Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang,
yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal
dapat bertambat untuk bongkar muat barang, gudang laut dan tempat-tempat
penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang di
mana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama
menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi
dengan jalan kereta api dan atau jalan raya. Pelabuhan merupakan suatu pintu
gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atiau negara dan sebagai prasarana
penghubung antar daerah, antar pulau atau babkan antar negara, benua dan
bangsa. Dengan fungsinya tersebut maka pembangunan pelabuhan harus dapat
dipertanggung iawabkan baik secara sosial ekonomis maupun teknis (Triatmodjo,
2010)
Pelabuhan Perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan
kegiatan usaha di luat dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdaya
guna tinggi. Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan
pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Pelabuhan perikanan
merupakan basis utama dalam kegiatan industri perikanan tangkap yang harus
dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan tangkap di laut. Pelabuhan
perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut
dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi. Aktivitas unit
penangkapan ikan di laut harus keberangkatannya dari pelabuhan dengan bahan
bakar, makanan, es, dan lain-lain secukupnya. Informasi tentang data harga dan
kebutuhan ikan di pelabuhan perlu dikomunikasikan dengan cepat dari pelabuhan
ke kapal di laut. 
Kelas pelabuhan perikanan diurutkan menjadi empat status berdasarkan
kriteria teknis dan operasionalnya (KKP, 2012): Tipe A disebut Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPS); Tipe B disebut Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN);
Tipe C disebut Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP); Tipe D disebut Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI). Indonesia memiliki 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP) dengan jumlah total pelabuhan perikanan sebanyak 1139 unit (KKP, 2014).
Pelabuhan perikanan yang berstatus sebagai PPS berdasarkan jumlah total
seluruh pelabuhan perikanan di Indonesia hanya sebanyak 6 unit, sedangkan 9
unit pelabuhan perikanan lainnya direncanakan akan berstatus sebagai PPS
dalam kurun waktu 10-20 tahun kedepan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pelabuhan Perikanan


Menurut Lubis dalam Wahyudi et al., (2017), pelabuhan perikanan adalah
suatu perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang digunakan sebagai
pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas
sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan
merupakan tempat bertemunya seluruh pelaku industri perikanan dari mulai pra
produksi hingga pengolahan. Kondisi pelabuhan perikanan di Indonesia selama ini
masih dipandang kurang baik karena kekotoran dan kekumuhan masih terlihat di
area sekitar pelabuhan. Kondisi yang kurang baik pada pelabuhan perikanan
sebaiknya dilakukan pengelolaan. Pengelolaan dapat dilakukan dengan
memperhatikan kelengkapan fasilitas dan pengelolaan lingkungan pelabuhan
perikanan.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 08 Tahun 2012 Pasal 1 Tentang Kepelabuhanan Perikanan, pelabuhan
perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan untuk
bersandar, berlabuh, dan bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
Kepelabuhanan perikanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan dalam menunjang kelancaran,
keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal perikanan, keamanan dan
keselamatan operasional kapal perikanan, serta merupakan pusat pertumbuhan
perekonomian nasional dan daerah yang terkait dengan kegiatan perikanan
dengan tetap mempertimbangkan tata ruang wilayah. Tatanan kepelabuhanan
perikanan adalah suatu sistem kepelabuhanan perikanan yang memuat fungsi,
fasilitasi, dan klasifikasi pelabuhan perikanan, serta rencana induk pelabuhan
perikanan nasional. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
yang selanjutnya disingkat WPP-NRI, adalah wilayah pengelolaan perikanan
untuk kegiatan kapal perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan
kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Penyelenggara pelabuhan perikanan adalah Direktur Jenderal, gubernur,
bupati/walikota atau swasta.

2.2. Peranan Pelabuhan Perikanan


Pembangunan pelabuhan perikanan mempunyai peranan penting dalam
upaya untuk membangun masyarakat perikanan di sekitar pelabuhan. Adanya
pelabuhan perikanan di suatu daerah diharapkan mampu mewujudkan daerah
tersebut berpotensi unggul dalam sektor perikanan dan industri terkait, sehingga
mampu meningkatkan perekonomian atau pendapatan daerah kawasan tersebut.
Pelabuhan Prigi sebagaimana pelabuhan perikanan lainnya mempunyai peranan
penting yang meliputi 3 (tiga) aspek, yaitu penunjang pembangunan dan
pengembangan ekonomi nasional maupun regional, menunjang pembangunan
dan pengembangan industri baik hulu maupun hilir, membangun masyarakat
(perikanan) di sekitar pelabuhan perikanan sehingga menjadi lebih kreatif dan
dinamis. Pengembangan sektor perikanan perlu diarahkan untuk dapat
meningkatkan peran dalam menciptakan keterkaitan yang kuat dengan sektor
yang lain baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang melalui peningkatan nilai
tambah, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan. Pengembangan pelabuhan
perikanan diharapkan mampu meningkatkan peranannya dalam menciptakan
keterkaitan dengan sektor yang lain antara lain melalui peningkatan nilai tambah,
penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan, yang pada akhirnya
menumbuhkan kegiatan perekonomian.
Pelabuhan perikanan mempunyai peran yang sangat penting terhadap
perikanan laut, karena merupakan center perekonomian mulai saat ikan
didaratkan pasca penangkapan dari daerah penangkapan ikan sampai awal ikan
dipasarkan di pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan sebagai pusat ekonomi
perikanan merupakan salah satu komponen penting dalam sistem perikanan
tangkap yang perlu dimanfaatkan, diorganisisr dan dikelola dengan baik. Kinerja
pelabuhan mencakup banyak aspek diantaranya terkait dengan aspek pihak
pengelola pelabuhan, pelayanan dan fasilitas (Ikhsan et al., 2017).
Pelabuhan perikanan merupakan salah satu peran penting dalam
peningkatan infrastruktur perikanan serta merupakan bagian dari sistem perikanan
tangkap. Pelabuhan perikanan selaku instansi publik yang bertujuan memberikan
pelayanan terbaik dalam pemenuhan kepentingan masyarakat perikanan,
terutama nelayan sebagai salah satu elemen yang memiliki peran dominan dalam
menggerakan kegiatan perikanan. Pelabuhan perikanan bukan hanya
menyediakan fasilitas untuk aktivitas pendaratan, maupun pengolahan
perindustrian hasil tangkapan juga memberikan pelayanan yang optimal terhadap
penggunaan pelabuhan perikanan khususnya nelayan sebagai pengguna fasilitas
yang tersedia sesuai dengan fungsinya (Alfiana et al., 2018).

2.3. Fungsi Pelabuhan Perikanan


Menurut Tambunan dalam Bismuttantya et al., (2016), menjelaskan bahwa
fungsi pelabuhan perikanan adalah sebagai pusat pengembangan masyarakat
nelayan serta agribisnis perikanan, tempat berlabuhnya kapal perikanan, tempat
pendaratan ikan hasil tangkapan, sebagai pusat untuk memperlancar kegiatan
dan perbaikan kapal perikanan, pusat pelaksanaan pembinaan dan pengendalian
mutu hasil perikanan serta pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan, pusat
pengembangan industri dan pelayanan ekspor perikanan, serta pusat penyuluhan
dan pengumpulan data. Fungsi tersebut meliputi seluruh kebutuhan industri
perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan juga meliputi fungsi untuk pemerintah
melayani kebutuhan masyarakat yang menyangkut bidang perikanan. Pelabuhan
perikanan selain berfungsi dalam kegiatan industri perikanan juga memiliki fungsi
dalam penyedia jasa pendukung industri perikanan. Contoh dari fungsi jasa antara
lain perbaikan kapal dan pengisian bahan bakar.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 08 Tahun 2012 pasal 4 ayat 2 Tentang Kepelabuhanan Perikanan,
mengatakan bahwa fungsi pelabuhan perikanan sebagai berikut: Fungsi
pemerintahan pada pelabuhan perikanan merupakan fungsi untuk melaksanakan
pengaturan, pembinaan, pengendalian, pengawasan, serta keamanan dan
keselamatan operasional kapal perikanan di pelabuhan perikanan.
1) Fungsi pemerintahan meliputi:
a. Pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan.
b. Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan.
c. Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
nelayan.
d. Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan.
e. Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan.
f. Pelaksanaan kesyahbandaran.
g. Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan.
h. Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal
pengawas kapal perikanan.
i. Tempat publikasi hasil penelitian kelautan dan perikanan.
j. Pemantauan wilayah pesisir.
k. Pengendalian lingkungan.
l. Kepabeanan dan
m. Keimigrasian.
Fungsi pengusahaan pada pelabuhan perikanan merupakan fungsi untuk
melaksanakan pengusahaan berupa penyediaan dan pelayanan jasa kapal
perikanan dan jasa terkait di pelabuhan perikanan.
2) Fungsi pengusahaan meliputi:
a. Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan.
b. Pelayanan bongkar muat ikan.
c. Pelayanan pengolahan hasil perikanan.
d. Pemasaran dan distribusi ikan.
e. Pemanfaatan fasilitas dan lahan di pelabuhan perikanan.
f. Pelayanan perbaikan dan pemeliharaan kapal perikanan.
g. Pelayanan logistik dan perbekalan kapal perikanan.
h. Wisata bahari dan
i. Penyediaan atau pelayanan jasa lainnya sesuai dengan peraturan
perundang undangan.
Menurut Lubis (2002), fungsi pelabuhan perikanan dapat dikelompokan
berdasarkan pendekatan kepentingan sebagai berikut:
1) Fungsi maritim
Pelabuhan perikanan mempunyai aktivitas-aktivitas yang bersifat
kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau
pemilik kapal, antara laut dan daratan untuk semua aktivitasnya.
2) Fungsi komersial
Fungsi ini timbul karena pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat aal
untuk mempersiapkan pendistribusian produksi perikanan dengan
melakukan transaksi pelelangan ikan. Proses pendistribusian ini dapat
dilakukan dengan cara ikan yang telah didaratkan dibawa ke gedung
pelelangan ikan untuk dicatat jumlah dan jenisnya. Setelah itu ikan disortir
dan diletakan di keranjang untuk dilakukan pelelangan ikan dan dicatat
transaksinya. Pedangan atau bakul ikan mengambil ikan yang telah
dilelang.
3) Fungsi jasa
Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan
hingga ikan didistribusikan seperti penyedian alat-alat pengangkat ikan,
keranjang, penyedian bahan bakar, air bersir, es, jasa mengenai mutu ikan,
keamanan pelabuhan serta pemeliharaan kapal dan pelabuhan.

Menurut Murdiyanto (2004), pelabuhan perikanan mempunyai fungsi yang


bersifat umum (General function) dan fungsi khusus (special function). Fungsi
umum merupakan fungsi yang terdapat pula pada pelabuhan lain (pelabuhan
umum atau pelabuhan niaga). Fungsi khusus adalah fungsi yang berkaitan
dengan masalah perikanan yang memerlukan pelayanan khusus pula yang belum
terlayani oleh adanya berbagai fasilitas fungsi umum. Adapun fungsi khusus yaitu:
1. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan;
2. Tempat pelelangan ikan;
3. Tempat memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan;
4. Pust pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan;
5. Tempat pengembangan masyarakat nelayan; dan
6. Pusat pembinaan mutu hasil periknanan.

2.3. Fasilitas Pelabuhan Perikanan


Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 08 Tahun 2012 Pasal 4 Ayat 1-5 Tentang Kepelabuhanan Perikanan,
dalam rangka menunjang fungsi pelabuhan perikanan, setiap pelabuhan
perikanan memiliki fasilitas yang terdiri dari:
1. Fasilitas pokok pelabuhan perikanan dapat terdiri atas:
a. Penahan gelombang (breakwater), turap (revetment), dan groin;
b. Dermaga;
c. Jetty;
d. Kolam pelabuhan;
e. Alur pelayaran;
f. Jalan komplek dan drainase; dan
g. Lahan.
2. Fasilitas fungsional pelabuhan perikanan dapat terdiri atas:
a. Tempat Pemasaran Ikan (TPI);
b. Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, radio
komunikasi, rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas;
c. Air bersih, instalasi Bahan Bakar Minyak (BBM), es, dan instalasi listrik;
d. Tempat pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti
dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jaring;
e. Tempat penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit
sheed dan laboratorium pembinaan mutu;
f. Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan, pos pelayanan
terpadu, dan perbankan;
g. Transportasi seperti alat-alat angkut ikan;
h. Kebersihan dan pengolahan limbah seperti Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), Tempat Pembuangan Sementara (TPS); dan
i. Pengamanan kawasan seperti pagar kawasan.
3. Fasilitas penunjang dapat terdiri atas:
a. Balai pertemuan nelayan;
b. Mess operator;
c. Wisma nelayan;
d. Fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan Mandi Cuci
Kakus (MCK);
e. Pertokoan; dan
f. Pos jaga.
4. Fasilitas yang harus ada pada pelabuhan perikanan meliputi:
a. Fasilitas pokok terdiri dari lahan, dermaga, kolam pelabuhan, jalan
komplek dan drainase;
b. Fasilitas fungsional terdiri dari kantor administrasi pelabuhan, Tempat
Pelelangan Ikan (TPI), suplai air bersih, dan instalasi listrik, gedung-
gedung pemasaran; dan
c. Fasilitas penunjang terdiri dari pos jaga dan Mandi Cuci Kakus (MCK).
Menurut Lubis (2012), fasilitas-fasilitas yang terdapat pada pelabuhan
perikanan dikelompokkan menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas
penunjang, yaitu:
1. Fasilitas pokok
a) Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat
labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan, serta tempat
mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut.
b) Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya
kapal-kapal yang akan bersandar di dermaga.
c) Alat bantu navigasi
Alat bantu navigasi adalah alat bantu yang berfungsi untuk memberikan
peringatan terhadap bahaya yang tersembunyi.
d) Breakwater atau pemecah gelombang
Breakwater adalah struktur bangunan kelautan yang berfungsi untuk
melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh
gelombang laut.
2. Fasilitas fungsional
a) Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu:
 Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
 Tempat penjemuran ikan dan gedung pengolahan;
 Tempat perbaikan alat tangkap;
 Pabrik es;
 Gudang es;
 Refrigerasi, seperti cool room, cold storage; dan
 Gedung-gedung pemasaran.
b) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat penangkap ikan,
yaitu:
 Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan;
 Ruangan mesin;
 Tempat penjemuran alat penangkap ikan;
 Bengkel;
 Slipways;
 Gudang jaring: tempat untuk penyimpanan jaring; dan
 Vessel lift (fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke
lapangan perbaikan kapal).
c) Fasilitas perbekalan: tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar.
d) Fasilitas komunikasi: stasiun jaringan telepon, radio SSB.
Menurut Murdiyanto (2003), pelabuhan perikanan memiliki berbagai fungsi
yaitu:
1. Fasilitas pokok (basic facilities)
Fasilitas pokok pelabuhan terdiri atas: fasilitas perlindungan (protective
facilities), fasilitas tambat (mooring facilities), dan fasilitas perairan
pelabuhan (water side facilities).
2. Fasilitas fungsional (functional facilities)
Fasilitas fungsional terdiri atas berbagai fasilitas untuk melayani bebagai
kebutuhan lainnya di area pelabuhan tersebut seperti bantuan navigasi,
layanan transportasi, layanan suplai kebutuhan bahan bakar minyak dan
pelumas, tempat penanganan dan pengolahan ikan, fasilitas darat untuk
perbaikan jaring, perbengkelan untuk perbaikan dan pemeliharaan kapal,
layanan kebutuhan air bersih dan perbekalan melaut dan lain sebagainya.

