaran dan Hipotesa


pembentukan pendapatan
kawasan lindung alternatif
Meningkatkan gerakan
lingkungan
global

Diagram 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekowisata

Metode

Teknis pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan "deskriptif, kualitatif,


eksploratif". Peraturan pemerintah digunakan sebagai pedoman untuk menyesuaikan
pengembangan daerah tersebut menjadi salah satu destinasi wisata unggulan yang
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

telah direncanakan oleh pemerintah daerah. Teknik dan mode pengumpulan data
dalam penyelenggaraan penelitian, terdiri dari:
1. Survei Teknis:
Teknik wawancara kepada penghuni desa nelayan dengan menyiapkan bahan-
bahan pertanyaan yang tepat untuk menjawab tujuan penelitian. Para responden
dipilih yang merupakan penghuni lama, pemimpin organisasi nelayan yang tahu
segalanya tentang desa nelayan sejak awal. Mereka bisa tahu mengapa dan
bagaimana penduduk menempati di sana. Semua hasil wawancara mengatur
ulang pesanan, ke jawaban tujuan termasuk dokumentasi lapangan.
2. Data Pendukung Penelitian:
Data dimaksudkan, termasuk data primer (data yang diperoleh dari bidang
sumber dan objek studi visual), dan data sekunder (data literatur yang diperoleh
terkait dengan penelitian).

Bidang pengamatan data di daerah penelitian, terdiri dari:


1. Informasi Fisik Data: Meliputi berbagai input yang berkaitan dengan kondisi fisik
objek studi (seperti kondisi alam, infrastruktur lingkungan, fasilitas umum,
kondisi perumahan warga, status kepemilikan hunian, lansekap).
2. Informasi Data Ekonomi: Meliputi potensi ekonomi penduduk (seperti:
keterampilan, peluang bisnis, kemampuan tingkat ekonomi nelayan, pekerjaan
sehari-hari warga, prospek masa depan, kebutuhan warga).
3. Informasi Data Sosial dan Budaya: Meliputi populasi kebiasaan yang berkaitan
dengan perilaku dan budaya masyarakat nelayan dengan memperhatikan
keberadaan lingkungan (seperti: sosialisasi warga, kekeluargaan dan kesamaan
asal lokal, kepercayaan hubungan warga, pelestarian lingkungan). Mengetahui
norma-norma tertentu yang ada dalam kehidupan nelayan, yang dapat mendorong
positif dan negatif pada kelompok.

Tahap analisis dengan memanfaatkan berbagai literatur data lapangan, yang


diperoleh dari observasi penelitian, dan mendukung semua data. Langkah
selanjutnya dilakukan dengan mengelompokkan semua data menurut jenisnya agar
memudahkan melalui diskusi. Langkah analisis data di daerah penelitian, terdiri dari:
1. Analisis perkembangan fisik, bertujuan: Melihat potensi dan keterbatasan data
yang ada di lapangan, untuk mengukur sejauh mana ke wilayah tersebut dapat
dikoreksi urutannya. Merencanakan beberapa strategi interrelasi, sehingga tujuan
dapat tercapai tanpa potensi lingkungan yang merusak dan dapat dipertahankan.
2. Analisis sosial-budaya dan ekonomi penduduk, bertujuan: Menghindari dampak
negatif karena pengembangan wilayah. Merumuskan komunitas kebijakan
pembangunan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adaptasi lingkungan dilakukan oleh manusia, yang akan menjadi wilayah yang
diciptakan untuk menunjukkan identitas dan kepemilikan. Tahap berikutnya akan
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

