Anda di halaman 1dari 18

Tinjauan Kritis Kesesuaian Pengembangan Desa Wisata Bedono

Oleh:
Mila Wijayanti *)
Landung Esariti**)
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro *)
mila.wijayanti16@pwk.undip.ac.id
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro **)
Abstrak
Desa Wisata Bedono menerapkan konsep pariwisata perdesaan yang
mengoptimalkan potensi sumberdaya berupa hutan mangrove. Tinjauan kritis terhadap
kesesuaian pengembangan Desa Wisata Bedono dilakukan dengan menganalisis
kesesuaian pengembangan Desa Wisata Bedono dengan syarat dan tujuan wisata. Analisis
yang dilakukan terhadap potensi pengembangan Desa Wisata Bedono meliputi kesesuaian
sarana prasarana wisata dan pengaruh pengembangan di Desa Wisata Bedono. Potensi
sumber daya mangrove dan karakteristik masyarakat yang khas sesuai untuk
pengembangan Desa Wisata Bedono. Sarana wisata yang dimiliki Desa Wisata Bedono
berupa fasilitas catering service yang menyediakan makanan dan minuman untuk
pengujung serta fasilitas untuk rekreasi berupa lahan untuk penanaman mangrove dan
gazebo untuk menikmati sunset di pantai. Prasarana yang terdapat di Desa Wisata Bedono
berupa prasarana transportasi air yakni kapal yang disediakan oleh nelayan untuk
menyebrang ke hutan mangrove,makam dan Pulau Burung.
Pengembangan Desa Wisata Bedono memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap
masyarakat Desa Wisata Bedono. Pengaruh positif pengembangan Desa Wisata Bedono
terhadap aspek ekonomi adalah meningktanya pendapatan masyarakat dengan
menyewakan kapal untuk berlayar menuju hutan mangrove, Pulau Burung dan makam.
Terhadap aspek sosial adalah dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya konservasi mangrove di pesisir serta pengaruh terhadap lingkungan adalah
dengan berkurangnya rob dan abrasi karena adanya konservasi mangrove. Pengaruh
negatif Pengembangan Desa Wisata Bedono terhadap aspek ekonomi adalah terjadinya
inflasi lokal harga-harga makanan dan minuman di tempat wisata. Dalam aspek lingkungan
terjadi penurunan kualitas akibat sampah yang dihasilkan pengunjung yang tidak terolah
dengan baik.
Kata kunci : Kesesuaian, Desa Wisata ,sarana prasarana wisata, pengaruh
I.

Pendahuluan
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan lautan. Untuk
daratan masih dipengaruhi oleh sifatsifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
airnya pun asin tidak berbeda dengan air laut, sedangkan lautan meliputi bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alam yang terjadi di daratan, yaitu
sedimentasi dan aliran air tawar yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang bermukim
di daratan seperti pencemaran lingkungan (Soegiarto, 1976: Dahuri et al,2001).Wilayah
pesisir sangat cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata dengan
daya tarik wisata berupa keindahan alamnya dan karakteristik masyarakat lokalnya.
Pengembangan wisata di pesisir salah satunya adalah dengan pengembangan desa
wisata. Hal ini dilakukan sesuai dengan syarat dan tujuan desa wisata menurut peraturan
pemerintah yakni dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dengan mengembangkan potensi yang ada tanpa melupakan budaya lokal yang
telah ada secara turun temurun.
Pengembangan desa wisata menjadi terobosan baru bagi kehidupan pesisir di
bidang pariwisata. Wisata kawasan pesisir yang pada mulanya hanya berupa wisata ke
pantai saat ini dikembangkan dengan wisata untuk melihat budaya dan aktivitas
1

masyarakat pesisir. Budaya dan aktivitas masyarakat pesisir yang berkerja dengan
mengantungkan mata pencaharaiannya dengan melaut. Salah satu pengembangan desa
wisata di pesisir dengan abrasi dan rob yang tinggi dilakukan juga dengan adanya
konservasi terhadap kawasan pesisir itu sendiri. Konservasi mangrove semakin lama
menjadi budaya masyarakat untuk menjaga lingkungan pesisir dan menjadi salah satu
daya tarik wisata yang diminati pengunjung untuk ikut melakukan konservasi.
Pengunjung dapat belajar dan menikmati cara konservasi pesisir dengan penanaman
mangrove yang tidak terdapat didaerah lain selain di daerah pesisir. Pengunjung juga
dapat melakukan perjalanan mengelilingi kawasan hutan mangrove yang dijadikan
sebagai lokasi konservasi.
Pengembangan desa wisata harus didukung oleh sarana dan prasarana dasar
lingkungan yang layak. Keberadaan sarana dan prasarana lingkungan yang layak dapat
menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata, semakin baik sarana dan
prasarana yang tersedia di desa wisata maka akan semakin banyak juga wisatawan yang
mengunjungi desa wisata. Keberadaan sarana dan prasrana yang layak dapat
mendorong aktivitas sehari-hari masyarakat dalam mencukupi kebutuhan hidup
masyarakat. Prasarana jalan yang baik akan meningkatkan aksesibilitas masyarakat
terhadap daerah tujuan aktivitas dan lokasi wisata menjadi semakin cepat dan mudah.
Pengembangan sarana dan prasarana wisata Desa Bedono merupakan salah satu
bagian dari perencanaan pembangunan sarana dan prasarana fisik lingkungan kawasan
perumahan dan permukiman berdasarkan Masterplan Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Demak tahun 2015-2025 yang dikerjakan oleh PT Karsa Harya Mulia.
Pengembangan desa wisata merupakan salah satu alternatif terhadap
pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat pesisir sebagai nelayan sangat
bergantung pada lingkungan,musim dan hasil tangkapan laut. Pengembangan desa
wisata dapat memberikan kontribusi sebagai penghasilan tambahan masyarakat desa.
Masyarakat dapat berperan aktif dalam pengelolaan dan pelaksanaan desa wisata
dengan melakukan aktivitas ekonomi. Masyarakat menjadi penyedia jasa dengan
menyewakan kapal untuk berkeliling dan menyebrang ke hutan mangrove di tengah laut.
Masyarakat juga dapat menyediakan kebutuhan makanan dan minuman untuk
pengunjung dengan berjualan di warung-warung atau restoran yang menyediakan hasil
olahan laut nelayan desa tersebut. Masyarakat juga dapat menjadi penyedia jasa berupa
penginapan sekaligus obyek wisata tentang kehidupan sehari-harinya sebagai nelayan.
II.

Lingkup Pekerjaan Praktikan


Kabupaten Demak merupakan salah satu Kabupaten pesisir di Jawa Tengah.
Pada perkembanganya Kabupaten Demak menjadi salah satu kabupaten yang memiliki
tingkat kekumuhan di beberapa daerah yang tinggi. Kekumuhan terjadi akibat tingginya
land subsidence dan banjir rob di kaswasan tersebut. Aktivitas dan kesadaran
masyarakat dalam kebersihan lingkungan yang masih rendah menjadi salah satu faktor
penambah lingkungan yang makin kumuh. Kekumuhun paling sering terjadi di pesisir dan
pusat Kota Demak di sekitar Pasar Demak yang padat penduduk.
Penyusunan Masterplan Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Demak
Periode 2015-2025 dengan fokus perencanaan pada penanganan kawasan kumuh di
pesisir dan perkotaan. Penyusunan Masterplan perumahan dan permukiman di
Kabupaten Demak ini merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk untuk membuat
dokumen tengah tahun perencanaan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang 20
tahun dari tahun 2005-2025. Tujuan dari penyusunan Masterplan ini adalah untuk
mengidentifikasi kawasan kumuh pesisir dan perkotaan yang mencakup kualitas fisik
bangunan perumahan dan kualitas fisik bangunan sarana dan prasarana pendukung
perumahan permukiman berdasarkan standar penanganan kawasan kumuh perumahan
permukiman.
Penyusunan masterplan ini dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Demak yang
dikerjakan oleh PT Karsa Harya Mulia dengan jadwal pelaksanaan selama 3 bulan yakni
mulai bulan Juni-Oktober 2015. Adapun pelaksanaan pengerjaan penyusunan di PT
2

