Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan sosial merupakan masalah yang terkadang sulit

untuk diatasi dan diantisipasi perkembangannya. Perubahan sosial

merupakan keniscayaan dalam kehidupan sosial masyarakat, disisi

lain masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat hampir

semuanya merupakan konsekuensi adanya perubahan sosial di

masyarakat, bahkan lebih dari itu masalah lingkunganpun hampir

selalu terkait dengan isu perubahan sosial ini. Perubahan dan

kerusakan lingkungan ini terjadi dikarenakan oleh ulah dan perilaku

manusia untuk meningkatkan status sosial ekonominya.

Pembangunan sebagai salah satu contoh dari suatu perubahan yang

tidak terlepas dari pemanfaatan sumber daya alam.

Pembangunan sosial adalah suatu proses perubahan sosial

yang terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat sebagai suatu keutuhan, dimana pembangunan ini

dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses

pembangunan ekonomi (Midgley 1995:h.25). Pembangunan yang

ditujukan untuk menyejahterahkan rakyat dengan segala

konsekuensinya membawa berbagai perubahan dengan kondisi

masyarakat.

1
Reklamasi adalah salah satu wujud pembangunan yang

memiliki efek sosial. Berdasarkan pedoman pengembangan reklamasi

pantai dan perencanaan pembangunannya (2004) bahwa reklamasi

adalah meningkatkan sumber daya lahan dari yang dulunya tidak

memiliki manfaat menjadi memiliki manfaat dalam sudut pandang

lingkungan, kebutuhan masyarakat dan juga pada nilai ekonomi.

Reklamasi itu sendiri merupakan suatu proses untuk menciptakan

daratan baru pada suatu daerah perairan/pesisir pantai atau daerah

rawa. Selain itu reklamasi pantai juga sering disebut sebagai bentuk

modernisasi yang dilakukan akibat populasi yang besar dan tingginya

dinamika hidup manusia untuk memenuhi kebutuhan dan

kesejahteraan yang semakin kompleks.

Hal ini umumya dilatarbelakangi oleh semakin tingginya tingkat

populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang menyebabkan

lahan untuk pembangunan semakin sempit. Tujuan dari pembangunan

kesejahteraan sosial adalah pengembangan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan sosial merupakan suatu

usaha yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia yang

di dalam mencakup pemenuhan kebutuhan hidup. Masyarakat

dikatakan sejahtera ketika mereka dapat hidup mandiri, memiliki

tempat tinggal yang layak, dapat menjalani kehidupan sebagaimana

mestinya seperti dapat bersekolah, beribadah dan juga dalam

pemenuhan kebutuhannya.

2
Proses reklamasi pantai sendiri dapat dilakukan jika tidak

melanggar ketentuan undang-undang, karenanya untuk izin ini

kemudian diatur secara lebih rinci dalam Peraturan Presiden

(Perpres) Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, serta pada Pasal 6 dan Pasal 7

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2013

tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil. Namun meski demikian aturan tersebut berlaku jika reklamasi

pantai yang dilakukan memiliki manfaat sosial dan ekonomi yang

diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan ekonominya. Selain

aturan Perpres di atas terdapat pula aturan Pemerintah Daerah

(Pemda) yang mengatur izin reklamasi pantai yang terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (UU Pemda), yang memang memberikan kewenangan

pengelolaan wilayah laut kepada pemerintah pusat yang dibagi

dengan pemerintah provinsi serta pemerintah kabupaten/kota, ini

kemudian memberikan kewenangan kepada pemerintah provinsi

serta pemerintah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin

pengelolaan wilayah laut.

Pro kontra reklamasi pantai khususnya di kawasan Center

Point of Indonesia (CPI) Makassar sebelum beberapa

pembangunan berjalan terfokus pada askpek persyaratan

administrasi, status kepemilikan, prosedur, sosial, ekonomi,

3
ekosistem dan lingkungan. Hal tersebut berlandaskan langsung

dari hasil observasi yang dilakukan oleh Organisasi Wahana

Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI, 2016) dampak dari reklamasi

yang mulai dirasakan oleh para nelayan yang mengaku

pendapatan mereka dari menangkap ikan menjadi menurun akibat

tercemarnya pantai, pantai menjadi kotor dengan sampah,

menyebabkan banjir dan masyarakat juga mengeluhkan jalan-jalan

sekitar pantai yang rusak akibat aktivitas truk-truk besar yang

memuat material timbunan, tentunya semua itu akan merugikan

masyarakat sekitar pesisir yang akan langsung merasakan dampak

yang ditimbulkan dari proyek reklamasi pantai yang dikerjakan oleh

perusahaan, bahwa kebijakan reklamasi pantai di kawasan CPI

Makassar nelayan mengaku pemerintah tidak berpihak pada

kesejahteraan masyarakat. Setelah adanya reklamasi pantai para

nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut, merasa

dirugikan baik secara materil maupun non materil. Nelayan sekitar

menjadi mengeluhkan menurunnya hasil tangkap ikannya menjadi

menurun akibat tercemarnya laut. Dengan pendapatan yang

menurun tentunya juga berdampak pada aspek sosial. Masyarakat

pesisir yang berprofesi sebagai nelayan mengeluhkan dampak dari

reklamasi pantai.

