Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PELABUHAN PERIKANAN

SARANA DAN PRASARANA DI PELABUHAN PRIGI,


TRENGGALEK

Disusun oleh:
Rahmat Parisi

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki
luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang Pantai Indonesia mencapai
95.181 km, dengan Luas Wilayah Laut 5,4 juta km², mendominasi total luas
teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km². Potensi tersebut menempatkan
Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar
termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non-hayati kelautan terbesar
(KKP, 2010).
Menurut Irpan (2013),pelabuhan perikanan adalah suatu Pelabuhan
yang secara khusus menampung kegiatan nelayan (masyarakat yang
berkecimpung dalam dunia perikana) dalam bidang produksi, pengolahan dan
pemasaran maupun distribusinya.Pelabuhan perikanan berciri-ciri khusus yaitu
memiliki fasilitas-fasilitas pokok dan fasilitas fungsional yang umum seperti
dermaga, breakwater, alur pelayaran dan gedung-gedung perkantoran,
peralatan navigasi, bengkel dan sebagainya, selan itu haruslah dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas yang wajib ada dan sangat di perlukan untuk
kelancaran aktivitas usaha perikanan seperti tempat pendaratan dan pelelangan
ikan, pabrik es dll.Fungsi lainnya adalah untuk memberikan perlindungan bagi
kapal-kapal yang berangkat maupun mendaratkan serta berlabuh,
membongkar muat hasil tangkapan, pengolahan dan pemasaran, dan yag
terpenting sebagai center dan tempat istirahat untuk para nelayan.
Adanya sarana dan prasarana pada pelabuhan perikanan tersebut bisa
membantu sebagian bahkan kemungkinan besar seluruh kegiatan masyarakat
nelayan akan dapat dititik beratkan pada hal ini dan sekaligus berdampak
positif terhadap perkembangan daerah-daerah pedalaman dalam arti arus lalu
lintas, jaring-jaring aktivitas pemasaran dan lain-lain kegiatan dari dan ke
daerah pedalaman bisa berjalan dengan lancar.
Ditinjau dari kebutuhan dalam melayani aktivitas usaha eksploitasi
sumberdaya laut dan dari segi pengembangan daerah pedalaman maka
pengadaan pembangunan pelabuhan perikanan ini sebagai suatu prasarana
atau infrastruktur adalah mutlak harus dilakukan. Bukan saja fasilitas
berbentuk bangunan fisik yang harus ada, tetapi juga fasilitas yang berupa
kewenangan untuk melaksanakan pengelolaan yang baik dan memerlukan
tanggungjawab jika berbicara mengenai pengembangan suatu perikanan
modern (Handoyo,2011).
Masih ada pendapat yang meragukan manfaat dari pengadaan
prasarana pelabuhan ini, karena hanya melihat besarnya modal yang harus
ditanam tanpa terlihat peranannya yang nyata dalam meningkatakan taraf
hidup nelayan. Akan tetapi dalam jangka waktu panjang dapatlah diharapkan
bahwa pendapatan nelayan akan meningkat sebagai hasil pengadaan
prasarana pelabuhan perikanan ini, yaitu melalui peningkatan mutu kesegaran
hasil tangkapan, kelancaran persiapan operasi penangkapan, kelancaran
pemasaran hasil tangkapan, bahkan hamper semua kegitan perikanan harus
terpusat dalam satu tempat, yakni tujuan utama di bangunnya pelabuhan
perikanan agar mempermudah dan melayani kebutuhan para nelayan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang tertera di atas kami menyertakan beberapa
masalah yang mewakili penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana sarana dan prasarana pelabuhan perikanan terutama
Pelabuhan Perigi di Trenggalek?
2. Bagaimana fungsi-fungsi fasilitas yang ada di Pelabuhan Perigi
(Trenggalek) berperan dalam kelangsungan aktivitas di Pelabuhan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan pelabuhan bagi keberlangsungan
aktivitas perikanan maupun pelayaran.
2. Untuk memberikan gambaran mengenai pengelolaan pelabuhan di
Indonesia secara umum, serta pencapaiannya.
3. Untuk memberikan solusi bagi permasalahan pengelolaan pelabuhan di
Indonesia untuk meningkatkan produktivitasnya.
4. Manfaat
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan penulis mengenai sarana dan prasarana
serta funsi fasilitas pelabuhan yang ada di Indonesia secara umum dan
khususnya Pelabuhan Perikanan Perigi di Trenggalek.
b. Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan bagi para pembaca mengenai sarana –
prasarana dan peran dari fungsi – fungsi fasilitas yang ada di Pelabuhan
Perigi, Trenggalek.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelabuhan dan Fungsi-fungsinya.


Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dan daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat
barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi.
Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara
wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan
penangkapan ikan dan dilengkapi berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan
sampai ikan didistribusikan (Juwita, 2012). Pada pokoknya fungsi
pelabuhan perikanan mencakup fasilitas-fasilitas yang dapat digolongkan
sebagai fasilitas-fasilitas dasar dan fasilitas-fasilitas fungsional.
1. Fasilitas dasar
Adalah fasilitas-fasilitas yang fungsinya sebagai pelindung bagi kapal-
kapal ketika keluar masuk pelabuhan dan saat berada di pelabuhan dengan
berbagai kegiatan yang dilakukan. Fasilitas dasar ini ada beberapa yakni
antara lain:
a. Fasilitas pelindungan di gunakan untuk melindungi kapal-kapal
terhadap gelombang, pasir limpahan sungai, pasang surut, gelombang
pasang dan sebagainya. Bentuk konstruksi, bangunan-bangunan yang
termasuk fasilitas ini adalah breakwater, sand groin, sea wall, sluices dan
sebagainya.
b. Fasilitas mooring digunakan kapal-kapal berlabuh saat mendaratkaikan,
mempersiapkan keberangkatan berlayar, atau penambatan biasa.
Termasuk fasilitas mooring antara lain adalah quays, landing places,
mooring buoys, piers, slipways dan sebagainya.
c. Fasilitas water side: areal air didalam pelabuhan bagi kepentingan
kapal-kapal membuang sauh dengan aman. Termasuk fasilitas ini adalah
anchorages, basin.

2. Fasilitas fungsional
Adalah fasilitas yang dibangun untuk keperluan kelancaran berbagai
aktivitas kerja dan pelayanan di daerah pelabuhan untuk meningkatkan -
mutu dan memanfaatkan pelabuhan. Berbagai fasilitas yang tergolong
fasilitas fungsional ini adalah:
a. Fasilitas transportasi: jalan-jalan di dalam daerah pelabuhan, jembatan,
jalan kereta api, dan sebagainya.
b. Fasilitas navigasi: alat-alat pembantu kelancaran navigasi keluar
masuk palabuhan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.
c. Fasilitas daratan: keperluan tanah atau daratan untuk segala kebutuhan
di pelabuhan.
d. Fasilitas pemeliharaan: untuk pemeliharaan kapal dan alat-alat
penangkapan. Misalnya dock yord, fishing gear repaiving yard,
bengkel mesin-mesin kapal dan lain-lain.
e. Fasilitas supply: dalam hal ini adalah supply kebutuhan air dan
minyak.
f. Fasilitas handling, preversing & processing di gunakan untuk
menangani hasil tangkapan (cacth).
g. Fasilitas komunikasi perikanan: Stasiun pengamatan cuaca, wireless
telegraph & telephone sebagainya.
h. Fasilitas kesejahteraan nelayan: antara lain adalah klinik kesehatan,
penginapan, tempat mandi, dan sebagainya.
i. Fasilitas manajemen pelabuhan: Berupa kantor-kantor, rumah jaga dan
lain-lain keperluan pengelolaan pelabuhan.
j. Fasilitas sanitasi. Untuk menjamin penyediaan air bersih, air minum
dan menjamin pencegahan air.
k. Fasilitas penanganan sisa buayan minyak. Untuk menangani sisa-sisa
minyak yang tak terpakai sehingga tidak menimbulkan bahaya polusi.
1) Syahbandar Pelabuhan Perikanan berkedudukan di pelabuhan perikanan
berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
KEP.19/MEN/2006 tentang Pengangkatan Syahbandar di Pelabuhan
Perikanan. Wilayah Kerja Syahbandar di Pelabuhan Perikanan sesuai
dengan Wilayah Kerja dan Wilayah Pengoperasian Pelabuhan Perikanan.
Syahbandar di Pelabuhan Perikanan menerbitkan SIB/SPB (Surat
Persetujuan Berlayar) bagi kapal-kapal perikanan yang berada di
Pelabuhan yang menjadi wilayah kerja dan wilayah pengoperasiannya.

