Anda di halaman 1dari 7

Pelabuhan Muara Angke Dibangun Dilengkapi Fasilitas Industri Perikanan dan Hunian Nelayan PEMPROV DKI Jakarta sepertinya

(akan mau menganaktirikan para nelayan. Buktinya, saat ini Dinas pertanian dan perikanan mulai menggarap proyek prestisus pembangunan kembali Pelabuhan Muara Angke. Lahan seluas 70 hektare di Jakarta Utara itu akan disulap menjadi pelabuhan yang mewah. "Dalam membangun Pelabuhan Muara Angke akan melibatkan beberapa kementreian. Di antaranya. Kementrian Pekerjaan Umum. Kementrian Kelautan dan Perikanan, serta beberapa unit terkait di Pemprov DKI. Targetnya. Pelabuhan Muara Angke bisa menjadi barometer pelabuhan perikanan di tanah air." ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan DKI Ipih Ruyani, kemarin. Dijelaskan, percepatan pembangunan Pelabuhan Perikanan Muara Angke diarahkan bisa menjadi sentra pelayanan perikanan. Yakni,tempat pelabuhan pendaratan ikan, pengembangan industri perikanan, perumahan nelayan dan sebagai kawasan yang ramah lingkungan atau kawasan eco marine. Hal itu sebenarnya sudah diamanatkan dalam Keputusan Gubernur nomor 1263 tahun 2006. Kawasan seluas 70 hektare itu akan ditata sedemikian rupa untuk tampil lebih representatif dan akan dijadikan barometer pelabuhan perikanan Indonesia. Pembangunan Pelabuhan Muara Angke juga akan disinergikan dengan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman Muara Baru. Antara kedua pelabuhan perikanan tersebut akan dihubungkan satu sama lain membentuk jaringan dalam satu kesatuan. Seluruh fasilitas pendukung akan dibangun. Seperti SPBU, pabrik e*. cold storage, dan penyempurnaan fasilitas utama meliputi pelabuhan, dermaga, gedung TPI. tempat pemasaran, jalan dan saluran serta fasilitas lainnya. Diharapkan, pada 2012. Pelabuhan Muara Angke telah tampil lebih baik, tertata rapi dan bebas banjir Ada beberapa zona yang akan dibangun. Seperti zona fasos fasum. zona industri kelautan, zona eco marine, zona rumah susun, zona pelabuhan DKI dan Pulau Seribu, zona pelabuhan nelayan dan UPMB serta hunian. Dengan tampilan baru dan fasilitas yang lebih lengkap, diharapkan Pelabuhan Muara Angke mempunyai daya tarik tersendiri untuk menarik minatnelayan dari luar daerah. Para nelayan dari berbagai daerah tertarik mendaratkan ikannya di TPI M uara Angke. Selain itu juga akan dilakukan perbaikan managemen dengan peningkatan sistem informasi . Agar, tata niaga ikan yang dilakukan di Muara Angke bisa lebih terbuka dan cepat. Untuk meningkatklan hasil tangkapan para nelayan, akan dilakukan restrukturisasi armada perikanan dengan meningkatkan kualitas armada menuju tonasekapal yang lebih besar. Yakni di atas 30 GT. Hal itu untuk mendukung program pemerintah pusat yang akan memberi bantuan 1000 unit kapal. Saat ini, di Jakarta terdapat 4.37S unit armada penangkapan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 80 persen bertonase di bawah 30 GT. Sedangkan bagi nelayan yang melakukan penangkapan ikan di Kepulauan Seribu, agar tetap memperoleh hasil yang memadai dan menguntungkan, akan dila-kukan rasionalisasi jumlah nelayan sebesar 30 persen atau 1.200 orang. Hal itu dilakukan berdasarkan penelitian selama empat tahun oleh Catch per Unit Effort (CPUE) bekerjasama dengan IPB pada 2003 hingga 2006 lalu. Untuk memberdayakan masyarakat nelayan akan dilakukan pengalihan profesi dari nelayan tangkap menjadi pembudidaya atau profesi lainnya. "Kepulauan Seribu diarahkan ebagai penangkapan ikan dan bahari," katanya, (aak/pes)

Sumber : Indopos 26 Juli 2010,hal.9

KKP Kembangkan PPS Muara Baru

JAKARTA (Suara Karya) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencanangkan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zahman di Muara Baru-Penja-nngan, Jakarta Utara, sebagai water front city of Indonesia. Demikian dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dalam kunjungannya ke Muara Baru, Jakarta Utara, pekan lalu. Menurut dia, pengembangan water front city merupakan konsep yang dapat didefinisikan sebagai pengembangan kawasan yang ber-hadapan dengan pesisir dan bantaran sungai. Tentunya untuk menjadi kawasan yang lebih baik dan nyaman, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. "Konsep ini tidak hanya sekadar pembangunan fisik semata yang ditonjolkan, tapi juga menciptakan pola pikir bagi semua pemangku kepentingan untuk menciptakan rasa memiliki," ujar Fadel. Dengan demikian, rae-.nurutnya, konsep water front city diharapkan dapat meningkatkan geliat kota pantai. Tidak saja dari aktivitas pelabuhan perikanan dan pasar ikan, tapi juga untuk aktivitas lain, seperti kawasan wisata serta program edukasi bahari, kawasan industri, perumahan nelayan, dansebagainya. "Dari beragam aktivitas itu, tentunya akan memicu peningkatan dinamika ekonomi yang lebih progresif," ucapnya. Diharapkan, pencanangan water front city of Indonesia mampu mengoptimalkan peran dan fungsi Muara Baru sebagai pelabuhan perikanan. Khususnya, dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup nelayan sebagai masyarakat kelautan dan perikanan. Namun untuk mewujudkan ini semua, selain harus menjadikan pelabuhan perikanan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, juga harus diimbangi dengan sumber daya manusia yang andal dan berjiwa wirausaha. Dengan ini. akan ada terobosan-te-robosan usaha bagi ma-syarakat di sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, ini juga perlu didukung situasi keamanan, kebersihan, dan ketertiban di pelabuhan. Begitu juga mempersiapkan ketentuan pengelolaan perikanan nasional dan internasional serta dapat memberikan standarpelayanan prima. Pada kesempatan ini. Fadel Muhammad juga meresmikan gedung Pelayanan Terpadu dan Menara Kontrol Pelabuhan Perikanan Jakarta yang pendanaannya dari Jepang. Menteri Kelautan dan Perikanan juga melepas kapal bermuatan bibit ikan kakap putih sebanyak 1 juta dari Himpunan Nelayan Purseseine Nusantara yang dilepas di Kepulauan Seribu. IBayu)

Sumber : Suara Karya 19 Juli 2010,hal. 7

Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman adalah pelabuhan yang terletak di teluk Jakarta. lebih tepatnya pelabuhan perikanan ini terletak pada Provinsi DKI Jakarta, Kota Madya Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan, Kelurahan Penjaringan. Untuk mendukung sistem distribusi perikanan pada pelabuhan ini, pelabuhan ini dilengkapi dengan akses jalan utama yang menghubungkan pelabuhan perikanan tersebut ke beberapa lokasi strategis di wilayahnya. Jarak tempuh antara Pelabuhan Nizam Zachman dengan lokasi strategis tersebut adalah sebagai berikut, jarak tempuh dengan Kantor Pemerintah Provinsi 9 km, jarak tempuh ke Kantor Kota Madya adalah 7 km, kemudian jarak tempuh ke Kantor Kecamatan 3 km, Untuk menunjang pengolahan maupun pemasaran, dalam hal ini ekspor maupun impor dalam produk perikanan pelabuhan ini di tunjang juga dengan akses jalan menuju bandara dengan jarak tempuh 25 km ke Bandara Soekarno Hatta dan 35 km ke Bandara Halim Perdana

Kusuma . Untuk menunjang kegiatan distribusi melalui laut, pelabuhan ini di tunjang dengan akses jalan darat sejauh 3 km dari Pelabuhan Sunda Kelapa dan 12 km dari Pelabuhan Tanjung Priok. Untuk menunjang kegiatan perikanan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman di tunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai termasuk didalamnya terdapat 49 perusahaan yang berlokasi di pelabuhan dengan kegiatan usaha baik kegiatan utamanya sebagai perusahaan penangkapan sampai dengan perusahaan pengolah produk perikanan dan pemasaran produk perikanan, sampai dengan perusahaan yang mendukung kegiatan kelautan dan perikanan didalam pelabuhan. A. Visi

Visi Pelabuhan Perikanan Samudera, merupakan bagian integral dari Visi Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh staf, instansi terkait dan swasta yang beroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun Visi PPSNZJ adalah : "Terwujudnya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan terpadu" B. Misi Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif; 1. 2. 3. 4. Pemberdayaan masyarakat perikanan; Meningkatkan mutu, keamanan pangan dan nilai tambah; Menyediakan data dan informasi perikanan; Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan

Parttttttttttttttttttttt

Pelabuan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta


Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, memiliki kedaulatan dan yurisdiksi atas wilayah perairan Indonesia, serta kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan tentang pemanfaatan sumber daya ikan, baik untuk kegiatan penangkapan maupun pembudidayaan ikan sekaligus meningkatkan kemakmuran dan keadilan guna pemanfaatan yang sebesarbesarnya bagi kepentingan bangsa dan negara dengan tetap memperhatikan prinsip kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta kesinambungan pembangunan perikanan nasional. Selanjutnya sebagai konsekuensi hukum atas diratifikasinya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Tahun 1982 dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on The Law of the Sea 1982 menempatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki hak untuk melakukan pemanfaatan, konservasi, dan pengelolaan sumber daya ikan di zona ekonomi eksklusif Indonesia dan laut lepas yang dilaksanakan berdasarkan persyaratan atau standar internasional yang berlaku. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan yang ada sudah tidak dapat mengantisipasi perkembangan pembangunan perikanan saat ini dan masa yang akan datang, karena di bidang perikanan telah terjadi perubahan yang sangat besar, baik yang berkaitan dengan ketersediaan sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun perkembangan metode pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern, sehingga pengelolaan perikanan perlu dilakukan secara berhati-hati dengan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan. Oleh karena itu UU ini selanjutnya disempurnakan dengan UU no 31 tahun 2004. Pada perjalanannya dinamika pembangunan sektor kelautan dan perikanan dalam mendukung pembangunan nasional dipengaruhi oleh globalisasi dan desentralisasi. Globalisasi antara lain meliputi batas wilayah laut, pemberdayaan pulau-pulau kecil terluar, implementasi hukum laut internasional dan implementasi Code of Conduct Responsible Fisheries (CCRF). Sedangkan desentralisasi mencakup pergantian UU No. 32/2004 tentang

pemerintahan daerah, kerjasama antar daerah, toponimi dan peningkatan pendapatan nelayan serta pembudidayaan ikan. Memperhatikan potensi dan peluang pengembangan di bidang kelautan dan perikanan serta mengingat masih banyaknya kendala dan tantangan yang kita hadapi, diperlukan dukungan strategi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan merupakan bagian dari pilar kebijakan nasional yakni: pro-poor, pro-job dan pro-growth. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundangundangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pengelolaan Perikanan pada hakekatnya dilakukan guna mendukung pembangunan nasional Indonesia. Guna mendukung pengelolaan perikanan, prasarana perikanan dibangun guna pemusatan kegiatan usaha perikanan, sehingga dapat dilakukan usaha perikanan pada skala ekonomi yang efisien dan sekaligus memanfaatkan dampak kegiatan ekonomi yang terjadi di dalamnya. Prasarana perikanan yang pada saat ini diperlukan adalah suatu prasaran perikanan yang membawa multiplier effect bagi sektor lainnya. Dengan demikian pembangunan prasarana perikanan dapat menjadi embrio bagi pembangunan suatu wilayah. Sehingga diharapkan dapat meminimalisir hambatan yang telah disebutkan diatas. Salah satu usaha dalam pembangunan prasarana perikanan adalah pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 16 tahun 2006, Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Sesuai dengan hal tersebut Permen No. Per : 06/MEN/2007 pasal 2 dan 3 menyebutkan Pelabuhan Perikanan mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumber daya ikan untuk pelestariannya dan kelancaran kegiatan kapal perikanan

serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. Dalam rangka melasanakan tugas sebagaimana dimaksud, pelabuhan perikanan menyelenggarakan fungsi : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta pemanfaatan sarana pelabuhan perikanan; Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan; Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan kebersiahn kawasan pelabuhan perikanan; Pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan; Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi dan pemasaran hasil perikanan; Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistic perikanan; Pengembangan dan pengelolaan sistim informasi dan publikasi hasil riset, produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya; Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahari; Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertangggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984, semula PPSJ berbentuk Project Management Unit (PMU) seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa khususnya dibidang perikanan, maka pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengusahakan fasilitas fasilitas pelabuhan perikanan yang bersifat komersial, sedangkan UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan tugas tugas umum Pemerintahan di Pelabuhan Perikanan. Sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.04/MEN/2004 tentang Perubahan Nama PPS Jakarta Menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta, maka sampai sekarang nama Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) berubah menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ). A. Visi Visi Pelabuhan Perikanan Samudera, merupakan bagian integral dari Visi Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh staf, instansi terkait dan swasta yang beroperasional di kawasan pelabuhan.

Adapun Visi PPSNZJ adalah : Terwujudnya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan terpadu B. Misi
-

sebagai

Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif; Pemberdayaan masyarakat perikanan; Meningkatkan mutu, keamanan pangan dan nilai tambah; Menyediakan data dan informasi perikanan; Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan

C.

Tujuan Pembangunan Tujuan yang hendak dicapai dalam operasional PPSNZJ merupakan penjabaran dan

penjelasan dari tugas pokok dan fungsi serta misi yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan pembangunan PPSNZJ adalah :
-

Mengembangkan skala usaha industri perikanan dengan lingkungan yang mendukung; Meningkatkan peran serta masyarakat perikanan yang berkaitan dengan lingkungan dan diversifikasi usaha perikanan; Mengembangkan sistim pengolahan hasil perikanan; Mengembangkan sistim perolehan data dan informasi perikanan; Mengembangkan sistim pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan; Perberdayaan SDM; Mengembangkan sarana/fasilitas pelabuhan;

Mengembangkan sistim administrasi keuangan. Diposkan oleh Akmala Dwi

Anda mungkin juga menyukai