menciptakan ikatan emosional yang kuat antara orang-orang (sebagai pengguna) dan
hunian (sebagai tempat untuk hidup). Keterikatan antara manusia di suatu tempat
tumbuh ketika mereka hidup dan bergerak di lingkungan. Ikatan terjadi secara alami,
yang akan memperkuat hubungan yang melibatkan emosi, kognisi, dan perilaku.
Berdasarkan kondisi yang ada, dapat dijelaskan bahwa "tempat keterikatan adalah
ikatan kognitif, emosi dan perilaku antara manusia dan lingkungan yang dihuni"
(Altman & Chemers, 1984). "Sementara asosiasi dengan tempat penampungan,
menggambarkan keterikatan manusia dan hunian yang merupakan klimaks dari
serangkaian kegiatan untuk menghuni" (Draft Vision, 2013).
Lokasi wilayah studi terletak di pantai Selatan Pulau Jawa di desa
Sumberbening tepatnya di Kabupaten Malang. Ada perumahan nelayan di lokasi
tersebut dalam kondisi fisik kurang memenuhi sebagai hunian yang layak dan sehat.
Penilaian ini didasarkan pada kurangnya fasilitas dan lingkungan infrastruktur,
dihuni 26 keluarga dengan kondisi lingkungan yang tidak teratur dan kotor.
Berdasarkan latar belakang mereka yang berpenghasilan rendah, maka mereka
sangat mudah berbaur. Kebersamaan itu terjadi ketika para nelayan mencari dan
menangkap hasil laut, bahwa solusi mereka dalam masalah keluarga dan kesulitan
ekonomi.

Lokasi dan Batasan Tapak

Kampung nelayan memiliki batas-batas wilayah yang dikembangkan


meliputi wilayah Permukiman nelayan , dan area tambatan perahu. Sedangkan untuk
area pariwisata pantai dijadikan area penunjang dikarenakan daerah pengembangan
kampung wisata nelayan hanya terdapat pada wilayah yang masuk dalam batas-batas
tapak (Gambar 2):

A B
Gambar 2. Peta lokasi pengembangan (A); Batas-batas lokasi (B).

Lokasi kampung nelayan berada di wilayah administratif Desa


Sumberbening Kecamatan Bantur kabupaten Malang. Berikut adalah spesifikasi
tapak:
a. Lokasi : Pesisir pantai Kondang Merak, Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur,
Kabupaten Malang .
b. Geografis : Wilayah Pesisir teluk Kondang Merak
c. Luas Tapak : + 17.748 m2
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

d. Topografi tapak : Ketinggian muka tanah terendah 0 mdpl


paling tinggi 6 mdpl kondisi kontur relatif landai
e. Iklim : Iklim di lokasi tergolong tropis lembab pantai.
Batas-batas lokasi :
a. Utara : Hutan dan daerah konservasi lutung jawa Pada batas wilayah utara tapak
terdapat area konservasi lutung jawa yang menjadi salah satu area yang
dilindungi untuk mencegah kepunahan lutung jawa.
b. Selatan : Samudra Hindia Pada batas wilayah selatan tapak merupakan pantai
dengan laut tenang dan pulau Ampel yang berada di tengah area dangkalan
samudra , wilayah pantai yang relatif rendah bisa diakses oleh kapal berukuran
kurang dari 30 GT.
c. Timur : Hutan dan sungai Pada batas wilayah timur terdapat bukit karang yang
ditumbuhi tumbuhan liar serta hutan bakau serta sungai dan muara yang
bermuara ke teluk kondang merak.
d. Barat : Bukit dan Area Wisata pantai Pada batas wilayah barat terdapat bukit
yang membatasi area perkampungan nelayan dengan area pariwisata pantai
karang kondang merak.

Aksesibilitas dan Infrastruktur Jalan

Aksesibilitas menuju kawasan pariwisata menjadi tulang pungung salah satu elemen
utama untuk pengembangan kawasan pariwisata. Pada kondisi eksisting kondisi
pencapaian menuju kawasan ini masih kurang mudah diakses dikarenakan
permasalahan sebagai berikut :
a. Akses utama dari kota perlu ditingkatkan dengan fasilitas JLS (Jalur Lintas
Selatan) dan sarana penunjang jalan seperti penerangan dan drainase , untuk saat
ini proyek JLS belum rampung hingga pembangunan infrastruktur penunjang
jalan raya seperti : PJU (penerangan jalan umum), drainase tertutup jalan raya,
dan penghijauan kawasan koridor jalan. Berikut adalah gambaran penampang
JLS (Gambar 3) :