2.5. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan


Pelabuhan perikanan merupakan tempat terdiri dari perairan dan daratan
memiliki batas tertentu untuk aktivitas perikanan. Pelabuhan perikanana memiliki 4
tipe kelas yaitu pelabuhan perikanan tipe A disebut juga Pelabuhan Perikanan
Samudra (PPS), Pelabuhan perikanan Nusantara disebut juga (PPN), Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pengklasifikasian
pelabuhan perikanan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu luas lahan,
letak, jenis kontruksi bangunan, jenis alat tangkap, daerah penangkpan ikan, dan
distribusi tujuan ikan hasil tangkapan. Pelabuhan perikanan memiliki dua fungsi
yaitu fungsi pemerintahan untuk mengatur, membina, mengendalikan keamanan
dan keselamatan operasional kapal perikanan, dan fungsi pengusahaan sebagai
bisnis perikanan (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor Per.08/Men/2012).
Berdasarkan klasifikasi besar-kecil skala usahanya palabuhan perikanan
dibedakan menjadi tiga tipe pelabuhan.
1. Pelabuhan Perikanan tipe A (Pelabuhan perikanan Pantai)
Pelabuhan perikanan tipe ini adalah pelabuhan hal perikanan yang
diperuntukkan terutama bagi kapal-kapal perikanan yang beroperasi di
perairan Pantai yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan jarak
jauh sampai ke perairan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) dan
perairan internasional, mempunyai perlengkapan untuk menangani
(handling) dan mengolah sumberdaya ikan sesuai dengan kapasitasnya
yaitu jumlah hasil Ikan yang didaratkan. Adapun jumlah ikan yang didaratkan

2. Pelabuhan perikanan tipe B (Pelabuhan Perikanan Nusantara)


Termasuk dalam klasifikasi ini adalah pelabuhan perikanan yang
diperuntukkan terutama bagi kapal-kapal perikanan yang beroperasi di
perairan Nusantara yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan
jarak sedang sampai ke perairan ZEEl, mempunyai perlengkapan untuk
menangani dan mengolah ikan sesuai dengan kapasitasnya yaitu jumlah
ikan yang didaratkan.

3. Pelabuhan tipe c (Pelabuhan Perikanan Pantai).


Termasuk dalam klasifikasi ini adalah pelabuhan perikanan yang
diperintukkan terutama bagi kapal-kapal perkanan yang beroperasi di
perairan pantai, mempunyai perlengkapan untuk menangani dan atau
mengolah ikan sesuai dengan kapasitasnya yaitu minimum sebanyak 20 ton
per hari atau 7:300 ton per tahun untuk pemasaran di daerah sekitarnya atau
untuk dikumpulkan dan dikirimkan ke pelabuhan perikanan yang lebih besar
(Murdiyanto, 2002).
Pelabuhan perikanan juga diklasifiksikan menurut letak dan jenis usaha
perikanannnya. Bila dilihat dari banyaknya parameter yang ada, klasfikasi dapat
dipengaruhi faktor faktor sebagai berikut
a. Luas lahan, letak, dan jenis kontruksi bangunan
b. Jenis alat tangkap yang menyertai kapal- kapal
c. Daerah penangkapan
d. Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan

Pelabuhan perikanan berdasarkan jenis dan skala usaha perikanan


dijelaskan sebagai berikut:
a. Pelabuhan perikanan berskala besar atau perikanan laut dalam, yaitu
pelanuhan untuk perikanan industri atau bersandarnya kapal kapal
penangkapan berukuran besar dengan ukuran panjang antara 40-120 meter;
berat lebih dari 50GT.
b. Pelabuhan berskala menengah yaitu pelabuhan untuk perikanan semi
industri atau tempat berlabuh dan bertambatnya kapal kapal penangkapan
ikan berukuran antara 15-50GT
c. Pelabuhan perikanan berskal kecil atau perikanan pantai yaitu pelabuhan
untuk perikanan kecil atau perikanan tradisional atau tempat berlabuh dan
bertambatnya kapal kapal penangkapan ukuran kurang dari 15 GT

Pelabuhan perikanan menurut daerah operasi penangkapan dibagi menjadi


a. Pelabuhan laut lepas, yaitu pelabuhan tempat berlabuh atau bersandarnya
kapal kapal ikan yang melakukan penangkapan di laut lepas atau perairan
ZEEI
b. Pelabuhan perikanan lepas pantai, yiatu pelabuhan tempat berlabuh atau
bersandarnya kapal kapal ikan yang melalukan penangkapan di laut lepas
atau perairan nusantara.
c. Pelabuhan perikanan pantai, pelabuhan tempat berlabuh atau bersandarnya
kapal kapal ikan yang melalukan penangkapan di laut lepas atau perairan
pantai (lubis, 2012).

2.4. Tempat Pelelangan Ikan


Pelelangan ikan merupakan suatu kegiatan dimana penjual dan
pembeli bertemu dalam satu tempat (TPI), didalamnya terjadi proses tawar
menawar harga ikan sehingga diperoleh harga yang mereka sepakati bersama.
Kelembagaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan kelembagaan ekonomi
yang bergerak pada sektor pemasaran hasil tangkapan nelayan. TPI juga
seharusnya dapat memberikan perlindungan bagi nelayan dalam hal permainan
harga yang bisa dilakukan para pedagang. Keuntungan lain yang dapat
diperoleh nelayan dengan keberadaan TPI adalah dengan pengarahan yang
diberikan TPI melalui kewajiban simpanan untuk setiap penjualan yang dilakukan.
TPI sebagai lembaga penyelenggara pelelangan, juga memiliki fungsi menjaga
harga stabilitas harga ikan (Aji et al., 2016).
Menurut Hernawati et al. (2018), tempat pemasaran ikan disediakan oleh
pemerintah untuk membantu nelayan dalam memasarkan hasil tangkapannya.
Tempat Pelelangan Ikan merupakan tempat transaksi jual beli sehingga harga
ikan menjadi lebih tinggi dan stabil serta memberikan keuntungan bagi nelayan.
Kegiatan ekonomi perikanan ini dapat meningkatkan pendapatan nelayan.
Kegiatan ekonomi perikanan ini juga dapat meningkatkan produksi ikan secara
kuantitas, serta memperhatikan kualitas pemasaran ikan, apakah kualitas
pemasaran ikan cukup memadai jika dibandingkan pada tempat atau lokasi yang
berbeda.
Menurut Wardah et al. (2019), tempat pelelangan ikan atau Tempat
Pemasaran Ikan (TPI) adalah anggota utama yang menghubungkan nelayan
dengan pedagang perantara baik perantara grosir atau pedagang pengecer. TPI
berperan sebagai penghubung. Menyediakan jasa transaksi jual beli malalui
penawaran harga bertingkat. Proses penjualan ikan laut segar hasil tangkapan
nelayan kepada pedagan. Perantara di TPI melalui pelelangan terbagi ke dalam
beberapa tahap di anataranya adalah bongkar muat kapal, penyortiran dan
penimbangan.

2.7. Tipe- Tipe Tempat Pelelangan Ikan


Ada beberapa tipe lelang, yaitu: Tipe Inggris (English type Auction), Tipe
Belanda (Dutch type Auction), Tipe lelang tertutup (first-price sealed bid auction),
Tipe Vickrey (Vickrey type Auction). Pasar lelang yang dikembangkan di Indonesia
dibangun dalam dua bentuk yaitu Pasar lelang spot (pasar lelang lokal), penjual
langsung membawa komoditas yang akan dijual ke pasar lelang dan Pasar lelang
forward (penyerahan barang dan penyelesaian kemudian), penjual cukup
membawa contoh komoditas dengan spesifikasi produk yang akan dijual ke pasar
lelang. Pasar lelang tersebut merupakan pasar fisik karena adanya kewajiban
menyerahkan barang secara fisik sesuai dengan harga, kualitas, kuantitas dan
waktu penyerahan yang disepakati dalam kontrak jual beli (Rahman.,2015).
Menurut Lubis dan Anwar (2017), sistem pelelangan ikan yang digunakan
di Pelabuhan Perrkanan Indonesia umumnya jenis Inggris (lelang Tipe Inggris,
yaitu pelelangan terbuka dengan sistem naik. Peserta yang mengajukan harga
tertinggi akan ditunjuk sebagai pemenang. Sistem lelang ini ditujukan untuk
semua jenis ikan. Perbedaan lelang terjadi di Norwegia, di mana ada dua lelang
ikan. Pertama, pelelangan ikan pelagis untuk konsumsi dijalankan oleh Norwegan
Fishermen's Sales Organization for Pelagic Fish. Pelelangan kedua disebut
dengan pelelangan Triple, terutama terkonsentrasi pada spesies demersal, di
mana tiga organisasi penjualan ikan yang berbeda mengatur secara kooperatif.
Lelang ini dengan sistem naik.
Menurut Klemperer (1999) yang diacu oleh DKP (2006), menerangkan
bahwa terdapat empat tipe pelelangan ikan (fish auction) yang umum dikenal.
Keempat tipe pelelangan tersebut, masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Keempat tipe pelelangan tersebut adalah: (1) Tipe Inggris (English
type auction); (2) Tipe Belanda (ducth type auction); (3) Tipe lelang tertutup (first-
price sealed bid auction); (4) Tipe Vickrey (vickrey type auction) atau lebih umum
dikenal adalah second-price sealed bid auction. Tipe Ingris, mempunyai
karakteristik harga lelang ditentukan secara meningkat. Harga lelang mengalami
kenaikan harga menyisakan seorang pelelang yang menentukan harga tertinggi.
Pemenang lelang inilah yang kemudian mendapatkan barang yang dilelang.
Sistem lelang ini digunakan untuk komoditas perikanan di Indonesia pada
umumnya adalah tipe Inggris (english type auction), dimana harga ditetapkan
secara meningkat, disampaikan secara terbuka dan peserta lelang dengan harga
penawaran tertinggi ditetapkan sebagai pemenang.
BAB III
GAMBARAN LOKASI

3.1. Keadaan Umum PPP KOTA AGUNG


Praktikum Pelabuhan Perikanan dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan
Pantai Kota Agung di Jalan Samudra No.1, Desa Baros, Kecamatan Kota Agung,
Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Secara administratif, batas-batas
wilayah dari Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Lampung
Tengah
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Lampung Barat
Sebelah Timur : Kabupaten Pringsewu
Luas dari Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung menurut sertifikat yang
ada di UPTD setempat adalah 1,7 ha atas luas daratan dan luas perairan sebesar
1ha. Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus adalah salah satu
Pelabuhan Perikanan kelas C atau disebut Pelabuhan Perikanan Pantai.
Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus memiliki fasilitas pokok,
fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang yang dibutuhkan dalam setiap aktivitas
di Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus. Kondisi umum
pelabuhan perikanan Pantai (PPP) Kota Agung dilihat dari kondisi kebersihan
lingkungan yang berupa selokan disekitar TPI sudah terlihat kotor dan mengalir
tidak lancar. Kondisi kolam PPP Kota Agung terjadi pendangkalan.
Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung merupakan pusat kegiatan
perikanan di Tanggamus. Hal ini didukung oleh letak lokasinya yang strategis.
Sehingga berpotensi memiliki sumber daya perikanan yang baik.

3.2. Profil PPP Kota Agung


3.2.1. Jumlah Kapal PPP Kota Agung
Kapal perikanan yaitu kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan
untuk melalukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkut ikan, pengolah ikan, pelatihan dan
penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal perikanan yang berlabuh di kolam PPP
Kota Agung terdiri dari kapal penangkap, kapal pengangkut ikan, kapal riset, dan
kapal latih. Unit penangkapan ikan terdiri atas alat tangkap, kapal, dan nelayan.
Kapal perikanan yang terdaftar di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota Agung,
Tanggamus didominasi oleh kapal-kapal yang berukuran relatif besar. Besarnya
ukuran kapal tersebut menyebabkan daerah penangkapan harus berada di
perairan dalam seperti Pantai Hindia, perairan Selat Karimata sampai ke perairan
sekitar Selat Makassar. Jumlah kapal yang berpangkalan di PPP Kota Agung
tersaji pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Kapal yang Berpangkalan di PPP Kota Agung
Tahun Jumlah Kapal (unit)
2014 1.624
2015 1.526
2016 1.484
2017 1.537
2018 1.559
Sumber: Laporan Tahunan PPS Nizam Zachaman, 2018.
Jumlah kapal yang berpangkalan di PPP Kota Agung bersifat fluktuatif atau
naik turun jumlah kapal yang berpangkalan. Jumalah kapal terbesar selama lima
tahun terakhir yaitu pada tahun 2014 sebesar 1.624 unit kapal yang berpangkalan
di PPP Kota Agung. Jumlah kapal mengalami penurunan dimulai tahun 2015
sebesar 1.526 unit dan tahun 2016 sebesar 1.484 unit. Faktor yang mengalami
penurunan jumlah kapal yang berpangkalan di PPP Kota Agung yaitu posisi
penangkapan atau daerah penangkapan, ukuran kapal, dan durasi dari hasil akhir
dan volume hasil tangkapan. Jumlah kapal kembali meningkat pada tahun 2017
sebesar 1.537 unit kapal yang berpangkalan, dan pada taun 2018 sebesar 1.559
unit kapal yag berpangkapan di PPP Kota Agung.
Menurut Hudayana dan Tiwi (2017), bahwa populasi yang dipilih untuk
menentukan jumlah sampel penelitian ialah kapal rawai tuna diatas 50 GT yang
berpangkalan di PPP KOTA AGUNG pada tahun 2016 yaitu sebesar 133 kapal.
Sampel dalam kapal rawai tuna berpangkalanyang memiliki ukuran diatas 50 GT.
Kapal yang berpangkalan di PPP Kota Agung yaitu berada diperairan Indonesia,
perairan laut lepas, Zona Ekonomi Ekslusf Indonesia (ZEEI) Pelabuhan Perikanan
Pantai Kota Agung, Tanggamus merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen
Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertangggung jawab kepada
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.

