Anda di halaman 1dari 4

Nama : CHANDRA SAMBUNG PRAKOSO

NIM : 118300045
KELAS :B
MAPEL : OSEANOGRAFI FISIKA (OSFIS)

LAUT SEBAGAI "RESEVOIRE" ENERGI RAKSASA

Satu sifat laut yang lain adalah bahwa laut berfungsi sebagai "resevoire" energy raksasa. Dengan
sifat ini laut mampu menyimpan energi panas dalam jumlah besar, tanpa dibarengi dengan
kenaikan suhu yang berarti. Kemampuan menyimpan energi yang besar ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu sebagai berikut :

1. Kapasitas panas air laut yang besar


Sebagai gambaran, air laut memiliki kapasitas panas sebesar 1, yang arti fisisnya adalah
bahwa untuk menaikkan suhu air dengan berat 1 gram (volumenya ICC) sebesar 1°C
dibutuhkan kalori sebesar 1 gram kalori. Sedangkan daratan memiliki kapasitas panas
sebesar 0.2. (VON ARX, 1962). Dengan perbandingan nilai kapasitas panas ini berarti
bahwa air laut memiliki kemampuan untuk menyimpan panas sebesar 5 kali kemampuan
daratan.
2. Sifat transparan air laut
Bila sinar matahari jatuh di daratan /tanah, energi matahari hanya mampu menembus
lapisan permukaan sampai kedalaman beberapa sentimeter saja. Sebaliknya sinar
matahari yang jatuh di laut, dapat mencapai kedalaman yang besar. Ini disebabkan bahwa
air mempunyai sifat transparan terhadap sinar matahari. Tingkat transparansi air laut ini
berbeda untuk satu tempat dengan tempat lain, antara lain disebabkan perbedaan
kejernihan air laut. Di beberapa tempat sinar matahari dapat mencapai kedalaman 100
meter.
3. Adanya pergerakan air laut
Gelombang, pasang surut, arus dan proses konveksi yang terjadi di laut menyebabkan
terjadinya distribusi energi yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan daratan.
Dengan adanya proses-proses tersebut energi panas dapat terdistribusikan sampai tempat-
tempat yang jauh dan dalam. Pebedaan sifat daratan dan laut seperti tersebut di atas
mengakibatkan perbedaan perilaku dalam menerima energi panas. Daratan dengan
kapasitas panas yang kecil, kemampuan dalam menerima dan menyimpan panas relatif
terbatas. Di siang hari pada waktu terjadi radiasi matahari daratan cepat menjadi panas.
Dan di malam hari pada waktu radiasi ke angkasa terjadi, daratan cepat sekali kehabisan
energi dan menjadi dingin. Sebaliknya laut, dengan kapasitasnya yang besar pada waktu
terjadi radiasi matahari dapat menyerap energi panas dalam jumlah yang amat besar.
Energi yang besar ini dilepas kembali pada waktu bumi kekurangan energi. Dengan
demikian laut berfungsi menjaga keseimbangan suhu permukaan bumi.

Sehingga dilihat dari beberapa faktor tersebut laut sebagai wadah penyimpan energi alami
tersebsar dibumi bahkan 5 kali lebih besar dari energy yang di simpan oleh daratan.

LAUT BERFUNGSI MEMBUAT IKLIM


MENJADI NYAMAN

Faktor utama yang menentukan iklim suatu tempat adalah posisi lintang tempat tersebut. Posisi
lintang suatu tempat menentukan besar kecilnya nilai intensitas radiasi matahari yang
diterimanya. Tempat-tempat yang berada di sekitar ekuator menerima intensitas radiasi matahari
paling tinggi. Makin tinggi lintang suatu tempat (makin jauh letaknya dari ekuator), makin kecil
intensitas radiasi matahari yang diterimanya. Ini dikarenakan bahwa matahari hanya berosilasi di
sekitar ekuator saja (23,5°LU - 23,5°LS), sehingga sinar matahari jatuh di sekitar ekuator hampir
tegak lurus permukaan bumi. Sedangkan di tempat yang jauh dari ekuator sinar matahari jatuh
miring/ condong tehadap permukaan bumi (PICKARD, 1970). Besar kecilnya nilai radiasi yang
diterima suatu tempat tidak hanya berpengaruh terhadap suhu udara setempat, tetapi berpengaruh
pula terhadap parameter iklim yang lain, yakni tekanan udar, pergerakan angin dan lain
sebagainya.

Telah disinggung di atas bahwa kemampuan daratan 5 kali lebih kecil untuk menyimpan energi
panas dari pada lautan. Ketika terjadi radiasi matahari daratan cepat menjadi panas. Sebaliknya
di waktu tidak tejadi radiasi matahari, yang terjadi di malam hari atau di musim dingin, daratan
cepat menjadi dingin. Suatu wilayah yang letaknya di tengah daratan, dan jauh dari laut,
iklimnya hanya akan dipengaruhi oleh sifat daratan. Dikatakan bahwa wilayah tersebut memiliki
"iklim kontinen". Ini biasanya ditandai dengan udara yang kering, terasa panas di musim panas,
dan dimusin dingin terasa amat dingin. Sebaliknya suatu wilayah yang iklimnya dipengaruhi
oleh lautan, dikatakan memiliki "iklim marin". Ini biasanya ditandai dengan perbedaan Antara
suhu udara terpanas dan terdingin yang tidak terlalu besar, dan udara lembab. Meskipun
Indonesia memiliki iklim marin, tetapi karena letaknya di ekuator yang tidak pernah mengalami
defisit energi matahari, pengaruh laut terhadap iklim sering tidak terasakan. Tetapi bagi negara-
negara yang berada di lintang tengah dan lintang tinggi pengaruh laut terhadap iklim setempat
benar-benar terasa. Bahkan di beberapa wilayah / negara pengaruh laut ini dapat
menghindarkannya dari kejamnya musim dingin yang beku. Sebagai gambaran tentang hal ini
kita ambil contoh dua wilayah yang memiliki iklim yang berbeda. Contoh pertama Belanda,
yang memiliki iklim marin. Dan contoh ke dua Siberia, yang memiliki iklim kontinen. Kedua
wilayah ini memiliki perbedaan iklim yang sangat mencolok sebagai akibat dari perbedaan
pengaruh terhadap iklim yang dimilikinya. Belanda yang terletak di Eropa Barat dan iklimnya
banyak dipengaruhi oleh laut, di musim panas suhu udara maksimumnya rata-rata mencapai 17°
C, dan suhu terendah yang terjadi di musim dingin rata-rata mencapai 2°C. Dengan keadaan suhu
udara yang demikian dan udara yang cukup lembab menjadikan iklimnya cukup enak.
Sebaliknya Siberia yang terletak di tengah daratan, suhu udara maksimum tahunannya rata-rata
mencapai 21°C, dan suhu minimum mencapai 26°C di bawah nol. Perbedaan antara suhu
terpanas dan suhu terdingin yang teramat kontras ditambah lagi oleh keadaan udara yang kering
menjadikan iklimnya terasa berat bagi manusia untuk tinggal di sana. Perlu diketahui bahwa
udara yang melewati wilayah Siberia adalah udara kontinen yang berasal dari kutub utara. Udara
kutub ini di musim dingin benar-benar dingin dan kering (MITCHELL F & CHRISTIE, 1977).

Kedua contoh tersebut di atas hanyalah merupakan sebagian dari banyak wilayah yang memiliki
jenis iklim yang berbeda. Yang satu iklimnya dipengaruhi oleh laut dan yang satu lagi hanya
dipengaruhi oleh sifat daratan, tanpa pengaruh laut. Secara umum dapat dikatakan bahwa udara
laut dan udara darat memiliki karateristik yang berbeda. Wilayah yang berbatasan langsung
dengan laut akan terkena pengaruh udara laut. Makin jauh letak suatu wilayah dari laut (makin
masuk ke pedalaman), makin kecil pengaruh tersebut. Fenomena.
suhu darat lebih tinggi dari suhu laut. Garis isoterm yang berada di darat seolah-olah tertarik ke
arah kutub, dan garis isoterm yang berada di laut seolah-olah tertarik ke arah ekuator sedangkan
Wilayah-wilayah yang berada dekat dengan laut memiliki range suhu relatif kecil. Makin jauh
letak wilayah dari laut, makin besar harga kisaran tersebut

REFERENSI :

(MITCHELL F & CHRISTIE, 1977).


http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxii(2)15-22.pdf
(VON ARX, 1962).
(PICKARD, 1970).

Anda mungkin juga menyukai