Karsa Harya Mulia dilakukan secara tim yang terdiri dari 8 orang dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing. 2 diantara 8 anggota tim merupakan mahasiswa yang
sedang melaksanakan tugas kerja praktik (KP) salah satunya saya, sebagai penulis yang
bertugas membantu pengerjaan proyek. Ruang lingkup penyusunan proyek masterplan
perumahan dan permukiman di Kabupaten Demak dilakukan pada 5 kecamatan.
Kecamatan Sayung, Kecamatan Bonang, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan
Wedung sebagai kawasan pesisir dan Kecamatan Demak sebagai kawasan Pusat Kota.
Ruang lingkup materi yang dikerjakan oleh praktikan dalam penyusunan Masterplan
Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak tahun 2015-2025 adalah :
1. Inventarisasi dan Pengumpulan data
Invetarisasi dan pengumpulan data yang dilakukan oleh praktikan adalah dengan
pengumpulan data sekunder dan primer. Data sekunder berupa kependudukan dan
ekonomi masyarakat yang disajikan dalam bentuk deskripsi. Pengumpulan data
primer dilakukan survey langsung pada 4 kecamatan di pesisir Kabupaten Demak.
Data primer yang dikumpulkan merupakan kondisi fisik bangunan rumah di setiap
desa, KDB,KLB bangunan rumah, ketersediaan dan kondisi sarana prasarana
pendukung perumahan serta ketersedian dan kondisi ruang terbuka.
2. Identifikasi
Idetifikasi kawasan kumuh yang dilakukan praktikan adalah dengan data yang sudah
tersedia dan dikompilasikan kemudian di analisis sesuai dengan standar yang sudah
ada. Praktikan membuat identifikasi karakteristik dan permasalah yang melatar
belakangi terjadinya kekumuhan. Identifikasi yang dilakukan praktikan pada
perumahan dan permukiman di setiap desa di Kecamatan Bonang, Karangtengah
dan Wedung yang disajikan dalam bentuk peta dan deskripsi.
3. Program Penanganan
Program penanganan yang dilakukan oleh praktikan adalah berdasarkan masalah
yang sudah diidentifikasi kemudian analisis berdasarkan standar penyediaan dan
penanganan kawasan kumuh permukiman. Program penanganan yang dikerjakan
praktikan berupa pengajuan usulan dalam pemecahan masalah kawasan kumuh
dengan penyediaan sarana prasarana dan perumahan sesuai dengan standar
pemerintah dan SNI tentang penyediaan perumahan dan permukiman.
Lebih detail tentang tinjauan terhadap subtansi pengerjaan proyek dapat dilihat di tabel
lampiran tinjauan kritis manajemen dan subtansi proyek.

Sketsa Desa Bedono

Sumber : Hasil analisis, 2016

Gambar 1.1
Sketsa Desa Wisata Bedono
3

Strategi penanganan yang terdapat dalam penyusunan masterplan adalah dengan


perbaikan fisik perumahan, sarana prasarana lingkungan untuk meningkatkan aktivitas
masyarakat di setiap desa di pesisir Kabupaten Demak. Salah satu desa tersebut
merupakan Desa Wisata Bedono terletak di ujung utara Kecamatan Sayung. Desa Wisata
Bedono memiliki potensi pengembangan pariwisata perdesaan dengan mengoptimalkan
konservasi mangrove. Pengembangan Desa Wisata Bedono didukung oleh adanya obyek
dan daya tarik wisata yang sering dikunjungi wisatawan berupa hutan mangrove, Pulau
Burung, Pantai Morosari dan Makam Syeikh Abdullah Mudzakir. Pengembangan Desa
Wisata Bedono didukung dengan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan konservasi
mangrove.
Desa Wisata Bedono juga memiliki sarana prasarana wisata untuk mendukung aktivitas
wisata. Sarana Desa Wisata Bedono berupa fasilitas catering servis dan fasilitas untuk
rekreasi. Prasarana Desa Wisata Bedono berupa jaringan transportasi serta jaringan
telekomunikasi, listrik dan air bersih. Pengembangan Desa Wisata Bedono memiliki
pengaruh terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat Desa Wisata
Bedono. Pengaruh tersebut berupa pengaruh positif dan pengaruh negatif pada setiap
aspeknya. Untuk itu dilakukan analisis kesesuaian pengembangan Desa Wisata Bedono
dari segi konsep desa wisata, sarana prasarana wisata dan pengaruh pengembangan desa
wisata.
III. Literatur Tinjauan Kesesuaian Pengembangan Desa Wisata Bedono
Sub bab ini menjelaskan tentang literatur yang digunakan dalam kesesuaian
pengembangan Desa Wisata Bedono yang meliputi definisi konsep desa wisata, jenisjenis sarana prasarana wisata dan pengaruh positif serta negatif pengembangan desa
wisata dalam aspek sosial,ekonomi dan lingkungan masyarakat.
a. Konsep Desa Wisata
Pengembangan kawasan dilakukan dengan mengoptimalkan potensi dan
sumber daya yang terdapat dalam kawasan tersebut. Dalam pengembangan
kawasan pesisir salah satu potensi yang bisa dikembangkan merupakan potensi
wisata seperti wisata alam hutan mangrove,pantai,perikanan dan berbagai habitat
yang hidup di sekitarnya. Pengembangan pariwisata pedesaan perlu didasarkan
pada konsep yang komprehensif dan dapat mengakomodasi semua aspek yang
mendukung ke arah pengoptimalan sumber daya yang dimiliki oleh kawasan
pedesaan. Salah satu konsep yang dapat diterapkan dalam pengembangan
pariwisata desa adalah dengan konsep desa wisata. Konsep ini menawarkan wisata
alam ditambah atraksi wisata yang khas dari desa tersebut. Atraksi tersebut berupa
aktivitas-aktivitas yang hanya dapat dilakukan pada kawasan tersebut.
Country Side

Rural Heritage
Architecture
Industrial
Heritage

Mountain
Lakes
River

The rural tourism comunity


Crafts
Local Event
Food

Riding
Cycling
Fishing

Rural life

Rural Activities

Sumber : Sugiarti (2008)

