Anda di halaman 1dari 16

laporan pelabuhan perikanan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini, telah menunjukkan hasil yang
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari semakin luas dan terarahnya usaha peningkatan produksi
perikanan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pula konsumsi ikan, eksport hasil perikanan,
pendapatan petani ikan dan nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan
terhadap pembangunan bidang industri dan menunjang pembangunan daerah. Peningkatan
produksi perikanan terutama didukung oleh meningkatnya produksi perikanan laut (fishing),
yang sampai tahun 1997 kegiatan perikanan tangkap memberikan sumbangan terbesar yaitu
sebesar 75 % dari total produksi perikanan, yang bersumber dari perikanan budidaya dan tangkap
(Nikijuluw, 2002).
Salah satu kebutuhan yang mutlak diperlukan untuk memajukan kegiatan industri
perikanan dan merealisasikan program peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir adalah
menyediakan prasarana pelabuhan perikanan yang memadahi. Prasarana pelabuhan perikanan
yang ada dan akan dibangun merupakan basis kegiatan pengadaan produksi perikanan pantai dan
menjadi pusat komunikasi antara kegiatan di wilayah laut dan daratan (Murdiyanto, 2002).
Pelabuhan perikanan merupakan jembatan bagi terlaksananya segala aktifitas pendaratan,
perdagangan dan pendistribusian produksi ke daerah konsumen. Untuk itu diperlukan
pengelolaan yang efektif dan efisien. Diktat pertama ini akan penulis fokuskan pada pelabuhan
perikanan yang dalam klasifikasinya termasuk pelabuhan khusus (Lubis, 2000).
Pembangunan pelabuhan perikanan sampai saat ini masih dirasa sebagai hal yang sangat
sulit, karena dihadapkan pada permasalahan yang senantiasa memberikan dampak perkembangan
baru serta terjadi perubahan–perubahan mendasar yang kadang perkembangan dan perubahan
itu menjadi tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Selain itu pelabuhan perikanan adalah
perpaduan antara bangunan darat dan bangunan laut serta kondisi social ekonomi masyarakat
nelayan, sehingga mulai dari perencanaan sampai pengendalian dan pengawasan pembangunan
operasional serta pemeliharaan memerlukan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu.
PPSC memiliki fasilitas yang mendukung bagi pengembangan perikanan tangkap yaitu
mempunyai luas kawasan 33,3 Ha, kapasitas kolam dapat menampung kapal berukuran > 60
GT,armada penangkapan mempunyai jangkauan operasional penangkapan di perairan
ZZEI/Internasional, mempunyai kawasan untuk prasarana, industri, pemukiman, dan pemasaran
lokal dan luar negeri. Dari fasilitas tersebut maka PPSC dapat dikategorikan pelabuhan tipe A,
namun dalam kenyataanya tidak sesuai dengan kapasitas terpasang.
Hal ini terjadi karena penurunan jumlah kunjungan kapal yang melakukan pendaratan di
PPSC, sehingga terjadi penurunan jumlah produksi. Terjadinya pendangkalan alur pelayaran
maupun kolam pelabuhan yang mengakibatkan kapal bertonase besar tidak bisa masuk kolam
pelabuhan. Tidak terjadinya lelang murni di TPI mengakibatkan tidak ada persaingan harga ikan
sehingga harga jual ikan di tingkat nelayan turun serta berkurangnya kesempatan ekspor ikan
karena rendahnya mutu hasil tangkapan.
Untuk itu peranan pelabuhan perikanan sebagai infrastruktur yang dapat memfasilitasi
kegiatan usaha penangkapan ikan yaitu sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat
berlabuh kapal perikanan, temapt pendaratan ikan, pusat pemasaran dan pembinaaan mutu hasil
perikanan, pusat penyuluhan dan pengumpulan data, pusat pelaksanaan pengawasan sumberdaya
ikan serta pusat pelayanan informasi sepatutnya harus lebih di optimalkan.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut :
1.   Mengetahui keadaan umum dan klasifikasi pelabuhan perikanan;
2.   Mengetahui peran strategis pelabuhan perikanan;
3.   Mengetahui fungsi pelabuhan perikanan;
4.   Mengetahui peranan penting hasil tangkapan di pelabuhan perikanan;
5.   Mengetahui fasilitas dan aktifitas pelabuhan perikanan; dan
6.   Mengetahui organisasi pelabuhan perikanan dan lembaga yang terkait.

