Anda di halaman 1dari 3

Selasa, 17 November 2009

RELOKASI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DORONG KEMAJUAN


KOTA PROBOLINGGO

Proyek pembangunan pelabuhan Tanjung Tembaga kota Probolinggo terus dilakukan bahkan
semakin dipercepat. Diharapkan pelabuhan baru tersebut dapat dimanfaatkan pada tahun
2010 mendatang.

Secara fisik pembangunan pelabuhan baru ini di tahap pertama yang lalu telah mencapai 70
persen dan sekarang telah memasuki tahap kedua yakni berupa reklamasi untuk lokasi open
storage, yang menurut rencana panjang reklamasi sekitar 400 meter dan lebar mencapai 900
meter. Proses saat ini telah mencapai pada pemasangan pile cap atau penyangga tiang
pancang ke arah tengah laut. Bahkan bangunan threstle dan causeway telah mencapai 100
persen, sehingga optimis di tahun 2010 pelabuhan ini mulai dapat beroperasi.

Jelas pelabuhan Tanjung Tembaga ini akan memiliki prospek yang bagus ke depannya, dan
membawa kemajuan baik secara ekonomi dan bernilai investasi tinggi. Apalagi dengan
adanya bencana lumpur Lapindo yang masih melanda, semakin membuka peluang besar
digunakannya pelabuhan baru ini.

Namun tidak hanya itu yang menjadi fokus kali ini, pembangunan Pelabuhan Perikanan yang
baru juga menarik untuk diulas. Terutama tidak hanya dari fisik semata tetapi juga dari sisi
ekonomi yang diharapkan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sekaligus dari sisi sosial
budaya yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Pelabuhan perikanan ini dengan segenap fasilitasnya mempunyai tugas pokok yaitu
menunjang pengembangan perekonomian nasional maupun regional, pengembangan industri
penunjang baik hulu maupun hilir dan pengembangan sumber daya manusia khususnya
mayarakat perikanan di sekitar pelabuhan yang meliputi temapat mencari nafkah bagi
nelayan sekitar, membuka usaha baik formal maupun informal bagi masyarakat dan
memungkinkan terselenggaranya komunikasi dengan daerah lain sehingga menghapus isolasi
masyarakat. Beberapa fasilitas di pelabuhan perikanan ini terbagi dalam 3 bagian yaitu :

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan perikanan, yang
menjadikan suatu lokasi sebagai pelabuhan perikanan, mulai dari dermaga, lahan, pemecah
gelombang, penahan tanah, kolam pelabuhan dan alur pelayaran.

Fasilitas Fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan


operasional di pelabuhan perikanan, tanpa adanya fasilitas fungsional kegiatan operasional
pelabuhan perikanan seperti bongkar-muat, operasi kapal-kapal nelayan, penanganan hasil
tangkapan, tidak akan berjalan.

Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain: Tempat Pelelangan Ikan, Los Bongkar, Cold Storage,
Pabrik Es, Dock/Slipway. Dan Fasilitas Penunjang merupakan fasilitas yang mendukung
kegiatan operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas tersebut antara lain: Wisma Nelayan,
Wisma Tamu, Garasi Alat Berat, Kios Nelayan, MCK. Pelayanan fasilitas merupakan bentuk
nyata dari jasa yang diberikan pelabuhan kepada konsumennya.

Sebenarnya pelabuhan Tanjung Tembaga ini memiliki 2 aktifitas ekonomi yang telah berjalan
cukup lama, diantaranya kegiatan nelayan dan kegiatan stakeholders. Kegiatan nelayan ini
berkaitan dengan pelayanan pendaratan ikan hasil tangkap, pelayanan kebutuhan bahan
bakar, dan pelayanan kebutuhan air bersih dan es. Sedangkan kegiatan stakeholders ini antara
lain mengenai pelayanan kegiatan perbengkelan kapal nelayan, pelayanan kegiatan
perdagangan ikan, pelayanan kegiatan perdagangan kebutuhan nelayan akan instrument
peralatan tangkap, dan pelayanan administrasi untuk stake holders.

Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya telah memiliki kemapanan dan jaringan-jaringan yang


telah terbentuk dengan baik. Sehingga sempat memunculkan sebuah kekhawatiran akan
menimbulkan dampak negatif bagi para penggunanya. Dampak yang muncul adalah secara
ekonomi dan sekaligus secara sosiologis.

Secara ekonomi muncul kekhawatiran akan adanya berbagai kepentingan yang dapat
menghambat transaksi dan peluang ekonomi yang kecil pada lokasi baru tersebut. Kemudian
secara sosiologis akan munculnya perpecahan hubungan antara para pengguna, antara
institusi pelabuhan dengan para pengguna, dan antara pemerintah dengan masyarakat
pengguna fasilitas pelabuhan.

Kekhawatiran-kekhawatiran seperti ini sangat wajar terjadi karena sebenarnya pembangunan


pelabuhan perikanan ini hanya bersifat rekonstruksi yaitu kelanjutan dari pembangunan yang
telah ada, namun secara fisik pembangunan tersebut adalah pembangunan yang dimulai
sebagai suatu hal yang baru. Sehingga secara sosiologis rekonstruksi sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan-kebiasaan yang dipergunakan dalam kondisi sebelumnya. Dan inilah yang harus
dipikirkan sehingga antisipasi terhadap dampak negatif dapat dilakukan secara dini.

Dari kesemuanya ini Pemerintah kota Probolinggo tidak lantas berdiam diri tetapi mulai
bergerak mencari solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Suksesnya
sebuah pembangunan tidak hanya dilihat secara fisik semata namun pembangunan secara non
fisik juga penting untuk diperhatikan.

Setelah secara fisik terpenuhi kemudian jalinan hubungan dengan berbagai pihak khususnya
masyarakat sekitar kembali dilakukan. Berbagai program-program pemberdayaan masyarakat
terus digiatkan, yang sifatnya untuk mendorong pertumbuhan usaha nelayan tradisional
sehingga dapat memanfaatkan potensi sumber daya perairan semaksimal mungkin. Seperti
yang telah dijelaskan tentang fasilitas kepelabuhan yakni pelabuhan baru khusus perikanan
mengenai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) bertujuan sebagai proses pemberdayaan masyarakat
khususnya masyarakat nelayan yang dimana sebagai pelaku kegiatan pelelangan ikan hasil
tangkap. Secara fungsional Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di pelabuhan baru ini memiliki
berbagai manfaat antara lain adalah agar para nelayan dapat mengetahui secara langsung hasil
tangkapan ikan yang mereka peroleh dengan menimbang berat ikan hasil tangkap di TPI
tanpa adanya rasa kekhawatiran akan pengurangan ikan hasil tangkapan mereka, karena di
TPI ini Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan pengawasan secara ketat pada proses
penimbangan tersebut. Kemudian juga agar nelayan dapat mengetahui secara langsung harga
ikan yang mereka peroleh sesuai dengan jenis dan kualitas ikan hasil tangkapan. Sehingga
pemerintah secara tidak langsung dapat mengontrol harga ikan dipasar. Selain itu nelayan
juga memiliki pedoman dalam memberikan harga ikan hasil tangkapan terhadap pasar.

Sosialisasi yang terarah dan intensif pun terus dilakukan untuk memberikan pemahaman
lebih kepada masyarakat akan peluang besar yang muncul dengan adanya pelabuhan
perikanan ini. Dengan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat
merupakan strategi agar suatu pembangunan dapat berjalan optimal dan mencegah terjadinya
konflik.

http://informasi-ariskemie.blogspot.com/2009/11/relokasi-pelabuhan-tanjung-tembaga.html

Anda mungkin juga menyukai