Anda di halaman 1dari 7

Nama : Amelia Indah Novita

NIM : 118300003

Prodi : Teknik Kelautan

Matkul : Pelabuhan Perikanan

1. Pelabuhan Perikanan Samudera

Pelabuhan perikanan merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang
harus menjamin keberhasilan usaha perikanan tangkap. Peran strategis ini mendorong
berkembangnya industri di pelabuhan perikanan, tidak hanya berskala lokal tetapi regional dan
internasional (Lubis 2012). Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman memiliki fasilitas
pokok, fasilitas penunjang, dan fasilitas fungsional yang sangat dibutuhkan dalam setiap aktivitas
perikanan di pelabuhan. Peran PPS Nizam Zachman sebagai salah satu pelabuhan perikanan tuna
terbesar di Indonesia dalam menunjang ketersediaan fasilitas diperlukan oleh setiap stakeholder
industri tuna.

Peran strategis dari pelabuhan perikanan diperlukan di setiap pelabuhan perikanan,


termasuk di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman. Berkembangnya industri di
suatu pelabuhan akan berdampak dalam peningkatan perekonomian di suatu wilayah (Lubis 2011).
Salah satu industri perikanan yang ada di PPS Nizam Zachman yang berperan dalam
perekonomian adalah industri perikanan tuna. Industri perikanan tuna merupakan industry skala
besar yang cukup penting untuk perekonomian di suatu daerah. Hal ini disebabkan ikan tuna
merupakan komoditas ikan ekonomis penting. Selain itu, ikan tuna juga merupakan salah satu
komoditas ekspor Indonesia.

Hal ini dibuktikan dengan hampir 80% ikan tuna yang didaratkan di PPS Nizam Zachman
untuk pasar ekspor, dan sisanya untuk pasar domestic (DJPT 2015). Data statistik PPS Nizam
Zachman tahun 2014 menyatakan sebanyak 29.267,42 ton volume distribusi produk tuna untuk
wilayah dalam negeri, dan volume ekspor ikan tuna yang bersertifikat sebanyak 2.204.822,65 ton
(DJPT 2015). PPS Nizam Zachman merupakan pelabuhan perikanan tipe A (samudera) dan salah
satu pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia. PPS Nizam Zachman memiliki fasilitas pokok,
fasilitas penunjang, dan fasilitas fungsional yang sangat dibutuhkan dalam setiap aktivitas
perikanan di pelabuhan. Ketersediaan dan kelengkapan dari fasilitas-fasilitas di PPS Nizam
Zachman dibutuhkan bagi pelaku kegiatan perikanan, baik itu nelayan, pengusaha perikanan,
hingga masyarakat sekitar. Pelabuhan perikanan sebagai tempat pendaratan ikan tuna memiliki
karakteristik yang lebih spesifik dibandingkan pelabuhan pendaratan ikan lainnya, misalnya
ukuran kapal yang besar memerlukan dermaga yang besar, kedalaman air yang sesuai dengan
ukuran kapal, dan fasilitas untuk penanganan ikan tuna (Nurani etal. 2010).

2. Pelabuhan Perikanan Nusantara

Di era pasar bebas pembangunan pelabuhan perikanan merupakan salah satu penunjang
keberhasilan dunia perikanan, untuk menjamin keberhasilan tersebut diperlukan pengevaluasian
terhadap kinerjanya. Pengevaluasi tersebut diperlukan suatu standar pengukuran kinerja yang
tepat, tidak hanya berorientasi pada sektor keuangan saja, karena kurang tepat dalam menghadapi
persaingan bisnis yang semakin ketat. Selama ini pengukuran kinerja yang digunakan pelabuhan
adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya menitikberatkan pada sektor keuangan saja.
Pengukuran kinerja dengan sistem ini menyebabkan orientasi pada keuntungan jangka pendek.

Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan kurang mampu bercerita
mengenai masa lalu pelabuhan, kurang memperhatikan sektor eksternal, serta tidak mampu
sepenuhnya menuntun pelabuhan ke arah yang lebih baik Pengukuran kinerja keuangan yang
digunakan perusahaan swasta maupun pemerintah tidak lagi memadai sehingga perlu
dikembangkan suatu konsep “Balanced Scorecard.” Konsep ini menyeimbangkan sistem
pengukuran kinerja yang tetap mempertahankan tolok ukur keuangan sebagai indikator dengan
menambahkan ukuran-ukuran dalam perspektif customer, proses internal bisnis, serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan sebagai pemicu kinerja di masa depan (Widjaja, 2009).

Pendekatan Balanced Scorecard memiliki keistimewaan dalam hal pengukuran yang


mempertimbangkan sektor keuangan maupun non keuangan, dengan tidak hanya mengukur hasil
yang telah dicapai pelabuhan melainkan juga faktor-faktor pemicu yang menyebabkan
keberhasilan tersebut terjadi. (Kaplan. dan David, 2000) Bardasarkan Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan PER.16/MEN/2006 pelabuhan dibedakan menjadi empat yaitu Pelabuhan
Perikanan Samudra (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP), Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pelabuhan Pekalongan termasuk Pelabuhan Perikanan
Nusantara adapun kegiatan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) adalah melakukan kegiatan

Wilayah geografis kota Pekalongan terletak pada posisi antara 109°37’55” sampai dengan
109°42’19” BT dan 06°50’42” sampai dengan 06°55’44” LS. Batas-batas wilayah kota
Pekalongan adalah sebagai berikut :

Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan


Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Batang
Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan

Kota Pekalongan memiliki luas wilayah 4.525 Ha atau sekitar 0,14 % dari luas wilayah
Jawa Tengah (Luas Laut Jateng 3.254 ribu Ha). Topografinya merupakan dataran rendah yang
landai dengan ketinggian rata-rata 1 meter diatas permukaan laut. Panjang garis pantai sekitar 6,15
km yang merupakan basis kegiatan perikanan (penangkapan ikan, pengolahan ikan dan budidaya
ikan) serta kegiatan konservasi dan wisata bahari. (Bappeda dan BPS Kota Pekalongan, 2007).
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan terletak sekitar 5 km sebelah utara dari pusat
kota Pekalongan, desa Panjang Wetan, desa Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan Utara,
Kotamadya Pekalongan, Jawa Tengah. Disamping itu sungai Pekalongan memiliki empat anak
sungai yaitu Sungai Ampel Gading, Sungai Sebulan, Sungai Sikenteng dan Sungai Sepucung.
Fasilitas perekonomian berperan penting dalam pelayanan ekonomi di kota Pekalongan adalah
pasar, toko, kios, swalayan, bank, badan perkreditan, koperasi, KUD dan Tempat Pelelangan Ikan
(TPI). (Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, 2007).

3. Pelabuhan Perikanan Pantai

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo terletak di kota banda Aceh. Pelabuhan ini
adalah pelabuhan perikanan tipe C. Aktivitas di Pelabuhan Lampulo sangat padat, hal ini diduga
akibat kurang memadainya fasilitas yang tersedia di pelabuhan tersebut. Tujuan dari penelitian ini
adalah menentukan proyeksi peningkatan volume produksi hasil tangkapan; menentukan proyeksi
peningkatan jumlah kapal perikanan; menentukan kebutuhan dermaga, dan kolam pelabuhan,
untuk saat ini dan kebutuhan 15 tahun kedepan. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan
Pantai Lampulo Banda Aceh. Metode yang digunakan adalah studi kasus.

Pelabuhan perikanan memiliki fungsi utama antara lain sebagai tempat bertambatlabuhnya
kapal perikanan, kegiatan pendaratan hasil tangkapan dan kegiatan pemuatan bahan kebutuhan
melaut. Fungsi pelabuhan perikanan akan terlaksana dengan baik apabila dilengkapi dengan
fasilitas pokok, yaitu dermaga dan kolam pelabuhan. Dermaga dan kolam pelabuhan merupakan
fasilitas pokok pelabuhan yang dapat mendorong fasilitas lainya untuk dikembangkan, dengan kata
lain jika fasilitas pokok berkembang maka fasilitas lainnya akan ikut berkembang. Oleh karena itu
perlu dilakukan kajian untuk mengembangkan fasilitas pokok pelabuhan perikanan. Hal ini
diharapkan dapat mengembangkan fasilitas-fasilitas lainya sehingga pelabuhan dapat menjalankan
fungsi dan peranannya dengan baik.

Kegiatan-kegiatan di pelabuhan harus pula didukung oleh prinsip-prinsip efektifitas dan


efisien pelabuhan perikanan. Efisiensi dan efektifitas pelabuhan dapat dilihat dari kecepatan
pelayanan suatu pelabuhan dalam menangani kegiatan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan
bahan kebutuhan melaut secara cepat. Dimana kapal-kapal melakukan pendaratan hasil tangkapan
dan pemuatan bahan kebutuhan melaut, kemudian berangkat lagi tanpa disertai waktu tunggu yang
lama untuk sandar pada tambatan dermaga. Fasilitas yang kurang memadai mengakibatkan
bertambahnya waktu kapal di dermaga, sehingga biaya operasional kapal yang dikeluarkan akan
bertambah besar untuk membayar waktu kerja yang tidak produktif. Selain itu kerugian yang
didapat akan semakin besar akibat kualitas hasil tangkapan yang semakin menurun (Latief 2003).

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo adalah salah satu pelabuhan perikanan terbesar
dan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap sektor perikanan tangkap di Aceh. Lokasi PPP
Lampulo berada di Utara Sumatera dengan kawasan daerah penangkapan ikan (fishing ground) di
Selat Malaka dan Samudera Hindia. Perairan ini memiliki potensi ikan pelagis besar seperti tuna
dan cakalang yang cukup potensial untuk dimanfaatkan. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi
tuna dan cakalang yang dihasilkan yaitu sebesar 17,3% atau 6.823,158 ton pada tahun 2012
dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yaitu sebesar 5.638,270 ton. Jumlah kapal di PPP
lampulo meningkat, pada tahun 2010 sebanyak 241 unit dan meningkat menjadi 307 unit pada
tahun 2012 (DKP Aceh 2012). Peningkatan volume produksi dan jumlah kapal tidak diikuti
dengan penambahan ukuran dermaga PPP Lampulo. Kondisi ini mengakibatkan adanya
permasalahan antrian kapal. Trend produksi hasil tangkapan yang cenderung meningkat
mendorong adanya peningkatan jumlah kapal. Pengamatan pada bulan Agustus September tahun
2012, memperlihatkan bahwa kondisi dermaga terlihat belum mencukupi untuk melayani kapal-
kapal yang melakukan pendaratan hasil tangkapan. Hal ini terlihat adanya antrian kapal yang
terjadi pada saat pendaratan hasil tangkapan. Pada musim penangkapan ikan, antrian kapal di PPP
Lampulo minimal mencapai 3-4 jam per kapal. Waktu tunggu tersebut telah melewati batas waktu
normal pendaratan hasil tangkapan untuk pelaksanaan pelelangan ikan; dimana biasanya lelang
dilakukan dari pukul 05:00-09:00 WIB.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Martunis (2014) yang menyatakan bahwa waktu
periode padatnya pendaratan hasil tangkapan pada musim se-dang, terjadi pada pukul 05:00-
12:00, artinya periode pendaratan hasil tangkapan sudah melampaui waktu normal serta merugikan
nelayan dalam hal biaya operasional serta kualitas hasil tangkapan yang menurun akibat antrian
yang terlalu lama. Pemerintah daerah Aceh melalui Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) saat ini
sedang mengarahkan kebijakan pada peningkatan perekonomian daerah pada sektor pangan. Salah
satu pusat penggerak roda perekonomian pada sektor pangan adalah pelabuhan perikanan.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo saat ini sedang dipersiapkan untuk menjadi salah satu
pusat perekonomian utama di Aceh. Pemerintah daerah merencanakan pengembangan fasilitas-
fasilitas PPP Lampulo dalam jangka panjang dengan proyeksi 15 tahun

Fasilitas PPP yang perlu dikembangkan adalah fasilitas pokok PPP Lampulo, karena saat
ini dirasakan masih sangat kurang memadai.Saat ini aktivitas pendaratan hasil tangkapan dan
pemuatan bahan perbekalan melaut di PPP Lampulo sangat padat. Hal ini disebabkan minimnya
ukuran dermaga dan kolam pelabuhan. Kurangnya panjang dermaga dan kolam pelabuhan
menyebabkan padatnya antrian pada aktivitas pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan
pemuatan bahan perbekalan melaut.

Menurut hasil penelitian Kandi (2005), kepadatan aktivitas pendaratan hasil tangkapan
dan pemuatan kebutuhan melaut di PPP Lampulo sudah terlihat pada tahun 2005. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan data pengamatan tahun 2005 dimana waktu tunggu kapal mencapai 1-3 jam
melebihi waktu normal. Trend unit kapal penangkapan terus meningkat sejak tahun 2005 yang
artinya tingkat aktivitas dan kepadatan pelayanan di pelabuhan semakin bertambah. Ukuran
dermaga mempengaruhi jumlah dan ukuran kapal yang bertambat di pelabuhan. Hasil
pengamatan terhadap ukuran dermaga di lapangan menunjukan ukuran dermaga PPP Lampulo
belum mencukupi kebutuhan yang ada saat ini. Ukuran panjang dermaga yang ada pada saat ini
178 m, sedangkan jumlah kapal yang terdaftar di PPP Lampulo mencapai 307 unit dengan
jumlah kapal yang melakukan operasi penangkapan sebesar 80% atau 246 unit. Kondisi ini
menyebabkan sangat padatnya kegiatan antrian kapal yang menyebabkan tertundanya proses
pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut sehingga merugikan nelayan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proyeksi peningkatan volume produksi hasil
tangkapan; menentukan proyeksi peningkatan jumlah kapal perikanan; serta menentukan
kebutuhan dermaga, dan kolam pelabuhan, untuk saat ini dan kebutuhan 15 tahun kedepan.

4. Pangkalan Pendaratan Ikan

Pelabuhan menurut Pasal 1 UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, merupakan tempat
yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik
turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.

Pangkalan pendaratan ikan adalah klasifikasi dari pelabuhan perikanan yang


diklasifikasikan sebagai Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) ditetapkan berdasarkan kriteria teknis dan operasional (KEP. 45/MEN-
KP/2014).

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.16/MEN/2006, pelabuhan


perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan,
sampai dengan pemasaran. Bentuk pelaksanaan fungsi perikanan tersebut antara lain pelayanan
sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan, pelayanan bongkar muat,
pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, data
tangkapan dan hasil perikanan, pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan,
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan, pelaksanaan kesyahbandaran,
pelaksanaan fungsi karantina ikan, publikasi hasil riset kelautan dan perikanan, pemantauan
wilayah pesisir dan wisata bahari, dan pengendalian lingkungan.

Secara makro lokasi pangkalan pendaratan ikan berada di desa Sungai Kakap Kecamatan
Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat (lihat gambar 1.1). Secara umum
letak geografis Kecamatan Sungai Kakap berada pada 0o3’48.56” LS – 109o10’35.91” BT. Luas
wilayah kecamatan sungai mencapai 2800 km2 . Berada pada elevasi 1 m dari permukaan laut,
dilintasi garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata 32oC. Kondisi tanah di Kecamatan Sungai Kakap
temasuk kedalam kategori Qa, yang berarti tanah dengan karakteristik struktur tanahnya terdiri
dari endapan aluvial, pantai, danau, rawa dan undak. Ketinggian tanah di Kecamatan Sungai Kakap
relatif rendah, berada di ketinggian ±1 m dari permukaan laut. Terdiri dari sungai dan anak sungai
serta dekat dengan muara.

Kecamatan Sungai Kakap juga berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan ±10 k m dari daratan
melewati muara. Dari hasil survey didapatkan data bahwa kedalaman dasar sungai adalah berkisar
antara -0,10 sampai -7,20 meter dari bibir sungai yang merupakan titik ±0,00. Berdasarkan data
pasang surut, didapatkan ketinggian HWS -0.50 ,MLS -169, dan LWS -289 meter dari titik ± 0,00.
Kondisi tanah dilokasi Proyek didominasi oleh lapisan tanah sangat lunak hingga lunak pada
kedalaman antara 3 hingga 12.00 meter, dan lapisan tanah teguh (Stiff layer) berada pada mulai
kedalaman antara 15.00 meter hingga 21 meter. Lapisan tanah sangat teguh hingga keras (Very
stiff to hard/dense layer) dijumpai pada kedalaman 25 hingga akhir pengeboran (31.00 meter). Site
merupakan kawasan pelabuhan perikanan Sungai Kakap yang berada di Desa Sungai Kakap,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Luas lahan adalah ±42.310 m².

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sungai Kakap terletak di salah satu muara Sungai
Kapuas, desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Pada bagian barat
berhadapan langsung dengan Laut Natuna yang panjang garis pantainya kurang lebih 194 Km.
Dalam radius jarak >12 mil terbentang perairan ZEEI dan laut lepas yang termasuk dalam Laut
Cina Selatan. Terletak pada posisi antara 107.35-108.18 BT dan 02.30-03.15 LS, dengan batas
wilayah terdiri dari Sebelah Timur berbatasan dengan rumah penduduk, Sebelah Barat berbatasan
dengan rumah penduduk, restoran dan vihara, Sebelah Selatan berbatasan dengan Muara Sungai
Kakap dan tanjung saleh, Sebelah utara berbatasan dengan pasar tradisional desa Sungai Kakap.

Anda mungkin juga menyukai