2.2 Kondisi-kondisi Pelabuhan di Indonesia


Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia saat ini diatur dalam UU
Pelayaran tahun 1992 dan peraturan-peraturan pendukung lainnya. Di
Indonesia terdapat sekitar 1000 pelabuhan khusus atau pelabuhan umum
yang melayani berbagai kebutuhan suatu perusahaan saja (baik swasta
maupun milik negara dalam sejumlah industri meliputi pertambangan,
minyak dan gas, perikanan, kehutanan, dan lain sebagainya. Beberapa
dari pelabuhan tersebut hanya memiliki fasilitas yang sesuai untuk satu
atau sekelompok komoditas dan memiliki kapasitas terbatas untuk
mengakomodasi kargo. Saat ini, Pelindo -menikmati monopoli pada
pelabuhan komersial utama yang dilegislasikan serta otoritas pengaturan
terhadap pelabuhan-pelabuhan sektor swasta. Pada sebagian besar
pelabuhan utama, Pelindo bertindak sebagai operator sekaligus otoritas
pelabuhan tunggal, mendominasi penyediaan pelayanan pelabuhan utama
seperti perairan pelabuhan untuk pergerakan lalu lintas kapal, pelayaran
dan penarikan kapal (kapal tunda), fasilitas-fasilitas pelabuhan untuk
kegiatan bongkar muat, listrik, persediaan air bersih, pembuangan
sampah, layanan telepon untuk kapal, ruang lahan untuk kantor dan
kawasan industri serta pusat pelatihan dan medis pelabuhan. Legislasi
saat ini menjauhkan sektor swasta dari persaingan secara langsung
dengan Perum Pelabuhan Indonesia yang berwenang. Di dalam Perum
Pelabuhan Indonesia, pelabuhan-pelabuhan yang menguntungkan
diwajibkan memberikan subsidi kepada pelabuhan-pelabuhan yang
merugi sehingga semakin mengurangi insentif kerja. Selain itu tarif-tarif
yang berlaku di pelabuhan dikenakan secara standar dengan
pemberlakuan yang sama oleh pemerintah pusat sehingga mengurangi
persaingan. Hal ini sangat signifikan apabila dua Perum Pelabuhan
Indonesia berbagi daerah yang bersaing seperti Tanjung Emas di
Semarang dan Tanjung Perak di Surabaya, yang keduanya dijalankan
oleh Perum Pelabuhan Indonesia III.

2.3 Kinerja Pengelolaan Pelabuhan


Pengelolaan pelabuhan di Indonesia bisa dikatakan masih belum
terorganisir dengan baik. Masih banyak pengelelolaan yang kurang
professional dari para pengelola pelabuhan, dalam hal ini adalah
pemerintah. Masih banyak kekurangan yang bisa diidentifikasi oleh
para stakeholders di bidang pelabuhan ini. Di samping itu ada masalah
yang tak baru lagi dalam pengelolaan pelabuhan dari tahun ke tahun,
masalah itu antara lain:
1. Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia;
2. Lamanya pengurusan kepabeanan di Indonesia;
3. Fasilitas pelabuhan yang berkualitas buruk;
4. Lamanya waktu tunggu di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia;
5. Kedalaman pelabuhan di Indonesia yang tidak memenuhi syarat.
Faktanya masih banyak masalah yang dapat diidentifikasi dari
pengelolaan pelabuhan. Tetapi 5 masalah – masalah yang ada di atas
merupakan masalah – masalah umum yang sering terjadi dalam hal
pengelolaan pelabuhan di Indonesia. Para pengusaha selaku pihak yang
paling sering memanfaatkan jasa pelabuhan ini pun kerap kali mengeluh-
mengenai buruknya sarana dan prasarana dari pelabuhan – pelabuhan di
Indonesia. Fasilitas – fasilitas pelabuhan di Indonesia banyak yang sudah
tua dan juga kurang berfungsi dengan baik karena tidak
di maintain dengan baik. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi
operasional dan citra pelabuhan di Indonesia.
Salah fasilitas pelabuhan Indonesia yang kurang memadai adalah
kedalaman pelabuhan atau deep see port yang ada di Indonesia. Sebagian
besar pelabuhan di Indonesia tidak bisa menjaga tingkat kedalaman
lautnya sampai 14meter atau lebih sehingga tidak dapat memenuhi
kriteria deep sea port. Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia hanya
menjadi pengumpan bagi pelabuhan milik beberapa negara tetangga.
Masalah lain yang kerap muncul dalam hal pengelolaan pelabuhan
di Indonesia adalah lamanya waktu kepngerusan kepabeanan di Indonesia.
Hal ini menyebabkan rendahnya minat para investor yang sebagian besar
aktivitasnya berhubungan dengan pelabuhan untuk masuk ke Indonesia.
Mereka enggan untuk berurusan dengan birokrasi Indonesia yang sangat
berbelit – belit. Alasan lainnya ialah karena mereka sadar, dengan
birokrasi yang semakin berbelit – belit, hal itu akan mempengaruhi
stabilitas dari produk mereka. Karena mereka mau tidak mau mereka pasti
akan memperhitungkan biaya – biaya birokrasi Indonesia kedalam produk
mereka, yang sudah pasti merupakan sebuah pemborosan dan tidak
menambah nilai apa – apa kepada produk yang mereka jual.
Masalah – masalah diatas menyebabkan pengelolaan pelabuhan
menjadi tidak efektif. Hal ini berujung pada lamanya waktu tunggu bagi
kapal – kapal untuk bersandar di pelabuhan – pelabuhan yang ada di
Indonesia. Pemerintah saat ini dituntut untuk segera memperbaiki masalah
ini. Karena pelabuhan mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting
dalam pergerakan dan pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Selain pengelolaan pelabuhan yang masih carut marut, adanya
pembangunan pelabuhan ini membawa dampak bagi kehidupan di
sekitarnya. Dalam penulisan selanjutnya akan dipaparkan mengenai
dampak pembangunan pelabuhan terhadap kehidupan di sekitar pelabuhan
terkait aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

2.4 Peningkatan Cara Kerja Pelabuhan


Untuk meningkatkan kinerja dari pelabuhan, pemerintah sangat
perlu mengambil langkah nyata dan sesegera mungkin dalam hal
penyelesaian masalah – masalah yang dihadapi oleh pelabuhan, khususnya
pelabuhan perikan di Indonesia.
Gambar 2.1 Pelabuhan kapal.

Ada beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk


menyelesaikan permasalahan ini. Namun sebelumnya kita harus
menentukan terlebih dahulu prioritas pengembangan peabuhan yang ada
sekarang ini. Dari semua masalah yang telah disebutkan diatas, masalah
yang paling penting untuk diselesaikan terlebih dahulu adalah perbaikan
fasilitas yang ada pada pelabuhan. Langkah pertama ialah merevitalisasi
pelabuhan – pelabuhan utama di Indonesia. Sedikitnya, pemerintah harus
serius mengembangkan 10 pelabuhan utama seperti Belawan, Tanjung
Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Bitung, Pontianak, dan beberapa-
pelabuhan yang memiliki posisi strategis. Dengan kedalaman kolam hanya
sekitar 13,5 meter, Pelabuhan Tanjung Priok hanya mampu disandari
kapal-kapal kecil-menengah. Kapal-kapal itu umumnya merupakan kapal
feeder dari pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Hong Kong. Selama ini,
80-90% kegiatan ekspor-impor Indonesia harus melalui pelabuhan di
negara lain.
Dengan perbaikan fasilitas – fasilitas pada 10 pelabuhan utama
tersebut, diharapkan potensi ekonomi dari pelabuhan Indonesia tidak
“menguap” ke Negara – Negara tetangga lainnya. Tentu hal ini perlu
didukung dengan modal yang besar. Untuk mengembangkan pelabuhan
Tanjung Priok, sebagai pengelola, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II
mengaku membutuhkan investasi sekitar Rp 22 triliun. Dana sebesar itu
dibutuhkan untuk memperlebar terminal yang akan dilakukan dalam tiga
tahap. Namun nilai investasi itu terbilang kecil dibanding manfaat yang
bakal diperoleh ke depan. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang defisit
neraca pembayaran Indonesia dari sektor pelayaran yang mencapai US$ 13
miliar per tahun. Dalam hal perbaikan fasilitas pelabuhan, dal hal ini
kolam pelabuhan, para pengusaha pelayaran mengusulkan kepada
pemerintah agar memperdalam kolam pelabuhan di Indonesia hingga 16
meter. Dengan demikian, pelabuhan ini mampu menampung kapal-kapal
bermuatan 6.000 TEUs. Dengan adanya perbaikan kolam pelabuhan
tersebut, para pengusaha yakin jika pengelola pelabuhan dapat
meningkatkan produktivitas bongkar muat menjadi 20-25 boks container
per jam per crane.
Jika perbaikan (kolam pelabuhan) dapat dilaksankan merata
setidaknya pada 10 pelabuhan utama di Indonesia, dapat dipastikan
produktivitas pelabuhan Indonesia juga akan meningkat. Masalah lain
yang perlu untuk ditangani secara serius adalah lamanya kepengurusan
kepabeanan di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia. Indonesia memang
identik dengan birokrasinya yang berbelit – belit, yang membuka peluang
untuk praktek – praktek yang tidak etis seperti korupsi. Hal – hal ini
sungguh telah mengurangi nilai tambah bagi pelabuhan – pelabuhan di
Indonesia. Dengan adanya hal ini, para pengusaha (terutama investor
asing) lebih memilih untuk menjadikan pelabuhan di Indonesia sebagai
tempat untuk kapal – kapal feeder mereka. Mereka lebih memilih untuk-
menempatkan kapal utamanya di pelabuhan – pelabuhan di negara –
negara seperti Singapura dan Malysia karena kepengurusan administrasi
disana jauh lebih efisien dan efektif. Sudah saatnya Indonesia
memanfaatkan potensi ekonomi yang seharusnya menjadi miliknya
tersebut.
Langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini
adalah dengan merubah system administrasi pada pelabuhan di Indonesia.
Pelabuhan – pelabuhan di Indonesia memiliki kinerja yang lambat dari
segi administrasi karena terlalu banyak berkas – berkas dan juga birokrat
yang harus dilewati sebelum sistem dijalankan.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan melengkapi pelabuhan –
pelab uhan di Indonesia dengan sistem informasi yang memadai.
Kemudian perlu dilakukan evaluasi terhadap proporsionalitas dari
managamen di pelabuhan. Jika kita ingin mempercepat jalannya suatu
sistem, salah satu caranya ialah menyederhanakan proses dari sitem
tersebut tanpa mengesampingkan esensinya. Oleh karena itu praktek –
praktek birokratif harus segera dihilangkan guna meningkatkan kinerja
pelabuhan dari segi pengelolaan waktu. Tetapi hal yang paling penting
untuk diperhatikan adalah pengembangan sumber daya manusia di
pelabuhan – pelabuhan di Indonesia. Hal ini penting karena, jangan sampai
perampingan angkatan kerja pada pelabuhan justru menurunkan tingkat
produktivitas dari pelabuhan itu sendiri. Maka dari itu diperlukan tenaga –
tenaga kerja yang terampil, dalam jumlah yang pas, untuk melaksanakan
fungsi dan tugas dari pengelolaan pelabuhan. Tentu saja pengembangan
keterampilan dalam hal penggunaan teknologi berbasis informasi dan juga
yang sifatnya teknikal merupakan prioritas. Karena hal inilah yang mampu
mendorong produktivitas. Selain itu diperlukan pengukuran yang presisi
terhadap tiap strategi yang di terapkan. Agar modal yang besar yang
digunakan untuk membangun pelabuhan dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Penerapan dari semua strategi yang telah disepakati dan
diterapkan. Karena pada umumnya meskipun telah dirumuskan dengan
sangat baik, tiap strategi yang ada menjadi kacau saat diimplementasikan-
karena kurangnya koordinasi. Diharapkan pemerintah dapat menjalankan
peran ini dengan baik, bukan malah semakin memperburuknya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas tentang Sarana dan Prasarana di Pelabuhan
Prigi, Trenggalek dapat di simpulkan sebagai berikut:
a. Tingkat pemanfaatan sarana prasarana di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Prigi umumnya sudah cukup maksimal dalam menunjang aktivitas
di pelabuhan hanya saja kebutuhan akan es balok belom bisa mencukupi
kebutuhan semua nelayan.
b. Sarana Prasarana yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara terbagi
dalam tiga fasilitas yaitu :
Fasilitas pokok yaitu fasilitas yang merupakan sarana utama adalah
penyelenggaraan dan operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara
Prigi. Adapun fasilitas pokok terdiri dari kolam pelabuhan, dermaga,
breakwater, revetment dan jalan komplek
Fasilitas Fungsional yaitu fasilitas yang difungsikan dalam
penyelenggaraan operasional pelabuhan. Adapun fasilitas fungsional
terdiri dari kantor PPN Prigi, gedung TPI, bengkel, lampu navigasi,
BBM, pos satpam, pos terpadu, dan pos jaga.

4.2 Saran
Dari makalah ini ada beberapa hal yang perlu di kritisi antara lain:
a. Perlu adanya pengembangan teknologi sarana prasarana di bidang
perikanan dan penambahan kapasitas produksi sarana prasarana
sehingga dapat lebih meningkatkan tingkat pemanfaatan sarana
prasarana tersebut dan dapat menjangkau mencukupi semua kebutuhan
nelayan.
b. Mengingat sangat pentingnya akan manfaat sarana dan prasarana dari
pelabuhan. Sangat diharapkan para nelayan , masyarakat umum dan
pihak instansi terkait yang ada di wilayah PPN Prigi dapat menjaga
sarana dan prasarana tersebut dengan baik.
Faktor kepelabuhanan perikanan, yang mempengaruhi produksi:

(1) Kondisi, jumlah, dan jenis fasilitas yang ada. (2) Kemampuan pengelolaan pelabuhan perikanan, yaitu: pelabuhan
perikanan (Perum, UPT); tempat pelelangan ikan (TPI); fasilitas komersial dan non komersial; serta kebijakan. (3)
Pengelolaan unit-unit kegiatan dan transportasi. (4) Organisasi dan penunjang lainnya seperti perbankan, serta asosiasi
buruh dan nahkoda. 3) Faktor penangkapan ikan, yang mempengaruhi produksi: (1) Kondisi kenelayanan atau usaha
penangkapan ikan; (2) Kondisi armada (unit penangkapan); (3) Kondisi alam perairan; (4) Kemampuan pengelolaan
operasi penangkapan: nelayan dan pengusaha atau perusahaan. 4) Persaingan antar pelabuhan perikanan (1) Harga yang
lebih tinggi; (2) Pelayanan pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan; (3) Kebutuhan jenis ikan tertentu di
suatu pelabuhan perikanan; (4) Fasilitas yang lebih baik dan lengkap; (5) Keterkaitan hubungan dengan pemilik modal.
5) Kebijakan pemerintah tentang: (1) Peraturan sumber daya ikan; (2) Peraturan penangkapan; (3) Lain-lainnya: fasilitas
pelabuhan perikanan, harga ikan, pengolahan pelabuhan perikanan dan TPI. Menurut Lubis et al. (2010), usaha-usaha
pengolahan/industri perikanan akan kekurangan bahan baku ikan bila produksi sedikit atau volume produksi yang
didaratkan belum mencapai target klasifikasi pelabuhan, sehingga usahausaha pengolahan/industri perikanan harus
mencari ikan ke tempat lain di luar PP/PPI tersebut. Oleh karena itu pihak pengelola pelabuhan harus dapat
menyediakan produksi ikan secara kontinyu untuk menarik masyarakat perikanan dalam memanfaatkan pelabuhan.
Sebaliknya apabila produksi banyak/melimpah.

Anda mungkin juga menyukai