Anda di halaman 1dari 8

REKLAMASI PANTAI DI PULAU BATAM

A. Latar Belakang

Ketika kita melihat pemandangan dari menara tinggi di singapura ke arah


kepulauan Indonesia, maka akan terlihat pulau Batam yang terlihat berkilau
dibawah sinar matahari.
Pulau ini merupakan pulau di Indonesia yang paling berdekatan dengan Negara
Singapura, hanya terpisahkan oleh selat selebar 15 km. Pulau Batam terletak di
Kepulauan Riau dengan koordinat 104’0” N, 10401’0” E dan luas 415 km2 (41.500
Ha) serta jumlah populasi sebesar 965,062 (Juni 2009).
Pulau ini merupakan kawasan perdagangan bebas (FTZ=Free Trade Zone).
Melalui pelabuhan-pelabuhan yang ada di pulau ini kita bisa bepergian ke
Singapura dan Johor, pelabuhan-pelabuhan ini diantaranya pelabuhan sekupang,
pelabuhan batam centre, pelabuhan nongsa, pelabuhan harbor bay, dan pelabuhan
telaga punggur.

Dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang semakin meningkat maka


akan meningkatkan pertambahan penduduk yang sangat besar, hal ini
mengakibatkan berbagai masalah seperti meningkatnya kebutuhan lahan untuk
perumahan, industry, perdagangan dan jasa, pelabuhan, pergudangan, wisata
bahari, maupun sarana dan prasarana. Dengan luas pulau batam yang kecil sehingga
dikelilingi pantai maka untuk menangani permasalahan diatas perlu dilakukan
perluasan melalui reklamasi pantai.

Kawasan reklamasi pantai merupakan kawasan hasil perluasan daerah pesisir


pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru. Kawasan
reklamasi pantai terletak ditepi pantai dan merupakan kawasan sebagai perluasan
kota. Reklamasi pantai juga dilakukan di pulau batam dengan tujuan untuk
menyelamatkan pulau terluar, misal sebelum direklamasi, pulau batu berakit hanya
Nampak pada saat air surut, sedang ketika air sedang pasang, pulau itu menghilang,
kini setelah direklamasi luas pulau saat surut menjadi 700m2. Reklamasi dilakukan
disekeliling pulau karena wilayahnya yang tidak luas.
B. Pembahasan
1. Definisi Reklamasi Pantai
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil menyebutkan pengertian dari Reklamasi adalah kegiatan
yang
dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan
ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
pengeringan lahan atau drainase.

Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau


bantaran sungai. Sesuai dengan definisinya, tujuan utama dari reklamasi pantai
adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih
baik
dan bermanfaat.
Kawasan tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk pembangunan kawasan
permukiman, perindustrian, bisnis, pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan,
pertanian, serta objek wisata. Reklamasi pantai sendiri merupakan salah satu
langkah pemekaran kota. Biasanya reklamasi dilakukan oleh negara atau kota
besar dengan
laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat pesat.
Bila dilihat dari penggunaan lahan kota yang sudah sangat mendesak,
tindakan ini positif lebih strategis bila kawasan tersebut telah, sedang atau akan
dikembangkan untuk menunjang ekonomi kota atau daerah.
Secara umum bentuk reklamasi ada dua, yaitu reklamasi menempel pantai dan
reklamasi lahan terpisah dari pantai daratan induk. Cara pelaksanaan reklamasi
sangat
tergantung dari sistem yang digunakan. Menurut Buku Pedoman Reklamasi di
Wilayah Pesisir yang di keluarkan oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir
dan
Pulau-Pulau Kecil (2005), reklamasi dibedakan atas 4 sistem, yaitu :
a. Sistem Timbunan yaitu reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan
pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut tinggi (high water level).
b. Sistem Polder yaitu reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan
yang akan direklamasi dengan memompa air yang berada didalam tanggul
kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.
c. Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan ini merupakan gabungan
sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh dengan
metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu
sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak
besar.
d. Sistem Drainase yaitu reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir
yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka
tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.
Sistem yang paling cocok diterapkan di daerah tropis seperti di Indonesia
adalah sistem timbunan dikarenakan sistem ini dilakukan dengan cara
menimbun
perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut tinggi (high
water
level).

2. Manfaat dan Dampak Reklamasi Pantai di Pulau Batam


Suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki manfaat juga
dampak pada sekelilingnya, begitu juga dengan kegiatan reklamasi pantai.
Reklamasi mempunyai dampak positif sebagai daerah pemekaran kawasan dari
lahan yang
semula tidak berguna menjadi daerah bernilai ekonomis tinggi. Dan di sisi lain
jika
tidak diperhitungkan dengan matang dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan.
Di sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama sinergis dari semua komponen
stakeholders.

Keuntungan yang diperoleh dengan cara melakukan reklamasi pantai adalah


tanah diperoleh tanpa melakukan penggusuran penduduk dan tidak membayar
ganti
rugi. Reklamasi pantai bisa sangat bermanfaat jika dikelola dan dianalisis
dengan
baik.
Reklamasi pesisir dan pulau-pulau kecil diharapkan dapat memberikan
manfaat sumber daya lahan baik secara lingkungan maupun sosial ekonomi
budaya
seperti peningkatan ekonomi skala makro dan mikro (investasi dan peluang
bisnis,
lapangan kerja terbuka, aktifitas pariwisata meningkat, dan alternatif
pendapatan
terbuka).

Di kota Batam terlihat pembangunan dengan membuat daratan di lepas pantai.


Salah satunya adalah Coastarina. Berbentuk miniatur dunia dengan
membendung laut
saat surut, lalu ditimbun dan dibangun dengan pondasi beton perumahan dan
kavling
di atasnya.
Perumahan di pantai ini dikembangkan menjadi pusat hunian dengan suasana
tepi laut. Sebagian areanya diperoleh dari hasil reklamasi. Siteplannya
dirancang bak
lagoon raksasa yang bagian tengahnya ditata menyerupai peta dunia dengan
miniatur
berbagai benua. Di Coastarina, akan dibangun total 1.000 (seribu) rumah di
kawasan
total 150 hektar (25 hektar termasuk taman dan fasilitas umum).
Gambar Peta Perencanaan Coastarina
Tetapi harus diingat bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk
campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan
alamiah
pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan
perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai,
berpotensi meningkatkan bahaya banjir, dan berpotensi gangguan lingkungan.

Khusus untuk kota Batam telah diatur bahwa kegiatan pengembangan


kawasan pantai yang mengubah ekosistem dan lingkungan perairan laut harus
didahului dengan studi yang mendalam dan dilengkapi dengan Analisi dampak
lingkungan (AMDAL) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah Kajian


mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud
lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum
AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Pasal 45 ayat 4 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014 menyebutkan bahwa
kawasan pengembangan pantai melalui reklamasi pantai di kota Batam hanya
diperuntukkan
bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, perkantoran, perumahan,
pariwisata, dan kegiatan perkotaan lain yang memiliki daya tarik investasi dan
nilai
ekonomi yang tinggi, dan harus dilengkapi dengan sistem prasarana transportasi,
fasilitas umum, dan utilitas umum Kota yang disediakan oleh pihak investor atau
pengembang kawasan.
Selain itu untuk kegiatan industri tidak diperbolehkan berada di Kawasan
Pengembangan Pantai, kecuali yang sifatnya perluasan dari kawasan-kawasan
industri yang sudah ditetapkan di kota Batam dengan memperhatikan kondisi
lingkungan perairan dan peruntukan di sekitarnya.

Kegiatan reklamasi tanah pantai dilaksanakan dengan mengubah air laut


menjadi daratan/lahan. Hal ini merupakan salah satu upaya manusia untuk
memaksimalkan pemanfaatan alam yang terbatas. Salah satu faktor positif yang
mendorong pendekatan ini adalah pesatnya pembangunan yang mengakibatkan
kebutuhan akan lahan di satu pihak dan harus menghadapi kelangkaan
ketersediaan
lahan di pihak lain.

Reklamasi pantai, apabila dilaksanakan secara terpadu, dengan teknologi yang


tepat, dan sesuai dengan kondisi biogeofisik serta memperhatikan kondisi sosial
ekonomi, maka kegiatan ini akan memberikan keuntungan dan manfaat seperti
dalam
hal :
a. mendapatkan tambahan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan, seperti untuk untuk tempat wisata, daerah industri, pelabuhan bahkan
perumahan atau hotel,
b. memperbaiki kondisi fisik pantai yang telah mengalami kerusakan seperti
akibat
erosi,
c. memperbaiki kualitas lingkungan pantai secara keseluruhan,
d. memberikan kejelasan tanggung jawab pengelolaan pantai
Sedangkan, reklamasi yang dilakukan secara parsial dan tidak terpadu justru
akan
memberikan kondisi yang sebaliknya.

Banyak kegiatan reklamasi di Indonesia baik yang telah maupun yang sedang
berjalan pada akhirnya menimbulkan permasalahan. Permasalahan ini terkait
dengan
teknis pelaksanaan kegiatan, masalah sosial, ekonomi, budaya dan khususnya
masalah lingkungan. Masalah tersebut muncul pada semua tahap baik pra,
pelaksanaan, maupun pasca kegiatan, yang seringkali membuat kegiatan
reklamasi
menjadi terbengkalai dan bahkan menimbulkan masalah. Kegiatan reklamasi,
secermat apapun dilakukannya, tetap akan mengubah kondisi dan ekosistem
pesisir
dan tentunya tidak akan sebaik ekosistem yang alami.

Upaya reklamasi pesisir perlu direncanakan sedemikian rupa agar


keberadaannya tidak mengubah secara radikal ekosistem pantai yang asli.
Perencanaan tata ruang yang rinci, penelitian lingkungan untuk analisis dampak
lingkungan, penelitian kondisi hidrooseanografi, perencanaan teknis reklamasi
dan
infrastruktur, perencanaan drainase dan sanitasi, perencanaan fasilitas sosial
ekonomi,
dan lain sebagainya sangat dibutuhkan sebelum kegiatan reklamasi tersebut
dilakukan. Diperlukan suatu kebijakan, dukungan dan pengawasan dari
pemerintah
dan seluruh stake holder.

c. KESIMPULAN

Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau


bantaran sungai. Sesuai dengan definisinya, tujuan utama dari reklamasi pantai
adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih
baik dan bermanfaat.
Pulau Batam merupakan Pulau ini merupakan pulau yang berbatasan langsung
dengan Singapura dan merupakan kawasan perdagangan bebas (FTZ=Free
Trade Zone).

Dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang semakin meningkat maka


akan meningkatkan pertambahan penduduk yang sangat besar, hal ini
mengakibatkan berbagai masalah seperti meningkatnya kebutuhan lahan untuk
perumahan, industry, perdagangan dan jasa, pelabuhan, pergudangan, wisata
bahari, maupun sarana dan prasarana. Dengan luas pulau batam yang kecil sehingga
dikelilingi pantai maka untuk menangani permasalahan diatas perlu dilakukan
perluasan melalui reklamasi pantai.

Referensi

www.google.com

www.academia.edu

m.inditourist.com/read/coastarina-minatur-dunia-di-tepi-batam.html

Anda mungkin juga menyukai