Gambar 2.1
4

Konsep Pariwisata Pedesaan


Kegiatan-kegiatan yang ada di daerah pedesaan tetapi tidak dapat dilakukan
di perkotaan menarik minat banyak wisatawan. Menurut Sharpley &Sharpley (1997)
dalam Sugiarti (2008), Kegiatan tersebut antara lain:
1. Berjalan, mendaki dengan jalur memutar di wilayah perdesaan;
2. Mengunjungi kebun di daerah perdesaan;
3. Mengunjungi laut, pantai maupun puncak-puncak tebing;
4. Mengunjungi bangunan bersejarah, museum di daerah perdesaan;
5. Mengunjungi taman-taman di daerah perdesaan;
6. Mengunjungi kebun binatang, safari maupun taman yang liar di daerah
perdesaan;
7. Mengunjungi cagar alam di daerah perdesaan;
8. Berkendaraan, berpiknik mengunjungi desa-desa yang menarik;
9. Melihat burung-burung di alam atau habitatnya;
10. Memancing di sungai dan danau;
11. Mengendarai kuda di daerah perdesaan;
12. Menembak di alam perdesaan;
13. Berolah raga seperti golf, sepak bola, lari, dll;
14. Melihat permainan olah raga di perdesaan;
15. Mengunjungi sanak famili dan teman di desa;
16. Melakukan kegiatan konservasi atau rekreasi seperti menanam tetumbuhan
17. Memetik sendiri buah atau sayuran di lokasi pariwisata perdesaan.
Konsep desa wisata pada kawasan pesisir disesuaikan dengan kondisi pesisir
seperti melakukan konservasi mangrove,melihat burung-burung di habitatnya,
memancing dan mengujungi laut. Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR),yang
dimaksud dengan Desa Wisata adalah : Suatu kawasan perdesaan yang
menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian perdesaan baik
dari kehidupan sosial ekonomi,sosial budaya,adat istiadat,keseharian,memiliki
arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas,atau kegiatan
perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan. Sedangkan menurut
Inskeep (1995) dalam Sudana (2013)
menyatakan konsep desa
wisata
merupakan jenis pariwisata dengan sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam
atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil
dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat. Desa
wisata sebagai suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana
yang mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehidupan sosial budaya, adat
istiadat, aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan struktur tata ruang desa,
serta potensi yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik wisata, misalnya:
atraksi, makanan dan minuman, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata
lainnya.Pengembangan desa wisata sangat bergantung pada 2 komponen penting
pengembangan desa wisata, yakni :
1. Akomodasi merupakan sebagian tempat tinggal para penduduk setempat
dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
2. Atraksi merupakan seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat
beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya
wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari,bahasa,membatik dan
lain sebagainya.
Pengembangan suatu desa menjadi desa wisata harus memenuhi beberapa
persyaratan. Persyaratan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas wisata itu
sendiri dan kenyamanan wisatawan yang mengunjungi desa wisata. Adapun syaratsyarat desa wisata (Nuryanti,1993) adalah sebagai berikut :
1. Aksesbilitasnya baik, sehingga memudahkan dikunjungi wisatawan dengan
menggunakan berbagai jenis alat transportasi.
5

2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,


makanan local, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.
3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang
tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya.
4. Keamanan di desa tersebut terjamin.
5. Tersedia akomodasi,telekomunikasi dan tenaga kerja yang memadai.
6. Beriklim sejuk dan dingin.
7. Berhubungan dengan obyek wisata lainnya yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas
Pengembangan desa wisata pada dasarnya merupakan suatu bentuk
pengembangan masyarakat sesuai dengan potensi desa yang bisa dikembangkan
menjadi obyek wisata. Lebih lanjut Pengembangan desa wisata bertujuan
(Hadiwijoyo,2012) untuk :
1. Mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan
dengan menyediakan obyek wisata alternatif.
2. Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa wisata.
3. Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk desa,
sehingga bisa meningkatakan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat
desa. Dengan demikian akan terjadi pemerataan pembangunan ekonomi
desa.
4. Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik, agar
senang pergi ke desa untuk berekreasi (Ruralisasi).
5. Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di
desanya, hal ini diharapkan mampu mengurangi urbanisasi.
6. Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumu dengan
penduduk asli.
7. Memperkokoh persatuan bangsa dan mampu mengatasi disintegrasi.
Definisi konsep desa wisata diatas merupakan salah satu bentuk
pengembangan pariwisata perdesaan. Pengembangan konsep desa wisata
merupakan hal yang harus disesuaikan dengan potensi dan karakteristik desa
wisata. Pengembangan desa wisata di pesisir disesuaikan dengan aktivitas pesisir
seperti memancing,melakukan konservasi mangrove dan melihat burung-burung di
habitanya. Pengembangan desa wisata juga harus memenuhi syarat dan tujuan
pengembangan agar desa wisata dapat berjalan secara optimal.
b. Sarana dan Prasarana Desa Wisata
Sarana maupun prasarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan
tourist supply yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila kita hendak
mengembangkan pariwisata. Sarana kepariwisataan adalah perusahaanperusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung
maupun tidak langsung serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan
wisatawan. Sarana kepariwisataan dapat dibagi menjadi 3 bagian (Yoeti,1996)
mengatakan :
1. Sarana pokok kepariwisataan ( Main Tourism Superstructure )
Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan
sangat tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan
wisata. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas
pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan.
Perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Perusahaan
yang
kegiatannya
mempersiapkan
dan
merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut dengan
receiptive tourist plan yaitu perusahaan yang mempersiapkan
perjalanan dan penyelenggaraan tour-tour bagi wisatawan seperti
Travel Agent, Tour Operator, dan lain-lain.
b. Perusahaan yang member pelayanan di daerah tujuan kemana itu
pergi, atau bisa disebut residential tourism plan yaitu perusahaan
6

yang memberikan layanan penginapan, menyediakan makanan


dan minuman di daerah tujuan wisata, misalnya : hotel, hostel
homestay, cottage, pension untuk penginapan, catering service
yang dapat memberi pelayanan mengenai makan dan minuman
sesuai dengan selera masing-masing dan sebagainya.
2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure).
Merupakan perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas
rekreasi yang fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan
membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata
yang dikunjunginya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
sarana/fasilitas olah raga, Objek dan atraksi wisata yang ada di daerah
tujuan yang akan dikunjunginya dan lain-lain.
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan
Merupakan perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan
sarana pokok. Fungsinya tidak hanya membuat wisatawan lebih lama
tinggal di suatu daerah tujuan wisata, tetapi mempunyai fungsi yang lebih
penting, yaitu agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di
tempat yang dikunjunginya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
Night Club, Steam Baths, Casinos dan Fasilitas perbelanjaan, tempat
pengunjung dapat membeli barang-barang pada umumnya dan souvenir
atau cindera mata pada khususnya.
Prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas yang memungkinkan suatu proses
dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu sebelum seseorang
wisatawan melakukan perjalanan wisata terlebih dahulu ia ingin mengetahui
tentang prasarana pendukung wisata yakni :
a. Prasarana transportasi yang akan membawanya dari dan ke daerah
tujuan wisata yang ingin dikunjunginya.
b. Prasarana listrik, telekomukasi dan air bersih untuk mendukung
keberkanjutan desa wisata.
Sarana prasarana wisata harus dipenuhi dalam mendukung kegiatan
pengembangan desa wisata. Keberadaan sarana prasarana dengan kondisi yang
layak akan menarik minat wisatawan untuk berwisata ke desa. Minat wisatawan
yang meningkat akan menghasilkan manfaat yang terhadap perekonomian
masyarakat desa. Kondisi sarana dan prasarana yang baik juga dapat berPengaruh
positif terhadap fisik lingkungan.
c. Pengaruh Desa Wisata
Pengaruh merupakan setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan
akibat aktivitas manusia (Suratmo, 2004). Pengembangan desa wisata memiliki
Pengaruh positif dan negatif terhadap kondisi sosial,ekonomi dan lingkungan
masyarakat.
a) Pengaruh Ekonomi
Pengaruh pengembangan desa wisata terhadap aspek ekonomi
merupakan perubahan yang terjadi dengan penambahan finansial dan
kesejahteraan masyarakat secara ekonomi. Adapun pengaruh positif
pengembangan desa wisata secara ekonomi (Hadiwijoyo, 2012) adalah
sebagai berikut :
1. Masyarakat secara otomatis yang notabene memiliki kemampuan
ekonomi yang kurang, dapat berperan aktif dalam kelangsungan
wisata. Desa wisata akan menimbulkan peluang kerja baru yang
berpotensi bagi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
desa setempat. Salah satu tujuan desa wisata adalah terdapat
peningkatanan taraf hidup,perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat.
7