Gambar 3. Penampang Jalan Lintas Selatan

Akses JLS hanya berhenti pada perempatan di sekitar pantai Balekambang


sehingga akases lanjutan menuju pesisir pantai Kondang Merak dilanjutkan
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

melalui jalur tanah dan makadam, dikarenakan proyek JLS belum mencapai area
ini, dan masih menunggu tahun anggaran berikutnya, sehingga dibutuhkan
percepatan pembangunan JLS tahap berikutnya.
b. Setelah Akses lanjutan JLS akses menuju ke pantai Kondang merak harus
melalui jalur makadam sempit ke arah selatan, berikut adalah penampang
eksisting dan rencana pengembangannya (Gambar 4):

Gambar 4. Penampang Jalan Makadam ke Kondang Merak

Signage

Signage menuju ke kawasan wisata Kondang Merak Sangat terbatas dan sangat
kurang , berikut adalah kondisi signage eksisting menuju kawasan kondang merak
(Gambar 5):

Gambar 5. Signage eksisting menuju Kondang Merak


arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Zonasi dan Peruntukan Lahan

Saat ini zonasi dan peruntukan lahan pada kawasan pesisir Kondang Merak belum
memiliki zonasi yang jelas, berikut adalah rencana pengembangannya (Gambar
6):

Gambar 6. Zonasi pembagian Daerah Pengembangan

Potensi Objek Wisata

Kawasan Kondang Merak memiliki beberapa potensi yang bisa dikembangkan


menjadi objek wisata, seperti hamparan pasir putih di pantai, kekayaan terumbu
karang, keindahan panorama laut, keindahan panorama matahari tenggelam,
adanya batu karang yang menjadi titik yang menarik di bibir pantai dan
konservasi Lutung Jawa (Gambar 7).
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

Gambar 7. Potensi Objek Wisata di Kondang Merak

Kondisi Lingkungan di Kampung Nelayan Kondang Merak

Beberapa masyarakat masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, karena di


area sekitar banyak terdapat sumber energi tersebut, selain itu juga ada yang
sudah menggunakan gas bersubsidi. Untuk energi listrik masyarakat sekitar
menggunakan solar cell dikarenakan belum ada akses listrik PLN ke lokasi
tersebut. Air diperoleh dari sumber air dan di tandon untuk digunakan secara
bersama.
Masyarakat sekitar membangun bangunan menggunakan material batu
karang sebagai pondasi bangunan sehingga memanfaatkan material lokal, selain
itu juga memproduksi batako sebagai bahan dinding rumah dan bangunan. Desain
bangunan cukup tanggap iklim dengan bukaan alami, namun orientasi bangunan
menghadap ke selatan dikarenakan menjadikan pantai sebagai orientasi utama,
sehingga sisi terpanjang bangunan menghadap timur - barat.
Sistem sanitasi yang terdapat pada area kampung nelayan masih kurang
hal ini ditunjukkan dengan masih menggunakan MCK umum untuk keperluan
sehari – hari. Namun beberapa rumah sudah memiliki MCK pribadi dengan
menggunakan septictank sehingga sudah tidak mencemari lingkungan sekitar.
Banyak bangunan yang menggunakan sumberdaya terbarukan seperti
kegunaan energi matahari untuk listrik, kayu untuk memasak, material dari
lingkungan sekitar, sehingga meminimalisir emisi karbon di lingkungan (Gambar
8).
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Gambar 8. Beberapa rumah nelayan di Kondang Merak dengan penggunaan material batako
untuk meningkatkan ketahanan terhadap iklim

Berdasarkan hasil observasi sudah banyak peningkatan ketahanan tempat


tinggal dengan adanya beberapa rumah yang direnovasi menggunakan material
yang lebih tahan lama.

