Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan luas wilayah lautnya mencapai 5,8 juta
kilometer persegi. Dalam wilayah negara ini terdapat banyak lebih dari 17.500
pulau dengan panjang pantai sekitar 81 ribu kilometer. Anugerah alam yang
sedemikian ini tentu akan sangat banyak kegiatan yang dapat dan harus dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan lain dengan cara
memanfaatkan sumberdaya perikanan yang ada. Salah satu upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan adalah memproduksi
komoditas ikan laut dengan operasi penangkapan ikan. Kegiatan ini tidak terlepas
dari kebutuhan wahana berupa kapal dan alat penangkapan ikan baik untuk proses
produksi itu sendiri maupun kebutuhan transportasi dan kebutuhan komunikasi di
laut atau dari laut ke daratan (Murdiyanto, 2004).
Pelabuhan perikanan merupakan aspek penting dalam pembangunan
perikanan. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan (UU Perikanan No. 45 tahun 2009).
Pada hakekatnya pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan
pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari usaha
penangkapan, praproduksi, pascaproduksi, pengolahan sampai dengan usaha
ikutan (UU Perikanan No. 45 tahun 2009). Menurut Wiyono (2005), pelabuhan
perikanan harus dapat berfungsi dengan baik, di antaranya untuk melindungi
kapal yang berlabuh dan beraktivitas di dalam areal pelabuhan. Agar dapat
memenuhi fungsinya pelabuhan perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas, baik
fasilitas pokok (basic facilities), fasilitas fungsional (functional facilities) dan
fasilitas penunjang (support facilities).

1
Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan salah satu tempat pendaratan hasil
tangkapan ikan perikanan yang sangat potensial di daerah jawa khususnya di
Pemalang, Jawa Tengah. Kondisi fasilitas dasar dan fungsional di Pangkalan
Pendaratan Ikan hampir semuanya berkondisi baik. Seperti pada umumnya sebuah
pelabuhan alur pelayaran di PPI Tanjungsari selalu mengalami pendangkalan. Hal
ini dikarenakan alur pelayaran yang digunakan PPI Tanjungsari bukanlah dari
aliran sungai alami akan tetapi dari aliran sungai rumah tangga, sehingga air tidak
dapat mengalir dengan lancar yang mengakibatkan sedimentasi. Kondisi fasilitas
fungsional di Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjungsari Pemalang masih baik, akan
tetapi dapat ditingkatkan lagi fungsinya agar lebih baik lagi.
Peningkatan produksi dari sumber daya perikanan yang pada akhirnya akan
bermuara pada kesejahteraan nelayan perlu adanya peningkatan fasilitas pokok,
fungsional dan penunjang, serta pengembangan faktor-faktor lain yang dapat
mendukung peningkatan dari kinerja pelabuhan seperti peningkatan kualitas SDM
dan pemeliharaan sumberdaya ikan itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka
perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pemanfaatan fasilitas dasar dan
fungsional untuk peningkatan produksi di Pangkalan Pendaratan Ikan Air Bangis
Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat.

I.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah Analisa kondisi fasilitas dasar
dan fungsional yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan Air Bangis.
I.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber informasi tentang pengelolaan Pangkalan Pendaratan
Ikan Air Bangis kepada pihak – pihak atau lembaga yang berkepentingan dalam
peningkatan pemanfaatan fasilitas dasar dan fungsional Pangkalan Pendaratan
Ikan.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Indonesia merupakan negara bahari karena 2/3 wilayah berupa perairan


atau lautan.Oleh karena nya keberadaan Pelabuhan perikanan menjadi suatu
kebutuhan dalam rangka menunjang pembangunan perikanan nasional.Menurut
(Lubis, E. 2000) dalam usaha menunjang peningkatan produksi perikanan laut,
ketersedian prasarana pelabuhan perikanan mempunyai arti yang sangat
penting.Pemanfaatan potensi sumber daya perikanan membutuhkan pelabuhan
perikanan yang menjadi pusat kegiatan penangkapan sumberdaya ikan,
pengembangan armada penangkapan ikan, penanganan dan pengolahan hasil
produksi tangkapan serta pemasaran hasil tangkapan.

Pelabuhan perikanan sebagaimana diatur dalam undang undang nomor 31


tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang
Nomor 45 Tahun 2009 adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitar dengan batasan batasan tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh dan bongkar muat ikan yang di lengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan sedangkan tugas pokok
pelabuhan perikanan adalah melaksanakan fasilitas produksi dan pemasaran hasil
perikanan di wilayahnya, pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan perundang-
undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. (Putri, R. E et.
al.2013 )

Menurut PERMEN No 8 Tahun 2012 Pelabuhan perikanan adalah tempat


yang terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang
dipergunakan sebagai tempat sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh dan atau
bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang perikanan.( Permen KP, 2012 )

3
2.2 Fungsi Pelabuhan

Di dalam pasal 3 Permen KP tahun 2012, bahwa fungsi dari pada


pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut:
a. Pusat pengembangan masyarakat nelayan;
Sebagai sentra kegiatan masyarakat nelayan, Pelabuhan Perikanan diarahkan
dapat mengakomodir kegiatan nelayan baik nelayan berdomisili maupun
nelayan pendatang.
b. Tempat berlabuh kapal perikanan;
Pelabuhan Perikanan yang dibangun sebagai tempat berlabuh (landing) dan
tambat / merapat (mouring) kapal-kapal perikanan, berlabuh/merapatnya kapal
perikanan tersebut dapat melakukan berbagai kegiatan misalnya untuk
mendaratkan ikan (unloading), memuat perbekalan (loading), istirahat
(berthing), perbaikan apung (floating repair), dan naik dock/slipway menjadi
kebutuhan utama untuk mendukung aktivitas berlabuhnya kapal perikanan
tersebut.
c. Tempat pendaratan hasil tangkapan;
Sebagai tempat pendaratan ikan hasil tangkap (unloading activities) Pelabuhan
Perikanan selain memiliki fasilitas dermaga bongkar dan lantai dermaga
(apron) yang cukup memadai, untuk menjamin pengkapan ikan (fish handling)
yang baik dan bersih didukung pula oleh sarana / fasilitas sanitasi dan wadah
pengangkatan ikan.
d. Tempat untuk mempelancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan;
Pelabuhan Perikanan dipersiapkan untuk mengkomodir kegiatan kapal
perikanan, baik kapal perikanan tradisional maupun kapal motor besar untuk
kepentingan pengurusan administrasi persiapan ke laut dan bongkar ikan,
pemasaran / pelelangan dan pengolahan ikan hasil tangkap.
e. Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan;
Prinsip penanganan dan pengolahan produk hasil perikanan adalah bersih,
cepat dan dingin (clean, quick and cold). Untuk memenuhi prinsip tersebut
setiap Pelabuhan Perikanan harus melengkapi fasilitas-fasilitas seperti fasilitas

4
penyimpanan (cold storage) dan sarana /fasilitas sanitasi dan hygine, yang
berada di kawasan Industri dalam lingkungan kerja Pelabuhan Perikanan.
f. Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan;
Dalam menjalankan fungsi, Pangkalan Pendaratan Ikan dilengkapi dengan
tempat pelelangan ikan (TPI), pasar ikan (fish market) untuk menampung dan
mendistribusikan hasil penagkapan baik yang dibawa melalui laut maupun
jalan darat.
g. Pusat pelaksaan pembinaan mutu hasil perikanan;
Pengendalian mutu hasil perikanan dimulai pada saat penagkapan sampai
kedatangan konsumen.Pelabuhan Perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan
tangkap selayaknya dilengkapi unit pengawasan mutu hasil perikanan seperti
laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan (LPPMHP) dan
perangkat pendukungnya, agar nelayan dalam melaksanakan kegiatannya lebih
terarah dan terkontrol mutu produk yang dihasilkan.
h. Pusat penyuluh dan pengumpulan data;
Untuk meningkatkan produktivitas, nelayan memerlukan bimbingan melalui
penyuluhan baik secara teknis penangkapan maupun management usaha yang
efektif dan efesien, sebaliknya untuk membuat langkah kebijaksanaan dalam
pembinaan masyarakat nelayan dan pemanfaatan sumberdaya ikan selain data
primer melalui penelitian data sekunder diperlukan untuk itu, maka untuk
kebutuhan tersebut dalam kawasan Pelabuhan Perikanan merupakan tempat
terdapat unit kerja yang bertugas melakukan penyuluhan dan pengumpulan
data.
i. Pusat pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya;
Pelabuhan Perikanan sebagai basis pengawasan penangkapan dan pengendalian
pemanfaatan sumberdaya ikan.Kegiatan pengawasan tersebut dilakukan
dengan pemeriksaan spesifikasi teknis alat tangkap dan kapal perikanan, ABK,
dokumen kapal ikan dan hasil tangkapan. Sedangkan kegiatan pengawasan
dilaut, Pelabuhan Perikanan dapat dilengkapi dengan pos/pangkalan bagi para
petugas pengawas yang akan melakukan pengawasan dilaut.

5
Untuk mendukung peranan pelabuhan perikanan tersebut dalam
operasionalnya diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat :
1 Memperlancar kegiatan produksi dan pemasaran hasil tangkapan.
2 Menimbulkan rasa aman bagi nelayan terhadap gangguan alam dan manusia
3 Mempermudah pembinaan serta menunjang pengorganisasian usaha nelayan
dalam unit ekonomi.
2.3 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 08 tahun 2012


di pasal 6 sampai 9.Klasifikasi pelabuhan perikanan adalah :

1.   Pelabuhan Perikanan Samodra ( PPS)


a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
lautteritorial, Zone Ekonomi Eksklusif   Indonesia, dan laut lepas.
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran se kurang
kurangnya 60 GT.
c. Panjang dermaga sekurang – kurangnya 300 m , dengan kedalaman kolam
sekurang–kurangnya minus 3 m.
d. Mampu menampung sekurang – kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan sekurang – kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus.
e. Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan exspor.
f. Terdapat industri perikanan.
2. Pelabuhan Perikanan Nusantara ( PPN )
a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan Perikanan dilaut
teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang –
kurangnya 30 GT.
c. Panjang dermaga sekurang–kurangnya 150 m,, dengan
d. Kedalaman kolam sekurang–kurangnya minus 3 m.
e. Mampu menampung sekurang–kurangnya 75 kapal Perikanan  atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT Kapal perikanan
sekaligus Terdapat industri perikanan.

6
3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP )
a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan di perairan pedalaman,
perairan kepulauan dan laut teritorial.
b. Memilik fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang –
kurangnya 10 GT.
c. Panjang dermaga sekurang–kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam
sekurang–kurangnya minus 2m.
d. Mampu menampung sekurang–kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan sekurang–kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus.
4. Pangkalan  Pendaratan Ikan (PPI)
a. Melayani kapal Perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan
pedalaman dan perairan kepulauan.
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 3 GT.
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50m, dengan kedalaman kolam
minus 2 m
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus.

Tabel 3. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan.

7
Tipe Luas Syarat Kriteria
Ikan yang didaratkan sebagian Mampu melayani kapal perikanan yang
untuk tujuan ekspor; melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia, Zona Ekonomi
Terdapat aktivitas bongkar Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut
muat ikan dan pemasaran lepas;
hasil perikanan rata-rata50
ton/hari atau ; Memiliki fasilitas tambat labuh untuk
kapal perikanan berukuran sekurang-
Samudera(A) 20 ha Terdapat industri pengolahan kurangnya 60 GT;
ikan dan industri penunjang
lainnya Panjang dermaga sekurang-kurangnya
300 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3m;

Mampu menampung sekurang-


kurangnya 100 unit atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000
GT; dan
Ikan yang didaratkan sebagian Mampu melayani kapal perikanan yang
untuk tujuan ekspor; melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia dan ZEEI
Terdapat aktivitas bongkar
muat ikan dan pemasaran Memiliki fasilitas tambat labuh untuk
hasil perikanan rata-rata50 kapal perikanan berukuran sekurang-
ton/hari atau kurangnya 30 GT.

Terdapat industri pengolahan Panjang dermaga sekurang-kurangnya


ikan dan industri penunjang 150 m, dengan kedalaman kolam
Nusantara(B) 10 ha lainnya sekurang-kurangnya minus 3 m.

Mampu menampung kapal perikanan


sekurang-kurangnya 75 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-
kurangnya 2.250 GT dan

8
Terdapat aktivitas bongkar Mampu melayani kapal perikanan yang
muat ikan dan pemasaran hasil melakukan kegiatan perikanan di
perikanan rata-rata 5 ton per perairan Indonesia.
hari; dan
Memiliki fasilitas tambat labuh untuk
Terdapat industri kapal perikanan berukuran sekurang-
Panta (C)
pengolahan ikan dan industri kurangnya 10 GT;
penunjanglainnya
5 ha Panjang dermaga sekurang- kurangnya
100 m, dengan kedalaman kolam
sekurang- kurangnya minus 2 m;

Mampu menampung kapal perikanan


sekurang-kurangnya 30 Unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-
kurangnya 300GT;
Terdapat aktivitas bongkar Mampu melayani kapal perikanan
muat ikan dan pemasaran hasil yang melakukan kegiatan perikanan di
perikanan rata – rata 2 ton perariran indonesia
perhari. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk
kapal perikanan berukuran sekurang –
kurangnya 5GT
PPI(D) 1 ha Panjang dermaga sekurang –
kurangnya 50 m, dengan kedalaman
kolam sekurang – kurangnya minus
1m.
Mampu menampung kapal perikanan
sekurang – kurangnya 15 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang –
kurangnya 75 GT; dan
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012

9
Menurut Lubis (2000), pelabuhan perikanan yang ideal memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Jarak tidak terlalu jauh dari fishing ground.
b. Lokasi berhubungan dengan daerah pemasaran ikan.
c. Memiliki daerah yang luas untuk pendaratan ikan dan industri penunjang lainnya.
d. Tempatnya menarik untuk tempat tinggal nelayan, penjual ikan dan pengusaha
ikan, aman dalam segala cuaca.
e. Aman secara alami dan buatan bagi kapal yang berlabuh dari segala cuaca waktu.
f.Biaya masuk akal untuk mendapatkan kedalaman air yang memadai pada alur
pelabuhan dan pangkalan pelabuhan.
g. Biaya untuk pengerukan pelabuhan murah.
h. Daerah cocok untuk membangun pemecah gelombang, pangkalan pelabuhan, dan
sarana di pantai menjadi satu unit yang disesuaikan dengan perencanaan terpadu
i. Daerah luas sehingga tidak menyulitkan pengembangan pelabuhan.

2.4 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Efisiensi dan efektifitas pelabuhan dapat di lihat dari kecepatan


pelayanan suatu pelabuhan dalam menangani kegiatan pendaratan hasil
tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut, kemudian berangkat lagi
tampa di sertai waktu tunggu yang lama untuk sandar pada tambat dermaga.
Fasilitas yang kurang memadai mengakibatkan bertambahnya waktu kapal di
dermaga, sehingga biaya oprasional kapal yang di keluarkan akan bertambah
besar untuk membayar waktu kerja yang tidak produktif. (Syahputra, F. et.
al. 2015)

Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan


dan Perikanan Nomor 08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan pasal

10
4 bahwa dalam rangka menunjang fungsi pelabuhan perikanan maka setiap
pelabuhan perikanan memiliki fasilitas :

1. Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok, merupakan fasilitas dasar yang di perlukan oleh suatu
pelabuhan guna melindungi terhap gangguan alam.(suptanto,S dan Apriliani, T.
2012)
Fungsi dari fasilitas pokok adalah untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal
baik sewaktu berlayar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan.
Yang termasuk dalam fasilitas pokok antara lain
A. Dermaga
Dermaga merupakan salah satu fasilitas fasilitas pokok yang sangat di perlukan
bagi suatu pelabuhan. Penting dermaga bagi suatu pelabuhan khususnya bagi
pelabuhan perikanan terlihat ada nya perbedan tipe(Putri, M. I. 2018) Berdasarkan
dari tipebangunan, dermaga terdiri dari 3 macam :
1.Warf atau Quay
Adalah dermaga yang biasanya sejajar dengan garis pantai atau
mengikuti garis pantai.Tipe dermaga ini memaksimalkan kawasan operasional
di darat seperti untuk daerah terbuka yang cukup luas untuk menjamin
kelancaran angkutan barang dan sangat cocok di bangun pada pantai dengan
kedalaman hampir merata sepanjang garis pantai.
2.Bulkhead Wharf
Oleh karena disepanjang alur pelayanan biasanya terbentuk tebing-tebing
yang curam, maka dibuat dinding penahan tanah dengan konstruksi
bulkhead.Konstruksi ini biasanya juga dipakai sebagai dermaga warf sehingga dapat
melayani kapal-kapal yang bertambat.
3. Pier atau Jetty
Adalah konstruksi dermaga yang menjorok ke air/laut, kadang-kadang
dikombinasikan dengan pemecah gelombang disebut breakwater pier.Apabila garis

11
kedalaman jauh dari pantai dan tidak diinginkan adanya pergerukan maupun).
(Johnson. 1977dalamYuspardianto. 2006)Agar kelancaran dan aktivitas di
dermaga, maka dermaga sebaiknya dilengkapi dengan berbagai macam kelengkapan
sebagai berikut :
a. Fender
Fungsi utama dari fender dermaga adalah untuk mencegah kapal dan
dermaga dari kerusakan pada saat kapal merapat di dermaga. Dalam kondisi
yang ideal dan terkendali sempurna kapal mungkin mendekati dermaga tanpa
benturan yang keras, tetapi masih penting untuk memisahkan dermaga dengan
gesekan dengan landasan kayu atau karet untuk mencegah cat tidak rusak
yang disebabkan dari gerakan relatif antara dermaga dan kapal, yang
disebabkan pergerakan angin dan ombak.
b. Bollard
Gaya tarik kapal (mooring force) ditentukan berdasarkan pengaruh gaya
akibat angin dan arus yang bekerja pada kapal yang sedang bertambat alat tambat
untuk menahan tarikan kapal disebut bollard. Bentuknya seperti patok besi atau patok
beton yang umumnya berfungsi sebagai peletak / pengikat.
B. Pemecah Gelombang ( Break Water )
Pemecah gelombang ( break water ) merupakan pelindung utama bagi
pelabuhan utama. Tujuan utama mengenmbangkan break water adalah melindungi
daerah pedalaman perairan pelabuhan, yaitu memmperkecil tinggi glombang laut,
sehingga kapal dapat berlabuh dengan tenang guna dapat melakukan bongkar muat.
Untuk memperkecil glombang pada perairan dalam, tergantung pada tinggi
gelombang, lebar muara, lebar perairan pelabuhan dan panjang perairan pelabuhan.
( Kramadibrata, 2002 dalam Aisyah, C. 2012 ).
(Kradibrata, 2002 dalam Aisyah, C. 2012) menjelaskan terdapat 3 jenis
material pembuatan pemecah gelombang atau break water yaitu :
a. Breakwater Batu ( Rubble Mouds Breakwater )

12
Jenis pemecah ombak ini adalah jenis yang akan di pakai dalam
mengembangkan jenis pemecah ombak selanjutnya. Dari segi kontruksi pemecah
glombang menahan gaya horizontal yang timbul sebagai akibat gelombang
gelombang statis dan dinamis gaya gaya vertikal timbul sebagai akibat dari gaya
gravitasi kontruksi. Bentuk ini memiliki fleksibelitas yang tinggi dalam hal
pemeliharaan.Telah dinyatakan bahwa semakin kedalam, kekuatan gelombang akan
semakin mengurang ( mengecil ). Berdasarkan keadaan ini, untuk memecah energy
gelombang tersbut besar atau berat batu yang digunakan makin bertambah kedalam,
makin mengecil sesuai dengan mengecilnya tekanan gelombang tersebut. Berat batu
terkecil yang di gunakan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan arus air
laut.
Dasar kontruksi terdiri dari inti di tengah dan skeliling di pasang batu batu
besar sebagai pelindung terhadap gerakan dan sapuan (wash away) akibat
gelombang. Pelindung ini terdiri dari beberapa lapais, terutama pada ujung dasar
dengan kemiringan tertentu.
b. Breakwater Batu Buatan
Dalam melaksanakan pembuatan breakwater batu sering di jumpai kesulitan
dalam mendapatkan ukuran batu yang sesuai dengan yang direncanakan. Kelemahan
lain adalah bentuk dan berat yang tidak sama. Untuk mengatasinya,di buat batu
buatan yang memenuhi persyaratan barat secara konstruktif dirancang sedimikian
rupa sehingga satu sama lainnya saling mengikat diri lebih rapat dan kuat menahan
energy glombang.
Tipe-tipe yang telah di kembangkan yaitu :tetrapods, quadripods, hexapods,
modified cubs dan dols. Batu batuan ini biasanya ditempatkan pada lokasi yang
gelombang mencapai ketinggian yang berbahaya dan utamanya pada ujung ( mulut )
breakwater.
c. Breakwater ”dinding”
Breakwater ini biasanya dipakai bila keadaan tanah dasar laut mempunyai daya
dukung yang kuat (berlapis pasir), sehingga kuat menahan muatan di atasnya.

13
Bentuknya dapat berupa blok-blok dinding, kaison yang berupa kotak atau
silindris.Fungsi dinding vertikal adalah merefraksi gelombang sampai energinya
hilang. Telah dinyatakan bahwa gelombang akan pecah pada ketinggian (1,5-2) H.
Dan dengan suatu asumsi faktor keamanan, tinggi minimum dari dinding ini adalah 5
H. Pada keadaan dasar laut dengan kondisi daya dukung yang kurang sempurna,
dapat dibuat suatu pondasi dari rubble mounds. Konstruksi semacam ini disebut
breakwater majemuk (composite break water). Perlu diperhatikan bahwa dalam
merenncanakan konstruksi semacam ini, ada jaminan terhadap pergeseran blok
dinding dan faktorguling yang mungkin terjadi.

C. Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan merupakan merupakan daerah perairan di mana kapal
berlabuh untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerakan untuk memutar ( di
kolam putar ) dan sebagainya. Kolam pelabuhan harus tenang mempunyai luas dan
kedalaman yang cukup, sehingga memungkin kapal berlabuh dengan aman dan
memudahkan bongkar muat barang. Selain itu tanah dasar harus cukup baik untuk
bias menahan angker dari pelampung penampung penambat. (Witantono, A. D. dan
Khosin. 2015)
Adapun syarat kolam pelabuhan adalah sebagai berikut :
1. Area luas sehingga dapat menampung semua kapal yang berlabuh dan masih
bergerak dengan bebas.
2. Cukup lebar sehingga kapal berputar dengan bebas kalua mungkin merupakan
gerak melingakar yang tidak putus.
3. Cukup dalam sehingga dapat menampung kapal besar masuk ke dalam kolam
pelabuhan ketika pasang surut .
4. Terlindung dari angina, gelombang, arus, yang berbahaya.
D. Lahan Pelabuhan
Lahan pelabuhan adalah areal tanah didarat yang digunakan untuk kepentingan
pelabuhan yang bersangkutan dan menampung seluruh letak fasilitas pelabuhan,

14
daratan pelabuhan dan lingkungan sekitar pelabuhan.Bagian ini dibatasi oleh pagar
pelabuhan dan air.Untuk fasilitas yang dibangun diatas komplek pelabuhan luas
daratan biasanya 2-4 kali luas seluruh fasilitas pelabuhan. Dan tinggi daratan
pelabuhan sekurang-kurangnya 50 cm diatas permukaan laut, sedangkan dermaga dan
pinggiran lainya sekurang-kurangnya 50-70 diatas permukaan laut tergantung tinggi
gelombang di kolam pelabuhan(Yahya, E. et. al. 2013)

2. Fasilitas Fungsional

Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan


nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas pelabuhan
dan memberikan pelayanan yang di perlukan (Prasojo, P. et. al.2015)

Fasilitas fungsional memiliki beberapa fasilitas antara lain :

A. Slipways, Docking Atau Tempat Perbaikan Kapal


Menurut aturan Syahbandar, yaitu Undang-Undang No.17 tahun 2008, kapal
yang beroperasi harus melalui perawatan secara rutin.Hal tersebut dikarenakan untuk
menjaga keselamatan operasional penangkapan. Oleh karena itu, fasilitas dock atau
galangan kapal sangat diperlukan untuk pengedokan/perbaikan kapal maupun
pembangunan kapal baru
Dock adalah suatu fasilitas yang dipergunakan untuk pengedokan atau
perbaikan kapal maupun pembangunan kapal baru. Biasanya dock kapal hanya
berfungsi untuk perawatan kapal, sedangkan galangan biasanya untuk pembangunan
kapal baru. Tetapi dalam pelaksanaannya dock dan galangan dapat untuk perbaikan
kapal dan juga dapat untuk pembangunan kapal baru. Dock kapal terdiri dari 4
macam yaitu dock kolam (graving dock), dock apung (floating dock), landasan tarik
dock slipway dan dock angkat synchrolift dry dock (Wibowo, B. et. al. 2015)
B. Tempat Pemasaran Ikan ( TPI )
Tempat pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu sarana fasilitas penunjang
yang disediakan Perum Perikanan Indonesia di bawah Pelabuhan Perikanan yang

15
merupakan fasilitas publik untuk melakukan aktivitas pemasaran ikan pertama sejak
turun dari kapal.TPI memegang peranan penting dalam suatu Pelabuhan Perikanan
dan perlu untuk dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat tercapai manfaat secara
optimal. TPI belum tentu memenuhi persyaratan yang ada, sehingga berpengaruh
pada efisiensi TPI tersebut (Susilowati. 2003 dalam Fatmawati, H. Y. 2015 )
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) menjadi sarana transaksi hasil-hasil la- ut.Harga
ikan yang dijual di TPI u- mumnya lebih tinggi dibandingkan dijual di laut lepas
maupun di luar TPI.Sayangnya, tidak semua transaksi ya- ng dilakukan di TPI
bersifat kontan, terkadang nelayan harus menunggu du sampai tiga hari untuk
menerima pem- bayaran karena tidak semua pembeli membawa uang yang cukup.
Kondisi tersebut mendorong nelayan-nelayan kecil untuk menjual hasil tangkapan
diluar TPI karena terdesak untuk se- gera memiliki dana segar guna menutup biaya
melaut serta mencukupi ke- butuhan hidup (Syafruddin, E. et. al 2014)
C. Pabrik Es
Pabrik es berfungsi untuk membuat balok es berguna untuk mengawetkan ikan
pada saat penangkapan dan pengangkutan ikan agar ikan tetap terjaga kuaalitasnya,
ikan akan membusuk pada suhu tinggi dan sebalik nya akan tetap segar pada suhu
yang rendah.
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesegaran ikan.
Tingkat kesegaran ikan akan semakin cepat menurun atau ikan akan mudah menjadi
busuk pada suhu tinggi dan sebaliknya pembusukan akan dapat dihambat pada suhu
rendah (Suparno. et. al, 1993 dalam Derma.et. al2017 )
D. Cold Storage
Mesin pendingin ikan sangat di perlukan dalam dunia perikanan di karna apa
bila produksi penangkapan perikanan berlebih makan akan sangat membutuhkan
mesin pendingin yang bisa tetap menjaga kualitas ikan
Umumnya penggunaan mesin pendingin digunakan dalam industri perikanan,
baik di darat maupun di laut karena memiliki peran yang sangat penting dalam

16
mempertahankan mutu hasil tangkapan dan menjaga kualitas kesegaran
ikan(Murtono, A. et. al.2015)

E. Tangki Bahan Bakar ( SPBN )


Tangki bahan bakar adalah tempat pengisian bahan bakar solar untuk nelayan di
sikitar pelabuhan hal yang sangat di butuhkan nelayan karna solar merupakan
perbekalan kapal untuk menangkap ikan.
Kebutuhan perbekalan kapal penangkap ikan sangat penting dalam berjalannya
kegiatan penangkapan ikan.Setidaknya perbekalan ini mampu membekali para awak
kapal selama perjalanan di laut saat menangkap ikan.Ada beberapa kebutuhan
perbekalan kapal yang dilayani oleh Pelabuhan perikanan yang bekerjasama dengan
pihak swasta, yaitu kebutuhan solar dan es.Solar merupakan salah satu jenis BBM
yang penting di dalam operasi penangkapan ikan.Salah satu jenis BBM ini banyak
digunakan untuk menggerakkan kapal perikanan di Indonesia karena mesin kapal
yang digunakan umumnya adalah mesin diesel.Mesin ini banyak dipakai nelayan
Indonesia terutama untuk menggerakkan kapal-kapal yang besar (Utomo, R. 2006).
F. Air Tawar
Air bersih dan instalasi penyediaannya merupakan salah satu jenis fasilitas yang
mutlak ada di pelabuhan perikanan. Ketersediaan dan ketercukupan air bersih di
pelabuhan perikanan dipengaruhi oleh faktor pengelolaan (penyediaan dan
pendistribusian) serta pemanfaatan (tingkat pemanfaatan dan kebutuhan) air bersih
pada berbagai aktivitas di pelabuhan perikanan (Kurniawan, R. 2009)
Air tawar berfungsi di pelabuhan perikanan antara lain :
1. Air kebutuhan rumah dan kantor perikanan
2. Bahan baku pembuatan es di baprik pembuatan es
3. Perbekalan di kapal perikanan
4. Untuk membersihkan tempat pelelangan ikan ( TPI )
G. Instalasi Listrik

17
Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun pralatan yang
terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus listrik
rancangan instalasi harus memenuhi ketentuan umum pesyaratan instalasi listrik
2000.(Badan Standar Nasional PUIL 2000)
Listrik sangat di butuhkan dipelabuhan perikanan untuk menujang semua
fasilitas pelabuhan perikanan.
H. Bangunan Kantor
Bangunan kantor merupakan fasilitas penunjang yang sangat di perlukan dalam
menjalankan kegiatan administrasi pelabuhan, bangunan pelabuhan perikanan
biasanya terdiri dari kantor pelabuhan dan kantor syahbandar yang berfungsi untuk
memberikan perizinan seluruh kapal.
I. Balai Pertemuan Nelayan
Balai pertemuan nelayan merupakan tempat untuk pertemuan, rapat,
penyuluhan nelayan biasanya berfungsi untuk tempat memberi informasi bagi
nelayan.

J. Tempat Perbaikan Jaring atau Alat Tangkap


Tempat perbaikan jarring dan alat tangkap merupan tempat yang sangat di
perlukan oleh nelayan untuk memperbaiki alat tangkap yang rusak biasanya nelayan
mengunkan fasilitas ini agar pada saat memperbaiki alat tangkap terhindar dari
panasnya cahaya matahari dan hujan.
K. Alat Telekomunikasi dan Internet
Fasilitas ini merupakan yang sangat penting untuk menujang proses
administrasi di pelabuhan dan penyampaian informasi di pelabuhan.
3. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang atau tambahan pelabuhan perikanan adalah fasilitas yang
secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dana tau

18
membeikan kemudahan bagi masyarakat umum terlebih nelayan di sikitar
pelabuhan(Sutrisno, E. 2014)
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan fasilitas
penunjang terdiri dari :
A. Balai pertemuan nelayan
B. Mess operator
C. Wisma nelayan
D. Fasilitas social dan umum seperti tempat peribadatan
E. Fasilitas mandi cuci kakus ( MCK )
F. Pertokoan
G. Pos jaga pelabuhan

2.5 Analisis SWOT


SWOT merupakan alat analisis yang digunakan untuk menidentifikasi
kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Dengan mengetahui hal tersebut
pemimpin dapat menetukan sebuah arahan strategi suatu organisisasi dan mampu
untuk memaksimalkan setiapkekuatan Strength dan peluang Opportunities dan
mampu meminimalkan kelemahan Weakness dan ancaman Threats(Almuthar, M. A.
et. al2013 )
Model perumusan pengelolaan Pelabuhan Perikanan ( PPP ) Lempasing yang
akan di gunakan pada penelitian ini mengunakan ( SWOT ). Analisis SWOT secara
umum di pergunakan untuk menganalisis suatu lingkungan internal ( kekuatan dan
kelemahan ). Matriks SWOT menggambarkan secara jelas untuk peluang dan
ancaman di hadapi yang sesuai diiringi dengan kekuatan dan kelemahan.
(Rangkuti. 1997 dalam Simatupang. 2016) cara untuk menganalisa SWOT
adalah secara berikut :

a) Mengidentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

19
Untuk proses ini dilihat kondisi lapangan secara nyata dan bisa mungkin
terjadi kecendrungan yang terjadi dalam sebuah pelabuhan. Hasil ini
digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing.
b) Pedoman pengembangan hasil Analisis SWOT
Pedoman pengembangan yang diperoleh terdiri dari beberapa cara untuk
menentukan yang diutamakan dalam arahan pengembangan yang harus
dilakukan terhadap penjumlahan bobot yang diperoleh dari unsur-unsur
SWOT yang terdapat dalam cara pengembangan. Jumlah bobot akan
menimbulkan ranking yang diutamakan secara pedoman Pemanfaatan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing.

20
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai bulan februari yang
berlokasi di Pangkalan Pendaratan Ikan Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas
Kabupaten Pasaman Barat Profinsi Sumatera Barat.

III.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera yang digunakan untuk
dokumentasi penelitian, alat tulis digunakan untuk mencatat data hasil penelitian

3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
metode deskriptif dan studi kasus. Metode deskriptif yaitu suatu metode
pengambilan data secara survey dan observasi langsung dilapangan serta
melakukan pangumpulan data dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus
secara intensif dan mendetail, sehingga mendapatkan gambaran yang
menyeluruh sebagai hasil dari pengumpulan data dan analisis data dalam
jangka waktu tertentu dan terbatas pada daerah tertentu (Natsir, 1983).

3.3.1 Metode Pengambilan Sampel


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
dimana metode diskriptif ini bertujuan untuk mengambarkan secara langsung
objek-objek yang akan diteliti .

21
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah: a).Metode
observasi Menurut Muhammad Natsir (1983), observasi langsung adalah pangamatan
secara langsung untuk mengambil data dengan menggunakan mata tanpa adanya
pertolongan standar lain. Data yang diperoleh bersifat primer, dengan melakukan
pencatatan dan pengamatan langsung tanpa materi yang dipelajari. Metode observasi
dilakukan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data primer langsung dilapangan
yang meliputi tingkat fasilitas dasar dan fungsional Pangkalan Pendaratan Ikan Air
Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat Profinsi Sumatera
Barat.

b) Metode wawancara Menurut Sutrisno Hadi (1982), metode wawancara adalah


proses pengambilan data atau memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian yang
digunakan dengan cara mengadakan tanya jawab serta bertatap muka secara
langsung, sepihak dan dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan yang dicapai.
Wawancara dilakukan secara langsung dengan orang – orang yang bersangkutan
dengan PPI Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat
Profinsi Sumatera Barat.

c) Metode studi pustaka Metode studi pustaka ini dilakukan mempelajari teori-teori
yang mendukung penelitan sehingga diharapkan dengan landasan teori yang kuat
akan diperoleh pemahaman yang baik. Metode tersebut dapat digunakan untuk
mencari data-data sekunder sebagai data pendukung dari data primer yang didapatkan
dari lapangan.
d) Metode dokumentasi Menurut Arikunto (1997), bahwa dalam mengadakan
penelitian yang bersumber pada tulisan atau dalam bentuk gambar yaitu
menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil
gambar secara langsung menggunakan kamera untuk memperkuat data primer.

22
3.4 Analisis Tingkat Pemanfaatan
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan fasilitas di PPI Tanjungsari digunakan
analisis tingkat pemanfaatan fasilitas. Menurut Lubis (2000), bahwa batasan untuk
mengetahui pemanfaatan fasilitas fisik sebagai berikut: Tingkat pemanfaatan Mencari
tingkat pemanfaatan dan kapasitas yang dimiliki oleh tiap fasilitas pelabuhan dapat
menggunakan metodemetode sebagai berikut:
a. Alur pelayaran
D=d+S+C
Dimana :
D = Kedalaman air saat LWS (m)
d = Draft kapal terbesar (m)
S = Squat atau gerak vertikal kapal karena gelombang (m)
C = Clearance atau ruang bebas antara lunas kapal dengan dasar perairan (m)
b. Panjang dermaga
L= (1+s) nxhxa
uxd
Dimana:
L = Panjang dermaga (m)
l = Panjang kapal rata-rata (m)
s = Jarak antar kapal (m)
d = Lama fishing trip rata-rata (jam)
n = Jumlah kapal yang memakai dermaga rata-rata perhari (unit)
a = Berat rata-rata kapal (ton)
h = Lama kapal di dermaga (jam)
u = Produksi ikan per hari (ton)
c. Luas gedung pelelangan
Menurut Murdiyanto (2004), luas gedung pelelangan dapat dihitung dengan
rumus
S=NxP
rxa

23
Dimana :
S = Luas gedung pelelangan (m2 )
N= Jumlah produksi rata-rata perhari (ton)
P = Faktor daya tampung ruang terhadap produksi (ton)
r = Frekuensi pelelangan per hari
a = Rasio antara lelang dengan gedung lelang
d. Lahan pelabuhan perikanan
Lahan pelabuhan perikanan yang dibutuhkan adalah 2 – 4 kali luas
keseluruhan dari fasilitas yang ada. Hasil perhitungan selanjutnya
dibandingkan dengan kapasitasnya sehingga didapatkan sarana perlu diperluas
atau tidak.
3.5 Analisis SWOT
Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar
keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan antara
lain:
1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor internal dan eksternal untuk
mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman.
2. Tahap analisa yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks SWOT.
Langkah-langkah pembuatan matriks internal eksternal adalah sebagai berikut:
a. Membuat daftar critical success factors (CSF), yaitu faktor-faktor utama
yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha,
untuk aspek eksternal yang mencakup peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) serta aspek internal yang mencakup kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses).
b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors dengan cara
menggunakan paired comparation.

24
c. Mengembangkan alternatif strategi, baik strategi ST (strengths - threats),
SO (strengths - opportunities), WT (weaknesses - threats), dan WO
(weaknesses - opportunities).
d. Mengukur nilai alternatif strategi dengan mengkalikan nilai bobot CSF dan
rating dari alternatif strategi. Nilai rating berkisar 1 – 5, dimana semakin
sesuai alternatif strategi dengan CSF, maka nilainya semakin tinggi.
Ketentuan rating sebagai berikut: 1 = sangat lemah 4 = kuat 2 = lemah 5 =
sangat kuat 3 = cukup e. Menjumlahkan total skor setiap alternatif strategi
untuk menentukan prioritas strategi terpilih.

25

Anda mungkin juga menyukai