3.2.2. Alat Tangkap PPP Kota Agung


Alat tangkap di PPP KOTA AGUNG dapat dilihat dari kunjungan kapal
perikanan untuk memanfaatkan kolam pelabuhan untuk melakukan aktivitas
kepelabuhan perikanan. Alat tangkap dibutuhkan pada setiap pelabuhan
perikanan untuk menunjang aktivitas perikanan tangkap. Alat tangkap yang
terdapat di PPP Kota Agung yaitu Gill net, Purse seine, Long line, Bouke ami, dan
Pengangkut. Jenis alat tangkap yang terbanyak jumlahnya adalah Bouke ami dan
Purse seine dengan hasil tangkapan utamanya adalah ikan tuna. Alat tangkap
yang ada di PPP Kota Agung tersaji pada tabel 3.
Tabel 3. Alat Tangkap di PPP Kota Agung
Jala Jatuh

Pukat
Jaring

Pancing

Pancing
Boukeami

Long Line
Gros
Huhate

Total
s Ton
(Unit)
(GT)

Cincin
Insang

Ulur
Cumi

Total 1.559 355 1 169 83 207 16 411 164


Berkapal

(unit)
<20 2 - - - - - - - -
21-30 166 127 1 - 2 4 8 2 4
31-50 124 48 - 37 6 4 2 1 20
51- 630 179 - 129 31 115 5 54 104
100
101- 592 1 - 3 44 84 1 352 36
200
>200 45 - - - - - - 2 -
Sumber: Laporan Tahunan PPP Kota Agung, 2018.
Berdasarkan praktikum pelabuhan perikanan dapat diketahui alat tangkap
yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota Agung, Tanggamus yaitu
alat tangkap boukeami, huhate, jaring insang hanyut, pancing cumi, pancing ulur,
pukat cincin, dan rawai tuna. Alat tangkap yang paling dominan di PPP Kota
Agung yaitu alat tangkap boukeami, pukat cincin, dan rawai tuna yang disetiap
tahunnya rata-rata meningkat. Alat tangkap yang dominan ini biasa beroperasi di
perairan Indonesia, Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI), dan perairan laut
lepas. Alat tangkap yang tidak dominan di PPP KOTA AGUNG yaitu ada alat
tangkap hahute jumlah alat tangkap ini dari tahun ketahun sedikit dan stabil yaitu
berjumlah 2 alat tangkap hahute.
Menurut Najah et al. (2015), komoditi hasil tangkapan utama di PPP KOTA
AGUNG yaitu cumi-cumi dan tuna, dimana alat tangakp yang digunakan adalah
alat tnagkap boukeami dan rawai tuna. Pengoperasaian alat tangkap boukeami
dan rawai tuna juga banyak memberi peluang terhadap banyaknya spesies ikan
bernilai ekonomis penting yaitu tuna dan cumi-cumi yang didaratkan di PPP KOTA
AGUNG. Hal ini berkaitan dengan ukuran kapal perikanan (GT) berpengaruh
terhadap jumlah hasil tangkapan secara signifikan, semakin besar GT kapal maka
akan semakin besar jumlah hasil tangkapan.

3.2.3. Produksi dan Nilai Produksi PPP Kota Agung


Produksi adalah suatu kegiatan yang menciptakan dan menambah nilai
guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan nilai produksi
perikanan merupakan indikator yang menunjukkan penjumlahan nilai produksi
perikanan tangkap yang berasal dari hasil tangkapan ikan yang didaratkan di UPT
Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus. Perhitungannya
merupakan penjumlahan dari nilai produksi perikanan tangkap yang dikumpulkan
dari pendataan kapal perikanan yang mendaratkan hasil tangkapan ikan yaitu nilai
produksi ikan dari kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan selama satu
tahun di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus. Produksi dan
nilai produksi di PPP KOTA AGUNG terdapat pada tabel 5
Tabel 5. Produksi dan Nilai Produksi PPP KOTA AGUNG
Produksi (Ton) Nilai Produksi (Juta)
No Tahun Didaratkan Datang Didaratkan Datang
dari kapal dari darat dari kapal dari darat
1 2014 119.603,0 150.486,6 3.728.457 3.463.111
2 2015 100.264,3 103.605,1 3.155.824 2.382.917
3 2016 92.471,9 130.110,6 1.803.489 3.697.102
4 2017 94.478,9 55.551,4 1.798.431 1.414.397
5 2018 123.658,9 63.742,4 2.160.220 2.992.139
Sumber: Laporan Tahunan PPP KOTA AGUNG, 2019.
160000
140000
120000

Produksi (ton)
100000
80000
Produksi didaratkan dari
60000 kapal
Produksi Datang dari Darat
40000
20000
0
2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

Gambar. Grafik Produksi di PPP KOTA AGUNG

5000000
4500000
4000000
Nilai Produksi (Juta)

3500000
3000000
2500000
2000000 Didaratkan dari kapal
1500000 Datang dari darat
1000000
500000
0
2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

Gambar. Grafik Nilai Produksi di PPP KOTA AGUNG

Jumlah Produksi di PPP KOTA AGUNG terbagi menjadi dua sumber yaitu
produksi ikan yang didaratkan dari kapal dan produksi ikan yang datang dari darat.
Jumlah produksi ikan di PPP KOTA AGUNG selama tahun 2014-2018 mengalami
kenaikan dan penurunan (fluktuasi) sesuai dengan kondisi kapal maupun kondisi
lainnya. Jumlah produksi tertinggi di PPP KOTA AGUNG terjadi pada tahun 2014
dimana jumlah produksi mencapai 270.490,1. Jumlah produksi terendah di PPP
KOTA AGUNG terjadi pada tahun 2017 dimana jumlah produksinya hanya
152.030,3. Nilai produksi di PPP KOTA AGUNG mengikuti jumlah produksi,
sehingga nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan nilai 7.192.568
dan nilai produksi terendah pada tahun 2017 dengan nilai 3.213.828.
Fluktuasi yang terjadi pada jumlah produksi dan nilai produksi di PPP
KOTA AGUNG disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu faktor
keadaan alam di perairan Faktor keadaan alam yang dimaksud seperti
badai,hujan, dan faktor alam lainnya, sehingga tidak memungkinkan kapal untuk
beroperasi. Selain kedua faktor tersebut musim dan jumlah trip juga
mempengaruhi jumlah produksi dan nilai produksi. Hal ini diperkuat oleh
Restumurti et.al (2016), fluktuasi produksi dan nilai produksi ini terjadi karena
banyak faktor diantaranya adalah faktor musim dan jumlah trip.Faktor-faktor
tersebut mengakibatkan terjadinya fluktuasi setiap tahunnyakarena faktor-faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan.

3.2.3. Penyerapan Perbekalan (PPS) Kota Agung, Tanggamus

Penyerapan perbekalan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan nelayan


melakukan persiapan perbekalan melaut sebelum kegiatan penangkapan ikan.
Perbekalan yang harus disiapkan terdiri dari es, solar, air bersih, umpan dan
bahan makanan bagi anak buah kapal (ABK). Penyerapan perbekalan PPP Kota
Agung tersaji pada tabel 4.
Tabel 4. Penyerapan Es, Air Bersih, Umpan, Solar, dan Oli Tahun 2018
Bulan Es (ton) Air (ton) Umpan Solar Oli (liter)
(ton) (ton)
Januari 1.202 52.146 33 256 28
Februari 1.145 48.213 13 236 117
Maret 1.320 54.417 34 7.478 29
April 1.208 55.477 25 4.138 29
Mei 1.044 65.209 21 5.913 25
Juni 443 47.445 9 2.509 16
Juli 869 68.744 48 8.310 36
Agustus 788 59.525 20 3.302 21
September 833 59.878 22 5.295 21
Oktober 893 62.869 18 279 20
November 875 57.075 4 273 18
Desember 862 68.458 14 384 19
Total 11.482 701.456 260 41.373 375
Sumber: Laporan tahunan PPP KOTA AGUNG, 2018.
Penyerapan perbekalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung,
Tanggamus yang ada di laporan tahunan PPP KOTA AGUNG terdapat 5 jenis
logistik penyerapan perbekalan dari tahun 2009-2018 yaitu, es, solar, air bersih,
umpan, dan garam. Penyerapan perbekalan es tertinggi terjadi pada tahun 2009
yang mencapai 53.845,00 dan penyerapan perbekalan terendah pada tahun 2016
yang hanya 1.908,00. Penyerapan perbekalan solar tertinggi pada tahun 2015
dimana mencapai 227.993,00 dan penyerapan terrendah pada tahun 2018 sekitar
41.373,00. Penyerapan perbekalan jenis air bersih terbesar pada tahun 2017 yang
mencapai 733.229,00 dan terendah pada tahun 2010 yaitu 263.547,00.
Penyerapan perbekalan umpan tertinggi pada tahun 2015 yaitu mencapai 586,35
dan terendah tahun 2009 133,45. Penyerapan perbekalan garam tertinggi pada
tahun 2009 yaitu 349,65 dan terendah pada tahun 2013 yang hanya 2,00.
Fluktuasi yang terjadi pada penyerapan perbekalan di Pelabuhan Perikanan
Pantai Kota Agung, Tanggamus disebabkan karena jumlah kapal yang masuk
atau kapal yang keluar untuk menangkap ikan. Rata-rata lama trip kapal di PPP
KOTA AGUNG yaitu 3 bulan, 6 bulan atau bahkan mencapai 1 tahun, sehingga
penyerapan perbekalan dapat mengalami fluktuasi yang tidak merata.
Menurut Juhaeriyah et.al (2018), kapal-kapal yang masuk ke pelabuhan
perikanan merupakan kapal yang melakukan kegiatan bongkar hasil tangkapan,
pengisian perbekalan, kegiatan perbaikan kapal dan kegiatan lainnya. Pelayanan
perbekalan bagi kapal-kapal perikanan merupakan penerapan salah satu fungsi
pelabuhan perikanan yaitu sebagai tempat untuk memperlancar kegiatan kapal
perikanan. Pelayanan perbekalan menyediakan pelayanan berupa pelayanan air
bersih, solar dan es. Es, BBM, dan air bersih adalah kebutuhan logistik kapal yang
sangat penting untuk menunjang kegiatan melaut.

3.3. Klasifikasi PPP Kota Agung


Berdasarkan praktikum Pelabuhan Perikanan, diketahui bahwa klasifikasi
Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus merupakan pelabuhan
bertipe C yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS). Pelabuhan Perikanan Pantai
Kota Agung, Tanggamus memiliki luas daerah pengoperasian laut hingga 40 ha.
Selain itu, Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus melayani kapal perikanan
yang melakukan kegiatan perikanan di wilayah ZEEI dan kapal tambat labuh
sebesar 60 GT atau lebih. Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus
melakukan kegiatan pemasaran secara ekspor dan kebutuhan dalam negeri
secara menyeluruh. Panjang dermaga yang ada pada Pelabuhan Perikanan
Pantai Kota Agung, Tanggamus panjangnya sekitar 2577 m yang barat 1355 m
dan timur 775 m.
Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus memiliki panjang
dermaga 2577 m yang berada di wilayah barat dan timur, panjang jetty 350 m hal
ini sudah menunjukkan bahwa panjang dermaga sudah memenuhi syarat untuk
menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS). Luas lahan yang dimiliki juga
sebanyak 110 ha dimana 70 ha merupakan luas lahan darat dan 40 lahan laut hal
ini menjadikan Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus sebagai
pelabuhan Pantai. Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus
menangani kapal perikanan yang berlayar di ZEEI, kebanyakan kapal perikanan
tersebut berlayar di Pantai Hindia dengan hasil tangkapan ikan tongkol dan tuna.
Tambat labuh yang ada digunakan untuk kapal berukuran 60 GT atau lebih
dimana kapal yang berukuran lebih dari 60 GT dengan total 630 unit. Kedalaman
alur pelayaran yang ada setinggi 8,4 m yang biasanya digunakan untuk alur
pelayaran yang ada agar kapal-kapal besar bisa masuk dan keluar kolam
pelabuhan. Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus telah
memenuhi semua syarat agar bisa menjadi pelabuhan perikanan Pantai (PPS)
yang bersyarat. Perbandingan klasifikasi PPP Kota Agung tersaji pada tabel 7
Tabel 7. Perbandingan Klasifikasi PPP Kota Agung
PPP Kota Murdiyanto Permen KP Lubis 2012 Agus S
Agung 2004 no 08 tahun 2012
2012
Pelabuhan Pelabuhan 1) mampu 1) mampu Pelabuhan
Perikanan perikanan melayani kapal melayani perikanan
Pantai tipe A perikanan kapal tipe A
(PPS) Pelabuhan yang perikanan Pelabuhan
Kota Perikanan melakukan yang Perikanan
Agung, Pantai kegiatan melakukan Pantai
Tanggamu (PPS) perikanan di kegiatan (PPS)
s memiliki diperuntukk perairan perikanan di diperuntukk
total an terutama Indonesia, perairan an
panjang bagi kapal Zona Ekonomi Indonesia, terutama
dermaga kapal Eksklusif Zona bagi kapal
2577 m, perikanan Indonesia Ekonomi kapal
melayani yang (ZEEI), dan Eksklusif perikanan
kapal beroperasi laut lepas; Indonesia yang
perikanan di perairan 2) memiliki (ZEEI), dan beroperasi
yang Pantai yang fasilitas tambat laut lepas; di perairan
berlayar di lazim labuh untuk 2) memiliki Pantai
ZEEI dan digolongkan kapal fasilitas yang lazim
laut lepas, ke dalam perikanan tambat labuh digolongka
luas lahan armada berukuran untuk kapal n ke dalam
40 ha, dan perikanan sekurangkuran perikanan armada
kedalaman jarak jauh gnya berukuran perikanan
alur sampai ke 60 GT; sekurangkur jarak jauh
pelayaran perairan 3) panjang angnya sampai ke
8,4 m. ZEEI dan dermaga 60 GT; perairan
perairan sekurang- 3) panjang ZEEI dan
internasiona kurangnya 300 dermaga perairan
l, m, dengan sekurang- internasion
mempunyai kedalaman kurangnya al,
perlengkapa kolam 300 m, mempunyai
n untuk sekurang- dengan perlengkap
menangani kurangnya kedalaman an untuk
dan minus 3 m; kolam menangani
mengolah 4) mampu sekurang- dan
sumberdaya menampung kurangnya mengolah
perikanan. kapal minus 3 m; sumberday
perikanan 4) mampu a
sekurang- menampung perikanan.
kurangnya 100 kapal
unit atau perikanan
jumlah sekurang-
keseluruhan kurangnya
sekurang- 100 unit atau
kurangnya jumlah
4.000 GT; dan keseluruhan
5) sekurang-
memanfaatkan kurangnya
dan mengelola 4.000 GT;
lahan dan
sekurangnya 5)
20 ha. memanfaatk
b. Kriteria an dan
operasional mengelola
terdiri dari: lahan
1) ikan yang sekurangnya
didaratkan 20 ha.
sebagian b. Kriteria
untuk tujuan operasional
ekspor; terdiri dari:
2) terdapat 1) ikan yang
aktivitas didaratkan
bongkar muat sebagian
ikan dan untuk tujuan
pemasaran ekspor;
hasil perikanan 2) terdapat
rata-rata 50 aktivitas
ton per hari; bongkar
dan muat ikan
3) terdapat dan
industri pemasaran
pengolahan hasil
ikan dan perikanan
industri rata-rata 50
penunjang ton per hari;
lainnya. dan
3) terdapat
industri
pengolahan
ikan dan
industri
penunjang
lainnya.
Sumber: Praktikum Pelabuhan Perikanan, 2018.
3.3. Peranan PPP KOTA AGUNG
Berdasarkan praktikum Pelabuhan Perikanan, diketahui bahwa peranan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota Agung, Tanggamus adalah untuk
mendukung kegiatan perikanan. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota Agung,
Tanggamus menjadi tempat mendaratkan hasil perikanan, menjadi tempat untuk
persiapan operasi penangkapan ikan dan menjadi tempat berlabuh kapal
Perikanan. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota Agung, Tanggamus juga
sebagai pusat distribusi hasil perikanan karena menjadi tempat transaksi jual beli
ikan dan sebagai terminal ikan hasil laut. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota
Agung, Tanggamus menjadi pusat kegiatan masyarakat nelayan dengan adanya
pengembangan ekonomi masyarakat nelayan dan menjadi lalu lintas jaringan
informasi antara nelayan dengan pihak pemerintah maupun pihak luar instansi
pemerintah. Peranan pelabuhan perikanan didukung dan dijalankan oleh semua
elemen masyarakat yang ada di wilayah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota
Agung, Tanggamus, meskipun masih ada beberapa kejanggalan seperti
keberadaan preman yang meresahkan masyarakat.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota Agung, Tanggamus menjadi
tempat pendaratan hasil perikanan terbukti dengan nilai produksi laut yang ada di
pelabuhan perikanan mencapai 338,79 ton perhari atau 123,658 ton pada tahun
2018. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota Agung, Tanggamus juga menjadi
tempat transaksi jual beli ikan karena di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota
Agung, Tanggamus terdapat Tempat Pemasaran Ikan (TPI) yang melakukan
pelelangan rutin setelah ada kapal yang melakukan bongkar muat di pelabuhan
tersebut. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS) Kota Agung, Tanggamus membuat
perekonomian masyarakat didaerah tersebut terbantu karena adanya fasilitas-
fasilitas pelabuhan yang menunjang segala aktivitas masyarakat tentang
perikanan. Adanya kerjasama antara pihak Pelabuhan Perikanan Pantai (PPS)
Kota Agung, Tanggamus dengan kelembagaan yang lain membuat semua
kegiatan perikanan menjadi terbantu dan terorganisir. Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPS) Kota Agung, Tanggamus berperan dan ditujukan untuk menjadi
pusat aktivitas perikanan dan pemasaran ikan terbesar di Indonesia.
Tabel
PPP Kota Murdiyanto Permen KP Lubis 2012 Agus S 2012
Agung 2004 no 08 tahun
2012
Pelabuhan Pelabuhan Peran Peran 1. Peranan
Perikanan Perikanan Pelabuhan Pelabuhan pelabuhan
Pantai berperan Perikanan : Perikanan : perikanan
(PPS) Kota sebagai 1) 1) yang
Agung, terminal yang Penanganan Penanganan berkaitan
Tanggamus menghubungk untuk untuk dengan
berperan an kegiatan mempertahank mempertahank aktifitas
untuk usaha di laut an mutu dan an mutu dan produksi,
kegiatan dan di darat memberikan memberikan antara lain :
sebelum ke dalam nilai tambah nilai tambah Tempat
keberangkat suatu system terhadap hasil terhadap hasil mendaratkan
an dengan usaha dan tangkapan tangkapan hasil
menyediaka berdaya guna yang yang tangkapan
n SPBN dan tinggi didaratkan didaratkan perikanan,
Pabrik es 2) Mampu 2) Mampu Tempat untuk
serta melakukan melakukan persiapan
konsumsi pembongkaran pembongkaran operasi
nelayan dan secara cepat secara cepat penangkapan
menjadi dan dan ( mempersiap
penyeleksian penyeleksian kan alat,
ikan secara ikan secara bahan bakar,
hemat hemat perbaikan alat
3) Mampu 3) Mampu tangkap,
memasarkan memasarkan ataupun kapal
ikan yang ikan yang ), Tempat
menguntungka menguntungka berlabuh
n bagi nelayan n bagi nelayan kapal
dan penjual dan penjual perikanan. 2.
4) Mampu 4) Mampu Sebagai pusat
melakukan melakukan distribusi,
pendataan pendataan peranan
produksi hasil produksi hasil pelabuhan
tangkapan tangkapan perikanan
yang yang yang
didaratkan didaratkan berkaitan
secara akurat secara akurat dengan
aktivitas
distribusi
antara lain :
Tempat
transaksi jual
beli ikan.
Sebagai
terminal untuk
mendistribusik
an ikan.
Sebagai
terminal ikan
hasil laut.
3. Sebagai
pusat
kegiatan
masyarakat
nelayan,
pelabuhan
perikanan
yang
berkaitan
dengan
aktivitas ini
antara lain
sebagai pusat
: Kehidupan
nelayan,
Pengembang
an ekonomi
masyarakat
nelayan, Lalu
lintas jaringan
informasi
antara
nelayan
dengan pihak
luar.
Sumber:Praktikum Pelabuhan Perikanan,2019.

3.5. Fungsi PPP Kota Agung


Secara umum fungsi Pelabuhan Perikanan adalah sebagai pusat
penanganan dan pemasaran ikan hasil tangkapan. Setelah ikan hasil tangkapan
tersebut ditangani dengan baik, maka ikan hasil tangkapan tersebutdapat
dipasarkan atau didistribusikan. Salah satu upaya pengoperasionalan Pelabuhan
Perikanan adalah mengembangkan Pelabuhan Perikanan sebagai pusat
penanganan dan pemasaran ikan (Central maket), di tempat inilah terjadi
pertemuan dan transaksi antara produsen/nelayan dengan konsumen/pedagang.
Pelabuhan perikanan Pantai Kota Agung sendiri memiliki dua fungsi pelabuhan
perikanan yaitu fungsi pemerintahan dan fungsi pelabuhan pengusahaan. Fungsi
pemerintahan antara lain yaitu pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil
perikanan, pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, tempat
pelaksanaan penyuluhan dan pembangunan masyarakat nelayan, pelaksanaan
kegiatan oprasional kapal perikanan, tempat pelaksanaan pengawasan dan
pengendalian sumberdaya ikan. Fungsi pengusahaan diantaranya yaitu pelayanan
tambak dan labuh kapa perikanan, pelayanan bongkar muat ikan, pelayan
bongkar muat hasil, pelayanan pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan
distribusi ikan, pelayanan pemeliharaan kapal perikanan, pelayanan logistik dan
perbekalan kapal.
Berdasarkan dari hasil yang didapat pelabuhan perikanan Pantai Kota
Agung menjalankan semua fungsi yang sudah di tetapkan oleh pemerintah
sebagai suatu pelabuhan perikanan berkelas C. Fungsi pemerintahan dijalankan
dengan baik sehingga proses penangkapan ikan yang yang ada pada pelabuhan
tersebut tidak banyak mengalami banyak kendala dan penjagaan mutu ikan yang
ada tetap terjaga dan harganya tidak turun. Fungsi pengusahaan yang ada juga
dijalankan dengan baik sehingga para pengusaha yang memiliki kapal perikanan
di pelabuhan Kota Agung merasa cukup puas dengan pelayanan disana, yang
mana ini akan berdampak baik baik sektor perikanan di indonesia karena
pengusaha akan terbuka akan data hasil tangkapan sehingga pelabuhan memiliki
daftar ikan apa saja yang tertangkap yang nanti bisa jadi acuan ikan apa saja
yang overfihing dan ada di daerah mana. Fungsi Pemerintah yang dijalankan
dengan baik juga akan mengurangi adanya kapal asing yang berada di zona laut
Indonesia. Berkurangnya jumlah kapal asing maka akan menambah komoditas
pendapatan nelayan. Nelayan yang berada di perairan Iindonesia juga akan
mendapatkan hasil yang maksimum, sehingga tidak perlu lagi melakukan
penangkapan yang merusak lingkungan dan tidak optimal.
Tabel.
Moerdiyanto, Permen KP No
Kota Agung Lubis, 2012
2002 8 tahun 2012
Pada pelabuhan Fungsi Pelabuhan Fungsi pelabuhan
Kota Agung pelabuhan yaitu: memiliki 2 fungsi yaitu :
memiliki dua Fungsi umum yaitu: Fungsi berdasarkan
fungsi yaitu: merupakan Fungsi kepentingannya:
Fungsi tugas pokok pemerintahan 1) Fungsi maritim
pemerintah: melindungi kapal merupakan 2) Fungsi
1) pelayanan dan pelayanan fungsi untuk pemasaran
pembinaan mutu lainnya yang melaksanakan 3) Fungsi jasa
dan pengolahan dapat dilakukan pengaturan, Fungsi dari segi
hasil perikanan di setiap pembinaan, aktivitasnya :
2) pengumpulan pelabuhan pengendalian, 1) Fungsi
data tangkapan perikanan. pengawasan, pendaratan
dan hasil Fungsi khusus serta keamanan dan
perikanan merupakan dan keselamatan pembongkaran
3) tempat tugas pelayanan operasional 2) Fungsi
pelaksanaan di pelabuhan kapal perikanan pengelolaan
penyuluhan dan perikanan yang di pelabuhan 3) Fungsi
pembangunan membedakan perikanan. pemasaran
masyarakat pelabuhan Fungsi ikan
nelayan perikanan pengusahaan 4) Fungsi
Moerdiyanto, Permen KP No
Kota Agung Lubis, 2012
2002 8 tahun 2012
4) pelaksanaan dengan merupakan pembinaan
kegiatan pelabuhan lain fungsi untuk terhadap
oprasional kapal yang bukan melaksanakan masyarakat
perikanan pelabuhan pengusahaan nelayan
5) tempat perikanan berupa 4)
pelaksanaan penyediaan
pengawasan dan dan/atau
pengendalian pelayanan jasa
sumberdaya ikan kapal perikanan
dan jasa terkait
di pelabuhan
perikanan.
Sumber: Praktikum Pelabuhan Perikanan, 2019.

3.4. Fasilitas PPP KOTA AGUNG


3.4.1. Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang diperlukan oleh suatu
pelabuhan guna melindungi terhadap gangguan alam. Fasilitas pokok merupakan
fasilitas yang harus ada pada pelabuan. Fasilitas pokok di Pelabihan Perikanan
Pantai (PPP) Kota Agung memiliki lahan pelabuhan, kolam dan alur pelayaran.
Memiliki tambat seperti dermaga dan jetty, penghubung jalan menuju ke dermaga.
Memiliki gorong-gorong untuk membuang air.
Berdasarkan data dilapangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kota
Agung dapat diketahui fasilitas pokok tersaji pada tabel 10.
Tabel 10. Fasilitas Pokok PPP Kota Agung
Fasilitas
No. Volume Satuan Kondisi Keterangan
Pokok
1. Breakwater 1040 m Kurang Barat 750 m; Timur 290
Baik m
2. Revetment 3340 m Kurang Barat 1.480 m; Timur
Baik 1.860 m
3. Dermaga 2577 m Baik Tipe Quay; Barat 1.335
m; Timur 775 m
3. Jetty 350 m Kurang -
Baik
5. Kolam dan 38,9 Ha Baik Kedalaman -0,5 s/d -8,4
alur m; panjang alur 350 m
Pelabuhan dan lebar alur 185 m
4. Jalan 83.100 m2 Baik Lebar 6,75 m s/d 10 m
Kawasan
7. Drainase 14.972 m Kurang -
Baik
8. Lahan 71 Ha Baik 31 Ha untuk pelayanan
Kawasan umum dan 40 Ha sebagai
kawasan industri
perikanan
9. Pagar 1.090 m Baik -
keliling
Sumber: Laporan Tahunan PPP Kota Agung, 2018.

Berdasarkan hasil kunjugan praktikum pelabuhan perikanan yang telah


dilakukan, pelabihan perikanan Pantai Kota Agung memiliki fasilitas pokok yang
sudah memadai. Fasilitas pokok yang harus ada pada sebuah pelabuhan
perikanan. Fasilitas pokok yang ada di PPP KOTA AGUNG yaitu breakwater,
revetment, dan jetty. PPP KOTA AGUNG memiliki kolam pelabuhan sedalam 3 m,
alur pelayaran, jalan kawasan, dan darainase serta lahan kawasan seluas 110 Ha.
Semua fasilitas pokok yang ada di PPP KOTA AGUNG sudah masuk kedalam
kriteria Pelabuhan Perikanan Pantai. Hal ini diperkuat oleh Permen KP No.
PER.08/MEN/2012, tentang kepelabuhan perikanan bahwa fasilitas pokok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat terdiri atas: penahan
gelombang (breakwater), turap (revetment), dan groin, dermaga, jetty, kolam
pelabuhan, alur pelayaran, jalan komplek, drainase dan lahan.

