Oleh:
Mila Wijayanti *)
Landung Esariti**)
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro *)
mila.wijayanti16@pwk.undip.ac.id
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro **)
Abstrak
Desa Wisata Bedono menerapkan konsep pariwisata perdesaan yang
mengoptimalkan potensi sumberdaya berupa hutan mangrove. Tinjauan kritis terhadap
kesesuaian pengembangan Desa Wisata Bedono dilakukan dengan menganalisis
kesesuaian pengembangan Desa Wisata Bedono dengan syarat dan tujuan wisata. Analisis
yang dilakukan terhadap potensi pengembangan Desa Wisata Bedono meliputi kesesuaian
sarana prasarana wisata dan pengaruh pengembangan di Desa Wisata Bedono. Potensi
sumber daya mangrove dan karakteristik masyarakat yang khas sesuai untuk
pengembangan Desa Wisata Bedono. Sarana wisata yang dimiliki Desa Wisata Bedono
berupa fasilitas catering service yang menyediakan makanan dan minuman untuk
pengujung serta fasilitas untuk rekreasi berupa lahan untuk penanaman mangrove dan
gazebo untuk menikmati sunset di pantai. Prasarana yang terdapat di Desa Wisata Bedono
berupa prasarana transportasi air yakni kapal yang disediakan oleh nelayan untuk
menyebrang ke hutan mangrove,makam dan Pulau Burung.
Pengembangan Desa Wisata Bedono memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap
masyarakat Desa Wisata Bedono. Pengaruh positif pengembangan Desa Wisata Bedono
terhadap aspek ekonomi adalah meningktanya pendapatan masyarakat dengan
menyewakan kapal untuk berlayar menuju hutan mangrove, Pulau Burung dan makam.
Terhadap aspek sosial adalah dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya konservasi mangrove di pesisir serta pengaruh terhadap lingkungan adalah
dengan berkurangnya rob dan abrasi karena adanya konservasi mangrove. Pengaruh
negatif Pengembangan Desa Wisata Bedono terhadap aspek ekonomi adalah terjadinya
inflasi lokal harga-harga makanan dan minuman di tempat wisata. Dalam aspek lingkungan
terjadi penurunan kualitas akibat sampah yang dihasilkan pengunjung yang tidak terolah
dengan baik.
Kata kunci : Kesesuaian, Desa Wisata ,sarana prasarana wisata, pengaruh
I.
Pendahuluan
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan lautan. Untuk
daratan masih dipengaruhi oleh sifatsifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
airnya pun asin tidak berbeda dengan air laut, sedangkan lautan meliputi bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alam yang terjadi di daratan, yaitu
sedimentasi dan aliran air tawar yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang bermukim
di daratan seperti pencemaran lingkungan (Soegiarto, 1976: Dahuri et al,2001).Wilayah
pesisir sangat cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata dengan
daya tarik wisata berupa keindahan alamnya dan karakteristik masyarakat lokalnya.
Pengembangan wisata di pesisir salah satunya adalah dengan pengembangan desa
wisata. Hal ini dilakukan sesuai dengan syarat dan tujuan desa wisata menurut peraturan
pemerintah yakni dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dengan mengembangkan potensi yang ada tanpa melupakan budaya lokal yang
telah ada secara turun temurun.
Pengembangan desa wisata menjadi terobosan baru bagi kehidupan pesisir di
bidang pariwisata. Wisata kawasan pesisir yang pada mulanya hanya berupa wisata ke
pantai saat ini dikembangkan dengan wisata untuk melihat budaya dan aktivitas
1
masyarakat pesisir. Budaya dan aktivitas masyarakat pesisir yang berkerja dengan
mengantungkan mata pencaharaiannya dengan melaut. Salah satu pengembangan desa
wisata di pesisir dengan abrasi dan rob yang tinggi dilakukan juga dengan adanya
konservasi terhadap kawasan pesisir itu sendiri. Konservasi mangrove semakin lama
menjadi budaya masyarakat untuk menjaga lingkungan pesisir dan menjadi salah satu
daya tarik wisata yang diminati pengunjung untuk ikut melakukan konservasi.
Pengunjung dapat belajar dan menikmati cara konservasi pesisir dengan penanaman
mangrove yang tidak terdapat didaerah lain selain di daerah pesisir. Pengunjung juga
dapat melakukan perjalanan mengelilingi kawasan hutan mangrove yang dijadikan
sebagai lokasi konservasi.
Pengembangan desa wisata harus didukung oleh sarana dan prasarana dasar
lingkungan yang layak. Keberadaan sarana dan prasarana lingkungan yang layak dapat
menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata, semakin baik sarana dan
prasarana yang tersedia di desa wisata maka akan semakin banyak juga wisatawan yang
mengunjungi desa wisata. Keberadaan sarana dan prasrana yang layak dapat
mendorong aktivitas sehari-hari masyarakat dalam mencukupi kebutuhan hidup
masyarakat. Prasarana jalan yang baik akan meningkatkan aksesibilitas masyarakat
terhadap daerah tujuan aktivitas dan lokasi wisata menjadi semakin cepat dan mudah.
Pengembangan sarana dan prasarana wisata Desa Bedono merupakan salah satu
bagian dari perencanaan pembangunan sarana dan prasarana fisik lingkungan kawasan
perumahan dan permukiman berdasarkan Masterplan Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Demak tahun 2015-2025 yang dikerjakan oleh PT Karsa Harya Mulia.