Sebelumnya telah ada penelitian yang telah dilakukan oleh

Mutmainnah (tahun 2012-2013) menyimpulkan bahwa

4
Pembangunan Center Point Of Indonesia berdampak negatif

terhadap warga sekitar khusunya nelayan pencari kerang

Kecamatan Mariso. Dampak negatif yang dirasakan warga adalah

dampak terhadap Livelihood (pola penafkahan) seperti:

(1) Perubahan status pekerjaan. Aspek perubahan status dan alih

profesi merupakan jumlah nelayan pencari kerang yang

sebelum adanya penimbunan sebagai tahap awal

pembangunan kawasan Center Point of Indonesia (CPI)

pekerjaan nelayan pencari kerang merupakan pekerjaan

pokok dan setelah adanya penimbunan pekerjaan pokok

sebagai nelayan pencari kerang sebagian besar kini teralah

meninggalkan pekerjaannya seperti pemulung, buruh

bangunan dan pekerjaan lainnya, akan tetapi tidak lebih baik

dari pekerjaan sebelumnya.

(2) Perubahan jumlah perolehan kerang laut. Adanya kegiatan

penimbunan dan pembangunan Center Point Of Indonesia

(CPI) telah berdampak negatif bagi nelayan pencari kerang

yang ditandai dengan penurunan jumlah perolehan hasil laut

para nelayan pencari kerang di lokasi penelitian. Jumlah rata-

rata tangkapan kerang sebelum penimbunan > 5 kg/trip dan

setelah adanya penimbunan nelayan pencari kerang hanya

mampu memperoleh tangkapan < 3 kg/trip. Dari jumlah ini

maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi perubahan

5
penurunan yang signifikan pada jumlah rata-rata yang

diperoleh nelayan pencari kerang dalam bekerja sebagai

nelayan pencari kerang setelah adanya kegiatan penimbunan.

Menurut sebagian besar nelayan pencari kerang mengatakan

bahwa selain wilayah penangkapan kerang yang ada

sekarang sangat kecil, kualitas kerang yang dihasilkan juga

kurang baik karena daerah penangkapan kerang yang

sekarang telah mengandung unsur limbah.

(3) Perubahan jumlah perolehan penghasilan. Aspek perubahan

jumlah rata-rata perolehan penghasilan sangat dipengaruhi

oleh perubahan jumlah rata-rata perolehan hasil laut para

nelayan pencari kerang. Hal ini karena akibat adanya

penimbunan yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam rangka

menunjang pembangunan kawasan Center Point of Indonesia

(CPI), sehingga terjadi perubahan jumlah rata-rata hasil laut

yang diperoleh dalam hal ini kerang yang dihitung dalam satu

trip yang kemudian juga berimbas pada rata-rata penghasilan

yang diukur dalam bentuk rupiah bersih karena hasil laut telah

dijual kepada konsumen.

Proses reklamasi pantai sendiri tidak hanya terjadi di Jakarta

saja, di beberapa kota aktivitas reklamasi pantai telah terjadi. Kota

Makassar misalnya sebagai salah satu contoh kota yang berbagai

aktivitas perubahan struktur pembangunan, mulai dari

6
pembangunan gedung-gedung, pelebaran jalan, mall, masjid dan

yang paling mencolok akhir-akhir ini adalah reklamasi pantai

Anjungan Pantai Losari yang disebut pembangunan Center Point of

Makassar.

Demi pengembangan kota dan aktivitas perekonomian,

sering kali mengabaikan dan mengesampingkan segala dampak

yang ditimbulkan, baik itu dampak lingkungan, ekonomi maupun

sosial. Pemerintah yang hanya terfokus pada pertumbuhan dan

pengembangan kota tanpa menganalisis dampak yang ditimbulkan,

seringkali mengeluarkan kebijakan yang diduga merugikan bagi

masyarakat, dan cenderung menguntungkan bagi sebagian pihak

saja. Fokus penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan masyarakat dengan adanya pembangunan Center

Point Of Indonesia (CPI). Tidak hanya yang dirasakan nelayan,

namun pada kenyataannya, reklamasi ini juga telah menyimpang

dari peraturan yang ada, material yang digunakan untuk melakukan

reklamasi dikeruk dari wilayah bukit-bukit yang ada di daerah lain.