Kondisi Sosial di Kampung Nelayan Kondang Merak

Dengan adanya kelompok nelayan maka masyarakat kampung nelayan menjadi


aktif dalam kegiatan publik yang dilakukan seperti gotong royong membangun
balai, mengembangkan usaha wisata bersama yang dikelola bersama.
Dengan kondisi permukiman yang cukup berdekatan potensi bahaya
kebakaran cukup besar, selain itu juga banyak yang menggunakan material mudah
terbakar seperti anyaman bambu dan papan kayu pada area rumah . Terlalu
berdekatannya rumah juga menjadikan cahaya matahari pagi kurang mendapatkan
akses ke area dalam rumah.
Terdapat gapura pada area kampung, dan penggunaan material pada
beberapa bangunan masyarakat yang kini mulai menggunakan batako dan juga
terdapat area - area bersama untuk merajut jala serta melabuhkan perahu sehingga
kesan dari kampung nelayan ini cukup kental. Belum adanya dermaga memiliki
dampak positif juga untuk warga sehingga setiap akan melabuhkan perahu ke
pantai mereka akan bergotong royong mendorong perahu tersebut ke pantai.
Terdapat fasilitas bermain untuk anak anak yang cukup sederhana di
dekat balai nelayan, terdapat perpustakaan dengan buku bacaan sesuai usia
(Gambar 9B), terdapat posko kesehatan namun belum terdapat tim ahli kesehatan
yang selalu stand by di lokasi.
Kurangnya akses infrastruktur menuju ke fasilitas publik terdekat (kondisi
jalan dari lokasi ke jalan arteri yang masih sangat kurang baik dan sering terjadi
genangan saat hujan sehingga akses sedikit terisolir). Di kawasan tersebut belum
adanya penerangan dan sistem utilitas kawasan yang terorganisir dengan baik dan
sistematis (Gambar 10).
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

A B
Gambar 10. Gapura menuju Kampung Nelayan (A); Fasilitas bermain anak (B)

Kondisi Budaya di Kampung Nelayan Kondang Merak

Desain permukiman nelayan di lokasi cukup responsif dengan budaya pesisir dan
masyarakat pesisir, sehingga menjadikan pantai sebagai orientasi utama
permukiman, serta memiliki area teras sebagai ruang bersama multifungsi , baik
secara sosial budaya dan ekonomi.
Tipikal bentuk hunian relatif sama yaitu bentuk atap pelana dengan teras
panggangpe pada bagian depan , namun secara karakteristik sudah banyak rumah
yang menggunakan ornamen - ornamen tertentu sebagai indentitas dari hunian
yang ditempati, penggunaan warna yang beragam juga sudah menunjukkan warga
di lokasi memiliki kesan keindahan yang ingin ditampilkan pada hunian mereka.

Gambar 9. Tipe rumah di Kampung Nelayan yang relatif sama

Fasilitas umum untuk budaya, hiburan yang terjangkau masih cukup


minim namun sudah terdapat sarana balai nelayan multifungsi yang digunakan
warga untuk belajar (membaca, bermain, dan bersosialisasi).
Pada lokasi ini masih menjadi wacana pemerintah untuk dikembangkan
sebagai salah satu wilayah sumber ekonomi kabupaten dengan akan dibangunnya
dermaga tambat dan TPI khusus untuk area Malang bagian barat. Namun untuk
program pemindahan ke lokasi yang lebih layak masih belum ada, menurut
sumber yang kami wawancarai pembangunan JLS yang harusnya mencangkup
sampai area akses menuju Kondang Merak masih belum kunjung selesai.
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Kondisi Ekonomi di Kampung Nelayan Kondang Merak

Kelompok sosial pada area kampung nelayan relatif setara yaitu berprofesi
sebagai nelayan dengan penghasilan rata - rata sama sehingga tidak terjadi
kesenjangan sosial namun ada juga beberapa warga yang hanya singgah saja
untuk melaut namun memiliki hunian di tempat lain yang lebih terjangkau oleh
akses publik. Sampai saat ini perumahan di lokasi hanya dihuni oleh kelompok
menengah kebawah. Lokasi tempat tinggal sangat mendukung untuk profesi
penghuninya yaitu nelayan, dimana area perekonomian penduduk berada tepat di
depan area hunian.
Dengan kerjasama dengan perhutani, pemerintah, warga, dan perhutani
mengembangkan area di sekitar kampung nelayan tersebut sebagai kawasan
wisata yang juga mampu menaikkan taraf perekonomian warga sekitar. Sehingga
banyak juga warga yang membuat warung, tempat persewaan alat menyelam,
sarana toilet untuk wisatawan yang berkunjung.
Namun sampai saat ini lahan yang ditempati warga adalah lahan milik
perhutani dikarenakan di area tersebut juga terdapat area konservasi lutung jawa
sehingga warga di area tersebut masih menumpang diatas tanah perhutani dan
belum memiliki legalitas hak milik, hanya hak guna lahan saja.
Sementara untuk pengelolaan dan pemeliharaan area perumahan dikelola
oleh warga secara swadaya. Kemudian guna peningkatan ketahanan banyak warga
yang telah mengganti material bangunan dari material semi permanen menjadi
material permanen berupa batako.