Pengembangan desa wisata merupakan salah satu alternatif terhadap
pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat pesisir sebagai nelayan sangat
bergantung pada lingkungan,musim dan hasil tangkapan laut. Pengembangan desa
wisata dapat memberikan kontribusi sebagai penghasilan tambahan masyarakat desa.
Masyarakat dapat berperan aktif dalam pengelolaan dan pelaksanaan desa wisata
dengan melakukan aktivitas ekonomi. Masyarakat menjadi penyedia jasa dengan
menyewakan kapal untuk berkeliling dan menyebrang ke hutan mangrove di tengah laut.
Masyarakat juga dapat menyediakan kebutuhan makanan dan minuman untuk
pengunjung dengan berjualan di warung-warung atau restoran yang menyediakan hasil
olahan laut nelayan desa tersebut. Masyarakat juga dapat menjadi penyedia jasa berupa
penginapan sekaligus obyek wisata tentang kehidupan sehari-harinya sebagai nelayan.
II.
Karsa Harya Mulia dilakukan secara tim yang terdiri dari 8 orang dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing. 2 diantara 8 anggota tim merupakan mahasiswa yang
sedang melaksanakan tugas kerja praktik (KP) salah satunya saya, sebagai penulis yang
bertugas membantu pengerjaan proyek. Ruang lingkup penyusunan proyek masterplan
perumahan dan permukiman di Kabupaten Demak dilakukan pada 5 kecamatan.
Kecamatan Sayung, Kecamatan Bonang, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan
Wedung sebagai kawasan pesisir dan Kecamatan Demak sebagai kawasan Pusat Kota.
Ruang lingkup materi yang dikerjakan oleh praktikan dalam penyusunan Masterplan
Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak tahun 2015-2025 adalah :
1. Inventarisasi dan Pengumpulan data
Invetarisasi dan pengumpulan data yang dilakukan oleh praktikan adalah dengan
pengumpulan data sekunder dan primer. Data sekunder berupa kependudukan dan
ekonomi masyarakat yang disajikan dalam bentuk deskripsi. Pengumpulan data
primer dilakukan survey langsung pada 4 kecamatan di pesisir Kabupaten Demak.
Data primer yang dikumpulkan merupakan kondisi fisik bangunan rumah di setiap
desa, KDB,KLB bangunan rumah, ketersediaan dan kondisi sarana prasarana
pendukung perumahan serta ketersedian dan kondisi ruang terbuka.
2. Identifikasi
Idetifikasi kawasan kumuh yang dilakukan praktikan adalah dengan data yang sudah
tersedia dan dikompilasikan kemudian di analisis sesuai dengan standar yang sudah
ada. Praktikan membuat identifikasi karakteristik dan permasalah yang melatar
belakangi terjadinya kekumuhan. Identifikasi yang dilakukan praktikan pada
perumahan dan permukiman di setiap desa di Kecamatan Bonang, Karangtengah
dan Wedung yang disajikan dalam bentuk peta dan deskripsi.
3. Program Penanganan
Program penanganan yang dilakukan oleh praktikan adalah berdasarkan masalah
yang sudah diidentifikasi kemudian analisis berdasarkan standar penyediaan dan
penanganan kawasan kumuh permukiman. Program penanganan yang dikerjakan
praktikan berupa pengajuan usulan dalam pemecahan masalah kawasan kumuh
dengan penyediaan sarana prasarana dan perumahan sesuai dengan standar
pemerintah dan SNI tentang penyediaan perumahan dan permukiman.
Lebih detail tentang tinjauan terhadap subtansi pengerjaan proyek dapat dilihat di tabel
lampiran tinjauan kritis manajemen dan subtansi proyek.
Gambar 1.1
Sketsa Desa Wisata Bedono
3
Rural Heritage
Architecture
Industrial
Heritage
Mountain
Lakes
River
Riding
Cycling
Fishing
Rural life
Rural Activities
Gambar 2.1
4
17
Daftar Pustaka
Dahuri, R. Rais, J, Ginting dan Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya pesisir dan lautan
secara terpadu. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Dokumen Masterplan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak Tahun 2015-2025.
PT Karsa Harya Mulia
Hadiwijoyo, Suro. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat.
Yogyakarta : Graha ilmu
Ismi dwi. 2008. Reformasi Kebijakan Pendidikan Menuju Kesetaraan dan Keadilan Gender
(UNS Press, edisi pertama- 2008; edisi kedua-2009, ISBN 979-498-419-1)
Nuryanti, Wiendu. 1992. Pariwisata Dalam Masyarakt Tradisional. Makalah Program
Pelatihan Perencaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya
Paramita
Perda Kabupaten Demak nomor 6 Tahun 2011 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Demak
Sadharto. P, Hadi. 1995. Aspek Sosial AMDAL. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Soegiarto. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Jakarta Lembaga
Oseanologi Nasional
Sugiarti, R. 2008. Geografi Perdesaan Sebuah Antologi.Yogyakarta : IdeAs Media.
Suratmo, F. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Syahrizal. 2009. Dalam skripsi "Peranan Pariwisata dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Hidup Masyarakat".
Syafii. Muhamamad dan Djoko. 2015. Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan
Konsep Comunnity Based Taourism (CBT) Di Desa Bedono Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Semarang : Jurnal Ruang Vol. 1 No. 2 April 2015
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Yoeti, Oka. 1996. Pengentar Ilmu Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa
18