Meski begitu memang ada beberapa keuntungan dari kebijakan

reklamasi tersebut dapat dirasakan dalam jangka panjang, contoh

kecil misalnya, adanya lapangan kerja baru untuk masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul ”Dampak Reklamasi Pantai

7
Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di

Kelurahan Panambungan Kecamatan Mariso Kota Makassar ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang

akan saya teliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat di Kelurahan

Panambungan Kota Makassar sebelum pembangunan Center Point

Of Indonesia (CPI) berlangsung.

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Center

Point Of Indonesia (CPI) terhadap kesejahteraan masyarakat yang

tinggal di daerah pesisir Kelurahan Panambungan Kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat di Kelurahan

Panambungan Kota Makassar sebelum pembangunan Center

Point Of Indonesia (CPI).

2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan setelah

pembangunan Center Point Of Indonesia (CPI) di Kelurahan

Panambungan Kota Makassar.

8
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan:

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan dan menjadi bahan informasi dan pembanding

bagi penelitian-penelitian berikutnya.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini Sebagai informasi tentang bagaimana

dampak dari sebuah pembangunan terhadap kesejahteraan social

masyarakat. Selain itu, data ini akan menjadi salah satu sumber

informasi bagi instansi terkait dalam menentukan arah kebijakan

pembangunan untuk dapat mencegah dampak negative yang

ditimbulkan oleh pembangunan pemerintah.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan

pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu kesejahteraan sosial

pada umumnya dan dapat digunakan sebagai acuan untuk peneliti

selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama menduduki bangku

kuliah dan sebagai pembelajaran kegiatan penelitian dan

meningkatkan kemampuan sesuai keilmuan

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Defenisi Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seseorang

dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan

makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan

yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga

hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau

kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun

batin. (Fahrudin, 2012)

Keberfungsian sosial (social functioning) adalah suatu

konsep kunci untuk memahami kesejahteraan sosial dan

merupakan konsep yang penting bagi pekerja sosial.

Keberfungsian sosial merupakan sebuah konsep pembeda antara

profesi pekerja sosial dengan profesi lainnya. Konsep

keberfungsian sosial tidak terlepas dari karakteristik orang dalam

konsep lingkungan sosialnya. Siporin (1979) mengemukakan

bahwa: “social functioning refers to the way individuals or

collectivities (families, associations, communities, and so on)

behaved in order to carry out their life task and meet their needs”.

10
(fungsi sosial mengacu pada cara individu atau kolektivitas

(keluarga, asosiasi, komunitas, dan sebagainya) berperilaku untuk

melaksanakan tugas hidup mereka dan memenuhi kebutuhan

mereka).

Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk

membantu individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan

atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial untuk

menciptakan kondisi masyarakatat guna mencapai tujuan-

tujuannya. (Charles Zastrow 1999:12) Pekerjaan sosial

berhubungan dengan keberfungsian sosial semua orang tapi

prioritasnya yaitu pada masalah pemenuhan, kebanyakan anggota-

anggota masyarakat yang rentan. Masyarakat yang rentan ini

adalah korban dari suatu pengabaian, ketidakadilan sosial,

diskriminasi dan penindasan. Dalam meningkatkan komitmen untuk

meningkatkan keberfungsian sosial seseorang, pekerja sosial

menangani penyediaan intervensi sosial bagi mereka yang

mempunyai keterbatasan kapasitas dan kesempatan untuk

berfungsi secara penuh.

Menurut Kolle (dalam Bintarto 1989), kesejahteraan dapat

diukur dari beberapa aspek kehidupan:

a. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas

rumah, bahan pagan dan sebagainya;

11
b. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti

kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya;

c. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti

fasilitas pendidikan, lingkungan, budaya, dan sebagainya;

d. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral,

etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

Sosial menurut bahasa inggris yaitu social yang berarti

ramah tamah, senang sekali bergaul dan kemasyarakatan.

Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya

segala bentuk kebutuhan hidup yang bersifat mendasar seperti:

makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial

menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga

Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Jadi kesejahteraan

sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang dapat

memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan

lingkungannya secara baik.

Kesejahteraan Sosial oleh sebagian masyarakat selalu

dikaitkan dengan konsep kualitas hidup. Konsep kualitas hidup

merupakan gambaran tentang keadaan kehidupan yang baik.

World Health Organization mengartikan kualitas hidup sebagai

12
sebuah persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat

dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait

dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian terhadap

kehidupan. Konsep ini memberikan makna yang lebih luas karena

dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikologis, tingkat

kemandirian, dan hubungan sosial individu dengan lingkungannya.

2. Masyarakat Pesisir

a. Definisi Masyarakat Pesisir

Dalam kamus bahasa Indonesia, masyarakat diartikan

sebagai sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatau

tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu dan kesamaan

tertentu. Menurut Aguste Comte mengatakan bahwa masyarakat

merupakan kelompok-kelompok mahluk hidup dengan realitas-

realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri

dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.

