Anda di halaman 1dari 3

NAMA : REANANDA PUTRA

NIM : 2211102444022

PERMASALAHAN DEGRADASI LINGKUNGAN DALAM


PERENCANAAN PESISIR TERPADU

Membicarakan wilayah pesisir adalah hal menarik yang bisa menguras


banyak energi dan perdebatan panjang tentang apa, siapa, dan bagaimana
seharusnya wilayah pesisir tersebut dikelola. Tetapi pembicaraan tersebut lebih
banyak pada hal-hal yang sifatnya wacana, strategi dan upaya untuk
memanfaatkan potensi yang ada tanpa mau melihat kondisi riil wilayah pesisir itu
sendiri.

Kebijakan makro dan mikro dalam konsep, strategi dan metode dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir adalah dua hal yang saling terkait. Sinkronisasi
adalah kata kunci, karena kompleksitas persoalan di pesisir butuh solusi yang
cepat dan tepat dalam penanganannya sehingga nilai manfaat dari ketersediaan
sumberdaya tersebut dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
Dengan cara demikian, maka pengelolaan pesisir yang terpadu dan berbasis
masyarakat dapat menjadi kenyataan. Suatu kota yang memiliki wilayah pesisir
secara tidak langsung memiliki suatu keistimewaan tersendiri. Melalui kawasan
pesisirnya, kota tersebut dapat menggali berbagai aspek yang bisa membawa
manfaat kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Kota yang
berada di wilayah pesisir merupakan jalan akses masuk dan distribusi barang di
suatu pulau. Keberadaan kota tersebut menjadi sangat strategis dan sayang
apabila tidak dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Namun untuk
mengembangkan wilayah pesisir diperlukan kajian mendalam tentang ekosistem
dan struktur pesisir daerah tersebut agar pengelolaan yang dilakukan bisa tepat
sasaran dan tidak menimbulkan efek samping.

Di Kalimantan Timur, fokus dasar proyek pesisir adalah pengenalan


model pengelolaan pesisir berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS), yang
menitikberatkan pada rencana pengelolaan terpadu Teluk Balikpapan dan DAS-
nya. Akan tetapi dalam proses pelaksanaannya, terdapat banyak isu ataupun
masalah mengenai kondisi ekologis Teluk Balikpapan. Pada makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai “Permasalahan Degradasi Lingkungan dalam
Perencanaan Pesisir Terpadu di Teluk Balikpapan“.
Teluk Balikpapan sebagai salah satu kawasan pesisir dan laut di Kalimantan
Timur. Wilayah pesisir Teluk Balikpapan memiliki garis pantai sepanjang 79,6 km,
terdapat sekitar 31 pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni dengan total luas
daratan pulau-pulau tersebut sekitar 1.018,86 hektar. Teluk Balikpapan terletak di
antara Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (hasil pemekaran
Kabupaten Pasir). Teluk ini telah memberi kontribusi dalam perkembangan dan
pembangunan kedua daerah administrasi tersebut secara khusus maupun untuk
Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya. Di teluk ini terdapat fasilitas
pelabuhan dan dermaga yang melayani penumpang maupun barang serta
fasilitas pendukung bagi kegiatan industri minyak dan gas. Selain memiliki
potensi pembangunan, juga memiliki ancaman tekanan eksploitasi yang dapat
mengarah kepada kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam pesisir bila tidak
dikelola dengan baik.

Dengan fakta seperti di atas, kawasan pesisir Teluk Balikpapan memiliki


daya tarik untuk pengembangan berbagai aktivitas. Kawasan pesisir Teluk
Balikpapan telah berkembang menjadi pusat-pusat permukiman dan perkotaan
yang diikuti oleh berbagai kegiatan perdagangan dan jasa. Kegiatan lainnya yang
berkembang di wilayah pesisir Teluk Balikpapan adalah perikanan budidaya
tambak, pertanian dan industri. Sementara pada bagian hulu dikembangkan
kegiatan perkebunan dan kehutanan. Dikaitkan dengan wilayah pesisir di Teluk
Balikpapan, strategi pengelolaan tidak dapat dipisahkan dengan perencanaan
Kawasan Industri Kariangau (KIK), rencana Pelabuhan Peti Kemas di Kariangau,
rencana pembuatan jembatan Penajam-Balikpapan dan kawasan Hutan Lindung
Sungai Wain (HLSW) yang membawa akibat tidak langsung.

Implementasi perencanaan pembangunan tersebut berdampak pada


tingginya tekanan terhadap wilayah pesisir. Meskipun dampak langsungnya
belum terasa di masyarakat, akan tetapi secara berangsur-angsur akan
mempengaruhi keseimbangan ekologis, merusak ekosistem, terjadinya
degradasi lingkungan dalam skala kecil maupun besar, yang selanjutnya akan
merapuhkan sistem penyangga kehidupan masyarakat pantai serta sistem
pertahanan pantai sendiri. Ironisnya, berbagai kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat yang selama ini kurang
dilandasi dengan kebijakan yang berwawasan lingkungan telah menyebabkan
pencemaran, kerusakan lingkungan fisik dan tekanan pada ekosistem teluk yang
berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan (life support system).

Berdasarkan fakta lapangan saat ini, Teluk Balikpapan ternyata kondisi


pesisirnya terancam akan erosi dan sedimentasi. Dari hasil pemantauan yang
pernah dilakukan oleh berbagai pihak terkait Proyek Pesisir Kalimantan Timur
menyatakan bahwa kondisi pesisir, laut, sungai serta daratan Teluk Balikpapan,
terlihat bahwa Daerah Aliran Sungai Teluk Balikpapan telah mengalami
gangguan atau kemunduran kualitas ekosistem dan lingkungannya. Kemunduran
kualitas lingkungan ini terutama diindikasikan antara lain adanya pembukaan
hutan mangrove untuk areal pertambakan yang tidak memperhatikan prinsip
kelestarian lingkungan dan terjadinya kekeruhan air pada muara-muara sungai di
Teluk Balikpapan. Khususnya permasalahan kekeruhan air tersebut ternyata
disebabkan oleh adanya sedimen yang tersangkut bersama limpasan air sungai
yang berasal dari tanah tererosi yang terjadi pada daratan Daerah Aliran Sungai
di Teluk Balikpapan. Sedangkan sedimen yang tersangkut dan bermuara ke
Teluk Balikpapan, selain menimbulkan kekeruhan air, juga dapat mengganggu
kehidupan ekosistem perairan dan pendangkalan pada kawasan pelabuhan laut
Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai