Anda di halaman 1dari 7

1.

Latar belakang
Losari membutuhkan penambahan space karena harapan masyarakat semakin
tinggi untuk memanfaatkan Losari sebagai public space. Makanya, pemerintah
kota Makassar berniat semata-mata akan membangun pantai losari untuk public
space, bukan bisnis space. Menanggapi hal ini muncul beberapa tanggapan
seperti reklamasi tidak cocok dilakukan di Pantai Losari, sebab akan merusak
ekosistem biota-nya. Pantai Losari jangan direklamasi, tapi sebaiknya
direvitalisasi. Istilah revitalisasi pun muncul. Antara reklamasi dan revitalisasi
memang memiliki makna yang jauh berbeda. Namun prakteknya, revitalisasi
yang dilakukan sekarang tak lain adalah tindakan reklamasi juga, yakni
penimbunan laut sebagian atau seluruhnya. Setelah istilah reklamasi banyak di
bantah oleh banyak argumen, jarak timbunan pun tak luput kena sorot. Lebar
sepanjang 120 meter menjorok ke laut dianggap terlalu berlebihan. Minta
dikurangi sampai 60 meter. Reklamasi disepakati hanya selebar 60 meter (saja).
Selang beberapa hari kemudian, masih akibat desakan pihak-pihak tertentu,
lebar reklamasi berubah kembali, akhirnya dikunci di angka 30 meter.

2. Rumusan masalah
Dampak positif reklamasi Pantai Losari
Dampak negatif reklamasi Pantai Losari
Mengetahui kelayakan pantai Losari
3. Tujuan
Mengetahui dampak positif dan negatif reklamasi Pantai Losari






PEMBAHASAN
1. Pengertian reklamasi
Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah
perairan/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya dilatarbelakangi oleh
semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang
menyebabkan lahan untuk pembangunan semakin sempit. Pertumbuhan
penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah
kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan rakyat
yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak
terbantahkan. Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan
banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan
disini adalah semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka dengan
sendirinya juga akan menambah pendapatan asli daerah (PAD). Reklamasi
memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan
lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai,
pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa
bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi)
manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam
keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem
seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi
gangguan lingkungan.
2. Reklamasi Pantai Losari Makassar
Potensi garis pantai kota Makassar sepanjang 40,84km. Garis pantai ini hampir
sebgaiannya telah dipakai untuk proyek reklamasi Tanjung Bungayang
diperuntukkan sebagai perdagangan/jasa, rekreasi dan permukiman. Areal hasil
reklamasiini adalah 1000 Ha dan terus dikembangkan oleh pengembang.
Maraknya investor yang ingin berinvestasi di kota Makassar, menjadi
pertimbangan perluasan areal garis pantai hingga pantai Losari. Hal ini banyak
ditentang oleh kalangan aktivis lingkungan karena dapat merusak ekosistem
pesisir. Disamping itu, secara ekonomi dan sosial perluasan areal reklamasi
dapat menggusur para pengusaha kecil dan menengah yang bertahun tahun
berada di daerah tersebut. Pandangan lain justru ditunjukkan oleh pengembang,
menurut mereka dengan proyek perluasan reklamasi pantai ini dapat menjadi
suatu opportunity untuk melakukan penataan kawasan sempadan pantai yang
lebih baik dan membantu misi pemerintah kota untuk menjadi water front city
Makassar merupakan suatu contoh kota yang menerapkan strategi permasalahn
lahan. Namun, dalam penerapan strategi ini pun menemui banyak kendala .
Tantangan bagi perencana untuk lebih menimbang dan melakukan kajian
mendalam dan sistematis untuk penerapan reklamasi pantai ini. Semua aspek
kehidupan perlu diperhitungkan agar sebuah strategi yang ditujukan untuk
menyelesaikan masalah perkotaan justru menjadi sebuah masalah baru lagi.

Revitalisasi Pantai Losari sebenarnya lahir dari rahim kekuasaan Megawati
Soekarno Putri, yang ketika itu menjabat sebagai presiden. Bertajuk Save Our
Losari (11 September 2004) dengan latar sunset, Megawati dipaksa bermain
cantik untuk memperhatikan Pantai Losari. Nuansa politik pun merebak,
Megawati menggebrak dengan statemen janji. Akan kami usahakan, tapi
tentunya tidak bisa sekaligus. Karena nanti pemda sendiri akhirnya lepas
tangan, ujar Megawati, sambil berharap dukungan. Losari meminta tumbal. Di
pemilihan langsung, Megawati terjungkal. Pemancangan tiang pertama
pengembangan Losari pun berlangsung. Tidak oleh Mega, tapi oleh Wapres
Jusuf Kalla. Seolah berulang, janji pun kembali terucap. Di depan ribuan warga
Kota Makassar Kalla berjanji untuk berupaya mewujudkan Losari yang nyaman.
Karena kalian tidak memalukan saya, maka saya juga tidak akan memalukan
kalian, ujar Kalla bersemangat (Tribun, 12/11/2004). Pernyataan yang mestinya
mencemaskan ini, ternyata lewat begitu saja laksana sunset yang berangsur
gelap. Warga kehilangan kecermatannya. Losari telah diseret ke areal politik;
signal wapres berkedip, meminta jaminan untuk tetap tidak dipermalukan, kalau
mau revitalisasi Pantai Losari selesai. Sebuah tawar menawar yang kasat mata.
Artinya, jika JK gagal di Pilpres nanti, alamat revitalisasi Pantai Losari tamat.