1.3. Waktu dan Tempat


Praktikum Pelabuhan Perikanan dilaksanakan pada tanggal 25 November 2010, bertempat
di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), Jl. Lingkar Teluk Penyu No. 2 Cilacap, Jawa
Tengah 53200.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Fungsi Pelabuhan Perikanan


2.1.1. Definisi pelabuhan perikanan
Pelabuhan Perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan
yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan adalah
merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan
dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional (Lubis, 2000).
Menurut UU nomor 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan perairan disekitarnya dengan batas- batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistim bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal
bersandar, berlabuh, dan bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
Menurut Ditjen Perikanan (1996), pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan perairan
yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas dasar yng diperlukan untuk mengakomodasi operasi
perahu atau kapal nelayan serta berbagai basis kegiatan produksi, pemasaran, pengolahan hasil
laut, dan pengembangan masyarakat nelayan. Dengan fasllitas tersebut, pelabuhan perikanan
dapat berperan dalam meningkatkan perekonomian, mengembangkan usaha perikanan, serta
melakukan fungsi pembinaan dan pelayanan publik.
Pelabuhan Perikanan adalah suatu komplek gabungan antara area perairan, area lahan dan
berbagai sarana yang menjamin keselamatan tempat berlabuh bagi kapal penangkap ikan serta
menyediakan pelayanan, terutama untuk keperluan laut dan bongkar (Bagakali, 2000).
Menurut Ditjen Perikanan (2004), pelabuhan perikanan adalah suatu pangkalan atau tempat
berlabuh dan atau bertambatnya kapal perikanan serta pendaratan hasil perikanan dan merupakan
daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang terletak di luar daerah lingkungan
kerja pelabuhan yang dibuka untuk umum.
2.1.2. Fungsi pelabuhan perikanan
Menurut Tambunan (1994), menjelaskan bahwa fungsi pelabuhan perikanan adalah
sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan serta agrobisnis perikanan, tempat berlabuhnya
kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, sebagai pusat untuk memperlancar
kegiatan dan perbaikan kapal perikanan serta pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan,
pusat pengembangan industry dan pelayanan ekspor perikanan serta pusat penyuluhan dan
pengumpulan data.
Menurut Bagakali (2000), fungsi umum pelabuhan perikanan meliputi penyediaan:
1) Pintu alur masuk yang baik dan aman dengan alur pelayaran menuju pelabuhan yang lebar serta
cukup aman;
2) Kolam pelabuhan yang lebar, dalam dan terlindung untuk melayani kegiatan yang diperlukan;
3) Semua alat bantu navigasi, visual dan elektrik untuk membantu kapal-kapal agar dapat
menggunakan pelabuhan secara aman;
4) Pemecah gelombang (break water) dengan desain struktur yang memadai serta tata letak yang
cocok untuk mengurangi pengaruh gelombang dan badai dalam alur masuk dan kolam pelabuhan
hingga batas tidak mengganggu;
5) Dermaga yang memadai untuk melayani berbagai tipe dan ukuran kapal yang akan menggunakan
pelabuhan;
6) Sarana pelayanan yang diperlukan untuk melayani penyediaan perbekalan;
7) Gedung-gedung beserta perlengkapan yang perlu untuk memudahkan pengoperasian di dalam
komplek pelabuhan secara lancar dan effisien;
8) Areal yang cukup untuk perluasan kegiatan baik di darat maupun di laut;
9) Jalan penghubung utama yang cukup, baik menuju maupun dari arah areal pelabuhan dengan
sistem jaringan yang dirancang secara baik untuk melayani semua aktifitas di pelabuhan; dan
10) Ruang parkir yang cukup luas untuk semua kendaraan industri atau pribadi, disamping ruang
yang cukup di sekitar gedung-gedung dan pabrik untuk keperluan kendaraan muat dan bongkar
tanpa mengganggu kelancaran arus lalu lintas.