2. Masyarakat di desa wisata dituntut untuk lebih bersahabat dengan


alam sekitar. Lingkungan yang asri, pohon-pohon yang rindang
serta terawat yang merupakan salah satu komponen daya tarik
wisata.
Desa wisata juga memiliki Pengaruh negatif terhadap aspek ekonomi
di desa tersebut, yakni adanya inflasi lokal di desa tersebut, ditandai
dengan harga-harga kebutuhan seperti makanan,minuman dan
cinderamata yang lebih mahal dari harga di pasaran.
b) Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial pengembangan desa wisata merupakan
perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan
oleh pengembangan desa wisata (Sadharto, 1995). Pengaruh positif dalam
pengembangan desa wisata adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat dan pengelola harus menggali dan mempertahankan
nilai-nilai adat serta budaya yang telah berlangsung selama
puluhan bahkan ratusan tahun di desa wisata tersebut. Lestarinya
nilai-nilai budaya merupakan suatu daya tarik utama bagi
wisatawan. Suatu desa wisata tidak akan memiliki daya tarik
apabila tidak memiliki budaya, adat istiadat yang unik serta way of
living yang eksotis.
2. Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai konservasi
terhadap lingkungannya. Masyarakat lebih teredukasi untuk ikut
menjaga dan melestarikan lingkungannya
Adapun Pengaruh negatif dalam aspek sosial adalah adanya budaya
pengunjung yang tidak dapat disaring oleh masyarakat yang menjadikan
masyarakat terbawa sistem sosial pengunjung dan melupakan sistem
sosial budaya masyarakat setempat.
c) Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan pengembangan desa wisata merupakan
perubahan lingkungan yang terjadi pada lingkungan yang diakibatkan oleh
pengembangan desa wisata. Pengaruh lingkungan yang ditimbulkan
merupakan pengaruh lingkungan secara positif dan negatif. Pengaruh
positif untuk lingkungan dalam pengembangan desa wisata adalah
meningkatnya kualitas kondisi sarana prasarana lingkungan dan kondisi
lingkungan dengan adanya konservasi yang dilakukan masyarakat.
Adapun pengaruh negatif pengembangan desa wisata terhadap
lingkungan adalah mengalami kekumuhan dari sampah yang dihasilkan
pengunjung apabila tidak dikelola.
Dari definisi konsep desa wisata diatas dapat disimpulkan, bahwa
pengembangan desa wisata perlu disesuaikan dengan karakteristik dan aktivitas
kawasan tersebut. Kegiatan dan karakteristik daerah pesisir dapat dikembangkan
menjadi desa wisata pesisir dengan kegiatan sehari-hari masyarakat seperti
memancing,melakukan konservasi mangrove dan melihat burung-burung di
habitatnya. Pengembangan desa wisata juga harus didukung oleh sarana prasarana
wisata yang memadai untuk mendukung keberlangsungan desa wisata.
Pengembangan desa wisata juga memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap
masyarakat dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Pengembangan desa
wisata dinilai sangat efektif dalam rangka mengenalkan serta memberikan peluang
sebesar-besarnya pada masyarakat desa wisata. Masyarakat perdesaan akan
memahami esensi dunia pariwisata serta menikmati hasil dari kepariwisataan
tersebut. Bagi daerah yang memiliki karakteristik dan keunikan terutama di obyek
wisata dan keseharian masyarakat desa, maka pengembangan desa wisata sangat
direkomendasikan.
8

IV. Analisis Tinjauan Kritis Kesesuaian Pengembangan Desa Wisata Bedono


Sub bab ini merupakan tinjauan kritis terhadap kesesuaian pengembangan Desa
Wisata Bedono meliputi konsep Desa Wisata Bedono, obyek dan daya tarik Desa
Wisata Bedono, sarana prasarana Desa Wisata Bedono dan pengaruh yang ditimbulkan
secara ekonomi,sosial dan lingkungan yang diakibatkan adanya pengembangan Desa
Wisata Bedono.
a. Konsep Desa Wisata Bedono
Konsep pengembangan Desa Wisata Bedono merupakan konsep yang
sesuai untuk dilakukan dalam pariwisata Desa Wisata Bedono, hal ini karena
Desa Wisata Bedono memiliki potensi pariwisata untuk dikembangkan sebagai
Desa Wisata Bedono. Konsep pengembangan Desa Wisata Bedono diterapkan
dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki Desa Wisata Bedono yakni obyek
dan daya tarik wisata alam seperti hutan mangrove, Pulau Burung dan Pantai
Morosari. Desa Wisata Bedono juga memiliki obyek wisata religi yakni makam
syeikh Abdullah Mudzakir yang terletak diujung hutan mangrove. Potensi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir Desa Wisata Bedono yang religius
dengan mata pencaharian bekerja sebagai nelayan yang mengantungkan
pendapatannya pada kondisi alam serta aktivitas masyarakat dalam menjaga
alam dengan konservasi mangrove. Potensi pengembangan Desa Wisata
Bedono terdapat dalam dukungan sarana prasarana wisata yang tersedia di
Desa Wisata Bedono saat ini seperti jaringan transportasi laut berupa kapal yang
disediakan oleh warga untuk berkeliling hutan mangrove dan melihat Desa
Wisata Bedono dari lautan. Konsep pengembangan Desa Wisata Bedono
dilakukan dengan pendekatan melalui interaksi tidak langsung (Hadiwijoyo,2012)
yakni desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan wisatawan.
Bentuk pendekatan ini wisatawan tidak harus menginap atau tinggal di Desa
Wisata Bedono. Tidak adanya aktivitas menginap di Desa Wisata Bedono
disebabkan tidak adanya ketersediaan homestay dan penginapan akibat adanya
ancaman rob dan abrasi yang menyerang rumah warga. Atau dengan kata lain
Desa Bedono melakukan pendekatan dengan cara wisatawan yang berkunjung
melakukan kegiatan dalam bentuk penulisan buku atau artikel tentang Desa
Wisata Bedono, kehidupan desa,latar belakang sejarah dan lain-lain.
b. Obyek dan daya tarik wisata Desa Wisata Bedono
Obyek wisata dan daya tarik wisata yang ada di Desa Wisata Bedono
merupakan obyek wisata yang berhubungan dengan pesisir. Jenis obyek wisata
yang ada di Desa Wisata Bedono terdiri menjadi dua jenis obyek. Obyek tersebut
merupakan obyek agama dan religi serta obyek wisata alam pesisir yang
didomonasi adanya mangrove.
1. Obyek wisata agama dan religi
Obyek wisata yang terdapat di Desa Wisata Bedono salah satunya
merupakan obyek wisata agama dan religius. Terdapat makam Syeikh
Abdullah Mudzakir yang berada di sisi utara Desa Wisata Bedono atau
berada di Laut Jawa. Syeikh Abdullah Mudzakir merupakan seorang
ulama besar yang menyebarkan agama islam di pesisir Kabupaten
Demak. Atas jasa beliau menyebarkan agama islam di pesisir utara
Kabupaten Demak maka ketika beliau wafat beliau dimakamkan di Desa
Wisata Bedono. Makam Syeikh Abdullah Mudzakir pada tahun 1990an
masih menyatu dengan daratan Dusun Tambaksari Desa Wisata Bedono
namun seiring semakin besarnya abrasi pantai di pesisir utara Pulau
Jawa mengakibatkan semenajung-semenanjung Pulau Jawa Tenggelam.
Keunikan makam ini yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung
adalah selain merupakan makam ulama besar juga karena abrasi pantai
yang mengakibatkan daerah sekitarnya tenggelam namun makam ini
tidak tenggelam sama sekali. Untuk menuju makam saat ini pengunjung
harus menyebrang dari Desa Wisata Bedono menggunakan kapal
9

