Anda di halaman 1dari 5

REVIEW TUGAS PERANCANGAN

KAWASAN TAMBAK MULYO


Dengan Konsep Tambak Mulyo Ecological Sylvofishery
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Kota (TKP 443)
Dosen Pengampu
Ir. Parfi Khadiyanto, MS
Diah Intan Kusuma Dewi, SR, Meng
Dr. Ir. Retno Widjajanti, MT
Novia Sari Ristianti, S.T., M.T

Oleh:
Kelompok 7A
Aulia Rachmi Isra

21040113120003

Fanny Simajuntak

21040113120015

Eveline Hilda Swasti

21040113120027

Rakan Pramoe Izdihar

21040113130085

Ahmad Baikuni Perdana

21040113130087

Diajeng Putri

21040113130109

Andri Oktaviani

21040113140111

Lidya Nur Hanifati

21040113130113

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

A. Latar Belakang Perancangan


Peningkatan jumlah penduduk akan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup
dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, teknologi, selain itu
berdampak juga pada semakin banyaknya kegiatan penduduk perkotaan. Dampak paling jelas
yang telihat pada tingginya pertumbuhan jumlah penduduk adalah kebutuhan akan tempat
tinggal yang berdampak pada pesatnya pembangunan di kawasan perkotaan. Bahkan untuk
memenuhi kebutuhan ini, tidak sedikit dari mereka yang mendirikan rumahnya di daerah
pinggiran, bahkan di bawah jembatan, atau dengan kata lain di kawasan yang tidak layak
huni. Pesatnya pembangunan di perkotaan akan berdampak terutama bagi lingkungan
perkotaan. Pesatnya pembangunan biasanya berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah
transportasi, yang dapat memicu terjadinya polusi udara. Selain berkurangnya luas lahan juga
berdampak pada berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan. Untuk melakukan
antisipasi dibutuhkan Urban Design.
Menurut Catanese dan Synder, pada hakekatnya Urban Design adalah suatu jembatan
antara profesi perencanaan kota dn arsitektur, yng perhatian utamanya adalah pada bentuk
fisik wilayah perkotaan. Sementara menurut Barnet tahun 1992 perancangan kota adalah
sebutan yang diterima secara umum untuk suatu proes yang ditujukan untuk menghasilkan
arahan perancangan fisik dan perkembangan kota, konservasi dan perubahan. Sehingga
perancangan kota haruslah menjadi bagian dari seluruh proses perencanaan yang
komperehensif dan integral bagi suatu kawasan. Komperehensif berarti perancangan kota
haruslah memperhatikan seluruh aspek dari kota tersebut. Melihat seluuh aspek dari kota
berarti tidak hanya melihat kota sebagai objekfisik namun juga objek sosial yang didalamnya
terdapat manusia beserta seluruh kegiatannya yang harus dirancang. Dan sebagai bagian
perencanaan yang integral, perancangan kota harus mampu mewujudkan perencanaan yang
ada dalam bentuk nyata tanpa melanggar rencana yang telah ditetapkan. Perancangan kota
disini diharapkan mampu menjadikan kota sebagai suatu pelabuhan keanekaragaman dengan
menciptakan ruang-ruang kota yang berkualitas, yang disesuaikan juga dengan kebutuhan
ruang kota tersebut.
Kota Semarang merupakan kota di Indonesia yang letaknya dekat atau berbatasan
langsung dengan laut, yaitu Laut Jawa bagian Utara. Selain itu, tingkat pemekaran
wilayahnya sangat terlihat jelas. Kawasan yang seharusnya menjadi daerah tangkapan hujan
dijadikan sebagai permukiman akibat lahan perkotaan yang semakin terbatas. Pelaksanaan
pembangunan yang dilakukan yang berdampak terhadap kerusakan disekitar wilayah pesisir

seperti misalnya pencemaran perairan, bukan saja berasal dari kegiatan di daratan dan
didaerah aliran sungai, tetapi juga kawasan pantai dan pesisir dari arah laut. Berbagai
kegiatan yang berlangsung di kawasan pantai dan pesisir seperti pelabuhan, industry,
perumahan, pertambangan dan perikanan. Salah satu kawasan di Semarang yang berbatasan
langsung dengan laut dan juga pelabuhan adalah Desa Tambak Mulyo, Kecamatan Semarang
Utara. Selain sebagai daerah pesisir, kelurahan ini juga berada dekat dengan Pelabuhan
Tanjung Mas Semarang, serta industry-industri. Sementara untuk Desa Tambak Mulyo, dalam
kondisi eksistingnya difungsikan sebagai permukiman. Sebagai daerah pesisir, masyarakat
Desa Tambak Mulyo berpofesi sebagai nelayan. Letak kelurahan yang berdekatan dengan
pusat kota dan jalan arteri primer lebih memudahkan dalam penjualan produksi laut. Dan
kawasan tambaknya dapat dijadikan sebagai salah satu sarana rekreasi karena berhubungan
langsung dengan laut, dan didukung dengan pemandangan lautnya yang indah, karena dapat
menyaksikan saat matahari terbit maupun terbenam.
Sayangnya masyarakat setempat masih belum mampu untuk merawat lingkungannya
dengan baik, dimana masih banyak sampah yang berceceran dimana-mana bahkan ada yang
langsung membuangnya ke laut yang nantinya akan berdampak pada kualitas air laut dan
hasil produksi tangkapan ikan. Adapun masalah yang terdapat di kawasan ini adalah
terjadinya banjir rob dan Land Subsidence. Banjir rob terjadi setiap hai dengan periode >5
jam, dengan ketinggian rob>50 cm, untuk Land Subsidence, diakibatkan jenis tanahnya
alluvial yang tergolong tinggi mencapai 13.5 cm/tahun.
Potensi dan permasalahan yang terdapat pada kawasan perancangan ini digunakanan
sebagai pertimbangan dalam pembuatan konsep dalam merancang sebuah kawasan pesisir
yang minim akan Ruang Terbuka Hijau. Konsep utama yang digunakan adalah Tambak
Mulyo Ecological Silvofishery. Konsep ini menjadi salah satu alternative dalam menjadikan
kawasan Tambak Mulyo sebagai kawasan pariwisata yang selain sebagai tempat wisata juga
berfungsi untuk mengurangi dampak banjir rob dengan penanaman mangrove sesuai dengan
konsep silvofishery. Dalam konsep ini juga akan diadakan vertical housing (mereduksi
permukiman padat dan kumuh) guna menghemat lahan. Dan yang terpenting adalah
menyediakan tambahan ruang public bagi warga Kota Semarang khususnya di Desa Tambak
Mulyo dengan tetap melestarikan budaya masyarakat Semarang yang nantinya akan
diterapkan pada bentuk fisik bangunan.
B. Konsep Perancangan

Kawasan Tambak Mulyo Kecamatan Semarang Utara merupakan salah satu kawasan
yang terletak di daerah pesisir yang berbatasan dengan laut. Kelurahan Tambak Lorok
merupakan salah satu pusat penjualan hasil laut di daerah Semarang Utara. Permukiman yang
ada di kelurahan ini cukup padat. Pertumbuhan pusat permukiman dikawasan pesisir Kota
Semarang sebenarnya cukup pesat hal ini dapat dilihat dari perubahan tata guna lahan pada
tahun 2011 ke tahun 2015 yang penggunaan lahannya lebih diarahkan sebagai permukiman
sehingga terjadinya konversi dari tambak menjadi lahan permukiman. Sehingga ruang
terbuka hijau di Kawasan Tambak Mulyo menjadi hilang yang kemudian menyebabkan
munculnya rob di kawasan tersebut.
Permasalahan lain yang ada di Kelurahan Tambak Lorok adalah land subsidence atau
penurunan muka tanah. Permasalahan ini memang muncul akibat letak Kawasan Tambak
Mulyo yang berbatasan langsung dengan laut. Penurunan muka tanah ini mencapai 13,5
cm/tahun. Selain land subsidence, permukiman yang ada di Kawasan Tambak Mulyo juga
tergolong kumuh. Kumuh yang dimaksud adalah jarak kerapatan antar bangunan yang satu
dengan bangunan yang lainnya sempit, jaringan drainase terbukanya mengalami
penyumbatan akibat sampah, dan sistem persampahan yang ada belum baik sehingga
menimbulkan estetika lingkungan yang buruk.
Selain permasalahan tersebut, Kawasan Tambak Mulyo juga memilki potensi yaitu
diantaranya

karena

letaknya

yang

berbatasan

dengan

laut

maka

potensi

hasil

tambak/perikanannya cukup baik, pemandangan laut nya cukup indah, termasuk dalam
kawasan BWK III yang memiliki fungsi kawasannya diperuntukkan sebagai kawasan
rekreasi, permukiman, pergudangan, dan perdagangan dan jasa. Kawasan Tambak Mulyo
memiliki potensi pada daerah pesisir yang memudahkan dalam perancangan kawasan dengan
konsep waterfront city namun harus tetap mempertahankan kelemahan kelemahan yang ada
pada lokasi perencanaan agar tidak terjadi kesalahan perencanaan. Dari konsep utama yaitu
waterfront city ini kemudian mengerucut pada konsep silvofishery yang kemudian konsep di
lokasi perancangan diberi nama Tambak Mulyo Ecological Silvofishery.
Berdasarkan potensi dan permasalahan yang dijelaskan diatas konsep perancangan yang
akan diterapkan di wilayah perencanaan adalah ecological silvofishery. Ecological
merupakan konsep yang diambil dengan tujuan secara garis besar untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Kawasan Tambak Mulyo berada di daerah yang berbatasan langsung dengan
pantai oleh sebab itu wilayah Kawasan Tambak Mulyo sangat rawan terhadap bencana abrasi.
Abrasi merupakan gejala alam yang tidak bisa dihilangkan akan tetapi dapat diminimalisir
dampaknya. Pencegahan dengan penanaman tumbuhan mangrove merupakan salah satu

langkah pencegahan untuk mengurangi akibat dari abrasi. Oleh karena nya konsep ecological
dinilai dapat mengurangi abrasi yang ada sehingga bencana yang ditimbulkan tidak terlalu
massive. Konsep ecological sendiri merupakan konsep dimana fungsi utamanya adalah untuk
menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah degragadi lingkungan.
C. Penerapan Konsep pada Kawasan Perancangan
Konsep ecological yang diterapkan pada lokasi perencaan akan dipadukan dengan
konsep silvofishery. Konsep silvofishery merupakan konsep yang menjawab permasalahan
maupun tantangan sosial ekonomi. Konsep silvofishery diambil berdasarkan keadaan saat ini
di lapangan bahwa di Kawasan Tambak Mulyo banyak sekali terdapat potensi tambak.
Sedangkan silvofishery merupakan pola pemanfaatan hutan magrove yang dikombinasikan
dengan tambak. Jadi Tambak Mulyo Ecological Silvofishery adalah suatu konsep dimana
menjadi kawasan tambak mulyo tetap berbasis pada potensi pesisir (hasil laut) akan tetapi
dalam pengembangan struktur ruangnya mengembangkan mangrove dan tambak sebagai
salah satu cara untuk mengurangi dampak Rob di kawasan tersebut, sedangkan di sisi lain di
kawasan tersebut akan dibangun vertical house yang adaptif sebagai solusi penyediaan
hunian bagi masyarakatnya dengan fisik bangunan mengedepankan bentuk yang iconic demi
terwujudnya melestarikan budaya yang ada di Kota Semarang.
Tabel Penerapan Konsep Pada Lokasi Perancangan

Masalah dan Potensi


Banjir Rob

Rawan Abrasi

Tambak, budi daya ikan

Kebutuhan ruang yang


terbatas

Konsep Kawasan
Pemanfaatan biopori dan sumur resapan merupakan
sebagai salah satu bentuk mengurangi dan mencegah
terjadinya rob yang massive.
Konsep ecological;
Pada konsep ini akan ditekankan pengembangan tanaman
mangrove sebagai salah satu cara untuk mengurangi
dampak langsung abrasi terhadap kawasan perancangan.
Konsep silvofishery;
Konsep silvofishery diterapkan berdasarkan potensi yang
saat ini ada. Kawasan perencanaan memiliki potensi hasil
laut yang cukup besar sehingga konsep silvofishery
Zoning kawasan yang dirancang untuk dapat memenuhi
segala kebutuhan masyarakat, mulai dari pariwisata,
permukiman, perdagangan & jasa hingga sarana prasarana.

Anda mungkin juga menyukai