(Abdulsyani, 2012)

Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 27 tahun 2007,

wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat

dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke

arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering

maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut

13
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin,

sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang

masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat

seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan

oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan

pencemaran (Carlos, 2011).

Adapun definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia

adalah wilayah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat

wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun

terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang

surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut

wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi

dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan

manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran

(Aqilah, 2011). Menurut Atmaja (2010) karakteristik khusus dari

wilayah pesisir antara lain:

1) Suatu wilayah yang dinamis yaitu seringkali terjadi perubahan

sifat biologis, kimiawi, dan geologis.

2) Mencakup ekosistem dan keanekaragaman hayatinya dengan

produktivitas yang tinggi yang memberikan tempat hidup

penting buat beberapa jenis biota laut.

14
3) Adanya terumbu karang, hutan bakau, pantai dan bukit pasir

sebagai suatu sistem yang akan sangat berguna secara alami

untuk menahan atau menangkal badai, banjir dan erosi.

4) Dapat digunakan untuk mengatasi akibat-akibat dari

pencemaran, khususnya yang berasal dari darat.

Masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang bermukim

di wilayah pesisir, mempunyai mata pencaharian dari sumber daya

alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut, misalnya nelayan,

pembudidayaan ikan, pedagang, pengelola ikan, pemilik atau

pekerja perusahaan perhubungan laut, pemilik atau pekerja

pertambangan dan energy di wilayah pesisir, pemilik atau pekerja

industry maritime, misalnya galangan kapal dan coastal and

engineering.

Berdasarkan definisi di atas, maka masyarakat pesisir

diartikan sebagai sekumpulan orang yang bertempat tinggal di tepi

pantai dan memiliki mata pencaharian yang berasal dari sumber

daya laut dan pantai tersebut.

a. Karakteristik Masyarakat Pesisir

Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir sangat

dipengaruhi oleh jenis kegiatan mereka, seperti usaha

perikanan tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha

pengolahan hasil perikanan yang memang dominan dilakukan

oleh mereka. Sifat dari usaha-usaha mereka sangat

15
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan pasar, maka

karakteristik masyarakat pesisir juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor tersebut.

Secara struktural, masyarakat nelayan dan kegiatan

ekonomi perikanannya, seperti digambarkan Firth memiliki

kemiripan dengan sistem ekonomi petani. Walaupun

karakteristik aktivitas produksi nelayan dan petani berbeda,

tetapi dalam beberapa hal terdapat kesamaan yang bersifat

umum, seperti kerentanan secara ekonomi terhadap timbulnya

ketidakpastian yang berkaitan dengan musim-musim produksi.

Karakteristik ini menjadi karakteristik yang paling mencolok di

kalangan masyarakat pesisir, terutama bagi para nelayan kecil.

Pada musim penangkapan para nelayan sangat sibuk melaut,

sebaliknya pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi

berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa

menganggur. Kondisi ini mempunyai implikasi besar pula

terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat pantai secara

umum dan kaum nelayan khususnya.

3. Defenisi Pembangunan

Makna pembangunan adalah seperangkat usaha manusia untuk

mengarahkan perubahan sosial dan kebudayaan sesuai dengan tujuan

dari kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu mencapai

16
pertumbuhan peradaban kehidupan sosial dan kebudayaan atas dasar

target-target yang telah ditetapkan.

Dalam membahas pembangunan sosial ada beberapa

pengertian yang dikemukakan oleh para ahli salah satunya adalah

pengertian yang dikemukakan oleh Midgley (1995:h.25) yang

mendefenisikan pembangunan sosial sebagai suatu proses perubahan

sosial yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

sebgai suatu keutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk

saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi.

Menurut Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat

pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya

secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang

diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat

dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di

sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan

nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan

menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan

industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat

dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan

memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti

pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan

partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan

transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain dengan bangkitnya

17
semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya

perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti

perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran

dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari

kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.

4. Defenisi Reklamasi Pantai

a. Pengertian Reklamasi

Istilah reklamasi adalah turunan dari istilah Inggris

reclamation yang berasal dari kata kerja reclaim yang berarti

mengambil kembali, dengan penekanan pada kata “kembali”. Di

dalam teknik pembangunan istilah reclaim juga dipergunakan di

dalam misalkan me-reclaim bahan dari bekas bangunan atau dari

puing-puing, seperti batu dan kerikil dari bekas konstruksi jalan,

atau kerikil dari puing beton untuk dapat digunakan lagi.