3. Dampak positif reklamasi pantai Losari
Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam
rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan
daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dll.
4. Dampak negatif reklamasi pantai Losari
Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek
reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman
hayati. Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek
reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai spesies mangrove, punahnya
spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan berbagai keanekaragaman hayati
lainnya.

Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan
potensi banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang
alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut.
Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen sungai,
pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan tata
air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila
dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh
pemanasan global.

Sementara itu, secara sosial rencana reklamasi pantai dipastikan juga dapat
menyebabkan nelayan tradisional tergusur dari sumber-sumber kehidupannya.
Penggusuran itu dilakukan karena kawasan komersial yang akan dibangun
mensyaratkan pantai sekitarnya bersih dari berbagai fasilitas penangkapan ikan
milik nelayan.



5. Kelayakan Reklamasi Pantai dengan Paradigma Baru
Kelayakan suatu reklamasi dapat di ukur dari beberapa hal. Pertama, ekonomi.
Dalam hal ini yang tetap menguntungkan ekologis harus berbasis kebutuhan
lingkungan sehingga tidak mengganggu ekosistem. Untuk pantai losari dari segi
ekonomi memang dapat meningkatkan pendapatan Kota Makassar itu sendiri.
Kedua, sosial. Dimana harus meneguhkan kesejahteraan rakyat dan memberi
kepatutan sosial bagi rakyat dengan membuka kesempatan kerja.
Ketiga, administratif. Disini berarti memenuhi semua syarat birokratik.
Keempat, teknologis. Berarti memenuhi standar teknologi bagi pengembangan
kawasan. Dan kelima, planologis alias secara tata ruang jatim hal tersebut tidak
melanggar RTRW.

Di satu sisi reklamasi mempunyai dampak positif sebagai daerah pemekaran
kawasan dari lahan yang semula tidak berguna menjadi daerah bernilai
ekonomis tinggi. Dan di sisi lain jika tidak diperhitungkan dengan matang dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan. Di sinilah diperlukan kepedulian dan
kerja sama sinergis dari semua komponen stakeholders.

Reklamasi khususnya reklamasi pantai masih diperlukan selama dilakukan
dengan kajian yang komprehensif. Simulasi prediksi perubahan pola arus
hidrodinamika laut secara teknis dapat dilakukan dengan model fisik
(laboratorium) atau model matematik. Dari pemodelan ini dapat diperkirakan
dampak negatif yang terjadi dan cara penanggulangann.

Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus diarahkan pada
tujuan utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya ketersediaan
lahan darat. Usaha reklamasi janganlah semata-mata ditujukan untuk
mendapatkan lahan dengan tujuan komersial belaka. Reklamasi di sekitar
kawasan pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan)
terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Dengan
kerja sama yang sinergis antara Pemerintah dan jajarannya, DPRD, Perguruan
Tinggi, LSM, serta masyarakat maka keputusan yang manis dan melegakan
dapat diambil. Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat
dilaksanakan, namun sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan.

Dari semua itu, yang lebih penting adalah adanya perubahan attitude dari
masyarakat dan Pemerintah. Pelaksanaan aturan hukum harus ditaati dan
dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait. Berbagai biaya sosial dan
lingkungan hidup itu seharusnya juga diperhitungkan dalam perencanaan
reklamasi. Namun, sayangnya terdapat paradigma yang memosisikan suatu kota
sebagai kota multifungsi, dimana diharapkan mampu mendatangkan keuntungan
yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan warganya. Padahal paradigma itu
telah terbukti gagal total dalam implementasinya di lapangan. Berbagai
permasalahan sosial dan lingkungan hidup dapat timbul dan sulit dipecahkan di
daerah reklamasi saat ini justru disebabkan oleh paradigma tersebut.

Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata
ruang kota. Tata ruang kota yang baru nantinya harus memerhatikan
kemampuan daya dukung sosial dan ekologi bagi pengembangan Kota. Daya
dukung sosial dan ekologi tidak dapat secara terus-menerus dipaksakan untuk
mempertahankan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik. Fungsi kota
sebagi pusat perdagangan, jasa dan industri harus secara bertahap dipisahkan
dari fungsi kota ini sebagai pusat pemerintahan.

Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian
tekhnis terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang akan
ditimbulkannya lalu disampaikan secara terbuka kepada publik. Penting diingat
reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap
keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang
dan dinamis, hal ini tentunya akan melahirkan perubahan ekosistem seperti
perubahan pola arus, erosi, sedimentasi pantai, serta kerusakan biota laut dan
sebagainya.

Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata sebagaimana
mestinya dapat hancur atau hilang akibat adanya reklamasi. Akibatnya adalah
kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada akhirnya akan berimbas pada
ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang dulunya
mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut akan
melakukan migrasi ke daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini tentu
saja akan mempengaruhi pendapatan para nelayan setempat.
Bukan itu saja, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai
akan menyebabkan penaikan masa air dan memicu terjadinya abrasi yang
secara perlahan-lahan akan menggeser dan menenggelamkan kawasan
sepanjang pantai bukan hanya di kawasan dimana reklamasi itu dilakukan,
namun juga dikawasan lain yang dalam satu kesatuan ekosistim alamiahnya,
saat ini di beberapa kawasan, air pasang yang naik bahkan telah memasuki
kawasan pemukiman.

Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan yuridis juga
perlu mendapatkan perhatian. Kajian terhadap landasan hukum rencana
reklamasi, pelaksanaan, serta peruntukannya perlu dipertimbangkan. Ada
banyak produk hukum yang mengatur tentang reklamasi mulai dari Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang
menjadi persoalan adalah konsistensi penerapan dan penegakan aturan.

Anda mungkin juga menyukai