3.4.2. Fasilitas Fungsional


Berdasarkan hasil praktikum pelabuhan perikanan di PPP KOTA AGUNG
memiliki fasilitas fungsional dengan kategori baik. Fungsi fungsional merupakan
fasilitas yang berfungsi untuk memberikan pelayanan dan manfaat langsung yang
diperlukan untuk kegiatan operasional suatu pelabuhan perikanan. Fasilitas
fungsional PPP KOTA AGUNG di Tempat Pelelangan Ikan terintegritas yaitu cold
storage yang dimiliki PPP KOTA AGUNG juga dalam keaadan kondisi yang baik
dan bersih. Failitas fungsional yang terdapat di PPP KOTA AGUNG sebagian
besar fasilitas yang dimiliki sudah cukup baik dan sudah cukup lengkap untuk
pelabuhan perikanan bertaraf Pantai.
Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan yang telah dilakukan di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kota Agung dapat diketahui fasilitas
fungsional tersadi pada tabel 11.
Tabel 11. Fasilitas Fungsional PPP Kota Agung
Fasilitas
No. Volume Satuan Kondisi Keterangan
Fungsional
1 Pasar Ikan 3.979 m2 Baik Lantai bawah
Terintegrasi (PIT) (2.548 m2);
lantai atas
(1.431 m2)
2 Pusat Pemasaran 8.576 m2 Baik (64 m x 134)
Ikan (PPI) dari 992 lapak
3 Rambu navigasi 2 Unit Kurang baik -
4 Menara pengawas 1.096 m2 Terdiri dari 11
lantai, dan 4
atap dengan
tinggin34 m
5 Telepon 217 SST Baik -
6 Pabrik/Gudang Es 1 Unit Pembanguna Kapasitas
n 100ton/hari
7 Air bersih
 PT. Centra Niaga 1500 m3 Baik Supplay rata-
Eropindo rata 100
ton/hari
 TSA 500 m 3
Baik Tidak produksi
 Palyja 2500 m3/hari Baik Supply rata-
rata 2000
ton/hari
 PT. STB 1000 m3 Baik Luas
bangunan ±
270 m2
8 Jaringan listrik
 PPP KOTA 839,9 kVa Baik 555 + 197 +
AGUNG 82,5 + 44,4
 Perum 5.362 kVa Baik
9 Galangan kapal 2 Unit Kurang Terdiri dari 2
baik/baik unit yaitu (tipe
slipway
kapasitas 12
kapal/bulan)
dan PT
Proskuneo
Kadarusman
(tipe dry
docking
kapasitas 50-
60 kapal/bulan)
10 Perbengkelan 24 Unit Baik -
11 Tuna landing 35 Unit Baik TLC 29 unit di
center (TLC) dan dermaga timur,
transit shed transit shes 6
unit di
dermaga barat
12 Unit pengolah 1000 m3/hari Cukup baik Kapasitas
limbah (UPL) pengolahan
600 m3/hari
13 Kolam penampungan
 Barat 1000 m3 Baik 2 pompa
 Timur 2000 m3 Baik 3 pompa
14 Clod storage/UPI 102 Unit Baik -
15 Jaringan air laut 2048 M Baik Kapsitas 1080
m3/hari
16 Jaringan air limbah 6572 M Cukup baik -
17 Layanan bahan bakar/SPBB/SPBU
 SPBB Amanah 1300
Putra Harun
 SPBB Fajarida 770
Adytama
 SPBB Segera 600
Lanjutan Dibya
 SPBB Bumiyasi 660
Panhuta Artha
 SPBU Amanah Baik -
Putra Harun
- Solar 16 KL
- Bensin 16 KL
- Fixed 64 KL
bunker
agent
18 Water reservoir Penampungan
air bersih
125 m3 Baik dengan
kapasitas 125
m3
19 Hydrant 4
20 Tempat
penampungan 900
sampah
21 PJU Solar Cell Tersebar
213 unit Baik diseluruh
kaasan
22 Kendaraan/alat berat/kapal/ kendaraan lainnya
 Backhoe loader 2 Unit Baik
 Dump truck 6 Unit Baik
 Crene truck 3 Unit Baik
 Forklift diesel 2 Unit Rusak
 Forklift elektrik 3 Unit Baik
 Towing crane 1 Unit Rusak
 Compactor 1 Unit Baik
 Kendaraan
1 Unit Baik
multiguna
 Refrigerator 4 Unit Baik
 Tug boat 1 Unit Baik
 Kapal
1 Unit Baik
sayhbandar
 Kendaraan
1 Unit Baik
amphibi
 Mobil penyiram
1 Unit Baik
taman
 Sepeda motor
3 Unit Rusak
roda 3
 Mobil 12 Unit Baik
 Bus jemputan 1 Unit Baik
 Sepeda motor 33 Unit Baik
 Sepeda 15 Unit Baik
Sumber: Laporan Tahunan PPP Kota Agung, 2018.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 8 tahun 2012
tentang kepelabuhan perikanan bahwa fasilitas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, dapat terdiri atas: Fasilitas fungsional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat terdiri atas:
a. Tempat Pemasaran Ikan (TPI);
b. navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, radio komunikasi,
rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas;
c. air bersih, instalasi Bahan Bakar Minyak (BBM), es, dan instalasi listrik;
d. tempat pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti dock/slipway,
bengkel dan tempat perbaikan jaring;
e. tempat penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan
laboratorium pembinaan mutu;
f. perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan, pos pelayanan terpadu,
dan perbankan;
g. transportasi seperti alat-alat angkut ikan;
h. kebersihan dan pengolahan limbah seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), Tempat Pembuangan Sementara (TPS); dan
i. pengamanan kawasan seperti pagar kawasan.

3.4.3. Fasilitas Penunjang


Fasilitas penunjang merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan pelabuhan perikanan. Pelabuhan Perikanan Pantai Kota
Agung memiliki fasilitas penunjang meliputi kantor pelayanan terpadu untuk
melayani nelayan, kantor UPT, Gedung penunjang, bangunan gedung pertemuan
permanen, klinik dan sebagainya. Hasil praktikum PPP KOTA AGUNG dapat
diketahui fasilitas-fasilitas penunjang yang sudah ada dan cukup memadai dengan
adanya balai pertemuan nelayan, rumah ibadah, pos keamanan, dan mess.
Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan yang telah dilakukan di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kota Agung dapat diketahi fasilitas penunjang
tersadi pada tabel 12.
Tabel 12. Fasilitas Penunjang PPP Kota Agung
Fasilitas
No. Volume Satuan Kondisi Keterangan
Penunjang
1 Kantor pelayanan 600 m2 Baik terdiri dari 2
terpadu lantai
2 Kantor UPT
 Gedung lama 1.131,4 m2 Baik
 Gedung baru 2.200 m2 Baik
3 Kantin 1.161 m2 Baik 107 unit
4 Gedung penunjang
kegiatan nelayan
 Gedung A 3.800 m2 Baik
 Gedung B 1.930 m2 Baik
5 Bangunan gedung 243,8 m2 Baik 21 unit
pertemuan
permanen
6 MCK 602 m2 Baik 1
7 Masjid dan Unit
Mushola
 Masjid Al- 441 m2 Baik 2 unit
Hidayah
 Moshola 150,5 m2 Baik
8 Mess karyawan
 Mess loligo 135 m2 Baik
 Mess operator 124 m2 Baik
 Mess/bungalow 250 m2 Baik
9 Gudang 2 Unit Baik 328 m2
10 Pelataran parker 1 Unit Baik 2679 m2
11 Halte 1 Unit Kurang baik 27 m2
12 Kantor polsek 440 m2 Baik Kegiatan
polisian
2
13 Pos kimia 69,5 m Baik 1 unit digunakan
untuk kegiatan
TNI AL
14 Pos keamanan 210 m2 Baik 5 unit untuk
kegiatan satuan
pengamanan
15 Sea water cleaning 1 unit Kurang baik -
system
16 Klinik kesehatan 101 m2 Baik
17 Mercusuar 1 Unit Kurang baik
18 Pos masuk/keluar 51 m2 Baik
19 CCTV 3 Unit Cukup baik
20 Pengeras suara 2 Set Kurang baik Demaga barat
dan timur
2
21 Kantor pemadam 137,8 m Baik
kebakaran
22 Pos komando 88 m2 Baik
pelabuhan

Sumber: Laporan Tahunan PPP Kota Agung, 2018.


Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara tidak langsung
mendukung dan mempertinggi peranan pelabuhan perikanan. Menurut Permen
KP No. PER.08/MEN/2012, bahwa fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, dapat terdiri atas: balai pertemuan nelayan; mess operator;
wisma nelayan; fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan Mandi
Cuci Kakus (MCK); pertokoan; dan pos jaga.
Perbandingan fasilitas

BAB IV
PERENCANAAN PENGEMBANGAN
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)

4.1. KONSEP PENGEMBANGAN


4.1.1 Pola Pikir Pengembangan
Selaras dengan fungsi Pelabuhan Perikanan sesuai dengan amanat
Undang-Undang tentang Perikanan, maka Pembangunan Pelabuhan Perikanan
tidak terlepas dari pembangunan masyarakat nelayan dan pembinaan sumber
daya di bidang perikanan sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal yang
ada. Hal ini sejalan dengan Kebijaksanaan Umum Pembangunan Nasional dalam
kaitannya dengan pembinaan sumber daya dan pengentasan kemiskinan,
sebagaimana tercermin dalam program- program yang dirancang oleh Bappenas
yang terlihat memberikan prioritas bagi kedua hal tersebut.
Sehubungan dengan hal itu maka Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kota Agung
diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan sub sektor
perikanan dan khususnya diarahkan pada Pengembangan suatu komunitas
perikanan (Fisheries Community Development) secara terpadu.
Adapun tujuan dan sasaran pengembangan perikanan dapat dikemukakan
sebagai berikut. Terdapat 5 (lima) tujuan pokok sebagai berikut:
1. Meningkatkan ekspor non migas;
2. Meningkatkan konsumsi ikan bagi penduduk dan sekaligus
memenuhi kebutuhan protein hewani asal ikan;
3. Meningkatkan pendapatan nelayan;
4. Mengembangkan agroindustri perikanan;
5. Menunjang pembangunan daerah.

Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kota Agung sebagai suatu


komunitas masyarakat nelayan (Fisheries Community Development) secara
terpadu, mencakup 2 hal pokok sebagai berikut:
1. Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kota Agung dengan
segala fasilitas sarana/prasarana yang memadai untuk meningkatkan
kegiatan usaha perikanan tangkap, yang mencakup kegiatan Armada
penangkapan ikan, penanganan produksi perikanan, pengolahan,
distribusi, dan pemasaran hasil perikanan serta menunjang tumbuhnya
industry perikanan yang pada akhirnya akan dapat mewujudkan
pencapaian tujuan pembangunan perikanan.
2. Pembinaan sumber daya manusia perikanan khususnya peningkatan
keterampilan dan keahlian masyarakat setempat untuk memanfaatkan
potensi perikanan laut secara profesional melalui berbagai latihan dalam
berbagai program pelatihan dibidang agribisnis dan agroindustri pada
berbagai lembaga pelatihan yang ada.

4.1.2 Konsep Pengembangan


Pengembangan Sektor Perikanan didorong oleh kenyataan bahwa
nelayan/petani ikan termasuk golongan masyarakat berpendapatan rendah dan
oleh karena itu tergolong masyarakat miskin. Dalam lingkaran setan kemiskinan,
pokok pangkal dari kemiskinan adalah tingkat pendapatan yang rendah.
Pendapatan yang rendah bukan hanya mempengaruhi tingkat tabungan yang
rendah, tetapi juga mempengaruhi tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah,
sehingga produktifitas sumber daya juga rendah. Semuanya akan berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan masyarakat pada umumnya dan nelayan/petani ikan
khususnya.
Investasi dan peningkatan produktifitas merupakan dua faktor yang tidak
bisa lepas dari usaha meningkatkan kesejehteraan nelayan dan petani ikan.
Sedangkan investasi oleh masyarakat nelayan/petani ikan, pemodal tidak terlepas
dari kemampuannya untuk menabung dari sebagian penghasilannya yang tidak
dikonsumsi. Para pakar selalu mengungkapkan pentingnya pertumbuhan yang
dapat didorong oleh peningkatan tabungan dan investasi. Pertumbuhan di sektor
ekonomi perikanan juga tidak terlepas dari teori tersebut. Pertumbuhan ekonomi
perikanan dihantui oleh kurangnya kemampuan dalam memanfaatkan sumber
daya perikanan yang tersedia. Dampak yang kita lihat adalah timbulnya
kemiskinan pada masyarakat nelayan dan petani ikan. Kondisi ini tidak dipungkiri
sebagai suatu lingkaran setan kemiskinan termasuk lingkaran setan kemiskinan
nelayan dan petani ikan di Tanggamus.
Peningkatan produktifitas tidak mudah dilakukan, apalagi kemampuan
sumber yang tersedia lemah. Berbagai faktor seperti tingkat gizi masyarakat,
tingkat pendidikan, dan tingkat teknologi yang rendah, hampir pasti menjadi
penghambat dalam upaya peningkatan produktifitas. Dan sesungguhnya hal ini
merupakan akibat lanjutan dari tingkat pendapatan nelayan dan petani ikan yang
relatif rendah.
Oleh karena itu dengan adanya lingkaran setan kemiskinan tersebut, perlu
dilakukan upaya peningkatan produktifitas, sehingga kesejahteraan nelayan dan
petani ikan di Tanggamus secara perlahan dapat diatasi dan ditingkatkan. Upaya
penngkatan produktifitas nelayan dan petani ikan dilakukan dengan mendorong
peningkatan tabungan dan investasi. Investor perlu diberikan insentif seperti
fasilitas keringanan pajak, dan tersedianya prasarana dan sarana yang memadai.
Untuk jelasnya, lingkaran peningkatan pendapatan nelayan dan petani ikan
dapat diikuti pada gambar berikut.

Gambar 4. 1 Lingkaran peningkatan pendapatan nelayan dan petani ikan.

Berdasarkan gambaran sebagaimana dilukiskan tersebut diatas dapat


menggambarkan lingkaran peningkatan pendapatan masyarakat termasuk
nelayan dan petani ikan. Lingkaran peningkatan pendapatan nelayan dan petani
ikan sebagaimana gambaran tersebut memperjelas bagaimana kondisi tersebut
menjadi suatu lingkaran yang menggambarkan sebab akibat terjadinya
peningkatan pendapatan nelayan dan petani ikan. Berdasarkan uraian tersebut
diatas, maka agar lebih meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan
diperlukan investasi yang memadai baik berupa sarana maupun prasarana yang
disertai peningkatan produktifitas serta upaya pengembangan tabungan. Upaya
pengembangannya dapat dilakukan dengan memperhatikan berbagai hal, seperti:
- Pertama, dorongan moral gerakan menabung yang diimbangi memberikan
rangsangan menabung.
- Kedua, Mendorong dan meningkatkan kesempatan menanam
modal/investasi di sektor perikanan
- Ketiga, .memperkenalkan pentingnya lembaga keuangan bank, seperti
perbankan, perasuransian, pasar modal.
- Keempat, melakukan perubahan struktur pembangunan ekonomi perikanan

yang seimbang dengan menitik beratkan keseimbangan sektor industri


perikanan. Hal ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan baik
terhadap dampak ke depan (backward effect) dan dampak kebelakang
(forward effect). Perkembangan ke depan (backward effect) dan
kebelakang (forward effect) yang ditimbulkan industri perikanan
diharapkan akan mendorong berkembangnya industri-industri lain yang
yang demikian akan mendorong kesempatan kerja, modal dan lainnya.
- Kelima, pengembangan sektor perikanan juga harus diikuti oleh berbagai
pemecahan masalah termasuk pemanfaatan sumber daya alam perikanan
secara optimal pada tingkat lestari.
- Keenam, menuntaskan hambatan yang berhubungan dengan tersedianya
peraturan yang mendukung termasuk insentif bagi investor
- Ketujuh, pemerintah daerah memberikan insentif PPh kepada sektor usaha

yang melakukan investasi baru atau memperluas usaha. Fasilitas ini


sebaiknya tidak perlu dpertimbangkan kepada wajib pajak yang telah
memperoleh fasilitas perpajakan.
- Kedelapan, pemerintah daerah harus peka untuk wilayahnya dalam rangka

pelaksanaan PP148 terhadap kelompok usaha yang mendapat insentif PPh

seperti kelompok industri penangkapan ikan di laut dan pengolahannya,


kelompok industri perlengkapan udang laut dan pengolahannya, kelompok
industri perlengkapan “molusca” (cumi dan hewan sejenis yang kulitnya
lunak) laut dan usaha terpadu,
- Kesembilan, membangun jiwa kepemimpinan yang handal dan berpihak
kepada kepentingan nelayan dan petani ikan.