2.2. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan


Menurut Lubis (2000), Pelabuhan perikanan juga dapat diklasifikasikannya yaitu menurut
letak dan jenis usaha perikanannya. Pelabuhan perikanan bisa dilihat dari banyaknya faktor yang
ada, pengklasifikasian dapat dipengaruhi oleh berbagai parameter antara lain:
1.   Luas lahan, letak dan jenis konstruksi bangunannya;
2.   Tipe dan ukuran kapal-kapal yang masuk pelabuhan;
3.   Jenis perikanan dan skala usahanya; dan
4.   Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan.
Menurut Murdiyanto (2002), klasifikasi besar-kecil skala usahanya pelabuhan perikanan
dibedakan menjadi tiga tipe pelabuhan :
1. Pelabuhan Perikanan tipe A (Pelabuhan Perikanan Samudra). Pelabuhan perikanan tipe ini
adalah pelabuhan perikanan yang diperuntukkan terutama bagi kapal-kapal perikanan yang
beroperasi di perairan Samudera yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan jarak jauh
sampai ke perairan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) dan perairan internasional,
mempunyai perlengkapan untuk menangani (handling) dan mengolah sumberdaya ikan sesuai
dengan kapasitasnya yaitu jumlah hasil ikan yang didaratkan. Adapun jumlah ikan yang
didaratkan minimum sebanyak 200 ton per hari atau 73.000 ton per tahun baik untuk pemasaran
di dalam maupun di luar negeri (ekspor). Pelabuhan perikanan tipe A ini dirancang untuk bisa
menampung kapal berukuran lebih besar daripada 60 GT (gross tonage) sebanyak sampai
dengan 100 unit kapal sekaligus. Mempunyai cadangan lahan untuk pengembangan seluas 30
Ha. Contoh Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta.
2. Pelabuhan Perikanan tipe B (Pelabuhan Perikanan Nusantara). Termasuk dalam klasifikasi ini
adalah pelabuhan perikanan yang diperuntukkan terutama bagi kapal-kapal perikanan yang
beroperasi di perairan Nusantara yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan jarak
sedang sampai ke perairan ZEEI, mempunyai perlengkapan untuk menangani dan/atau mengolah
ikan sesuai dengan kapasitasnya yaitu jumlah hasil ikan yang didaratkan. Adapun jumlah ikan
yang didaratkan minimum sebanyak 50 ton per hari atau 18.250 ton per tahun untuk pemasaran
di dalam negeri. Pelabuhan perikanan tipe B ini dirancang untuk bisa menampung kapal
berukuran sampai dengan 60 GT (gross tonage) sebanyak sampai dengan 50 unit kapal sekaligus.
Mempunyai cadangan lahan darat untuk pengembangan seluas 10 Ha. Contoh Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pekalongan.
3. Pelabuhan Perikanan tipe C (Pelabuhan Perikanan Pantai). Termasuk dalam klasifikasi ini adalah
pelabuhan perikanan yang diperuntukkan terutama bagi kapal-kapal perikanan yang beroperasi di
perairan pantai, mempunyai perlengkapan untuk menangani dan/atau mengolah ikan sesuai
dengan kapasitasnya yaitu yaitu minimum sebanyak 20 ton per hari atau 7.300 ton per tahun
untuk pemasaran di daerah sekitarnya atau untuk dikumpulkan dan dikirimkan ke pelabuhan
perikanan besar. Pelabuhan perikanan tipe C ini dirancang untuk bisa menampung kapal sampai
berukuran 15 GT (gross tonage) sebanyak 25 unit kapal sekaligus. Mempunyai cadangan lahan
darat untuk pengembangan seluas 5 Ha. Contoh Pelabuhan Perikanan Pantai Tarempa di Riau.
4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Untuk melengkapi ke tiga pelabuhan perikanan tersebut di atas
dapat pula dibangun suatu pangkalan untuk pendaratan ikan hasil tangkapan nelayan yang
berskala lebih kecil dari pada pelabuhan perikanan pantai ditinjau dari kapasitas penanganan
jumlah produksi ikan sampai 5 ton per hari, dapat menampung kapal perikanan dengan ukuran 5
GT sejumlah 15 unit kapal sekaligus. Untuk pembangunan PPI ini diberikan lahan darat untuk
pengembangan seluas 1 Ha. Sebagai contoh adalah PPI Muara Angke di Jakarta.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006
tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu:
      PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera)
      PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)
      PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai)
      PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan)
Menurut Kramadibrata (1985), berdasarkan lokasinya pelabuhan perikanan dapat
dibedakan atas:
1) Pelabuhan teluk, adalah tempat berlabuhnya kapal yang dilindungi oleh pulau agar dapat
digunakan sebagai tempat untuk berlabuh, diperlukan dasar perairan yang dapat menahan
jangkar kapal. Dasar perairan yang memenuhi syarat ini adalah lumpur padat, tanah liat dan
pasir, sedangkan lumpur lembek dan batu masif yang licin tidak memenuhi syarat;
2) Pelabuhan muara, adalah pelabuhan yang letaknya di muara sungai yang merupakan gerbang
keluar masuk kapal dan muara tersebut cukup besar sehingga kapal dapat bersilang dengan
aman;
3) Pelabuhan luar, adalah jenis pelabuhan yang langsung berhadapan dengan perairan bebas.
Pelabuhan tersebut akan mengalami hempasan gelombang secara langsung;
4) Pelabuhan dalam, adalah pelabuhan yang letaknya tidak berhadapan langsung dengan perairan
bebas;
5) Pelabuhan pantai pasir, adalah pelabuhan yang dasar perairannya terdiri dari pasir dan pecahan
batu karang. Bahan ini berasal dari erosi pantai atau dibawa arus pantai;
6) Pelabuhan pantai berlumpur, adalah pelabuhan yang dasar perairannya terdiri dari lumpur. Dasar
periran landai, sehingga untuk mencapai kedalaman air yang diperlukan harus membuat kanal
yang panjang;
7) Pelabuhan sungai, dibagi menjadi dua macam :
a. Pelabuhan sungai (daerah hilir), adalah pelabuhan yang batasnya berada ditempat pengaruh
gerakan pasang surut;
b. Pelabuan sungai (daerah hulu), adalah pelabuhan yang letaknya di sungai yang dalam dan lebar
sehingga kapal bisa masuk sampai ke hulu.