nelayan menuju makam. Penyebrangan menggunakan kapal tersebut


menjadikan motivasi baru bagi pengunjung untuk berziarah sambil
menikmati pemandangan laut dan menyebrangi laut.
2. Obyek wisata alam
Obyek wisata alama yang terdapat di Desa Wisata Bedono terbagi
menjadi 3 bagian yakni 2 obyek wisata yang dikelola masyarakat dan 1
obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Demak melalui
perusahan daerah.
a. Obyek wisata Hutan Mangrove
Wisata mangrove merupakan wisata menyusuri hutan
mangrove yang berada di pesisir Desa Wisata Bedono. Hutan
mangrove pada awalnya merupakan bentuk penanggulangan
terhadap abrasi pantai yang semakin besar tiap tahunnya. Pada
mulanya penanaman mangrove diprakrasai oleh kerja sama
pemerintah Kabupaten Demak dan perguruan tinggi di sekitar
Demak dalam mencari solusi penangganan abrasi pantai. Saat ini
hutan mangrove berkembang menjadi salah satu obyek wisata.
Letak wisata alam hutan magrove di Desa Wisata Bedono
yang berada di tengah laut harus ditempuh dengan menggunakan
kapal. Kapal yang digunakan untuk menyebrang dari Desa Wisata
Bedono menuju hutan mangrove yang berada ditengah laut. Letak
hutan mangrove juga merupakan bagian dari hutan yang
mengelilingi makam Syeikh Abdullah Mudzakir. Kondisi hutan
mangrove saat ini lebih terjaga kelestariaannya karena kesadaran
masyarakat yang semakin meningkat akan pentingnya hutan
mangrove setelah ditetapkannya Desa Wisata Bedono menjadi
salah satu desa wisata di Kabupaten Demak. Kesadaran
masyarakat yang semakin meningkat untuk menjaga dan
melestarikan hutan mangrove sebagai konservasi menjadi faktor
utama peningkatan kualitas dan kuantitas hutan mangrove. Faktor
pendukung kualitas hutan mangrove yang semakin baik adalah
adanya tambahan jalan diatas laut yang berada diantara tanaman
mangrove yang digunakan pengunjung untuk mengelilingi hutan
mangrove tersebut.
b. Obyek wisata Pulau Burung
Obyek wisata Pulau Burung merupakan obyek wisata yang
berlokasi di depan hutan mangrove sebelum mencapai lokasi
makam Syeikh Abdullah Mudzakir. Kawasan konservasi burung ini
didominasi oleh burung Avicennia ini atau sering disebut sebagai
Pulau Burung. Daya tarik Pulau Burung terdapat pada kawanan
burung yang hinggap di antara pohon mangrove dan patok-patok
bambu yang ada di laut. Daya tarik yang tidak terdapat pada
wisata pesisir lainya di Kabupaten Demak.
Pulau Burung selain sebagai obyek wisata juga berperan
sebagai kawasan konservasi burung. Keberadaan burung yang
semakin banyak menjadi salah satu indikator bahwa habitatnya di
Pulau Burung yang baik. Untuk mencapai Pulau Burung
pengunjung harus menyebrang menggunakan kapal menuju ke
hutan mangrove.
c. Pantai Morosari
Pantai Morosari merupakan salah satu pantai di Kabupaten
Demak yang dikembangkan menjadi kawasan wisata. Hal ini
tertuang dalam Perda Kabupaten Demak nomor 6 tahun 2011
pasal 65 yang menyatakan bahwa Pantai Morosari di Desa Wisata
Bedono ditetapkan sebagai lokasi rencana pengembangan
10

kawasan peruntukkan pariwisata alam. Pengembangan Pantai


Morosari dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Demak melalui
Perusahaan daerah Aneka Wira Usaha Demak yang dalam
pengelolaan dan pelaksanaannya bekerja sama dengan
masyarakat Desa Wisata Bedono. Pelibatan masyarakat dalam
pengelolaan dan pelaksanaan wisata di Pantai Morosari terdapat
dalam semua bidang. Pengelolaaan tiketing dan parkir yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Wisata Bedono yang diserahkan
kepada Perusda Aneka Wira Usaha Demak dengan sistem gaji.
Salah satu daya tarik Pantai Morosari adalah adanya restoran ikan
bakar apung yang dikelola oleh masyarakat dengan sistem sewa
tempat kepada Perusda Aneka Wira Usaha Demak. Terdapat juga
warung-warung yang menjual aneka jajanan khas Desa Wisata
Bedono seperti olahan mangrove,gorengan dan minuman hangat
khas pedesaan, penjual di warung-warung Pantai Morosari
merupakan warga Desa Wisata Bedono. Penggunaan warung
oleh masyarakat adalah dengan sistem sewa atau dengan
membayar penggunaan air dan listrik sebesar Rp 350.000,- per
tahunnya yang dibayarkan kepada Perusda Aneka Wira Usaha
Demak. Terdapat juga kapal yang dijalankan oleh nelayan Desa
Wisata Bedono untuk rekreasi keliling pantai dan menyebrang ke
hutan mangrove.
Kondisi Pantai Morosari saat ini mengalami penurunan
kualiatas. Kondisi sarana bermain seperti speed boat, kapal yang
mengalami kerusakan karena tidak terawat. Kondisi jalan di Pantai
Morosari juga mengalami kerusakan yang cukup parah akibat
tingginya abrasi pantai yang merendam jalan menuju warung
apung. Abrasi pantai yang terjadi di Pantai Morosari juga
merendam gazebo-gazebo yang ada di Pantai Morosari. Hal ini
mengakibatkan ketidaknyamanan pengunjung untuk menikmati
suasana pantai.
c. Sarana dan prasarana Desa Wisata Bedono
Sarana dan prasarana yang ada di Desa Wisata Bedono untuk
mendukung kegiatan pariwisata terdiri dari berbagai macam sarana dan
prasarana. sarana dan prasarana menjadi salah satu syarat berdirinya
pengembangan desa wisata menurut (Nuryanti,1993) yakni tersedianya
akomodasi, telekomunikasi dan aksesibilitas yang baik. Pengembangan desa
wisata di Desa Wisata Bedono memiliki kondisi sarana prasarana sebagai
berikut:
1. Sarana
Sarana wisata merupakan perusahaan yang memberikan
pelayanan kepada wisatawan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Sarana yang terdapat di Desa Wisata Bedono adanya sarana
pokok dan penunjang kepariwisataan di Desa Wisata Bedono terjadi
karena jenis wisatawan yang mengujungi Desa Wisata Bedono masih
merupakan jenis wisatawan domestik dengan karakteristik wisatawan
dari daerah sekitar dan luar Kabupaten Demak yang memiliki tujuan
khusus untuk berziarah ke makam Syeikh Abdullah Mudzakir, Pantai
Morosari dan hutan mangrove serta wisatawan yang hanya mampir
atau transit dengan motivasi menikamati pemandangan pantai.
Fasilitas Catering Service
Fasilitas catering service merupakan fasilitas yang
disediakan untuk melayani pengunjung dalam hal makanan.
Fasilitas ini di Desa Wisata Bedono berupa restoran apung yang
terdapat di Pantai Morosari. Restoran apung dikelola oleh
11

masyarakat Desa Wisata Bedono yang menjual aneka olahan hasil


laut dari nelayan Desa Wisata Bedono dengan ciri khas utama ikan
bakar. Fasilitas ini selain berupa restoran apung juga merupakan
warung-warung masyarakat yang ada di jalan menuju Desa Wisata
Bedono seprti warung yang menyediakan makan olahan udang dan
ikan hasil tangkapan nelayan Desa Wisata Bedono.
Fasilitas untuk aktivitas rekreasi
Fasilitas untuk mendukung aktivitas rekreasi di Desa Wisata
Bedono terdapat adalah fasilitas untuk rekreasi keluarga ataupun
individu. Fasilitas rekreasi adalah adanya aktivitas untuk
penanaman mangrove oleh kelompok atau rombongan, fasilitas
yang di sediakan. Untuk aktivitas ini berupa lahan untuk penanam
mangrove dan transportasi untuk menuju ke kawasan yang akan di
tanami mangrove. Fasilitas untuk aktivitas wisata berupa ziarah
kubur adalah berupa adanya kapal yang bisa ditumpangi oleh 8-20
orang dewasa untuk menyebrang dari Desa Wisata Bedono menuju
makam. Fasilitas lainnya di makam adalah adanya mushola untuk
bermuhasabah diri.
Fasilitas lainnya yang ada di Desa Wisata Bedono
merupakan gazebo di Pantai Morosari yang dapat digunakan untuk
aktivitas rekreasi keluarga untuk melihat keindahan Kota Semarang
di malam hari melalui cahaya lampu yang dipancarkan. Fasilitas
gazebo juga dapat digunakan untuk melihat matahari terbenam
atau sunset di sore hari.
Sarana Akomodasi
Sarana akomodasi merupakan fasilitas untuk mewadahi wisatawan
yang memiliki tujuan untuk lebih dari satu hari berada di tempat atau
daerah wisata untuk menikmati wisata di daerah tersebut. Fasilitas
akomodasi tersebut merupakan tempat tinggal untuk sementara.
Fasilitas akomodasi di Desa Wisata Bedono saat belum ada baik
berupa homestay ataupun penginapan. Fasilitas akomodasi di Desa
Wisata Bedono tidak ada karena kondisi Desa Wisata Bedono yang
sering terjadi rob dan masuk kerumah warga. Fasilitas penginapan di
Desa Wisata Bedono tidak ada karena jenis wisatawan yang
mengujungi Desa Wisata Bedono masih merupakan wisatawan
domestik yang hanya memiliki motivasi berkunjung untuk sementara
atau tidak menginap dan tidak tertarik untuk mempelajari kehidupan
sehari-hari masyarakat di Desa Wisata Bedono.
Fasilitas Perbelanjaan
Fasilitas perbelanjaan di Desa Wisata Bedono saat ini yang berbentuk
pusat perbelajaan cinderamata atau hasil khas Desa Wisata Bedono
yang terstruktur dalam sebuah cluster atau sentra belum tersedia di
Desa Wisata Bedono. Pengunjung hanya dapat membeli barangbarang khas Desa Wisata Bedono hanya berupa hasil tangkapan laut
dan tambak nelayan yang bisa dibeli di sepanjang jalan Desa Wisata
Bedono.
2. Prasarana
Prasarana merupakan infrastruktur yang mendukung pengembangan
pariwisata. Salah satu pertimbangan wisatawan saat mengujungi daerah
wisata adalah kondisi prasarana yang ada di desa tersebut. Adapun kondisi
prasarana di Desa Wisata Bedono adalah sebagai berikut :
a. Prasarana transportasi untuk mendukung wisata di Desa Wisata
Bedono dibagi menjadi dua yakni moda transportasi dan jalan untuk
transportasi. Moda transportasi di Desa Wisata Bedono saat ini untuk
12

mencapai lokasi wisata di darat tidak terdapat fasilitas transportasi


umum. Fasilitas transportasi di Desa Wisata Bedono untuk menuju
tempat-tempat wisata menggunakan kendaraan pribadi melalui jalan
darat. Transportasi laut menggunakan kapal-kapal nelayan yang
disewakan untuk mengujungi tempat wisata di pulau seberang atau di
tempat wisata yang harus menyebrang untuk sampai disana. Kapalkapal ini dapat disewa pengunjung dengan harga Rp 15.000,- per
orang dan melakukan perjalanan mengelilingi hutan mangrove selama
30 menit dan berhenti di hutan mangrove selama 30 menit
Aksesilibiltas menuju lokasi wisata di Desa Wisata Bedono saat ini
masih kurang memenuhi kualitas standar nasional Indonesia.
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di perkotaan menyatakan bahwa jalan lokal
terdiri dari bahu jalan dan pedestrian. Jalan lokal di Desa Wisata
Bedono memiliki lebar 3 meter yang hanya bisa dilalui kendaraan
jenis mobil yang berjalan searah dan 1 sepada motor pada arah
berlawanan. Jenis perkerasanyang di pakai di jalan lokal Desa Wisata
Bedono merupakan jenis beton yang memiliki panjang hanya
setengah desa. Jalan lokal lainnya dan jalan lingkungan yang ada di
Desa Wisata Bedono merupakan jalan dengan perkerasan tanah dan
berlubang dibeberapa bagian. Jalan di Desa Wisata Bedono
sebelumnya merupakan jalan yang memiliki jenis perkerasan aspal.
Abrasi pantai dan rob mengakibatkan jalan dengan perkerasan aspal
terendam dan rusak dan membutuhkan perbaikan dengan
meninggikan jalan. Perbaikan jalan dengan meniggikan jalan
dilakukan masyarakat Desa Wisata Bedono dengan menambah atau
menumpuk jalan dengan tanah.
Kondisi jalan yang sempit dan perkerasan jalan berupa tanah
dengan lubang dibeberapa tempat menjadikan aksesibilitas
transportasi di Desa Wisata Bedono kurang layak dan perlu
penambahan serta peningkatan kualitas untuk mendukung
pengembangan desa wisata seperti yang tertuang dalam masterplan
perumahan dan permukiman Kabupaten Demak Tahun 2015-2025
yang salah satunya merencanakan perbaikan dan peningkatan
kualitas di Desa Wisata Bedono.
b. Prasarana Telekomunikasi, listrik dan air bersih
Jaringan telekomunikasi di Desa Wisata Bedono saat ini didominasi
oleh penggunaan handphone. Pengunjung dapat melakukan
komunikasi dengan menggunakan jaringan telekomunikasi berupa
handphone dan internet. Semua rumah di Desa Wisata Bedono sudah
dijangkau jaringan listrik yang didapatkan dari sumber listrik PLN.
Pantai Morosari merupakan satu-satunya obyek wisata di Desa Wisata
Bedono yang sudah dijangkau listrik, hal ini karena letak Pantai
Morosari yang menyatu dengan daratan Desa Wisata Bedono.
Jaringan air bersih di Desa Wisata Bedono bersumber dari air artetis
atau air permukaan tanah yang diambil menggunakan pompa air.
Setiap rumah di Desa Wisata Bedono sudah memiliki jaringan air
bersih sendiri-sendiri.
d. Pengaruh Pengembangan Desa Wisata Bedono
Pengembangan desa wisata di Desa Wisata Bedono yang merupakan
desa pesisir dengan karakter masyarakat pesisir. Mata pencaharian masyarakat
pesisir didominasi pada sektor nelayan dan tambak memiliki 2 pengaruh yang
saling bertolak belakang terhadap kehidupan masyarakat dan pengunjung.
Terdapat pengaruh positif positif dan pengaruh negatif dalam pengembangan
Desa Wisata Bedono yakni :
13