4.1.3 Faktor – Faktor Perencanaan


Dalam perencanaan pengembangan dermaga kondisi eksisting sangat
berpengaruh, sehingga perlu diperhatikan agar pemanfaatannya sesuai dengan
kepentingan (perencanaan). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan tersebut adalah:
- Kondisi lapangan, yaitu kondisi spesifik alam yang ada seperti
topografi, gelombang, angin, pasang surut, kondisi tanah dan
sebagainya.
- Karakteristik kapal, yaitu spesifikasi jenis kapal yang akan dilayani
yang meliputi: bobot kapal, panjang kapal, lebar kapal dan draft kapal.

4.2 ANALISA KEBUTUHAN


4.2.1 Dasar-Dasar Perencanaan
A. Pola Kegiatan Operasional Pelabuhan Perikanan
Perencanaan kebutuhan fasilitas ini disesuaikan dengan pola kegiatan
operasional pelabuhan perikanan yang direncanakan, yang mencakup:
1. Kegiatan Operasional di Laut
Kegiatan operasional di laut meliputi siklus kegiatan penangkapan ikan di
laut:
- Penangkapan Ikan di Laut (Fishing Ground)
Kegiatan penangkapan ikan di laut melibatkan nelayan
tradisional yang menangkap ikan di perairan pantai dengan
menggunakan kapal-kapal kecil dan sedang (< 30 GT), maupun
pengusaha penangkapan ikan yang beroperasi di perairan lepas
pantai dan ZEE dengan menggunakan kapal-kapal berukuran besar
(> 30 GT). Dalam kegiatan penangkapan ini mencakup pula
kegiatan
penanganan ikan diatas kapal yang berupa pembersihan
(cleaning), pengawetan dengan pendinginan/pembekuan
menggunakan es (icing/freezing) atau dengan penggaraman
(salting) dan penyimpanan dalam fish hold (storage).

- Pendaratan di Dermaga Bongkar (Landing)


Kegiatan pendaratan kapal penangkap ikan di dermaga mencakup
bongkar ikan (unloading) pengangkutan ikan ke TPI,
penyortiran dan pembersihan (sorting/cleansing).
- Pelayanan di Dermaga Muat (Servicing)
Kapal-kapal yang selesai membongkar hasil tangkapannya,
kemudian menuju ke dermaga pelayanan (service berth) untuk
memuat perbekalan yang berupa bahan bakar, air bersih, es
bahan makanan dan sebagainya.
- Perawatan dan Perbaikan (Maintenance & Repairs)
Kegiatan ini mencakup perbaikan bagi kapal-kapal yang rusak
berat/ringan, penggantian suku cadang, maupun perawatan
rutin sebelum melaut. Untuk kegiatan ini diperlukan fasilitas
perbengkelan/workshop dan fasilitas docking (slipway).

- Tambat Labuh dan Istirahat (Berthing dan Mooring)


Dalam rangka menunggu operasi penangkapan berikutnya, kapal-
kapal yang telah selesai membongkar hasil tangkapannya
maupun yang telah selesai perbaikan, akan tambat dan
beristirahat. Selama masa tambat/istirahat ini akan dilakukan
kegiatan pembersihan dan perawatan kapal, pengisian
perbekalan makanan dan kesempatan beristirahat maupun
bepergian bagi para ABK. Untuk kegiatan ini diperlukan areal
labuh yang memadai.

2. Kegiatan Operasional di Darat


Kegiatan operasional di darat meliputi :
- Pelelangan (Auctioning)
Kegiatan pelelangan ikan hasil tangkapan ini merupakan kegiatan
utama dan dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Didalam pelelangan ini tercakup kegiatan administrasi
(pencatatan, penarikan retribusi dan lain-lain) yang dilakukan
oleh petugas TPI, kegiatan jual beli yang melibatkan pemilik
ikan/penjual dan pedagang/pembeli.

- Penyortiran dan Pengepakan (Sorting & Packing)


Ikan hasil tangkapan yang telah dilelang selanjutnya disortir dan
dipak untuk kemudian dipasarkan atau diolah lebih lanjut.
Kegiatan ini biasanya dilakukan disalah satu ruangan didalam
TPI.

- Pengolahan (Processing)
Kegiatan pengolahan meliputi pendinginan/pembekuan didalam cold
storage atau freezer, pengawetan dengan pengeringan
(drying) atau penggaraman (salting), pemindangan, pengalengan
(canning) dan sebagainya. Kegiatan ini melibatkan para pengolah
tradisional, maupun para pengusaha pengolah modern yang
mengolah ikan untuk kepentingan pemasaran antar pulau maupun
ekspor.

- Pengangkutan (Transportation)
Pengangkutan hasil produksi ini merupakan penghubung mata rantai
kegiatan perikanan yang sangat penting. Pengangkutan
hasil produksi perikanan (ikan segar maupun olahan) dari
pelabuhan ke kota-kota tujuan pemasaran dalam negeri,
maupun ke negara-negara tujuan ekspor, merupakan komponen
penting yang mempengaruhi harga penjualan.
Kegiatan pengangkutan ini melibatkan sarana dan prasarana
transportasi darat (jalan, jembatan, truk, trailer, peti kemas), laut
(pelabuhan umum, kapal carrier) dan udara (pelabuhan udara,
pesawat terbang).

- Pemasaran (Marketing)
Kegiatan pemasaran meliputi pemasaran lokal, antar pulau dan
ekspor. Kegiatan ini melibatkan para pedagang dan pengecer
yang memasarkan/menjual ikan disekitar lokasi, pedagang antar
pulau, maupun para pengusaha eksportir.

B. Pola Penanganan Ikan (Fish Handling)


Untuk mempertahankan agar mutu ikan hasil tangkapan tetap tinggi,
sehingga dapat memenuhi syarat sebagai bahan baku olahan untuk ekspor
dan bernilai jual tinggi, diperlukan penanganan yang baik sejak dari
penangkapan, penyimpanan dan pengangkutan sampai ke tangan
konsumen.
Kegiatan penanganan ikan meliputi:
1. Penanganan di laut
Penanganan ikan yang baik adalah dengan menjaga agar ikan tetap
segar setelah ditangkap. Untuk itu ikan-ikan hasil tangkapan disimpan
dalam
palkah (fish hold) dan diawetkan dengan es. Dengan demikian ikan-ikan
tersebut tetap dingin dan segar selama perjalanan di laut. Sehubungan
dengan itu maka kapal-kapal penangkap ikan yang akan
berlayar harus dibekali dengan es yang cukup untuk menjaga mutu ikan
selama operasi penangkapan.

2. Penanganan di pelabuhan
Dalam proses pembongkaran ikan dari kapal ke dermaga dan
pengangkutan ke TPI, diperlukan penanganan yang baik agar mutu ikan
tetap terjaga. Untuk itu maka pada saat kapal merapat di dermaga, ikan-
ikan yang dibongkar dari palkah, dibersihkan dari kotoran dan es dengan
menggunakan air bersih lalu disortir dan disusun dalam keranjang sambil
ditaburi es. Setelah itu keranjang-keranjang yang berisi ikan tersebut
diangkut ke TPI dengan menggunakan kereta dorong atau fork lift. Ikan
yang telah dilelang tersebut selanjutnya diangkut ketempat penyimpanan
atau tempat pengolahan, atau langsung dipasarkan.
Untuk keperluan penanganan ikan tuna yang akan diproses dalam
bentuk segar atau tuna loin, maka di pelabuhan perlu disediakan
ruangan khusus untuk penanganan jenis komoditi tersebut.

3. Penanganan dalam pengangkutan


Hasil perikanan yang didaratkan di PPP Kota Agung, setelah dilelang
akan dijual dalam keadaan segar ke daerah disekitar Tanggamus
khususnya dan Lampung pada umumnya atau dijual dalam bentuk ikan
olahan (berupa ikan asin, ikan pindang, ikan asap maupun hasil
fermentasi) ke kota-kota lain di Indonesia.
Untuk ikan yang dijual dalam keadaan segar, memerlukan penanganan
yang baik selama pengangkutan agar mutunya tetap terjaga baik.
Apabila jarak pengangkutan cukup jauh maka ikan-ikan tersebut harus
diangkut dalam keadaan tetap dingin dengan cara disimpan dalam peti
dan ditaburi es. Sementara untuk jarak yang relatif dekat, diangkut
bersama-sama dengan keranjangnya dan ditaburi es curai. Sistem
penanganan ikan dengan rantai dingin (cold chain system) merupakan
alternatif terbaik dalam peningkatan mutu dan Pembangunan ekspor
hasil-hasil perikanan.

4.2.2 Jenis Fasilitas Yang Dibutuhkan


Berdasarkan pola kegiatan operasional pelabuhan perikanan dan pola
penanganan ikan yang diuraikan dimuka, maka jenis dan pengelompokkan
fasilitas yang dibutuhkan untuk PPP Kota Agung dapat diuraikan sebagai
berikut:
A. Fasilitas Dasar
Merupakan fasilitas pokok yang harus ada dan berfungsi untuk melindungi
pelabuhan dari gangguan alam, tempat membongkar ikan hasil tangkapan
dan memuat perbekalan, serta tempat tambat labuh kapal-kapal penangkap
ikan.
Fasilitas dasar ini terdiri atas;
1. Dermaga bongkar, dermaga muat dan tambat
2. Areal daratan pelabuhan
3. Jaringan jalan
4. Jaringan drainase

B. Fasilitas Fungsional
Fasilitas yang berfungsi untuk memberikan pelayanan dan manfaat
langsung
yang diperlukan untuk kegiatan operasional suatu pelabuhan perikanan.
Fasilitas fungsional ini terdiri dari:
1. Fasilitas Produksi
- Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berikut fasilitas penunjangnya seperti
kantor, ruang penimbangan, gudang dan tempat pengepakan.
- Toilet umum.
- Shelter nelayan.

2. Fasilitas Perbekalan
- Pabrik es
- Tangki BBM untuk perbekalan kapal dan keperluan pengolahan
- Instalasi air bersih untuk perbekalan kapal dan keperluan pengolahan
serta kebutuhan pelabuhan.
- Gudang untuk penyimpanan garam
- Kios KUD/Toserba yang menyediakan perbekalan berupa makanan
dan alat-alat tangkap.

3. Fasilitas Pemeliharaan / Perbaikan


- Gudang peralatan
- Bengkel / Workshop
- Pelataran perbaikan mesin dan alat tangkap
- Dok/galangan kapal (slipway)

4. Fasilitas Pengolahan
- Cold storage/cold room, untuk menyimpan kelebihan produksi
sementara untuk diawetkan atau tempat penampungan ikan sebelum
dipasarkan.
- Fasilitas industri pengolahan ikan.

5. Kantor Administrasi Pelabuhan


Yang terdiri dari Kantor Syahbandar, Kantor UPT Pelabuhan Perikanan
Bea cukai, Imigrasi, Kepolisian, Kesehatan dan Bank Devisa.

6. Balai Pertemuan Nelayan


Berfungsi untuk kegiatan penyuluhan nelayan, tempat pertemuan dan
sebagai ruang serbaguna.
7. Instalasi Listrik
8. Sarana Komunikasi (telepon, fax, radio komunikasi)
9. Fasilitas Pendukung yang terdiri dari:
- Rumah Mekanikal dan Elektrikal (M & E)
- Rumah pompa
- Rumah jaga
- Gudang perlengkapan
- Pagar keliling

C. Fasilitas Penunjang
Merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
pelabuhan perikanan.
Fasilitas penunjang ini terdiri dari:

1. Perumahan untuk kepala pelabuhan, syahbandar, staf, mess operator


dan penginapan nelayan
2. Tempat ibadah
3. Poliklinik
4. Kantin
5. Pertokoan/Kios KUD
6. Pasar
7. Sarana kebersihan (tempat pembuangan sampah, pengolahan limbah)

D. Lahan Pembangunan Industri Perikanan


Lahan pembangunan industri terdiri dari lahan pembangunan industri
perikanan dan lahan pembangunan industri kecil/tradisional. Lahan
pembangunan industri perikanan merupakan lahan yang disediakan
untukinvestor yang akan membangun industri perikanan seperti cold
storage, pabrik es, pengalengan, pembekuan, pengasapan dan
sebagainya. Lahan pembangunan industri kecil/tradisional merupakan
lahan yang disediakan untuk para nelayan, pengusaha kecil yang akan
mendirikan industri kecil/tradisional seperti pemindangan,
penggaraman, pengeringan, pengasapan, dan sebagainya.

4.2.3 Analisa Kebutuhan Fasilitas


A. Asumsi Dasar
Dalam analisa kebutuhan fasilitas PPP Kota Agung ini digunakan asumsi
dasar sebagai berikut:

1. Dermaga
Dalam perencanaan dermaga, dibuat pemisahan antara dermaga untuk
kapal berukuran kecil dan sedang (< 30 GT) dan kapal ukuran besar >
30 GT. Masing-masing dermaga tersebut terdiri dari dermaga bongkar,
muat dan dermaga tambat.
Jumlah kapal diproyeksikan sebagai berikut:

Tabel 4. 16 Proyeksi Jumlah Kapal Pelabuhan PPPP Kota Agung


Jumlah Proyeksi Kapal
2021-2025 2026-2030 2031-2035
Handline FRP <5GT 126 126 126
Longline FRP 20-30 GT 42 42 42

2. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)


Luas TPI ditentukan berdasarkan volume ikan yang dilelang. Untuk Zona
I (kapal < 30 GT) dan Zona II (kapal > 30 GT) diasumsikan sekitar 60%
dari total produksi ikan yang melalui pelelangan. Diasumsikan pula
bahwa kegiatan pelelangan dilakukan 2 kali dalam satu hari.

3. Kebutuhan Es
Kebutuhan es dihitung berdasarkan proyeksi produksi ikan per hari.
Kebutuhan es adalah = 2 kg es untuk 1 kg ikan

4. Kebutuhan BBM
Kebutuhan BBM dihitung berdasarkan jenis dan jumlah kapal yang
memanfaatkan pelabuhan.
- Kebutuhan oli = 0,01 liter/DK/jam
- Kebutuhan solar = 0,20 liter/DK/jam
- Kebutuhan minyak tanah = 0,10 liter/DK/jam
Oli dan minyak tanah disediakan memakai drum-drum, sedangkan solar
disediakan dalam tangki. Tangki BBM direncanakan dengan kapasitas
harian.
5. Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan kebutuhan perbekalan kapal
untuk ABK, pencucian ikan dan pembersihan TPI, kebutuhan bahan
baku pabrik es, pendinginan mesin-mesin dan kebutuhan penghuni
pelabuhan.
- Kebutuhan ABK : 20 liter/orang/hari
- Kebutuhan bahan baku es : 1 kg air untuk 1 kg es
- Pencucian ikan : 1 liter/kg ikan
- Pembesihan TPI : 1,5 liter/m2 luas TPI
- Kebutuhan penghuni : 10% dari kebutuhan total
- Pendingin mesin-mesin : 10% dari kebutuhan total
Untuk penampungan air digunakan ground resevoir, sedangkan untuk
distribusi air direncanakan dengan menara air.

6. Kebutuhan Listrik
Kebutuhan listrik dihitung berdasarkan dimensi bangunan, fungsi
ruangan, kebutuhan daya untuk mesin-mesin penggerak dan kebutuhan
penerangan.

7. Kebutuhan Luas Bangunan Fungsional dan Penunjang


Kebutuhan luas bangunan dihitung berdasarkan jumlah pemakai,
kapasitas produksi, ditambah ruang sirkulasi sebesar 20 - 30% dari
luas total. Standar luas bangunan tergantung pada fungsi bangunan
dan jumlah penghuninya.

B. Program Kebutuhan Fasilitas


Berdasarkan asumsi dasar yang telah diuraikan diatas, maka dibuat
perhitungan kapasitas dan dimensi dari tiap-tiap fasilitas yang dibutuhkan.

1. Data Kapal
Kegiatan penangkapan ikan dilaut melibatkan nelayan tradisional yang
menangkap ikan di perairan pantai dengan menggunakan kapal-kapal
kecil dan sedang (< 30 GT),
Data kapal yang digunakan dalam perencanaan dermaga ini adalah data
kapal yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kota Agung,
dengan spesifikasi sebagai berikut:

Dimensi Kapal
N n
LOA B D d
N
Jenis Kapal
o
m m m m unit unit

1 Handline FRP <5GT 15,62 2,65 1,5 1,1 126 126


2 Longline FRP 20-30 GT 25,65 4,32 2,1 1,78 60 40
   Rata-rata  20,64  3,48  1,8  1,44  186  146

Tabel 4.1. Jenis dan dimensi kapal

Keterangan:

LOA (Length Over All) = Panjang Kapal Keseluruhan


B (Bread) = Lebar Kapal
D (Depth) = Dalam Kapal
d (draft) = Syarat Kapal
N = Jumlah Kapal
n = Jumlah kapal yang operasi

2. Kedalaman Kolam Pelabuhan


Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan kedalaman alur ideal
yaitu:
H=d+s+c
Dimana:
H = kedalaman alur pelayaran (m)
d = draft kapal (direncanakan d = 1,25 m)
s = gerak vertikal kapal karena gelombang (toleransi maksimal 0,5m)
c = ruang kebebasan bersih minimum 0,5 m
Sehingga didapat kedalaman alur :
H = 1,25 + 0,5 + 0,5
= 2,25 m
H = 2,25 + 3,0 (elevasi dasar laut)
= 5,25 m
Gambar 4.1. Kedalaman Alur Pelayaran

3. Lebar Alur Pelayaran


Pada perencanaan dermaga ini lebar alur pelayaran sesuai dengan yang
disyaratkan pada Standar rencana Induk dan pokok-pokok desain
untuk pelabuhan perikanan di Indonesia yaitu untuk kapal sampai 30 GT

berkisar antara 7 kali lebar kapal terbesar. Tujuannya adalah untuk


mengantisipasi terjadinya benturan pada saat kapal yang lewat
bersimpangan. Lebar kapal adalah 7 meter, jadi lebar alur yang
diperlukan
adalah 4,3 x 7 = 30,1 meter.
Adapun sesuai dengan formula untuk lebar alur untuk satu kapal adalah :
W= 2BC+ML

Dimana :
W = Lebar alur pelayaran
BC = Bank Clearance ( Ruang aman sisi kapal )
=1,5B = 1,5x4,3 =6,45 m
ML = Manuevering Lane ( 1½ x Lebar kapal )
=1,5B = 1, 5x4,3 =6,45 m
SC = Ship Clearance ( Ruang aman antar kapal ) minimal 0,5 m

Sehingga didapat lebar alur yang direncanakan


= 2x 6,45 + 6,45 = 19,32 m
Gambar 4.2. Lebar Alur Pelayaran

4. Luas Kolam Pelabuhan


Pada perencanaan dermaga ini luas kolam pelabuhan =
A = R + (3n x L x B )

Dimana:
A = Luas Kolam Pelabuhan (m2)
R = Radius Putar (m2)
= π r2
= 3,14x(20,64) 2 = 1.337,02 m
n = Jumlah kapal maksimum yang berlabuh tiap hari =166 kapal
L = Panjang Kapal (m) = 20,64 m
B = Lebar Kapal (m) = 3,48 m

Sehingga di dapat luas kolam pelabuhan yang direncanakan:


A = (3,14x(20,64) 2) + (3x166 x 20,64 x 3,48)
= 37.106,97 m2
= 3,71 Ha

5. Panjang Dermaga Bongkar dan Muat


Panjang dermaga bongkar dihitung dengan rumus PIANC sebagai
berikut:
nxLuxQxs
L=
DCxUxT
Keterangan:

LOA (Length Over All) = Panjang Kapal Keseluruhan


B (Bread) = Lebar Kapal
D (Depth) = Dalam Kapal
d (draft) = Syarat Kapal
N = Jumlah Kapal
n = Jumlah kapal yang operasi
Q = Hasil tangkapan rata-rata per sekali
pelayaran
Dc = Rata-rata periode ulang pelayaran (hari)
T = Waktu yang ada untuk Pembongkaran
per hari (jam)
S = Faktor ketidakteraturan
L = Panjang Dermaga yang diperlukan
U = Kecepatan Bongkar rata-rata termasuk
persiapan
Lu =1.1* LOA
Hasil perhitungan panjang dermaga bongkar dan muat yang dibutuhkan setelah disesuaikan dengan proyeksi jumlah kapal
pada dermaga bongkar dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Q
Dimensi Kapal
N n Q Tuna
Cakalang
Q Dc U T S L
N LOA B D d
Jenis Kapal
o 1x 1x
m m m m unit unit pelayaran pelayaran ton hari hari jam   m
(ton) (ton)
15,6 12
1
Handline FRP <5GT 2 2,65 1,5 1,1 6 2     0,5 1 1 0,75 1,5 40
25,6
2
Longline FRP 20-30 GT 5 4,32 2,1 1,78 60 2     0,5 1 1 0,75 1,5 60
                               

Tabel 4.1. Perhitungan panjang dermaga bongkar dan muat

6. Panjang Dermaga Tambat


Panjang dermaga bongkar dihitung dengan rumus PIANC sebagai berikut:
nxLuxQxs
L=
DCxT

Keterangan :
LOA = panjang Kapal Keseluruhan (Length Over All)
B (Bread) = Lebar Kapal
D (Depth) = Dalam Kapal
d (draft) = Syarat Kapal
N = Jumlah Kapal
n = Jumlah kapal yang operasi
Ts = Waktu pelayanan yang diperlukan per-kapal
Dc = Rata-rata periode ulang pelayaran (hari)
T = Waktu yang ada untuk Pelayanan per hari (jam)
S =Faktor ketidakteraturan
L =Panjang Dermaga yang diperlukan

Lu =1.1* LOA

Dimensi Kapal
N N n TS Dc T S L
Jenis Kapal LOA B D d
o
m m m m unit unit jam hari jam   m
1 Handline FRP <5GT 15,62 2,65 1,5 1,1 126 126 0,5 1 8 1,5 250
2 Longline FRP 20-30 GT 25,65 4,32 2,1 1,78 60 42 0,75 1 8 1,5 140
                         

Tabel 4.2. Perhitungan Panjang Dermaga Tambat


7. Lebar Dermaga
Lebar dermaga diakomodasikan untuk tempat bongkar muat kapal dan
lalu lintas alat angkut (gerobak dan truk) pembawa ikan dari kapal
menuju tempat pelelangan ikan. Untuk keperluan tersebut dermaga
direncanakan dengan lebar 5 meter, dengan perhitungan sebagai
berikut:
Lebar truck =2m
Lebar gerobak =1m
Lalulintasorang =1m
Total lebar = Lalu lintas truk/gerobak + Lalu lintas orang
= (2+2) m + (1+1) m = 6 m

8. Tempat Pelelangan Ikan


Luas TPI dihitung dengan rumus PIANC sebagai berikut:

N Luas/To
Ruang Ton ikan Volume
o n
1 Kantor + Toilet 2,50 20,00 50,00
2 Hall Lelang 12,00 20,00 240,00
3 Hall Timbang 4,00 20,00 80,00
4 Ruang Pengepakan 7,00 20,00 140,00
5 Gudang Kereta, Keranjang + R. Cuci 2,50 20,00 50,00
6 Sirkulasi 0,3 560,00 168,00
Total 728,000

Tabel 4.3. Perhitungan Luas TPI

9. Pasar Ikan

No Uraian Satuan Kebutuhan Asumsi Volume


 1 Kios M2 6,00 60,00 360,00
 2 Toilet M2 12,00 2,00 24,00
 3 Sirkulasi M2 0,30 384,00 115,20
        Total 499,20

Tabel 4.4. Perhitungan Luas Pasar Ikan


10. Kebutuhan Air Bersih

N Kebutuha Satua
o Uraian n n Asumsi Volume
 1 Kebutuhan ABK 20,00 Liter 672,00 13.440,00
 2 Pencucian ikan 1,00 Liter 10.000,00 10.000,00
 3 Pembesihan TPI 1,50 Liter 14.560,00 21.840,00
 4 Kebutuhan penghuni 0,10 Liter 45.280,00 4.528,00
49.808,
Total
        00

Tabel 4.5. kebutuhan Air Bersih

Gambar 4.3. Pola Kegiatan Operasional PPP Kota Agung

4.3 PERENCANAAN LAYOUT


Pengembangan PPP Kota Agung akan dicanangkan dalam bentuk program
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti dibawah ini:
A. Program Jangka Pendek:
- Menumbuhkan armada hand line, long
- Menumbuhkan budidaya berbasis profit level
- Menumbuhkan industri sasimi, pengalengan dan value added
- Menumbuhkan sarana/pendukung produksi
- Membangun sistem manajemen industri perikanan terpadu
B. Program Jangka Menengah dan Panjang :
- Mengembangkan pertumbuhan armada purse seiner dengan
program bantuan kredit bagi nelayan, diharapkan armada
operasional nelayan akan beralih guna dari hand line dan long line
ke bentuk tipe purse seiner.
- Menumbuhkan budidaya berbasis profit level
- Menumbuhkan industri sasimi, pengalengan dan value added
- Menumbuhkan sarana/pendukung produksi
- Membangun sistem manajemen industri perikanan terpadu

4.4 ZONIFIKASI
Berdasarkan pola kegiatan operasional di laut dan darat, dapat disusun
zona kegiatan, dimana zona kegiatan tersebut perletakannya dalam layout
berdasarkan kriteria:
- Pembagian menurut zona I (>5 – 30 GT) dan zona II (<5 GT).
- Area bongkar, muat, tambat.
- Kebutuhan kedekatan masa terhadap laut.

Zonifikasi berdasarkan pola kegiatan oprasional pelabuhan perikanan


disusun sebagai berikut:
A. Zona Pembongkaran
Kegiatan bongkar ikan ini merupakan kegiatan utama dalam
operasional pelabuhan perikanan, dimana kapal-kapal penangkap ikan
mendaratkan dan membongkar ikan hasil tangkapannya untuk
selanjutnya dibawa ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Fasilatas yang
terkait dengan kegiatan bongkar ini antara lain:
- Dermaga bongkar dengan kelengkapannya (fender, bollard dan
sebagainya)
- Tempat pelelangan ikan
- Tempat pengepakan
- Shelter nelayan/transit shed
- Toilet umum

B. Zona Muat
Pada zona ini dilakukan kegiatan pelayanan yang berupa
pengisian/muat
Pembekalan untuk kebutuhan oprasi penangkapan. Fasilitas yang
terkait
dengan kegiatan pelayanan ini antar lain :
- Dermaga Pelayanan/muat
- Instalasi air tawar
- Instalasi BBM
- Kios Toserba

C. Zona Tambat/Istirahat
Zona yang disediakan untuk kapal-kapal yang tambat untuk beristirahat
sebelum kembali melaut. Para saat intirahat para ABK dapat
melakukan
kegiatan seperti berbelanja atau berekreasi. Pada zona ini disediakan
fasilitas tambat seperti bollard dan fender .

D. Zona Pemeliharaan
Zona ini menampung kegiatan perbaikan dan pemeliharaan baik kapal-
kapal yang mengalami kerusakan (baik besar maupun kecil) atau
perawatan rutin bagi kapal-kapal yang akan beroprasi. Kegiatan ini
melibatkan fasilitas:
- Doek/slipway
- Bengkel
- Gudang peralatan/perlengkapan
- Tempat perbaikan/penjemuran jarring

E. Zona Administrasi
Zona ini merupakan pusat kegiatan pengelolaan Pelabuhan Perikanan
Pantai Kota Agung. Semua kegiatan administrasi yang menyangkut
pengelolaan dan pengawasan pelabuhan, pelayanan masyarakat dan
sebagainya, dilakukan dikantor administrasi pelabuhan.

F. Zona Sosial
Zona ini menampung kegiatan social yang bersipat menunjang
kehidupan perikanan di PPP Kota Agung, seperti: Pertemuan,
penyuluhan, ibadah, kesehatan dan lain-lain. Fasilitas yang terkait
dengan kegiatan ini antara lain:
- Balai pertemuan nelayan
- Perumahan staf
- Mess karyawan
- Pasar
- Mesjid (tempat ibadah)
- Klinik kesehatan
- Kios Toserba
- Sarana rekreasi nelayan
- Dan lain-lain

G. Zona Industri Perikanan Skala Besar


Zona ini disediakan untuk menampung investor swasta yang akan
mendirikan industri perikanan dikawasan PPP Kota Agung. Fasilitas
yang terkait dengan kegiatan ini antara lain:
- Cold storage
- Pabrik Es
- Industri Pengolahan
- Industri Bahan alat tangkap
- Industri pengalengan

H. Zona Industri Perikanan Skala Kecil


Zona ini disediakan untuk menampung para nelayan, pengusaha kecil
dan menengah yang akan mendirikan industri kecil/tradisional. Fasilitas
yang terkait dengan kegiatan ini antara lain:
- Industri Pemindangan
- Industri Penggaraman
- Industri pengasapan
- Industri Pengeringan

I. Zona Distribusi
Zona ini disediakan untuk menampung kegiatan distribusi hasil
perikanan. Fasilitas yang terkait dengan kegiatan ini antar lain:
- Pasar ikan
- Transit shed

J. Zona Pembinaan Sumber Daya Manusia


Zona ini disediakan untuk menampung kegiatan pembinaan sumber
daya manusia bidang perikanan melalui peningkatan keterampilan dan
profesionalisme melalui program-program pelatihan di balai latihan.

4.5 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN


Rencana induk Pembangunan dan Pengembangan PPP Kota Agung dapat
disusun dalam tahapan seperti dijelaskan berikut ini.
A. Pembangunan Jangka Pendek (2021 - 2025)
Pembangunan jangka pendek diarahkan pada upaya mengatasi
masalah yang mendesak saat ini yaitu penyediaan sarana dan
prasarana pelabuhan perikanan yang memadai di Tanggamus sesuai
dengan wilayah layanannya. Adapun aktivitas yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Membangun fasilitas pelabuhan perikanan yang dapat dilanjutkan
secara bertahap dan berkelanjutan serta mengupayakan
pemanfaatannya secara tepat guna.
2. Mendorong laju investasi swasta ke arah industrialisasi dengan
upaya
pemberian kemudahan-kemudahan kepada pihak pengusaha.
3. Membentuk sistem pengelolaan fasilitas yang telah dibangun serta
mengupayakan mekanisme operasional dan pengembangan fasilitas
pelabuhan perikanan lainnya dengan melakukan koordinasi secara
lebih intensif dengan pihak terkait.
4. Menjalin hubungan yang harmonis dengan pengusaha dan instansi
terkait dalam upaya koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
operasional pelabuhan.

Sasaran yang ingin dicapai dari pembangunan dan pengembangan


jangka pendek ini adalah:
1. Meningkatkan pendapatan nelayan dan keluarganya melalui
pengadaan dan peningkatan pelayanan jasa pelabuhan perikanan.
2. Meningkatkan pemasaran domestik dan ekspor komoditi perikanan
melalui semboyan-semboyan tepat jumlah, harga, mutu, waktu dan
tempat.
3. Menampung tenaga kerja khususnya keluarga nelayan melalui
pembangunan dan pengembangan usaha perikanan.

Adapun jenis kegiatannya adalah sebagai berikut:


1. Membangun dan melengkapi fasilitas dasar/pokok yang meliputi :
- Dermaga bongkar, muat dan tambat untuk kapal-kapal
- Membangun tanggul/dermaga di sungai
- Jaringan jalan
- Jaringan drainase
2. Membangun/meningkatkan dan melengkapi fasilitas fungsional
yang meliputi:
a. Fasilitas bongkar ikan untuk zona kapal kecil dan sedang (< 30
GT) dan zona kapal besar (> 30 GT)
- Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
- Area Parkir (mobil dan sepeda motor)
- Transit shed untuk penanganan ikan (sorting, iceing, dan lain-
lain)
- Toilet umum
b. Fasilitas perbekalan untuk zona kapal kecil dan sedang (< 30
GT)
dan zona kapal besar (> 30 GT)
- Pabrik es
- Tangki BBM dan instalasinya Fuel sales shed
- Ground reservoir
- Kios/toserba
- Rumah M&E
c. Fasilitas Administrasi
- Kantor Administrasi Pelabuhan
- Kantor instansi Terkait
d. Fasilitas perbaikan dan pemeliharaan untuk zona kapal kecil dan
sedang (< 30 GT) dan zona kapal besar (> 30 GT)
- Bengkel dan Gudang
- Dock
e. Reklamasi dan sekaligus penyediaan lahan untuk persiapan
pembangunan industri/usaha perikanan kecil/tradisional (oleh
investor)
f. Rehabilitasi dan peningkatan fungsi dari fasilitas PPP yang ada.

3. Melengkapi fasilitas umum/Sosial yang meliputi:


- Tempat ibadah/Mesjid
- Instalasi Pengolahan air limbah (waste water treatment plant)
- Penempatan kembali Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
- Peningkatan jaringan listrik
- Peningkatan jaringan telekomunikasi
- Penghijauan

4. Intensifikasi usaha yang berupa:


- Perbaikan mutu hasil tangkapan
- Promosi pelayanan
- Bantuan permodalan / kredit
- Pendidikan / pelatihan tenaga perikanan

5. Mendukung pelaksanaan ekspor hasil perikanan.

B. Pembangunan Jangka Menengah (2026 - 2030)


Pembangunan jangka menengah diarahkan pada pemantapan kegiatan
usaha perikanan di PPP Kota Agung, dengan aktivitas sebagai berikut:
1. Melengkapi dan meningkatkan fasilitas pelabuhan perikanan yang
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam kapasitas yang

optimum, sesuai dengan perkembangan kegiatan usaha perikanan


yang ada.
2. Memantapkan industrialisasi didalam wilayah kerja pelabuhan
perikanan dengan melaksanakan diversifikasi usaha yang
integrated
serta berwawasan agrobisnis dan agroindustri.
3. Melengkapi sistem yang mengatur operasional dan pengembangan

pelabuhan perikanan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang

berlaku serta dapat dilaksanakan di lapangan.


4. Membina hubungan yang harmonis dengan para pengusaha dan
instansi terkait melalui peningkatan pelayanan terhadap usaha
perikanan serta koordinasi dan sinkronisasi kegiatan secara utuh
dan terpadu.

Sasaran yang hendak dicapai dari pembangunan jangka menengah ini


adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan nelayan dan keluarganya melalui
peningkatan pelayanan jasa pelabuhan dan perbaikan sistem tata
niaga produk perikanan.
2. Memajukan ekspor komoditi perikanan tanpa mengabaikan potensi

pasar domestik melalui perbaikan mutu dan efisiensi rantai


pemasaran.
3. Menyerap tenaga kerja produktif dibidang perikanan melalui
ekstensifikasi dan diversifikasi usaha yang terpadu.

Adapun jenis kegiatannya adalah sebagai berikut:


1. Melengkapi fasilitas dasar yang meliputi :
- Membangun dermaga muat dan tambat untuk kapal-kapal
besar (> 30 GT).
- Menambah jaringan jalan
- Menambah jaringan drainase
2. Melengkapi dan meningkatkan fasilitas fungsional yang meliputi:
a. Perluasan fasilitas bongkar ikan untuk zona kapal kecil dan
sedang (< 30 GT)
- Perluasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
- Perluasan Area Parkir (mobil dan sepeda motor)
- Perluasan Transit shed untuk penanganan ikan (sorting,
icing, dan lain-lain)
- Perluasan Toilet umum
b. Perluasan fasilitas perbekalan untuk zona kapal kecil dan
sedang (< 30 GT)
- Perluasan pabrik ES
- Peningkatan tangki BBM dan instalasinya
- Perluasan Fuel sales shed
- Perluasan Ground reservoir
- Perluasan kios/toserba
c. Perluasan fasilitas perbaikan dan pemeliharaan untuk zona
kapal kecil dan sedang (< 30 GT)
- Perluasan Bengkel dan Gudang
d. Perluasan fasilitas Administrasi
- Perluasan Kantor Administrasi Pelabuhan
3. Perluasan fasilitas umum/Sosial yang meliputi:
a. Jaringan listrik
b. Jaringan telekomunikasi
c. Penghijauan
4. Penyediaan lahan untuk Pembangunan industri perikanan
(reklamasi).
5. Peningkatan sarana produksi
6. Intensifikasi usaha yang berupa:
a. Perbaikan mutu hasil tangkapan
b. Pelatihan tenaga perikanan

C. Pembangunan Jangka Panjang (2031 - 2035)


Pembangunan jangka panjang diarahkan pada pemantapan dan
peningkatan kegiatan usaha perikanan di PPP Kota Agung dengan
aktivitas sebagai berikut:
1. Melengkapi dan meningkatkan fasilitas pelabuhan yang dapat
menunjang kegiatan operasional pelabuhan perikanan.
2. Memantapkan industri perikanan modern dengan penerapan iptek
dibidang perikanan.
3. Memantapkan sistem operasional pelabuhan yang modern dengan
manajemen profesional yang ditunjang iptek (MIS).
Sasaran yang ingin dicapai dari Pembangunan jangka panjang ini
adalah:
1. PPP Kota Agung, dengan sistem operasional pelabuhan yang
modern, dengan manajemen profesional.
2. Pelayanan jasa pelabuhan dan perbaikan sistem tata niaga produk
perikanan.
3. Industri perikanan modern yang mantap yang dapat meningkatkan
ekspor komoditas perikanan.
4. Tersedianya lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja
produktif/SDM di bidang perikanan.
5. Berkembangnya masyarakat perikanan yang terpadu, dengan
PPP Kota Agung sebagai pusat pengembangannya.

Adapun jenis kegiatannya adalah sebagai berikut :


1. Melengkapi dan meningkatkan fasilitas dasar yang meliputi :
a. Membangun breakwater baru (sebelah barat)
b. Memperluas dermaga muat dan tambat untuk kapal-kapal
besar (> 30 GT)
2. Melengkapi dan meningkatkan fasilitas fungsional yang meliputi:
a. Perluasan fasilitas bongkar ikan untuk zona kapal kecil (< 5 GT)
dan sedang (< 30 GT)
- Perluasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
- Perluasan Area Parkir (mobil dan sepeda motor)
- Perluasan Transit shed [untuk penanganan ikan (sorting,
iceing, dan lain-lain)]
- Perluasan Toilet umum
b. Perluasan fasilitas perbekalan untuk zona kapal kecil zona
kapal kecil (< 5 GT) dan sedang (< 30 GT)
- Perluasan pabrik ES
- Peningkatan tangki BBM dan instalasinya
- Perluasan Fuel sales shed
- Perluasan kios/toserba
c. Perluasan fasilitas perbaikan dan pemeliharaan untuk zona
kapal kapal kecil (< 5 GT) dan sedang (< 30 GT)
- Perluasan Bengkel dan Gudang
- Slipway (Dock)
- Penyediaan lahan untuk Pembangunan industri/usaha
perikanan skala besar (oleh investor)
3. Perluasan fasilitas umum/Sosial yang meliputi :
a. Jaringan listrik
b. Jaringan telekomunikasi
c. Penghijauan
4. Perluasan lahan untuk Pembangunan industri perikanan
5. Peningkatan sarana produksi
6. Intensifikasi usaha yang meliputi:
a. Perbaikan mutu hasil tangkapan
b. Pelatihan tenaga perikanan
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan yang telah dilakukan maka
kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah yang merupakan perpaduan
antara wilayah daratan dan lautan yang digunakan sebagai pangkalan
kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak
ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan serta digunakan untuk
kegiatan pemerintahan;
2. Fungsi Pelabuhan Perikanan yaitu sebagai fungsi pemerintah dan juga
fungsi pengusaha. Fungsi pemerintah pada pelabuhan perikanan
merupakan fungsi untuk melaksanakan, pengaturan, pembinaan,
pengendalian, pengawasan serta keamanan dan keselamatan operasional
kapal perikanan di pelabuhan perikanan dan fungsi pengusahaan
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan
dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengelolaan, sampai
dengan pemasaran;
3. Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung termasuk dalam klasifikasi
Pelabuhan Perikanan tipe kelas A;
4. Peranan Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung adalah sebagai
terminal yang menghubungkan kegiatan usaha pengangkapan dengan
usaha yang ada didarat.
5. Fasilitas Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung terdiri dari fasilitas
pokok, penunjang dan fasilitas fungsional. Fasilitas pokok terdiri dari jetty,
dermaga, breakwater kanan dan kiri serta kolam pelabuhan. Fasilitas
fungsional terdiri dari gedung pelelangan ikan, gedung penyimpanan es,
bangsal penimbangan, tangki air, genset, listrik, bengkel, gedung mina
mutu, tempat parkir, dan paving block. Fasilitas penunjang terdiri dari balai
pertemuan, MCK, pos jaga, portal besi, dan tempat beribadah;
6. Produksi di Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung adalah ikan tuna,
cumi-cumi, julung-julung, kembung laki-laki, kenyar, kerong-kerong,
layang anggur, layang benggol, layang deles, layur, dan lemuru.
7. Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung mempunyai struktur organisasi
yang dipimpin oleh ketua pelabuhan dan terdapat empat bidang yang ada
dalam organisasi tersebut yaitu bidang pengembangan, bidang tata
operasional, bidang fungsional, dan bagian tata usaha.
8. Wilayah kerja Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung terdiri atas wilayah
kerja daratan yaitu tempat pelelangan ikan, pabrik pembuatan pakan ikan,
kantor kesyahbandaran, tempat perbekalan dan tempat pertemuan .
Wilayah pengoperasian yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai
Kota Agung ialah akses jalan disepanjang pintu masuk Pelabuhan
Perikanan Pantai Kota Agung hingga ujung dermaga. Terdapat juga kapal
mati yang diletakkan di samping warung yang terdapat pada Pelabuhan
Perikanan Pantai Kota Agung. Terdapat juga alur pelayaran kapal
perikanan dari dan ke pelabuhan perikanan.

5.2. Saran
Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan yang telah dilakukan di
Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, maka saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya nelayan dapat memanfaatkan fasilitas secara optimal;
2. Sebaiknya kebersihan di tempat pelelangan ikan tetap dijaga; dan
3. Sebaiknya kolam pelabuhan dan alur pelayaran dilakukan pengerukkan
kembali dengan ketentuan tertentu untuk memperlancar pengoperasian
secara maksimal.
Selanjutnya untuk pajang break water 36 meter dan lebar empat meter. Anggaran yang digunakan
lebih dari Rp 3 miliar dengan waktu pengerjaan empat bulan, dan jadi kewenangan Dinas Kelautan
dan Perikanan Lampung.

DAFTAR PUSTAKA
Andini, Anisa Asti, Azis Nur Bambang, dan Herry Boesono. 2014. Analisis
Inventarisasi Alat Tangkap Berdasarkan Kategori Status Penangkapan
Ikan yang Bertanggungjawab di PPP KOTA AGUNG DKI Jakarta. Journal
of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 5 (4) :
177-183.
Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus. 2019. Laporan Tahunan
2018 Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus. Pelabuhan
Perikanan Pantai Kota Agung, Tanggamus, Jakarta, 161 hlm.
Najah. R. A., Lubis. E., Solihin. I., dan Pane. A. B. 2015. Kajian nilai produksi hasil
tangakapn di PPP KOTA AGUNG dan PPI Muara Angke. Jurnal Marine
Fisheries. 6(2): 155-167.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 8 Tahun 2012
Hidayah, N., Boesono, H., & Setiyanto, I. (2017). Analisis Tingkat Efisiensi Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Di Kabupaten Batang. Journal Of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology, 6(3), 74-80.
Najah, R. A., E. Lubis, I. Solihin, dan Anwar B. P. 2015. Kajian Nilai Pasar
Produksi Hasil Tangkapan Di PPP KOTA AGUNG Dan Ppi Muara Angke.
Jurnal Kelautan. 6(2): 155-167.
Fazri,K. , R. Rizwan,dan Z. Jalil. 2018. Analisis Aspek Aktivitas di Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Sawang Ba’u Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 3(3): 161-173.

Anda mungkin juga menyukai