Terkait dengan perluasan lahan atau tanah untuk tempat

tinggal atau tempat usaha, objek sebagai tempat genangan air

(seperti rawa-rawa, danau, bendungan, waduk bahkan laut pun)

dapat dijadikan atau dialih fungsikan sebagai daratan guna

menambah perluasan areal lahan/tanah, baik untuk pertanian

maupun non pertanian (seperti pembangunan rumah tinggal,

gedung apartemen, dan lainnya). Cara mengubah lahan seperti itu,

salah satunya melalui pengerukan atau cara lain yang serupa, yang

18
kemudian dikenal dengan istilah reklamasi. Istilah reklamasi

merupakan turunan dari istilah Inggris reclamation yang berasal

dari kata kerja reclaim yang berarti mengambil kembali, dengan

penekanan pada kata “kembali” berasal dari kosa kata dalam

Bahasa Inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang

rusak.

Secara spesifik dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional, disebutkan arti reklaim sebagai

menjadikan tanah (from the sea). Masih dalam kamus yang sama,

arti kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh

tanah. Di dalam teknik pembangunan istilah reclaim juga

dipergunakan di dalam misalkan me-reclaim bahan dari bekas

bangunan atau puing-puing, seperti batu dan kerikil dari bekas

rekonstruksi jalan, atau kerikil dari puing beton untuk dapat

digunakan lagi.

Menurut Hadi, juga mengemukakan bahwa reklamasi adalah

upaya memperbaiki daerah yang tidak terpakai atau tidak berguna

menjadi daerah yang dimafaatkan untuk suatu keperluan Menurut

Hadi, juga mengemukakan bahwa reklamasi adalah upaya

memperbaiki daerah yang tidak terpakai atau tidak berguna

menjadi daerah yang dimafaatkan untuk suatu keperluan. Begitu

banyak definisi mengenai reklamasi, berikut beberapa sumber yang

mendefinisikan arti dari kata reklamasi:

19
1) Menurut Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005),

reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam

rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari

sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,

pengeringan lahan atau drainase.

2) Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 52 Tahun 2011

menyebutkan bahwa reklamasi adalah pekerjaan timbunan di

perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai atau kontur

kedalaman perairan.

3) Berdasarkan Pedoman Pengembangan Reklamasi Pantai dan

Perencanaan Bangunan Pengamanannya (2014), reklamasi

pantai adalah meningkatkan sumber daya lahan dari yang

kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat ditinjau dari sudut

lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomis.

4) Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi sendiri

mempunyai pengertian yaitu usaha pengembangan daerah

yang tidak atau kurang produktif (seperti rawa, baik rawa

pasang surut maupun rawa pasang surut gambut maupun

pantai) menjadi daerah produktif (perkebunan, pertanian,

pemukiman, perluasan pelabuhan) dengan jalan menurunkan

muka air genangan dengan membuat kanal-kanal membuat

tanggul/polder dan memompa air keluar maupun dengan

pengurugan.

20
Menurut Pasal 1 ayat 23 Undang-Undang No. 27 Tahun

2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka

meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut

lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,

pengeringan lahan atau drainase.

Reklamasi memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif

tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna

dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah

rawa-rawa, di lepas pantai atau di laut, di tengah sungai yang lebar,

ataupun di danau. Dalam hubungannya dengan lahan atau tanah,

reklamasi dimaknai sebagai suatu kegiatan mengambil atau

memanfaatkan lahan atau area yang tidak dapat digunakan,

kemudian dilakukan rekayasa, sehingga kemudian lahan atau area

tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia. Lahan yang dapat

dijadikan sebagai tempat untuk melakukan reklamasi adalah

kawasan pantai, lepas pantai atau offshore, danau, rawa-rawa

ataupun sungai yang begitu lebar.

Kota-kota pantai di Indonesia asal mulanya juga terbentuk

dari tepian air. Dari wilayah ini inovasi-inovasi sosial, ekonomi,

budaya tumbuh dan berkembang dalam bentuk kegiatan

masyarakat, berpolitik, berdagang, berbudaya, dan akhirnya dapat

terbentuk pemerintahan. Dalam perkembangan dan

21
pertumbuhannya daerah pantai cenderung menjadi ibu kota, kota

indsutri, kota pelabuhan, kota pariwisata dan untuk pengembangan

olahraga air, bahkan daerah pantai dapat menjadi lebih

berkembang dibanding daerah-daerah di perkotaan.

Kawasan pesisir dan tepian pantai merupakan daerah yang

dapat menyimpan potensi ekonomi, baik tepian pantai yang berada

di perkotaan, maupun tepian-tepian pantai yang berada di

pedesaan. Pemanfaatan pantai di daerah pedesaan pada

umumnya dijadikan sebagai tempat kunjungan wisata dengan

memanfaatkan pemandangan yang alami. Sedangkan pantai yang

terletak di daerah perkotaan selain dapat menjadi daerah

kunjungan wisata, juga dapat menjadi tempat berdirinya bangunan

untuk kegiatan lain setelah mengalami pengembangan melalui

reklamasi pantai.