Analisa SGD’S

Hal-hal yang disajikan dalam analisa berikut hanya sebatas penjelasan


indikator-indikator tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang meliputi
konsep dan defnisi, sumber data, level penyajian, periode data dan disagregasi dari
indikator-indikator tersebut serta mencakup semua indikator yang diusulkan baik
yang berupa indikator utama maupun indikator tambahan. Selain itu, analisa ini juga
mencakup identifkasi indikator-indikator yang tersedia di Kampung Nelayan beserta
sumber datanya. Analisa ini menyajikan jenis indikator SDGs dan nilai dari setiap
indikator (Tabel 1).

Ketercapaian
No Tujuan Kondisi eksisting
SK K C B SB
UMR Kab Malang Rp. 2.574.807.22
pendapatan nelayan dalam musim ikan
Tanpa bisa mencapai Rp.10.000.000,00 dalam
1 satu kali melaut, namun bisa turun
Kemiskinan
bergantung pada kondisi alam. sehingga
rata - rata pendapatan per tahunnya
masih di bawah UMR
Tanpa Ketahanan pangan lokasi kampung
2
Kelaparan cukup baik dikarenakan beberapa warga
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

juga memiliki kampung di wilayah


pertanian
Dalam hal kesehatan warga saat ini
Kehidupan sudah cukup memenuhi persyaratan
3 sehat dan kesehatan dikarenakan memiliki posko
sejahtera kesehatan sendiri namun belum memiliki
petugas kesehatan yang stand by
Akses Sekolah terdekat berada di pusat
Pendidikan
4 desa sumber bening sekitar 12 Km dari
berkualitas
lokasi
Keterangan
No Tujuan Kondisi Eksisting
SK K C B SB
Kesetaraan gender pada masyarakat
Kesetaraan cukup baik dikarenakan untuk wanita di
5
Gender lokasi juga bekerja membuka warung
makan
Ketersediaan air bersih sudah cukup baik
Air Bersih dikarenakan sudah pernah ada program
6 dan Sanitasi peningkatan jaringan air bersih, namun
Layak belum semua penduduk memiliki MCK
pribadi
Penggunaan solar cell cukup membantu
Energi Bersih
warga dalam penyediaan listrik,
7 dan
meskipun jaringan PLN saat ini masih
Terjangkau
menjangkau area tersebut
Pekerjaan Perlu peningkatan fasilitas berupa
Layak dan dermaga untuk kapal serta tempat
8
Pertumbuhan pelelangan ikan untuk lebih menunjang
ekonomi perekonomian warga.
Kurangnya infrastruktur berupa akses
menuju lokasi yang masih susah dan
Industri,
juga sarana PJU serta Utilitas kawasan
9 Inovasi, dan
yang masih minim, namun secara inovasi
Infrastruktur
banyak warga yang telah mampu
mewujudkan inovasi dan industri wisata.
Kesenjangan pada lokasi tidak terlihat
Berkurangnya
10 sehingga sudah cukup harmonis dan
kesenjangan
saling bergotong royong
Kota dan
11 komunitas
berkelanjutan
Dengan program pemerintah gemar
makan ikan juga meningkatkan
Konsumsi dan
konsumsi dan produktifitas nelayan lokal
produksi yang
12 di lokasi objek studi , rata - rata hasil
bertanggung
tangkapan nelayan setempat selain dijual
jawab
segar juga dijual di warung - warung
lokasi wisata
13 Penanganan Belum adanya upaya untuk mengahadapi
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

perubahan
perubahan iklim
iklim
Nelayan di lokasi menggunakan sistem
penangkapan ikan secara tradisional
yaitu menggunakan jaring konvensional
Ekosistem dan pancing sehingga ramah lingkungan,
14
laut selain itu juga menggunakan perangkap
kepiting dan lobster dari bahan yang
terbarukan untuk menjaga kelestarian
lingkungan.