1. Pengaruh positif Pengembangan Desa Wisata Bedono


Pengaruh positif pengembangan Desa Wisata Bedono merupakan
Pengaruh positif yang dirasakan secara langsung dan maupun tidak
langsung oleh penduduk Desa Wisata Bedono dan pengunjung Desa
Wisata Bedono. Pengaruh positif pengembangan desa wisata terbagi
menjadi 3 bagian yakni :
a) Pengaruh positif terhadap ekonomi
Pengaruh Positif secara ekonomi pengembangan desa
wisata merupakan pengaruh positif yang di peroleh masyarakat
Desa Wisata Bedono berupa penambahan pendapatan secara
finansial yang diperoleh dari adanya aktivitas wisata di Desa
Wisata Bedono. Pengaruh positif ekonomi yang didapatkan
masyarakat Desa Wisata Bedono merupakan penambahan
pendapat masyarakat yang bekerja sebagai nelayan dengan
menyewakan kapal untuk berlayar mengelilingi laut disekitar hutan
mangrove dan menyebrang ke Pulau Burung dan makam.
Penambahan pendapatan nelayan yang menyewakan kapalnya
untuk berlayar dan rata-rata setiap bulannya bisa mencapai Rp
3.000.000,- dengan asumsi pemilik kapal memperoleh wisatawan
yang akan menyebrang dengan menaiki kapalnya dan terisi penuh
(7-8 orang) dalam satu hari. Harga sewa kapal nelayan untuk
berlayar dan menyebrang adalah Rp 15.000,- per orang.
Penyediaan kapal yang disediakan oleh Perusda Aneka Wira
Usaha Demak yang terdapat di Pantai Morosari juga dijalankan
oleh nelayan Desa Wisata Bedono. Harga sewa kapal di Pantai ini
sama dengan harga sewa nelayan lainnya. Perbedaan kapal milik
nelayan dan kapal milik Perusda adalah daya muatnya dan sistem
pembayarannya. Kapal milik perusda mampu mengangkut sampai
20 orang dewasa dengan pendapatan nelayan dipotong 3 ribu
setiap penumpangnya oleh perusda untuk perawatan dan bahan
bakar kapal.
Pengaruh positif ekonomi pengembangan Desa Wisata
Bedono juga dirasakan oleh istri nelayan di kawasan pesisir.
Karakteristik masyarakat pesisir menurut (Syahrizal,2013) yang
menyatakan bahwa istri nelayan ikut mencari nafkah dengan
bekerja sebagai pedagang ikan (pengecer) hasil tangkapan
melaut. Istri nelayan memiliki pendapatan tambahan dari adanya
pengembangan desa wisata dengan menjadi penjual makanan
dan minuman untuk para pengunjung desa tersebut. Istri nelayan
juga tetap menjual hasil tangkapan laut berupa udang segar dan
udang olahan di sepanjang jalan menuju lokasi wisata.
Keuntungan yang diperoleh istri nelayan dalam menjual makanan
dan minuman untuk wisatawan dan penjual tangkapan laut di
Desa Wisata Bedono rata-rata lebih dari Rp 500.000,- .
Keuntungan pendapatan dari aktivitas berdagang tersebut akan
meingkat tajam saat musim liburan tiba karena pengunjung
banyak yang melakukan kunjungan ke lokasi wisata di Desa
Wisata Bedono.
Pengembangan Desa Wisata Bedono juga menambah
penyedia lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Desa Wisata
Bedono. Nelayan yang bekerja pada malam hari dapat bekerja
pada siang hari dengan menjadi juru mudi kapal untuk wisata.
Perempuan yang mulanya bekerja hanya sebagai pedangang ikan
di pasar dapat menambah pekerjaan sebagai pedangang
makanan dan minuman bagi pengunjung. Pemuda-pemudi di
14

Desa Wisata Bedono juga dapat mendapat pekerjaan dengan


menjadi pengelola di lokasi wisata yang ada di Desa Wisata
Bedono seperti pengelola parkir, juru mudi kapal dan pengelola
hutan mangrove.
b) Pengaruh positif terhadap sosial
Pengaruh positif sosial merupakan sikap masyrakat yang
berubah menjadi lebih baik setelah adanya pengembangan Desa
Wisata Bedono. Pengaruh positif tersebut adalah adanya
peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
penanaman dan perawatan tanaman mangrove untuk
menanggulangi abrasi yang tinggi di Desa Wisata Bedono yang
berada di kawasan pesisir Kabupaten Demak. Peran Masyarakat
dalam konservasi mangrove seiring dengan pengembangan Desa
Wisata Bedono juga semakin meningkat. Penanaman mangrove
yang pada awalnya hanya dilakukan oleh pengunjung dari
rombongan universitas-universitas di sekitar Kabupaten Demak
kini masyarakat telah ikut menanam mangrove dan ikut menjaga
keberlangsungan hidup mangrove itu sendiri.
Pengaruh positif sosial dari pengembangan Desa Wisata
Bedono adalah adanya capacity building desa wisata. Capacity
building merupakan peningkatan kapasitas kelembagaan agar
memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembangunan
pariwisata, baik bagi pemegang keputusan, para perencana,
pengelola, pelaksana maupun stakeholders lainnya (Ismi Dwi,
2008). Pengembangan Desa Wisata Bedono dengan
mengembangkan potensi wilayah sesuai dengan tujuan
pengembangan desa wisata menurut (Hadiwijoyo,2012) yakni
poin pengambangan desa wisata harus mampu Menggali potensi
desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa wisata.
pelibatan masyarakat Desa Wisata Bedono dalam pelaksanaan
Desa Wisata Demak yang terdiri terbagi dalam kelompok
masyarakat sadar wisata (POKDARWIS) Mangrove Bahari yang
bertugas untuk pengelolaan dan perawatan di kawasan hutan
mangrove dan kelompok nelayan Morosari yang merupakan
nelayan disekitar Pantai Morosari yang bertugas mengelola Pantai
Morosari. Dukungan pemerintah dalam pengembangan desa
wisata sesuai dengan salah satu poin syarat desa wisata
(Nuryanti,1993) yang menyatakan bahwa dalam pengembang
desa wisata masyarakat dan aparat desa menerima dan
mendukung terhadap desa wisata dan wisatawan yang datang.
c) Pengaruh positif terhadap lingkungan
Pengaruh positif lingkungan merupakan pengaruh positif
yang diperoleh lingkungan kawasan Desa Wisata Bedono baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan adanya desa
wisata tersebut. Desa Wisata Bedono menjadi salah satu prioritas
penanganan kawasan di Kabupaten Demak, karena memiliki
potensi wisata dan juga kondisi kekumuhannya menurut
masterplan perumahan dan permukiman Kabupaten Demak 20152025. Jalan-jalan khususnya yang menuju lokasi wisata dan jalan
lingkungan pada umumnya menjadi fokus utama perbaikan saat
ini. Penanganan abrasi di pesisir utara juga menjadi salah satu
prioritas utama penanganan di Kecamatan Sayung. Ketertarikan
masyarakat dalam penanganan lingkungan melalui konservasi
mangrove yang meningkat untuk mengatasi abrasi secara tidak
langsung memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
15

lingkungan. Konservasi mangrove yang dilakukan dapat


mengurangi abrasi dan rob yang terjadi di Desa Wisata Bedono
yang berpengaruh terhadap pembangunan fisik kawasan dapat
berjalan tanpa adanya gangguan abrasi dan rob. Salah satu
penyebab terbesar permukiman di pesisir utara Pulau Jawa
merupakan banjir dan rob yang sangat tinggi dan menghambat
pembangunan fisik lingkungan.
2. Pengaruh negatif Pengembangan Desa Wisata Bedono
Pengembangan Desa Wisata Bedono selain memberikan Pengaruh positif
terhadap masyarakat Desa Wisata Bedono dan pengunjung juga memiliki
Pengaruh negatif yakni :
a) Pengaruh negatif terhadap ekonomi
Pengaruh Ekonomi yang terjadi dengan pengembangan Desa Wisata
Bedono adalah terjadinya inflasi lokal. Inflasi lokal terjadi karena
harga-harga yang naik dan lebih tinggi dari harga seharusnya. Harga
makanan dan minuman di lokasi wisata di Desa Wisata Bedono
menjadi sedikit lebih mahal dari harga pada umumnya, meskipun
terdengar hal yang lumrah untuk harga di tempat wisata. Harga snack
makanan yang di pasaran dijual Rp 5.000,- di Desa Wisata Bedono
bisa dijual Rp 6.000,-. Kenaikan harga tersebut terjadi karena jarak
lokasi wisata dan pasar atau pusat perbelanjaan yang jauh dan
membutuhkan waktu.
b) Pengaruh negatif terhadap sosial
Pengaruh negatif pengembangan Desa Wisata Desa Bedono terhadap
perubahan sosial masyarakat belum terlihat saat ini. Hal ini karena
wisatawan yang datang ke Desa Wisata Bedono saat ini merupakan
wisatawan domestik yang berasal dari sekitar Kabupaten Demak
dengan kondisi sosial yang relatif sama. Kondisi sosial masyarakat
Desa Wisata Bedono yang religius dan tidak mudah dipengaruhi oleh
sosial dan budaya luar.
c) Pengaruh negatif terhadap lingkungan
Pengaruh lingkungan yang terjadi dengan adanya pengembagan Desa
Wisata Bedono adalah penurunan kualitas lingkungan akibat sampah
yang dihasilkan pengunjung. Desa Wisata Bedono memiliki masalah
persampahan yang diakibatkan adanya sampah dari daerah lain dan
dari laut yang terbawa oleh rob dan abrasi. Pengembangan Desa
Wisata Bedono menambah masalah baru dalam hal persampahan
yang diakibatkan oleh pengunjung yang membuang sampah
sembarangan. Pengunjung yang membuang sampah sembarangan
baik di jalan sepanjang desa maupun di tempat wisata dan di laut
mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah terutama sampah
plastik. Penanganan sampah menjadi lambat karena selain perilaku
pengunjung yang membuang sampah sembarang juga tidak adanya
sistem pengangkutan dan pengolahan sampah di Desa Wisata
Bedono.
V. Kesimpulan dan Lesson Learned
V.I Kesimpulan
Konsep Desa Wisata dapat dikembangkan di Desa Wisata Bedono yang
memiliki karakteristik kehidupan masyarakat yang khas dan potensi pariwisata
lainnya yang dapat dikembangkan. Desa Wisata Bedono memiliki obyek dan daya
tarik wisata berupa wisata alam berupa wisata konservasi mangrove dan wisata
religius berupa makam Syeikh Abdullah Mudzhakir yang terletak di ujung hutan
mangrove. Pengembangan Desa Wisata Bedono juga didukung oleh sarana
prasarana wisata yang ada dan berpotensi dapat dikembangkan. Pengembangan
16

Desa Wisata Bedono memberikan pengaruh positif bagi perekonomian,sosial dan


lingkungan Desa Wisata Bedono.
V.II Lesson Learned
Perencanaan pembangunan daerah merupakan tahap awal pembangunan
daerah yang dilakukan dengan pembentukan dokumen perencanaan yang nantinya
akan digunakan sebagai pedoman pembangunan selanjutnya. Dokumen
perencanaan pada beberapa daerah tidak jarang hanya menjadi tumpukan
dokumen yang tidak berati bagi perencanaan. Tahapan Penyusunan masterplan
perumahan dan permukiman Kabupaten Demak merupakan tahapan yang dapat
dijadikan pembelajaran mahasiswa yang sedang melakukan Kerja Praktik (KP).
Tahapan pengumpulan penyusunan perumahan dan permukiman Kabupaten
Demak dilakukan dengan data sekunder dan data primer melalui survey langsung.
Pengumpulan data primer melalui survey hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu.
Data yang diambil melalui survey merupakan data yang akan digunakan dalam
analisis. Data tidak hanya berupa data fisik kondisi perumahan dan permukiman
serta sarana prasarana yang saja, seperti yang terjadi pada pengumpulan data
dalam penyusunan masterplan. Data sosial budaya masayarakat juga perlu diambil
sebagai data tambahan analisis data karena masyarakat merupakan sasaran
perencanaan yang akan dituju dan akan menerima pembanganun dari
perencanaan yang dilakukan.
Tahapan analisis dan perumusan strategi dilakukan dengan menganalisis
masalah-masalah dan solusinya berdasarkan pengumpulan data yang telah
dilakukan. Pada tahap ini kemampuan dalam merumuskan masalah yang terjadi
dan pemecahannya dan kerjasama tim sangat dibutuhkan. Tahapan analisis
dilakukan secara menyeluruh terhadap data yang ada, namun pada penyusunan
masterplan terkesan mengabaikan potensi wilayah yang ada selain aktivitas
nelayan. Perencaaan disamaratakan dalam masalah kekumuhan dan strategi
penanganan pesisir tanpa melihat adanya potensi lain untuk menjadi kajian
pendukung perencanaan.
Tinjauan kritis Kesesuain Pengembangan Desa Wisata Bedono merupakan
salah satu penjabaran dari penyusunan Masterplan Perumahan dan Permukiman
Kabupaten Demak tahun 2015-2025 yang berfokus pada pengembangan potensi
dan penanganan kawasan kumuh. Pengembangan Desa Wisata Bedono secara
tidak langsung dapat menjadi salah satu faktor sekaligus indikator keberhasilan
penanganan kawasan kumuh pesisir dalam perencanaan perumahan dan
permukiman. Pengembangan desa wisata dapat menjadi faktor pendukung
perencanaan perumahan dan permukiman karena adanya desa wisata konservatif
dapat mengurangi abrasi dan rob yang terjadi di Bedono. Penurunan Pengaruh
abrasi dan rob di permukiman warga dapat mengurangi kekumuhan dan
mendukung terbangunnya sarana prasarana fisik lingkungan. Kesesuaian
Pengembangan Desa Wisata Bedono dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
yang sebagian digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap rumah mereka
yang kurang layak. Desa wisata juga menjadi indikator keberhasilan perencanaan
perumahan dan permukiman dengan adanya sarana prasarana wisata yang
memadai dan menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Desa Bedono.

17

Daftar Pustaka
Dahuri, R. Rais, J, Ginting dan Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya pesisir dan lautan
secara terpadu. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Dokumen Masterplan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak Tahun 2015-2025.
PT Karsa Harya Mulia
Hadiwijoyo, Suro. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat.
Yogyakarta : Graha ilmu
Ismi dwi. 2008. Reformasi Kebijakan Pendidikan Menuju Kesetaraan dan Keadilan Gender
(UNS Press, edisi pertama- 2008; edisi kedua-2009, ISBN 979-498-419-1)
Nuryanti, Wiendu. 1992. Pariwisata Dalam Masyarakt Tradisional. Makalah Program
Pelatihan Perencaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya
Paramita
Perda Kabupaten Demak nomor 6 Tahun 2011 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Demak
Sadharto. P, Hadi. 1995. Aspek Sosial AMDAL. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Soegiarto. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Jakarta Lembaga
Oseanologi Nasional
Sugiarti, R. 2008. Geografi Perdesaan Sebuah Antologi.Yogyakarta : IdeAs Media.
Suratmo, F. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Syahrizal. 2009. Dalam skripsi "Peranan Pariwisata dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Hidup Masyarakat".
Syafii. Muhamamad dan Djoko. 2015. Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan
Konsep Comunnity Based Taourism (CBT) Di Desa Bedono Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Semarang : Jurnal Ruang Vol. 1 No. 2 April 2015
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Yoeti, Oka. 1996. Pengentar Ilmu Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa

18

Anda mungkin juga menyukai