Sementara itu menurut Clark mengemukakan bahwa:

“Reklamasi pantai sebagai menimbun kawasan pantai baik daerah

pasang surut maupun rawa-rawa dengan material tertentu untuk

menaikkan elevasi tanah agar diperoleh lahan kering serta

melindungi agar tidak tergenang air.” Sementara itu menurut Clark

mengemukakan bahwa: “Reklamasi pantai sebagai menimbun

kawasan pantai baik daerah pasang surut maupun rawa-rawa

dengan material tertentu untuk menaikkan elevasi tanah agar

diperoleh lahan kering serta melindungi agar tidak tergenang air.”

22
Mengacu pada dua definisi di atas memberikan pemahaman

yang cukup jelas tentang reklamasi sebagai suatu kegiatan

penimbunan dengan memasukkan sejumlah material terhadap

areal pantai, sungai, danau, rawa-rawa serta daerah-daerah rendah

yang secara terus-menerus tergenang air dengan tujuan untuk

mendapatkan lahan kering yang diatasnya dapat didirikan

bangunan.

Kegiatan reklamasi pantai dapat dilakukan dengan

memperhatikan ketentuan berikut:

1) Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya

yang telah ada di sisi daratan; 2) Merupakan bagian wilayah dari

kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan

pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan

kebutuhan yang ada; 3) Berada di luar kawasan hutan bakau yang

merupakan bagian dari kawasan lindung atau taman nasional,

cagar alam, dan suaka margasatwa; 4) Bukan merupakan

kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah

dengan daerah/negara lain. Jaringan dan sistem

infrastruktur/prasarana sarana dasar (PSD) dirancang mengikuti

pola struktur ruang kawasan reklamasi.

Rencana Induk Sistem (RIS) kawasan reklamasi pantai

tersebut harus terintegrasi dengan sistem kota:

23
1) Penyediaan jaringan jalan, jembatan dan transportasi,

Prasarana dan sarana jalan dan transportasi meliputi jaringan

jalan dan jembatan, terminal, dan pelabuhan/dermaga yang

dibutuhkan untuk menunjang aktivitas kawasan termasuk dalam

perencaan tersebut tersebut adalah penyediaan sarana

angkutan umum untuk penumpang dan barang. Cara

pengaturan jalan dan transportasi yang harus diperhatikan: a)

Kebutuhan transportasi dan pola pergerakan lalu lintas; b) Jenis

moda dan intensitas yang diperlukan; c) Tingkat pelayanan dan

fasilitas pelengkap yang dibutuhkan.

2) Penyediaan sistem drainase kawasan meliputi: saluran air

hujan, saluran kolektor, bangunan pengendali banjir, polder, dan

stasiun pompa;

3) Penyediaan jaringan prasarana pengairan (jaringan air bersih,

pemadam kebakaran, air kotor dan air baku untuk keperluan

kawasan);

4) Penyediaan jaringan prasarana energi untuk menunjang

kebutuhan tenaga listrik kawasan;

5) Penyediaan jaringan prasarana telekomunikasi untuk

meningkatkan kemudahan aktivitas kawasan;

6) Penyediaan jaringan persampahan.

24
b. Beberapa aturan mengenai Reklamasi Pantai

1) Peraturan Presiden No.122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil.

Peraturan ini memuat ketentuan yang dibuat sebagai

dasar pelaksanaan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor

27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil. Peraturan ini dimulai dengan ketentuan

umum mengenai definisi reklamasi beserta hal lainnya yang

berkaitan dengan pelaksanaan reklamasi, subjek-subjek

penting terkait pelaksanaan reklamasi, serta ruang lingkup

pelaksanaannya.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17

tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil.

Pada peraturan ini dimulai dengan ketentuan umum

mengenai definisi reklamasi beserta hal lainnya yang

berkaitan dengan pelaksanaan reklamasi, subjek-subjek

penting terkait pelaksanaan reklamasi. Pada bab II dibahas

mengenai jenis perizinan reklamasi, termasuk di dalamnya

mengenai pengambilan sumber material reklamasi. Pada bab

III dibahas mengenai kewenangan dan tanggung jawab

menteri, gubernur, bupati/walikota terkait reklamasi,

25
permohonan reklamasi terkait cakupan lokasi pelaksanaan

reklamasi.

2) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 28 tahun 2014

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No. 17 tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Pada peraturan ini memuat pengaturan perubahan beberapa

pasal dari Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17

tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir

dan Pulau Pulau Kecil, yang mencakup: pasal 6, pasal 8 ayat

(3), pasal 11, pasal 13 ayat (2), pasal 14, pasal 15 ayat (2),

serta pasal 33 ayat(5).

c. Tujuan dan Manfaat Reklamasi

Tujuan dari adanya reklamasi menurut Modul Terapan

Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai:

yaitu untuk menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum

termanfaatkan menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik dan

bermanfaat. Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan

untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan,

pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif,

reservoir air tawar di pinggir jalan, kawasan pengelolaan limbah

dan lingkungan terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan

26
lama dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu kawasan

wisata terpadu.