2.3. Fasilitas Pelabuhan


Menurut Lubis (2000), Di dalam pelaksanaannya fungsi dan peranannya, pelabuhan
perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Kapasitas dan jenis fasilitas-fasilitas atau sarana–
sarana yang ada pada umumnya akan menentukan skala atau tipe dari suatu pelabuhan dan akan
berkaitan pula dengan skala usaha perikanannya. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Pelabuhan
Perikanan atau di Pangkalan Pendaratan ikan pada umumnya terdiri atas Fasilitas pokok, fasilitas
fungsional, dan fasilitas tambahan/penunjang.
Menurut Ditjen Perikanan (1994), menyebutkan bahwa agar dapat berfungsi sesuai dengan
peranannya, pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut
berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Penyediaan fasilitas tersebut
dengan tujuan agar dapat menampung kegiatan-kegiatan perikanan sebagai berikut:
• Arus kapal-kapal perikanan yang keluar masuk pelabuhan;
• Arus ikan yang didaratkan, diproses, disimpan dan dipasarkan domestik atau ekspor;
• Arus manusia (nelayan, pedagang dan karyawan/pegawai); dan
• Arus alat tranportasi yang keluar masuk pelabuhan.
2.3.1. Fasilitas pokok
Fasilitas pokok adalah fasilitas yang diperlukan untuk kepentingan aspek keselamatan
pelayaran dan juga tempat berlabuh, bertambat serta bongkar muat. Fasilitas pokok yang harus
dimiliki oleh pelabuhan antara lain terdiri dari: dermaga, kolam pelabuhan, jalan dikomplek
pelabuhan, jaringan drainase dan areal pelabuhan perikanan (Ditjen Perikanan, 1996).
2.3.2. Fasilitas fungsional
Menurut Lubis (2000), fasilitas fungsional dikatakan juga supra struktur adalah fasilitas
yang berfungsi meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok dengan cara memberikan pelayanan
yang dapat menunjang aktifitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya tidak harus ada
disuatu pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan
perikanan tersebut. Fasilitas fungsional dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian berdasarkan
fungsinya yaitu:
a.    Untuk penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yang terdiri dari: Tempat Pelelangan
Ikan (TPI), pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan ikan, pabrik es, gudang es refrigasi/
fasilitas pendingin, dan gedung-gedung pemasaran;
b.   Untuk pemeliharaan dan perbaikan armada kapal dan alat penangkap ikan, ruang mesin, tempat
penjemuran alat penangkap ikan, bengkel, slipways, dan gudang jaring;
c.    Untuk perbekalan yang teridiri dari: tangki, dan instalasi air minum serta BBM; dan
d.   Untuk komunikasi yang terdiri dari : stasiun jaringan telepon, radio SSB.
Menurut Ditjen. Perikanan (1981), letak gedung pelelangan ikan harus berdekatan dengan
dermaga dan terminal parkir. Lebar pelataran lantai gedung antara 4 - 8 meter dan kendaraan
pengangkut sedapat mungkin dapat menempel pada lantai pelelangan.
Ruangan untuk aktifitas lelang yang ada maka gedung pelelangan ikan terbagi menjadi 3
zona yaitu untuk sortir atau persiapan lelang, pelelangan ikan, dan untuk pengepakan.
Perbandingan luas antara bagian sortir, bagian pelelangan dan bagian pengepakan adalah antara
1 : 2 : 1 (Elfandi, 1994).
2.3.3. Fasilitas penunjang
Menurut Lubis (2000), Fasilitas Penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung
meningkatkan peranbn pelabuhan perikanan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan
melakukan aktifitas di pelabuhan. Berikut ini adalah contoh dari fasilitas penunjang:
a.       Fasilitas Kesejahteraan: MCK, poliklinik, mess, kantin/warung, musholla
b.      Fasilitas administrasi: kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, kantor
beacukai.

2.4. Pengelolaan Pelabuhan


Menurut Permen No. 16 (2006), Pengelolaan pelabuhan perikanan yang dimiliki oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Kepala
Pelabuhan. Sedangkan pengelolaan pelabuhan perikanan yang dimiliki oleh BUMN maupun
perusahaan swasta dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan yang mendapat penetapan dari
Direktur Jenderal.
Menurut Lubis (2000), terdapat tiga kelompok kegiatan utama yang berkaitan erat dengan
pengelolaan pelabuhan. Kegiatan tersebut adalah kegiatan yang berhubungan dengan:
1.    Pengelolaan infrastruktur, suprastruktur dengan semua aktifitas penunjang, antara lain: investasi
pelabuhan, penyusunan anggaran, perencanaan pembangunan, pajak, perbaikan dan
pemeliharaan fasilitasnya seperti alur pelayaran, mercusuar dan jalan-jalan menuju pelabuhan;
2.    Pengelolaan suprastruktur yang diperlukan karena adanya kontak antara penjual dan pemakai
jasa pelabuhan (klien),terhadap kapal dan barang-barang/komiditi perikanan serta
pemeliharaannya. Kontak ini secara eksplisit dapat berupa keegiatan-kegiatan di pelabuhan; dan
3.    Pengelolaan administrasi kepelabuhan yang berhubungan dengan peraturan-peraturan lokal,
nasional maupun internasional dalam menentukan sirkulasi marim peraturan dalam hal
perhitungan statistik, pencatatan keluar masuknya kapal, pencatatan dan pemeliharaan awak
kapal.