Keterangan
No. Tujuan Kondisi Eksisting
SK K C B SB
terdapat area konservasi lutung jawa di
sekitar lokasi yang dijaga oleh warga dan
dilestarikan sehingga sangat mendukung
pelestarian ekosistem darat, dilokasi juga
Ekosistem
15 tidak terdapat pembukaan lahan untuk
darat
area wisata secara paksa sehingga alam
di sekitar lokasi sangat terjaga , muara di
sekitar lokasi juga bersih dan ditanami
tanaman bakau
Perdamaian, Dengan adanya kelompok nelayan
keadilan, dan membuat masyarakat komunitas nelayan
16
kelembagaan kondang merak menjadi sangat harmonis
yang tangguh dan kreatif serta terorganisir dengan baik
Kemitraan pengelolaan area wisata
Kemitraan
antara warga dan perhutani membuat
untuk
17 pertumbuhan ekonomi dan pengelolaan
mencapai
area menjadi baik dan cukup terpantau
tujuan
dengan baik.

Tabel 1. Analisa SDG pada lingkungan Kampung Nelayan Kondang Merak

Keterangan :

SK = Sangat Kurang
K = Kurang
C = Cukup
B = Baik
SB = Sangat Baik

Konsep Pengembangan Kawasan

a. Konsep Pengembangan Kegiatan Ekowisata


Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

Gambar 10. Rencana Pengembangan Kegiatan Ekowisata

b. Konsep Pengembangan Aksebilitas

Gambar 11. Rencana Pengembangan Aksebilitas

c. Konsep Pengembangan Fasilitas dan Infrastruktur


arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Gambar 12. Rencana Pengembangan Fasilitas dan Infrastruktur

d. Konsep Pengembangan Ekowisata pada Masyarakat Kampung Nelayan


1) Komunitas nelayan lokal membentuk organisasi atau lembaga untuk
pengelolaan kegiatan ekowisata dengan dukungan pendanaan dari pemerintah
daerah dan pihak swasta yang dimulai dari pelatihan dan pendampingan (nilai
partisipasi berbasis masyarakat).
2) Prinsip kepemilikan lokal (manajemen dan kepemilikan oleh masyarakat)
diterapkan pada fasilitas dan infrastruktur ekowisata (akomodasi penyewaan
perahu, restoran, berkemah dan pariwisata Lutung Jawa).
3) Homestay adalah pilihan untuk akomodasi dan pengembangan kreativitas
masyarakat setempat dalam membuat souvenir dengan mengolah produk laut
dan kerajinan lainnya (nilai ekonomi dan sosial).
4) Pemandu wisata dari komunitas lokal yang mengetahui seluk beluk lokasi dan
telah melalui pelatihan.
5) Merintis (perencanaan, pengembangan), manajemen, dan pemeliharaan objek
wisata menjadi tanggung jawab masyarakat setempat (sebagai penghasilan
tambahan yang mendukung mata pencaharian sebagai nelayan terutama jika ia
tidak pergi ke laut).

Konsep pengembangan kawasan kampung nelayan ini merepresentasikan


pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan unsur-unsur kepedulian, tanggung
jawab dan komitmen terhadap keaslian dan kelestarian lingkungan serta
kesejahteraan masyarakat setempat. Serta sebagai upaya untuk memaksimalkan dan
Al-Qardawy, Rizani, Perdana : KAMPUNG NELAYAN KONDANG MERAK, KABUPATEN MALANG

sekaligus melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat
untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Lahan perkampungan dan daerah potensial di kampung Nelayan Kondang Merak
memiliki potensi untuk mengembangkan ekowisata. Perumahan dapat digunakan
sebagai akomodasi sementara panorama alam dan keanekaragaman flora dan
fauna alami berpotensi dikembangkan sebagai ekowisata yang berkelanjutan.
2. Kondisi jalan yang beraspal menuju ke kampung Nelayan Kondang Merak yang
melewati Jalur Lintas Selatan (JLS) hanya berhenti sampai di perempatan Pantai
Balekembang. Selanjutnya untuk mencapai kawasan tersebut kondisi jalan hanya
berupa makadam, sehingga membuat waktu perjalan cukup lama, selain itu
terbatasnya ketersediaan penerangan dan penanda arah sepanjang jalan tersebut.
Ada rumah sewa berkualitas rendah, masjid, dan toilet. Fasilitas pendukung
lainnya belum tersedia seperti layanan wisata, layanan perdagangan, dan fasilitas
kegiatan ekowisata pendukung yang akan dikembangkan.
3. Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada, perlu adanya pengetahuan
yang baik dan luas. Sehingga diperukan pendidikan baik secara formal maupun
non-formal, dengan pengetahuan yang ada dapat membantu masyarakat dalam
meningkatkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya dalam menjaga
lingkungannya.
4. Arahan pembangunan perumahan berbasis ekowisata di kampung Nelayan
Kondang Merak adalah sebagai berikut: Perumahan dikembangkan menjadi
homestay, keterlibatan masyarakat dalam mengelola kegiatan ekowisata, arahan
pengembangan aksesibilitas berupa peningkatan infratruktur jalan dan rambu-
rambu serta perangkat lalu lintas lainnya, serta mendukung arahan
pengembangan infrastruktur yang berbasis ekowisata.
5. Perlu adanya peningkatan kerja sama antara Pemerintah, swasta dan masyarakat
dalam pengembangan ekowisata di Kondang Merak, mengingat potensi
lingkungan yang ada sangat menarik untuk dikembangkan menjadi wisata
unggulan di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Malang.

REFERENSI

Buku
Altman; Chemers (1984), Culture and Environment, A Division of Wadsworth, The
University of Utah Books Cole Publishing Company California.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia (2009), Prinsip dan
Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat.
Nugroho, Iwan (2011), Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
arsitektur& ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 20xx: 1- 6

Pemerintah RI, Mendagri (2009), Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tentang
Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
Pemerintah RI (2009), Undang-undang No. 10 tentang Kepariwisataan.
Pemerintah RI (2011), Undang-undang No. 1 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Turner, J.,FC; Robert, F. (1972), Freedom To Build, The Macmillan Company,
New York, and Collier Macmillan, Limited, London.
Tuwo, Ambo. (2011),Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya. Brilian
Internasional.
Vision (2013), Fisherman Bend Urban Renewal Area, Places Victoria, Melbourne.

Jurnal
Asmal, Idawarni & Nurmaida Amri (2018), Housing Character in The Border
Beach Area of Cambayya. Jurnal Architecture & Environment Vol. 17 No.
1.
Darmiwati, Reny (2016), The New Urbanism Of Fishermen’s VillageIn Bulak
Settlement Surabaya. Jurnal Architecture & Environment Vol. 15 No. 1.
Ding, Ying dan Zhang, Hong (2018), The Interpretation and Inheritance of Green
Local Building Material System in Modern Architecture - Case Study of
Century Fishing Village Eelgrass Cottage Resort in Dayu Island, Shidao
Bay, Jiaodong Peninsula. Applied Mechanics and Materials Vol. 878.
Irina-Ramona, Pecingina (2016), Ecotourism dan Sustainable Development. Annals
of The ,, Contastantin Brancusi” University of Tagu Jiu, Engineering Series
No. 3.
Kurniawan, Kadek Adi dkk. (2014), The Concept of Underground Space
Development Control in Southern Badung Area. Jurnal Architecture &
Environment Vol. 13 No. 2.
Nadjmi, Nurul & Fadhillah Khairani Asrul (2018), The Additional Functions of
Porch and Vault in Pantai Bahari Fishing Village. Jurnal Architecture &
Environment Vol. 17 No. 1.
Skripsi
Purnamasari. (2015), Penataan Permukiman Produktif Berbasis Industri Rumput
Laut Studi Kasus Desa Lamalaka Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Makassar.
Universitas Hasanudin.

Anda mungkin juga menyukai