Menurut Perencanaan Kota (2013), tujuan dari reklamasi

pantai merupakan salah satu langkah pengembangan kota.

Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju

pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat

tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan

daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran

kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga

diperlukan daratan baru. Menurut Perencanaan Kota (2013), tujuan

dari reklamasi pantai merupakan salah satu langkah

pengembangan kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-

kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya

meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan

semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan).

Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah

tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru.

Tujuan dilakukannya Reklamasi dengan menekankan kaitan

antara reklamasi pantai dengan kepentingan sosial, yakni:

1) Menyediakan lahan baru untuk membuka lapangan

pekerjaan dan lapangan usaha baru; 2) Merekayasa kawasan

pantai untuk pemanfaatan yang lebih baik; 3) Perbaikan

lingkungan pantai; 4) Menyediakan kawasan pantai yang dapat

27
digunakan untuk umum; 5) Menyediakan perumahan bagi seluruh

lapisan pendapatan.

Lebih lanjut, tujuan Reklamasi pantai yang lebih mengacu

pada kepentingan perbaikan ekonomi, Suhud yakni:

1) Diperolehnya lahan baru yang dapat mengurangi tekanan

atas kebutuhan lahan dibidang kota yang sudah padat; 2)

Kemungkinan menghidupkan kembali transportasi air sehingga

beban transportasi dapat berkurang; 3) Membuka peluang

pembangunan nilai tinggi; 4) Meningkatkan pariwisata bahari; 5)

Meningkatkan pendapatan pemerintah; 6) Peningkatan

pertumbuhan ekonomi masyarakat disekitar kawasan pantai

maupun ekonomi perkotaan, dan 7) Meningkatkan sosial ekonomi

masyarakat.

Dari uraian tentang tujuan dilakukannya Reklamasi seperti

tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Reklamasi pantai

dapat saja dilakukan sepanjang akan memberi manfaat kepada

semua pihak. Reklamasi pantai dapat dilakukan apabila lahan

daratan yang tersedia sudah tersedia ditengah tuntutan masyarakat

akan tambahan lahan untuk kepentingan umum.

Menurut Max Waigu (2011), tujuan dari kegiatan reklamasi

ditinjau dari aspek fisik dan lingkungan adalah:

1) Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat

gelombang laut.

28
2) Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai

untuk mendirikan bangunan yang akan difungsikan sebagai

bentengperlindungan garis pantai.

Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari

aspek tata guna lahan, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari aspek

tata ruang, suatu wilayah tentu perlu direklamasi agar dapat

berdaya dan memiliki hasil guna. Untuk pantai yang diorientasikan

bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang perairan

pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.

Namun tak lupa memperhatikan analisis dampak lingkungannya.

Reklamasi-reklamasi ini umumnya menyangkut wilayah laut,

baik laut dalam atau laut dangkal atau untuk perluasan kota.

Adapula reklamasi dari daerah rawa-rawa untuk keperluan

pembangunan proyek industri seperti antara lain untuk pusat

pembangkit tenaga listrik dan untuk pabrik pelebur aluminium dan

wilayah pantai yang umumnya datar, berbatasan dengan laut,

banyak sungai, air tanah yang relatif dangkal, serta terkadang

mengandung mineral ekonomis, berpandangan indah dan

mempunyai terumbu karang tentu sangat menarik dan dapat

mendukung berbagai pembangunan. Kota-kota, pelabuhan,

pertanian dan perikanan, wisata bahari, kawasan industri, bahkan

kadang-kadang penambangan mineral dan bahan bangunan dapat

berkembang di wilayah pantai. Banyak kota besar, kota pelabuhan,

29
kota perdagangan, dan ibu kota negara atau ibu kota daerah

berada di sana.

Kawasan pantai umumnya merupakan wilayah yang

merupakan koridor pembangunan yang diminati. Hal tersebut

disebabkan karena wilayah tersebut mengandung banyak hal yang

memberi kemudahan dan memberi daya dukunh untuk

pembangunan. Selanjutnya, atas berbagai pertimbangan ekonomi,

pertahanan, perdagangan, administrasi pemerintahan, dan lain-lain,

wilayah pantai dapat berkembang menjadi kota pelabuhan, ibu kota

daerah/negara, kawasan permukiman, kawasan industri. Pusat

listrik tenaga uap (PLTU), kawasan nelayan, pertanian, olah raga

air, bahari, dan kawasan pariwisata.

5. Center Point of Indonesia (CPI)

Center Point Of Indonesia (CPI) adalah kota kawasan modern

“CitraLand City Losari Makassar” yang terintegrasi dengan hunian dan

pusat komersial. Center Point Of Indonesia (CPI) ini akan dibangun di

lahan seluas 157 hektar. Lahan seluas 157 hektar itu sendiri dikelola

langsung oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang melakukan

kerjasama dengan pihak swasta yakni PT Yasmin Bumi Asri sebagai

perusahaan swasta pemenang tender dan Ciputra Grup melalui PT

Ciputra Surya yang dipercaya sebagai pihak pengembang.

30
B. Kerangka Teori

Pembangunan reklamasi pantai akan menimbulkan dampak

bagi masyrakat pesisir. Kesejahteraan masyarakat pesisir setalah

adanya pembangunan reklamasi pantai akan dapat di ukur

berdasarkan beberapa aspek kualitas hidup. Menurut Kolle (dalam

Bintarto 1989), kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek

kehidupan:

1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas

rumah, bahan pagan dan sebagainya;

2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan

tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya;

3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas

pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya;

4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral,

etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

Kesejahteraan Sosial
(Kolle, 1989)
Ket:

: Variabel

Dependen

: Variabel
Kualitas
Independen
Hidup

Materi Fisik Mental Spritual

31
C. Kerangka Konseptual

Dampak Reklamasi Pantai


Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat
Pesisir di Kelurahan
Panambungan Kota Makassar

Sebelum Setelah
Pembangunan Pembangunan

Kualitas Hidup
Masyarakat Pesiisr

Materi Fisik Mental Spritual


Kondisi Rumah Kondisi Kesehatan
Fasilitas Moral
Kondisi Ekonomi Lingkungan Alam Pendidikan

Tingkat Kesejahteraan Sosial

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Dasar Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,

gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau

penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu

antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat (Mely G. Tan,

2009). Sedangkan pendekatan kualitatif merupakan pendekatan

penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan

menanyakan menggunakan wawancara dan interview agar nantinya

dapat menggambarkan sebagian aspek dari populasi.

Pendekatan pada penelitian ini ditujukan pada sejumlah besar

individu atau kelompok; unit yang ditelaahnya. Fokus perhatian pada

penelitian deskriptif hanya ditujukan pada beberapa variable saja,

mengingat unit yang ditelaahnya dalam jumlah besar. Penelitian

survey berusaha memperoleh data mengenai karakteristik atau

hubungan sebab akibat antar variabel, dengan mengacu indikator-

indikator yang bersifat umum sehingga memungkinkan untuk

melakukan generalisasi. Artinya, individu atau kelompok yang diambil

33
sebagain sample penelitian, haruslah bisa mewakili populasi individu

atau kelompok yang diteliti (representative) (Nurul Zuriah, 2009).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di pemukiman nelayan

Kelurahan Panambungan, Kecamatan Mariso, Kota Makassar. Alasan

dipilihnya lokasi ini karena Kota Makassar merupakan salah satu kota

besar di Indonesia yang beberapa wilayah pantainya telah di

reklamasi. Dengan adanya pembangunan Center Point of Indonesia

(CPI) di wilayah tersebut maka akan berpengaruh terhadap

perubahan Sosial-Ekonomi masyarakat, khususnya kependudukan,

mata pencaharian, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Oleh

karena itu, wilayah ini menarik untuk diteliti. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan mei sampai dengan bulan juli 2018.

C. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

masyarakat pesisir yang ada di Kelurahan Panambungan Kecamatan

Mariso Kota Makassar. Dari populasi tersebut kemudian ditarik sampel

dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yang dianggap

memenuhi kriteria sebagai informan.

34
D. Teknik dan Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data

sekunder dan data primer. Adapun data sekunder adalah data yang

diambil melalui instansi pemerintah atau lembaga-lembaga swasta

dan buku-buku yang relevan dengan pokok masalah yang terdapat

pada penelitian ini. data sekunder yang diperoleh berupa data

kependudukan Kecamatan Mariso berdasarkan Badan Pusat Statistik

Kota Makassar tahun 2017, buku Puslitbang Sosekling, dan data

kependudukan Kelurahan Panambungan Kecamatan Mariso Kota

Makassar. Sedangkan, untuk data Primer di ambil langsung

dilapangan melalui sampel yang akan dihimpun dari masyarakat

setempat (masyarakat) dan juga melalui informan serta narasumber

yang lebih mengetahui lokasi penelitian.

E. Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini adalah analisa data

kualitatif. Pada saat melaksanakan wawancara (indeph interview)

analisis terhadap jawaban dari informan yang diwawancarai, peneliti

sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan yang

kurang memuaskan maka peneliti akan melanjutkan/ mengajukan

pertanyaan lagi sampai diperoleh data yang lebih jelas dan mendalam

dan dianggap kredibel (Miles danHurbeman dalam Sugiono, 2006).

35
Berdasarkan teori maka teknik analisa data yang dilakukan

peneliti adalah menganalisa jawaban informan yang kurang untuk

memperkuat penelitian, maka peneliti mencari jawaban yang benar-

benar dapat dipercaya untuk menyusun laporan skripsi.

36

Anda mungkin juga menyukai