2.5. Pemasaran
Penjualan ikan di pelelangan dipimpin oleh juru lelang yang ditunjuk oleh kepala TPI.
System penawaran lelang dilakukan dengan cara meningkat dan penawar tertinggi akan
memperoleh prioritas untuk membeli ikan yang ditawarkan oleh nelayan. Pembayaran dari bakul
kepada nelayan dilakukan secara tunai setelah dipotong biaya retribusi sebesar 3 % dari nilai jual
ikan yang dipungut dari nelayan dan 5 % dari bakul (Oktavariza et.all, 1996)
Menurut Oktavariza et.all (1996), Ikan-ikan yang dibeli oleh para bakul didistribusikan
kepada konsumen yang berada di pelabuhan maupun yang berada diluar pelabuhan. Saluran
pemasaran para bakul idak sama, bakul pengecer memiliki saluran pemasaran yang paling
pendek dibandingkan dengan bakul pengolah dan bakul pengumpul.

2.6. Peranan Pelabuhan Perikanan


Pada hakekatnya pelabuhan perikanan merupakan basis utama kegiatan industri perikanan
tangkap yang yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan tangkap di laut.
Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan
di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi. Aktivitas unit penangkapan ikan di
laut harus keberangkatannya dari pelabuhan dengan bahan bakar, makanan, es, dan lain-lain
secukupnya. Informasi tentang data harga dan kebutuhan ikan di pelabuhan perlu
dikomunikasikan dengan cepat dari pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai melakukan
pekerjaan di laut kapal ikan kembali dan masuk ke pelabuhan untuk membongkar dan menjual
hasil tangkapan (Murdiyanto, 2002).
Selain memiliki fungsi Pelabuhan Perikanan juga memiliki Peranan penting yakni sebagai
simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya, pintu gerbang kegiatan
perekonomian daerah, nasional dan internasional tempat kegiatan alih moda transportasi
penunjang kegiatan industri dan perdagangan tempat distribusi, konsolidasi dan produksi
(Direktoran Jenderal Perikanan, 1996).

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam Praktikum Pelabuhan Perikanan sebagai berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Praktikum Pelabuhan Perikanan
No Nama Keterangan
1 Kamera digital Untuk mendokumentasikan Praktikum Pelabuhan
Perikanan
2 Alat tulis Untuk menulis
3 Bus Sebagai kendaraan menuju lokasi praktikum

3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pelabuhan Perikanan tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pelabuhan Perikanan
No Nama Keterangan
1 Kuesioner Berisi tentang sejumlah pertanyaan yang berkaitan
dengan pelabuhan perikanan

3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum Pelabuhan Perikanan adalah metode diskriptif.
Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara
tepat.
Langkah-langkah penelitian deskriptif:
1)      Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode
deskriptif.
2) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
3) Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
4) Melkukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
5) Menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
6) Mendesain metode penelitian yang hendak dignakan termasuk dalam hal ini menentukan
populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrument pengumpul data, dan menganalisis
data.
7) Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik
yang relevan.
8) Membuat laporan penelitian.

3.3. Metode Pengambilan Data


Dalam pelaksanaan praktikum Pelabuhan Perikanan kali ini, kami menggunakan metode
sebagai berikut ini:
a)      Wawancara
Wawancara disini adalah kami menanyakan secara langsung kepada pegawai dan juga staf
Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap tentang profil dan semua fasilitas yang ada di PPS
Cilacap. Selain itu juga diambil data tentang kegiatan yang dilakukan di PPS ini.
b)      Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar atau obyek yang digunakan, yaitu
seluruh fasilitas dan segala kegiatan yang ada di PPS Cilacap ini.
c) Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan melihat berbagai referensi yang berkaitan dengan pelabuhan
perikan, berupa buku, jurnal, serta undang-undang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Keadaan umum Pelabuhan Cilacap
Pelabuhan Cilacap berada di Provinsi Jawa Tengah, Kota Cilacap, Kecamatan Cilacap
Selatan, Kelurahan Tegalkamulyan, dan terletak pada koordinat 07o43’40’’ LS dan 109o01’31’’
BT. Jarak Pelabuhan Cilcacap dengan ibukota Provinsi Jawa Tengah berjarak 230 Km, dengan
Ibukota Kabupaten Cilacap berjarak 3 Km, dengan Kecamatan Cilacap Selatan berjarak 2 Km,
dengan Bandara Ahmad Yani Airport - Semarang 250 Km, dengan Adi Sumarmo Airport – Solo
260 Km, dan dengan Pelabuhan Tanjung Intan - Cilacap 4 Km.
4.1.2. Sejarah pembangunan PPSC
Gagasan pembangunan pelabuhan perikanan di daerah cilacap diawali dengan
mengembangkan PPI sentolo kawat sebagai salah satu pusat kegiatan usaha penangkapan ikan di
daerah Cilacap, tetapi gagasan ini tidak sejalan dengan kepentingan Pertamina karena
keberadaan kapal-kapal perikanan di PPI sentolo kawat dianggap mengganggu dan
membahayakan aktifitas kapal tanker Pertamina yang akan keluar masuk pelabuhan. Akhirnya
dengan kesepakatan lintas sektoral dari 11 departemen terkait yang diketuai oleh Deputi V
Bappenas diputuskan untuk memindahkan aktifitas kapal-kapal nelayan dari PPI sentolo kawat
dengan membangun pelabuhan perikanan di Teluk Penyu dengan sumber pembiayaannya di
bebankan kepada pihak pertamina.
Pembangunan PPSC tahap I dimulai pada tahun 1990 dan diresmikan penggunaannya oleh
Presiden RI pada tahun 1996 dengan status kelembagaan pelabuhan perikanan tipe B atau
Nusantara. Namun dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 4 april 2001 statusnya di
tingkatkan menjadi pelabuhan perikanan tipe A atau Samudera.
4.1.3. Klasifikasi pelabuhan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006

tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu :

 PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera)


 PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)
 PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai)
 PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan)

Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan di Cilacap, Pelabuhan Perikanan Cilacap


termasuk PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera).
4.1.4. Tugas pokok dan fungsi Pelabuhan Cilacap
Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Departemen Kelautan dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap mempunyai tugas
melaksanakan fasilitasi produksi, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tangkap di
wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.06/ MEN/
2007 tanggal 25 Januari 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan.
Pelabuhan Perikanan mempunyai tugas melakukan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil
perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk
pelestariannya. Dimana dalam pelaksanaan tugasnya Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap
menyelenggarakan fungsi:
1.        Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian serta pendayagunaan
sarana dan prasarana pelabuhan perikanan;
2.        Pelayanan teknis kapal perikanan, dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan;
3.        Pelayanan jasa dan fasilitasi usaha perikanan;
4.        Pengembangan dan fasilitasi penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat perikanan;
5.        Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi, dan
pemasaran hasil perikanan;
6.        Pelaksanaan fasilitasi publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di
wilayahnya;
7.        Pelaksanaan pengawasan penangkapan sumber daya ikan, dan penanganan, pengolahan,
pemasaran serta pengendalian mutu hasil perikanan;
8.        Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, serta pengelolaan sistem
informasi;
9.        Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset, produksi, dan
pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya;
10.    Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan
perikanan;
11.    Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahar; dan
12.    Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
4.1.5. Fasilitas pokok
Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan di Cilacap, didapatkan hasil bahwa fasilitas
pokok yang berada di Pelabuhan Cilacap adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Fasilitas pokok di Pelabuhan Perikanan Cilacap
Jenis Fasilitas Ukuran / vol Kapasitas Keterangan
Dibangun awal
1990,
Breakwater Utara 756,57 m T +4-5 m
lanjutan th 2003 -
2006
Breakwater Dibangun 2005 -
371,00 m T +4-5 m
Selatan 2006 (tuntas)
Dermaga 11 buah
8 kpl
Dermaga Bongkar 42,8 x 4,0 m Jumlah 2 bh
sekaligus
Dermaga Istirahat
39,4 x 2,7 m 80 kpl Jumlah 4 bh
& Perbaikan
Dermaga 16 kpl
39,4 x 2,7 m Jumlah 4 bh
Perbekalan sekaligus
Dermaga 2 kpl
30,0 x 8,0 m Jumlah 1 bh
Pemeriksaan sekaligus
7,74 Ha
Kolam Pelabuhan 350 kapal 10 – 180 GT
(-1 s/d -3m LWS)
3,6 Ha
Kolam Kali Yasa (-0,5 s/d -1m 500 kapal < 10 GT
LWS)
4,5 H
Kolam Baru (-0,5 s/d -5,5m - > 60 GT
LWS)
Panjang Alur
756,57 m -
masuk
90 – 110 m
Lebar alur masuk -
(-3 s/d -6 m LWS)
4.1.6. Fasilitas fungsional
Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan di Cilacap, didapatkan hasil bahwa fasilitas
fungsional yang berada di Pelabuhan Cilacap adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Fasilitas fungsional di Pelabuhan Perikanan Cilacap
Ukuran / Keterangan
Jenis Fasilitas Kapasitas
vol
- TPI di Kolam 50
1.264 m2
Pelabuhan ton/hr*
10
- TPI di Kali Yasa 420 m2
ton/hr*
Docking 5 rel 5 kpl Selain daripada itu terdapat
s/d 3 unit diluar PPSC
200GT
95 Dikelola KUD Mino Saroyo
SPBB 1 unit
kiloliter
Sumber air PDAM dikelola
Jaringan Air Bersih 1 unit 69 m3
KUD Mino Saroyo
Pabrik Es : 1 unit 80 ton Tidak operasional
- Dalam kawasan 3 unit 240 ton Operasional
- diluar kawasan 2 unit 100 ton Tidak operasional
Gudang dan bengkel 13 unit 1 unit milik PPSC
Pengolahan dan Milik swasta (lebih banyak
15 unit 350 ton
coldstorage untuk menyimpan umpan)
Toko BAP 4 unit 1200 m2 Milik KUD & swasta
Balai Pertemuan
400 m2 250 orang
nelayan
Lampu suar 3 buah Putih, hijau, merah

4.1.7. Fasilitas penunjang


Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan di Cilacap, didapatkan hasil bahwa fasilitas
fungsional yang berada di Pelabuhan Cilacap adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Fasilitas penunjang di Pelabuhan Perikanan Cilacap
Jenis Fasilitas Ukuran / vol Keterangan

Kawasan pengembangan dimanfaatkan 4,86 Ha (38,23%)


12,7 Ha oleh 85 pengusaha
dan industri
Mess Operator 28 unit

4.1.8. Jumlah armada kapal


Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan di Cilacap, didapatkan hasil bahwa armada
kapal yang berada di Pelabuhan Cilacap adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah armada kapal di Pelabuhan Perikanan Cilacap
Tahun
Kategori dan ukuran
2004 2005 2006 2007 2008
TOTAL 618 751 674 684 718
Inboard Motor
Sub Total 488 621 564 570 393
< 10 GT
10 - 30 GT
31 - 60 GT
61 - 100 GT
101 - 150 GT
Outboard Motor
Sub Total 130 130 110 114 325

4.1.9. Data operasional


Berdasarkan Praktikum Pelabuhan Perikanan di Cilacap, didapatkan hasil bahwa data
operasional yang berada di Pelabuhan Cilacap adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Data operasional di Pelabuhan Perikanan Cilacap
Target 2005 2006 2007 2008 2009
Tenaga Kerja Person 3.875 4.914 6.286 6.286 7.149
Kunjungan Unit 29.492 69.397 79.517 104.089 76.197
Kapal
Air 3 3.676 4.059 5.834 7.156 3.611
M
BBM KL 12.428 4.965 7.323 31.517 9.529
Es Ton 7.976 7.426 18.754 14.727 11.192
Produksi Ikan Ton 2.176 6.475 5.880 9.172 6.825
PNBP Rp.000 264.000 295.500 261.450 715.770 575.987

4.1.10. Peranan pelabuhan


Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya guna memberikan fasilitasi kepada

segenap pengguna jasa di Pelabuhan Perikanan Samudaera Cilacap sudah barang tentu tidak

terlepas daripada interaksi dengan seluruh komponen masyarakat dan aparatur Pemerintahan

Daerah setempat. Keberadaan PPS Cilacap di Kabupaten Cilacap sudah merupakan satu kesatuan

yang dianggap mempunyai konstribusi positip guna meningkatkan kesejahteraan dan

peningkatan pendapatan masyarakat nelayan.


Peran serta PPS Cilacap dalam kajian penelitian ditunjukan dengan semakin banyaknya

lembaga pendidikan perguruan tinggi terkemuka di Jawa Tengah, DKI, DIY dan Jawa Barat

sebagai tempat pengkajian dan penelitian diantaranya; Universitas Diponegoro Semarang,

Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Institut Pertanian Bogor,

SUPM Negeri Tegal dll, demikian pula peran serta dalam hal memberikan kesempatan

terhadap siswa-siswi untuk kegiatan magang, hal demikian akan terus menerus diupayakan dan

ditingkatkan sehingga peran dan keberadaan PPS Cilacap bermanfaat dan berkonstribusi positif

bagi masyarakat luas. Demikian pula dalam memberikan layanan informasi terhadap LSM dan

wartawan, saat ini telah tersedia unit layanan informasi/ publikasi yang ditangani oleh SDM

fungsional pranata humas serta ruang ilmu dan pengetahuan (IPTEK).


4.2. Pembahasan
Letak geografis Pelabuhan Cilacap pada koordinat 07o43’40’’ LS-109o01’31’’ BT dan
berbatasan langsung dengan Samudra Hindia sangat cocok untuk di bangun Pelabuhan, karena
Samudra Hindia dikenal memiliki potensi sumber daya ikan terutama Tuna dan Cakalang yang
cukup melimpah, dan merupakan tempat yang sangat ideal untuk dijadikan pelabuhan pangkalan
bagi kapal-kapal perikanan khususnya long line dan gill net yang beroperasi di Samudra Hindia.
Selain itu jarak yang dekat dengan ibukota kabupaten dan pelabuhan niaga sangat menunjang
dalam pemasaran hasil tangkapan.
Pelabuhan Perikanan Cilacap termasuk PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera). Hal ini
dikarenakan Pelabuhan Cilacap telah memenuhi kriteria. Menurut DKP (2010), Pelabuhan
perikanan tipe A (Samudera) yaitu:
1.       Melayani kegiatan   usaha   perikanan   di   wilayah   laut  territorial, Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia dan wilayah perairan Internasional.
2.       Memiliki fasilitas berlabuh untuk kapal bermesin minimum 60 GT.
3.       Memiliki minimum panjang dermaga 300 m dan minimum kedalaman kolam 3 m.
4.       Memiliki kapasitas muat untuk 100 kapal atau dengan total 6000 GT.
5.       Memproduksi ikan berkomoditas eksport.
6.       Mempunyai sekurang-kurangnya 1 industri perikanan.
Pelabuhan perikanan samudera (PPS), dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe A,
atau kelas I. Pelabuhan perikanan ini dirancang terutama untuk melayani kapal perikanan
berukuran > 60 GT. Pelabuhan ini dapat menampung 100 buah kapal atau 6000 GT sekaligus,
dapat pula melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE dan perairan
internasional. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40.000 ton/tahun dan juga memberikan
pelayanan untuk ekspor. Selain itu tersedia juga tanah untuk industri perikanan.
Dengan semakin berkembangnya kegiatan perikanan laut di Cilacap, dan dengan fasilitas
pokok, fungsional, serta penunjang di Pelabuhan Perikanan Cilacap maka kegiatan
perekonomian di daerah ini tentunya juga akan berkembang.  Perkembangan ekonomi ini akan
menciptakan peluang  usaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat.  Lebih lanjut pemanfaatan
peluang usaha dan kesempatan kerja akan meningkatkan  pendapatan yang akan digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan produk-produk dan jasa yang
disediakan oleh masyarakat itu sendiri.
Dengan dibangunnya pelabuhan dan pabrik pengolahan ikan di Cilacap akan sangat banyak
menyerap tenaga kerja dari masyarakat nelayan dan tentu angka pengangguran jauh berkurang.
Selain itu mereka juga akan menerapkan sistem pemasaran dengan memakai standar harga yang
bisa melindungi nelayan dari pemborong agar tidak menaksir harga semaunya, dan menjaga
harga saat banjir ikan.
Pelabuhan perikanan juga dapat digunakan sebagai pelaksanaan inventarisasi dan evaluasi
keselamatan kapal perikanan. Pelabuhan Perikanan juga menunjang fasilitasnya dengan
mempersiapkan berbagai hal untuk mendukung upaya peningkatan kapasitas dan kualitasnya.
Pelayanan bengkel meliputi pekerjaan perbaikan kapal, perbaikan mesin dan menggunakan alat
Wise/Vessel Lift dengan kapasitas angkat untuk kapal, serta air bersih untuk keperluan kapal
perikanan, pabrik es, pabrik pengolahan, docking kapal, kapal wisata maupun warung-warung
disuplai melalui Reservoar milik Pelabuhan.
Sebagai pusat aktifitas ekonomi perikanan, Pelabuhan Perikanan Cilacap mampu men-
generate pendapatan untuk pelabuhan itu sendiri yang berasal dari pemberian pelayanan jasa
pelabuhan perikanan. Imbalan pelayanan jasa ini dapat berasal dari penggunaan fasilitas, jasa dan
barang yang dihasilkan pelabuhan perikanan. Di samping itu pelabuhan perikanan pun dapat
mengenerate pendapatan masyarakat nelayan dan sekitar pelabuhan yang terbuka peluang
usahanya akibat adanya aktifitas di pelabuhan.
Jasa pelabuhan perikanan merupakan bentuk-bentuk pelayanan yang diberikan pihak
pengelola pelabuhan perikanan dalam rangka memperlancar dan meningkatkan efisiensi &
efektifitas kegiatan perikanan di pelabuhan perikanan dan hal-hal yang terkait dengannya. Oleh
karena itu, maka jasa pelabuhan perikanan berkaitan erat dengan aktifitas di pelabuhan
perikanan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum Pelabuhan Perikanan
Adalah:
1. Keadaan Umum di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap terletak di Teluk Penyu Kota
Cilacap. PPS Cilacap termasuk dalam klasifikasi Kelas A yakni Pelabuhan Perikanan Samudera.
Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap memiliki peran sebagai tempat tambat labuh labuh kapal
Perikanan yang ada di Kota Cilacap,tempat pendaratan hasil tangkapan ikan nelayan PPS
Cilacap, pemasaran dan distribusi hasil perikanan,selain itu PPS Cilacap juga memiliki fungsi
pemerintahan dan pengusahaan.
2. Hasil tangkapan yang paling dominan di PPS Cilacap adalah ikan Tuna yang sebagian
hasilnya di ekspor dan sebagian lagi di lelang oleh para bakul. Proses aktivitas terjadi setelah
hasil tangkapan adalah proses pelelangan yang terjadi di TPI. Perputaran ekonomi yang terjadi di
Pelabuhan membantu peningkatan ekonomi di Pelabuhan Perikanan.
3. Struktur Organisasi yang terdapat di PPS Cilacap terdiri dari Kepala Pelabuhan, Kepala
Bagian Tata Usaha, Kabag Keuangan, Kabag Tata Organisasi, Kasubag Keuangan, Kasubag
Umum, Kasi Sarana, Kasi Pelayanan dan Pengembangan Usaha, Kasi Kesyahbandaran, Kasi
Pemasaran dan Informasi.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum Pelabuhan Perikanan adalah:
1.                  Pengembangan PPS Cilacap menjadi outering fishing port perlu mendapat prioritas karena
masih banyak kapal ikan berbobot besar yang belum tertampung di dalam kolam pelabuhan;
2.                  Harus dilakukan pengerukan kolam dan alur serta mengoperasionalkan dermaga kolam baru;
3.                  Penyelenggaraan revitalisasi perikanan dari Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengolahan
Hasil Perikanan (P2HP) perlu dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai