Anda di halaman 1dari 13

STUDI EVALUASI PERENCANAAN PEMANFAATAN DANAU BUYAN

PROVINSI BALI
Oleh :
Made Metta Mahartina
ABSTRAK
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri dari komponen-komponen abiotik
dan biotik yang saling berintegrasi sebagai satu kesatuan. Danau merupakan suatu ekosistem
yang secara fisik merupakan suatu tempat yang luas, mempunya air yang tetap, jernih atau
beragam dengan aliran tertentu.
Danau Buyan sebagai salah satu dari empat danau alam di Bali pada saat ini sedang
mengalami perubahan tinggi muka air di luar kelaziman yang sangat signifikan akibat berbagai
factor lingkungan yang saling berinteraksi. Berbagai upaya kemudian diidentifikasi untuk
melakukan pemulihan kondisi fisik danau untuk berbagai manfaat yang selama ini diemban, dan
sekurang-kurangnya mempertahankan kondisi saat ini agar tidak lebih buruk.
Tujuan dari dilakukan kajian ini adalah untuk mengidentifikasi rencana kegiatan
perencanaan pemanfaatan empat Danau yang akan menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan serta mengidentifikasi rona lingkungan yang akan terkena dampak oleh adanya
kegiatan dan sebaliknya kemungkinan dampaknya terhadap Danau Buyan di Provinsi Bali.
Danau buyan terletak di Desa Pancasari, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan
luas cathmen area sebesar 24,3 km2, dengan luas danau sebesar 4,8 km2, dengan elevasi
permukaan danau 1.250 mdpl, hasil perhitungan dapat diketahuin bahwa volume danau buyan
sebesar 116,25 x 106 m3 dengan kondisi parameter pengairan masih memenuhi baku mutu
lingkungan.
Maka dari itu untuk melindungi kelestarian danau dan batasan-batasan dalam pemanfaatan
potensi danau perlu dilakukan Studi Evaluasi dan Perencanaan Pemanfaatan Danau Buyan dalam
hal pembuatan UKL/UPL.
Kata kunci : Evaluasi, Pemanfaatan Danau Buyan.
ABSTRACT
Ecosystem is an ecological system consisting of components of abiotic and biotic
integrate with each other as a unit . Lake is an ecosystem that is physically a large place , have
the permanent water , clear or vary with the particular stream .
Lake Buyan as one of the four natural lakes in Bali is currently undergoing a change in
water level outside the norm very significant due to various environmental factors that interact .

Various efforts were later identified to perform a recovery of physical condition of the lake for
the various benefits that had been carried, and at least maintaining the current conditions in order
not worse .
The purpose of this study was carried out to identify and plan activities four lake -use
planning that will have a significant impact on the environment as well as identify the
environmental setting that will be affected by their activities and their possible impact on the
Lake Buyan in Bali Province .
Lake Buyan is located in the village of Pancasari , District Banjar Buleleng with cathmen broad
area of 24.3 km2 , with an area of 4.8 km 2 lake , the lake surface elevation of 1,250 meters above
sea level , the calculation results can be seen that the volume of the lake Buyan amounted to
116.25 x 106 m3 with the condition of irrigation parameters still meet the environmental quality
standards .
Therefore, in order to preserve the lake and limits on the utilization of the
potential of the lake needs to be done Evaluation Study and Utilization Planning Lake Buyan in
terms of making environment monitoring / environmental management efforts.
Keywords : Evaluation, Utilization of the Lake Buyan .

1. PENDAHULUAN
2. Latar Belakang
3.
Danau merupakan sumber
daya air yang memiliki arti penting bagi
kehidupan masyarakat dan memiliki
dimensi pemanfaatan yang cukup luas.
Pemerintah Bali melalui Perda Nomor
16 Tahun 2009 Tanggal 28 Desember
2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009
2029 menempatkan danau alam sebagai
salah satu kawasan strategis.
4.
Banyak aktivitas masyarakat
disekitar danau, mulai dari kegiatan
pertanian, kebutuhan domestik, industri,
transportasi bahkan rekreasi. Namun
demikian, pada kenyataannya kelestarian
danau seringkali diabaikan. Sejalan
dengan banyaknya aktifitas yang
memanfaatkan danau, berbagai masalah
muncul mulai dari kualitas air danau
yang menurun, tumbuhnya eceng
gondok
pada
perairan
danau,

pemanfaatan sempadan danau yang tidak


sesuai dengan aturan, berkurangnya
luasan danau karena sedimentasi, dan
lain-lain.
5.
Permasalahan permasalahan
yang terjadi sepatutnya dilakukan
evaluasi
dan
dicarikan
solusi
permasalahannya.
Diluar
dari
permasalahan yang terjadi, danau
mempunyai potensi pemanfaatan yang
dapat dimaksimalkan apabila sesuai
dengan batasan-batasan pemanfaatannya
agar tidak merusak kelestarian danau.
6. Danau Buyan sebagai salah
satu dari empat danau alam di Bali pada
saat ini sedang mengalami perubahan
tinggi muka air di luar kelaziman yang
sangat signifikan akibat berbagai factor
lingkungan yang saling berinteraksi.
Berbagai upaya kemudian diidentifikasi
untuk melakukan pemulihan kondisi
fisik danau untuk berbagai manfaat yang

selama ini diemban, dan sekurangkurangnya mempertahankan kondisi saat


ini agar tidak lebih buruk.
7. Pemerintah, dalam hal ini
pemerintah Provinsi maupun kabupaten
berkewajiban
menyelenggarakan
kegiatan pemeliharaan terhadap fisik dan
lingkungan
Danau
Buyan
agar
keberadaan danau senantiasa terpelihara
fungsinya, dan dapat memberi manfaat
secara maksimal bagi kehidupan di
sekitarnya maupun di seluruh Pulau Bali
pada umumnya.

1.

2.

3.

4.

8.
Maka dari itu untuk
melindungi kelestarian danau dan
batasan-batasan dalam pemanfaatan
potensi danau perlu dilakukan Studi
Evaluasi dan Perencanaan Pemanfaatan
Empat Danau di Provinsi Bali khususnya
Pemanfaatan Danau Buyan dalam hal
pembuatan UKL/UPL
9. Tujuan studi UKL-UPL:
Mengidentifikasi rencana kegiatan
perencanaan pemanfaatan Danau Buyan
yang akan menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan.
Mengidentifikasi rona lingkungan
yang akan terkena dampak oleh adanya
kegiatan dan sebaliknya kemungkinan
dampaknya terhadap Danau Buyan di
Provinsi Bali.
Memperkirakan dan mengevaluasi
dampak penting yang terjadi terhadap
lingkungan baik yang terjadi pada tahap
awal sampai tahap pemanfaatan Danau
Buyan di Provinsi Bali.
Memberikan
arahan
untuk
penyusunan Upaya Rencana Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Rencana Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) yang

1.

2.

3.

4.

5.

akan dilaksanakan selama kegiatan


berlangsung.
10. Kegunaan studi UKL-UPL:
Memberikan gambaran yang terinci
tentang pengaruh kegiatan rencana
pemanfaatan Danau Buyan terhadap
lingkungan hidup serta keterkaitannya
satu dengan yang lain.
Membantu Menteri Lingkungan
Hidup, Gubernur Bali, dan Instansiinstansi pemberi ijin di dalam
pengambilan
keputusan
tentang
kelayakan lingkungan dari rencana
kegiatan yang akan dilakukan.
Memberikan
masukan
bagi
Pemrakarsa dan Konsultan perencana
untuk menyusun desain dan rincian
teknis dari rencana kegiatan.
Memberikan
masukan
dalam
menyusun rencana Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan rencanaan
kegiatan pemanfaatan Danau Buyan di
Provinsi Bali.
Memberikan
informasi
bagi
masyarakat untuk dapat memanfaatkan
dampak positif dan menghindari dampak
negatif yang akan timbul dari rencana
kegiatan pemanfaatan Danau Buyan di
Provinsi Bali.
11. 2.TINJAUAN PUSTAKA
12. Danau adalah suatu badan air alami
yang selalu tergenang sepanjang
tahun dan mempunyai mutu air
tertentu yang beragam dari satu
danau ke danau yang lain serta
mempunyai produktivitas biologi
yang tinggi. (Satari 2001). Menurut
Odum (1993), pada dasarnya proses
terjadinya
danau
dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
danau alami dan danau buatan.

Danau alami merupakan danau yang


terbentuk sebagai akibat dari
kegiatan alamiah, misalnya bencana
alam, kegiatan vulkanik dan kegiatan
tektonik. Sedangkan danau buatan
adalah danau yang dibentuk dengan
sengaja oleh kegiatan manusia
dengan tujuantujuan tertentu dengan
jalan membuat bendungan pada
daerah dataran rendah.
13. Pencemaran Danau
14. Peraturan Pemerintah nomor 82
tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian
pencemaran air menyatakan bahwa,
pencemaran air adalah masuknya
atau dimasukkannya mahkluk hidup,
zat, energi atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas perairan turun
sampai pada tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat
berfungsi
sesuai
dengan
peruntukannya.
Peraturan
ini
menyatakan bahwa pencemaran
harus
ditanggulangi
dan
penanggulangannya
adalah
merupakan kewajiban semua pihak.
15. Bahan pencemar yang terdapat
dalam air limbah dapat berupa bahan
terapung, padatan tersuspensi atau
padatan terlarut. Selain itu, air
limbah juga dapat mengandung
mikroorganisme seperti virus, bakteri
dan protozoa. Komposisi air limbah
domestik
sangat
bervariasi
tergantung pada tempat, sumber dan
waktu. Namun secara garis besar zatzat yang terdapat di dalam air limbah
dapat
dikelompokkan
seperti

Gambar 1 (Tebbut, 1998 dalam


Mara, 2004).
16.

17. Gambar 1. Komposisi air limbah


domestik (Mara, 2004).
18. Eutrifikasi
19. Kesuburan perairan danau secara
alamiah
umumnya
disebabkan
pengkayaan oleh unsur hara yang
dibawa oleh aliran sungai dari hasil
pencucian lapisan tanah permukaan
dan limbah organik dari kegiatan
pertanian.
Setiana
(1996)
menyatakan bahwa proses masuknya
hara ke badan perairan dapat melalui
dua cara yaitu: (1) penapisan air
drainase lewat pelepasan hara
tanaman terlarut dari tanah; dan (2)
lewat erosi permukaan tanah atau
gerakan dari partikel tanah halus
masuk ke sistem drainase. Proses
terjadinya pengkayaan perairan
danau oleh unsur hara berlangsung
dalam waktu yang cukup lama,
namun proses tersebut dapat
dipercepat oleh berbagai aktivitas
penduduk di sekitar perairan danau.
20. Gejala eutrofikasi di perairan danau
biasanya
ditunjukkan
dengan
melimpahnya konsentrasi unsur hara
dan perubahan parameter kimia
seperti oksigen terlarut (OT),

kandungan klorofil-a dan turbiditas


serta produktivitas primer. Hal ini
menyebabkan terjadinya peningkatan
konsentrasi biomassa di bagian
epilimnion danau dan tingginya laju
pengendapan alga ke bagian dalam
kolom air, sehingga menjadikan
kondisi anaerobik pada daerah
hipolimnion (Gather and Imboden,
1985). Hal senada dikemukakan oleh
Agustiyani (2004), meningkatnya
unsur hara di
danau akan
meningkatkan
biomassa
jenis
organisme primer tetapi akan
menurunkan jenis konsumer. Hal ini
mengakibatkan melimpahnya salah
satu jenis saja dan mengurangi
varietas dan kualitas. Salah satu
contohnya adalah melimpahnya alga
yang biasa didominasi oleh blue
green algae (alga biru-hijau) dan
berkembangnya
gulma
air.
Fenomena
eutrofikasi
juga
berdampak terhadap meningkatnya
jumlah kematian ikan dan sulitnya
pengolahan air untuk air minum. Hal
ini
disebabkan
karena
disekresikannya
toksin
hasil
metabolisme alga yang dapat
menyebabkan kematian bagi hewan.
Kondisi ini pernah terjadi di daerah
sub-tropis
pada
alga
jenis
Mycrocystis sp yang menghasilkan
endotoksin dan eksotoksin yang hasil
sekresinya
disebut
dengan
Mycrosystin,
dapat
menyerang
syaraf dan hati, sehingga dapat
mengakibatkan
kematian
bagi
hewan-hewan ternak (Kemka et al.,
2006).
Henderson-Seller
and
Markland (1987) mengemukakan

bahwa ada enam indikator utama


yang dapat dipakai untuk mendeteksi
terjadinya eutrofikasi di suatu
perairan danau
yakni :
1)
menurunnya konsentrasi oksigen
terlarut di zone hipolimnotik, 2)
meningkatnya konsentrasi unsur
hara, 3) menigkatnya padatan
tersuspensi, terutama bahan organik,
4) bergantinya populasi fitoplankton
yang dominan dari kelompok
diatome menjadi chlorophyceae, 5)
meningkatnya konsentrasi fosfat, dan
6) menurunnya penetrasi cahaya
(meningkatnya kekeruhan).
21. Indikator Parameter Pencemaran
Perairan
22. Suhu
23. Suhu suatu badan air dipengaruhi
oleh musim, lintang, ketinggian dari
permukaan laut, sirkulasi udara,
penutupan awan, dan aliran serta
kedalaman dari badan air. Perubahan
suhu berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia, dan biologi di badan
air. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi dan volatilisasi. Selain itu,
peningkatan
suhu
air
juga
mengakibatkan penurunan kelarutan
gas dalam air seperti O2, CO2, N2,
dan CH4 (Haslam, 1995).
24. Total Padatan Tersuspensi (Total
Suspended Solid, TSS) dan TDS
25. adalah bahan-bahan tersuspensi
(diameter >1 m) yang tertahan pada
saringan millipore dengan diameter
pori 0,45 m. TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasadjasad
renik
terutama
yang
disebabkan oleh kikisan tanah atau

erosi yang terbawa ke dalam badan


air. Masuknya padatan tersuspensi ke
dalam perairan dapat menimbulkan
kekeruhan air. Hal ini menyebabkan
menurunnya
laju
fotosintesis
fitoplankton, sehingga produktivitas
primer perairan menurun, yang pada
gilirannya
menyebabkan
terganggunya keseluruhan rantai
makanan.
26. Kekeruhan dan Kecerahan
27. Mahida (1993) mendefinisikan
kekeruhan
sebagai
intensitas
kegelapan di dalam air yang
disebabkan oleh bahan-bahan yang
melayang.
Kekeruhan
perairan
umumnya disebabkan oleh adanya
partikel-partikel suspensi seperti
tanah liat, lumpur, bahan-bahan
organik terlarut, bakteri, plankton
dan organisme lainnya. Kekeruhan
perairan menggambarkan sifat optik
air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat dalam air (Davis dan
Cornwell, 1991).
28. Derajat Keasaman (pH)
29. Derajat
keasaman
merupakan
gambaran jumlah atau aktivitas ion
hidrogen dalam perairan. Secara
umum nilai pH menggambarkan
seberapa besar tingkat keasaman atau
kebasaan suatu perairan. Perairan
dengan nilai pH = 7 adalah netral,
pH < 7 dikatakan kondisi perairan
bersifat asam, sedangkan pH > 7
dikatakan kondisi perairan bersifat
basa (Effendi, 2003).
30. Karbondioksida (CO2) Bebas

31. merupakan
istilah
untuk
menunjukkan CO2 yang terlarut di
dalam air. CO2 yang terdapat dalam
perairan alami merupakan hasil
proses difusi dari atmosfer, air hujan,
dekomposisi bahan organik dan hasil
respirasi organisme akuatik.
32. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen,
DO)
33. Oksigen terlarut adalah gas oksigen
yang terlarut dalam air. Oksigen
terlarut dalam perairan merupakan
faktor penting sebagai pengatur
metabolisme tubuh organisme untuk
tumbuh dan berkembang biak.
Sumber oksigen terlarut dalam air
berasal dari difusi oksigen yang
terdapat di atmosfer, arus atau aliran
air melalui air hujan serta aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton (Novonty and Olem,
1994).
34. Tabel
1.Status
kualitas
air
berdasarkan kandungan DO (Lee et
al., 1978)
35.

36. Senyawa-senyawa Nitrogen


37. Nitrogen di perairan terdapat dalam
bentuk gas N2, NO2 - , NO3 - , NH3
dan NH4 + serta sejumlah N yang
berikatan dalam organik kompleks
(Haryadi, 2003). Sumber nitrogen
terbesar berasal dari udara, sekitar
80% dalam bentuk nitrogen bebas
yang masuk melalui sistem fiksasi
biologis dalam kondisi aerobik.

38. Dampak Pemanfaatan Lahan


terhadap Kualitas Perairan
39. Keberlangsungan fungsi suatu danau
sangat tergantung pada kondisi atau
keadaan lahan di sekitar daerah
tangkapan air (DTA). Berbagai
penggunaan lahan di DTA, seperti
untuk
pertanian,
perkebunan,
persawahan dan permukiman. Semua
aktivitas dari kegiatan tersebut dapat
menghasilkan
berbagai
bahan
pencemar atau limbah yang akan
mengalir ke perairan danau. Hal ini
dapat memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan perairan danau.
Limbah yang masuk ke perairan
danau
secara
terus-menerus,
terutama limbah organik dapat
menyebabkan terjadinya pengkayaan
terhadap hara yang ada di badan air,
sehingga dapat menghasilkan suksesi
perairan yang disebut eutrofikasi.
Keadaan
seperti
ini
dapat
menurunkan kualitas perairan danau,
sehingga dapat membahayakan bagi
kehidupan organisme perairan danau.
40. Dampak Sedimentasi terhadap
Kualitas Perairan
41. Kegiatan pembukaan lahan di bagian
hulu dan DTA untuk pertanian,
pertambangan dan pengembangan
permukiman merupakan sumber
sedimen dan pencemaran perairan
danau.
Masuknya
padatan
tersuspensi ke dalam perairan danau
dapat meningkatkan kekeruhan air.
Hal ini menyebabkan menurunnya
laju
fotosintesis
fitoplankton,
sehingga
produktivitas
primer
perairan menjadi turun, yang pada
gilirannya
menyebabkan

terganggunya keseluruhan rantai


makan (Haryani, 2001). Sedimen
yang dihasilkan oleh proses erosi
akan terbawa oleh aliran dan
diendapkan pada suatu tempat yang
kecepatannya
melambat
atau
terhenti. Proses ini dikenal dengan
sedimentasi
atau
pengendapan.
Asdak (2002) menyatakan bahwa
sedimen hasil erosi terjadi sebagai
akibat proses pengolahan tanah yang
tidak
memenuhi
kaidah-kaidah
konservasi pada daerah tangkapan air
di bagian hulu. Kandungan sedimen
pada
hampir
semua
sungai
meningkat terus karena erosi dari
tanah
pertanian,
kehutanan,
konstruksi dan pertambangan. Hasil
sedimen (sediment yield) adalah
besarnya sedimen yang berasal dari
erosi yang terjadi di daerah
tangkapan air yang dapat diukur
pada periode waktu dan tempat
tertentu. Hal ini biasanya diperoleh
dari pengukuran padatan tersuspensi
di dalam perairan danau.
42. Pengendalian Pencemaran
43.
Perairan Danau Pencemaran
perairan terbuka seperti danau oleh
limbah domestik maupun limbah
rumah tangga merupakan masalah
yang serius yang dapat mengancam
keberadaan sumberdaya perairan dan
kerusakan lingkungan. Oleh sebab
itu
diperlukan
upaya
untuk
mengendalikan, sehingga dapat
meminimalkan dampak tersebut.
Pengendalian pencemaran perairan
diartikan sebagai upaya pencegahan
dan penanggulangan pencemaran
serta pemulihan kualitas air untuk

menjamin kualitas air agar sesuai


dengan peruntukannya. Brahmana et
al. (2002) menyatakan upayaupaya
dalam pengendalian pencemaran
dalam hal mengurangi beban
pencemar yang masuk ke perairan
sungai dan danau dapat dilakukan
dengan berbagai pendekatan, yang
antara lain : (1) pendekatan teknologi
yaitu dengan membangun IPAL
untuk
pengendalian
limbah
penduduk dan limbah industri, (2)
pendekatan hukum, yaitu dengan
penerapan perundang-undangan yang
berlaku secara tegas, dan (3)
pendekatan sosial ekonomi dan
budaya, yaitu dengan penerapan
secara top down dan bottom up
(komunikasi dua arah).
44. 3.METODE PENELITIAN
45. Daerah Kajian
46. Luas wilayah Desa Pancasari saat ini
adalah 1.280 ha yang peruntukannya
saat ini meliputi untuk sawah dan
ladang 365,73 ha, bangunan umum
11.24 ha, permukiman 24 ha,
pekuburan 0,2 ha, lain-lain 668,76
ha. (Data Monografi Desa Pancasari
2014). Sedangkan untuk penggunaan
pertokoaan 0,70 ha, perkantoran 0,14
ha, pasar desa 0,40 ha, pekarangan
1930 ha, perkebunan rakyat 65,5 ha,
hutan 357, 76 ha.
47. Batas-batas wilayah meliputi :
48. - Sebelah utara
:
Desa
Wanagiri
49. - Sebelah selatan
:
Desa
Candikuning
50. - Sebelah barat
:
Hutan
Negara

51. - Sebelah timur


:
Hutan
Negara
52. Jenis Penelitian dan Sistematika
Pelaporan
53. Jenis penelitian yang dipakai di
dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan deskriptif. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1989, h.4)
penelitian deskriptif dimaksudkan
untuk pengukuran yang cermat
terhadap fenomena sosial tertentu
yang mengembangkan konsep dan
penghimpunan fakta, tetapi tidak
melakukan pengujian hipotesis.
Sumber data diperoleh dari data
primer dan sekunder. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara,
observasi
dan
dokumentasi.
Analisis
data
menggunakan
Model
Interaktif
menurut Miles dan Hubberman yang
dikutip oleh Sugiyono (2012, h.99).
Dilakukan melalui tiga tahap yakni
reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
54. Data-Data Yang Dibutuhkan
55. Data-data yang digunakan dalam
kajian ini sebagian besar adalah data
sekunder yang diperoleh dari Balai
Wilayah Sungai Bali Penida antara
lain:
56. 1. Data kapasitas tampung Danau
Buyan
57.
2.Data biaya konstruksi dan usia
guna bangunan.
58.
3. Data curah hujan dan cathment
area Danau Buyan.
59. 4. Data pola tata tanam Danau
Buyan.

60.
5.Data jumlah penduduk Kabupaten
Buleleng dari tahun 2010 sampai dengan
2015
61.
6.Data jumlah Industri di Kabupaten
Buleleng periode tahun 2010 sampai
dengan 2015.
62. 4.PEMBAHASAN
63.
Prakiraan Dampak Yang Terjadi
64.
Prakiraan dampak yang terjadi akibat
rencana kegiatan Pemanfaatan Danau Buyan
diuraikan mulai dari kegiatan yang
dilakukan tahap prakonstruksi, konstruksi
dan operasional.
65.

Tahap Pra Konstruksi


a.
Sumber dampak
Pembebasan Lahan
Hilangnya Kepemilikan Lahan
66.
b. Jenis dampak

Keresahan masyarakat
Kehilangan kepemilikan lahan
67.
c. Besaran dampak
Kondisi seperti ini menunjukkan
kualitas lingkungan turun.
Hilangnya
kepemilikan
lahan
pertanian akan berdampak pada
dampak negatif.
68.
d. Keterangan
Masyarakat merasa resah dan kuatir
ganti rugi pembebasan tanah tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
Sebagian
masyarakat
akan
kehilangan
kepemilikan
lahan
pertanian.
69.
Tahap Konstruksi
a. Sumber dampak
Kesempatan Kerja
Perubahan mata Pencaharian
Kualitas Udara

Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas


Kerusakan jalan
Penurunan Kesehatan Masyarakat
Penurunan Kualitas Air Permukaan
Peningkatan Kebisingan
b. Jenis dampak
dilihat dari kesempatan kerja dan
peluang berusaha menjadi
lebih
baik.
Penurunan pendapatan para petani.
Akan terjadi peningkatan emisi gasgas buang dan debu dari kendaraan .
Tingkat pelayanan jalan menjadi
berkurang.
Kerusakan jalan yang dilalui oleh
kendaraan dan alat berat.
Infeksi saluran pernafasan akibat
debu.
Terjadi erosi permukaan .
Suara bising dari kendaraan berat .
c. Besaran dampak
Adanya kesempatan kerja .
Kondisi ini
berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan .
Penambahan emisi gas buang (CO,
NO2 dan SO2) dan debu .
Tingkat pelayanan jalan menjadi
berkurang.
Kualitas lingkungan turun.
Kondisi lingkungan terkait dengan
kebisingan pada jarak kurang dari 20
dari pusat kegiatan.
d. Keterangan
Jumlah
angkatan
kerja
akan
mengalami peningkatan menjadi
lebih baik.
Akibatnya
para
petani
akan
kehilangan lahan pertaniannya dan

harus
mengubah
mata
pencahariannya.
Kegiatan mobilisasi & demobilisasi
peralatan dan alat berat, seluruhnya
akan melibatkan 10 unit alat berat,
75 unit dump truck dan 25 unit pick
up truck.
Penambahan
kendaraan
berat
sebanyak akan menambah beban
jalan di sepanjang jalan desa
Pancasari.
Kegiatan ini diperkirakan akan
berdampak pada kerusakan jalan .
Kegiatan pengangkutan material
berdampak
pada
penurunan
kesehatan masyarakat.
penurunan kualitas air permukaan
(air sungai.
Suara bising dari kendaraan berat
pada jarak kurang dari 20 m cukup
mengganggu, karena kebisingannya
masih > 55 dBA.
70.
Operasional
a. Sumber dampak
Timbulnya Erosi dan Sedimentasi
Peningkatan Umur Pedestrian
b. Jenis dampak
Pemeliharaan pedestrian secara
berkala.
Kebisingan alat AWLR
71.
c. Besaran dampak

72.

Dampak
pencegahan
genangan
(banjir), erosi dan sedimentasi akibat
kegiatan operasional.
Dampak
peningkatan
umur
pedestrian.
d. Keterangan

Fasilitas penunjangnya memberikan


dampak positif yang besar terahadap
pencegahan banjir.
Kondisi pedestrian harus dilakukan
pemantauan, monitoring dan evaluasi
agar kondisi tetap aman.
Upaya Pengelolaan Lingkungan

73.
74.
Untuk menanggulangi dampak negatif yang
mungkin
terjadi
diperlukan
upaya
pengelolaan lingkungan yaitu suatu kegiatan
yang dapat memberikan manfaat untuk
mencegah terjadinyta kerusakan lingkungan
yang merugikan.
75.

Tahap Pra Konstruksi

76.
Sumber dampak
a.Pembebasan lahan
77.
Jenis dampak
a.
Keresahan Masyarakat
b.
Hilangnya Kepemilikan Lahan
Pertanian
78.
Upaya pengelolaan dampak
a.
Pendekatan
rekayasa
sosial
berbasis masyarakat.
b.
Melakukan Sosialisasi Dengan
Masyarakat.
c.

Melakukan inventarisasi asset


yang akan dibebaskan.

d.

Meningkatkan
peranan
pemangku kepentingan.
Mensosialisasikan
rencana
pembangunan pedestrian .
Pemberian ganti rugi tanah yang
transparan, adil, dan bijaksana
Pemberian ganti rugi tanpa
melalui pihak ke tiga (calo tanah)
Pemberian pelatihan alih profesi.

e.
f.
g.
h.

i.

Melibatkan dan memberdayakan


masyarakat dalam proses pembangunan.
79. Tahap Konstruksi
80.
Sumber dampak
a. Kesempatan Kerja dan Berusaha
b. Perubahan mata Pencaharian
c. Kualitas Udara
d. Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas
e. Kerusakan jalan
f. Penurunan Kesehatan Masyarakat
g. Penurunan Kualitas Air Permukaan
h. Peningkatan Kebisingan
81.
Jenis dampak
a.
Kesempatan kerja dan peluang
berusaha menjadi lebih baik.
b.
Penurunan pendapatan para
petani.
c.
Peningkatan emisi gas-gas buang
dan debu.
d.
Tingkat pelayanan jalan menjadi
berkurang.
e.
Kerusakan jalan .
f.
Infeksi saluran pernafasan akibat
debu.
g.
Terjadi erosi permukaan pada
musim hujan.
h.
Suara bising dari kendaraan.
82.
Upaya pengelolaan dampak
a. Mengadakan
sosialisasi
mengenai
pencarian SDM.
b. Penyiraman atau pembasahan secara
berkala untuk mengurangi debu.
c. Pengaturan arus lalu lintas dan tidak
menimbulkan penurunan kualitas udara
d. Jadwal pengiriman alat berat dan material
disesuaikan dengan kondisi arus lalulintas .
e. Pemberian rambu-rambu yang jelas
tentang keberadaan lokasi proyek.

f. Bekerja sama dengan Dinas Perhubungan


Kabupaten Buleleng dan Polisi lalu
lintas.
83. Tahap Operasional
84.
Sumber dampak
a.Pengoperasian dan Pemeliharaan Pedestrian
dan Bangunan Penunjangnya
85.
Jenis dampak
a.
Timbulnya
Erosi
dan
Sedimentasi
86.
Upaya pengelolaan dampak
a.
Melalukan
pemeliharaan
lingkungan.
b.
Melaksanakan penghijauan di
lahan sempadan pedestrian .
c.
Pemilihan tanaman disesuaikan
dengan kondisi tanaman asli .
d.
Melaksanakan monitoring dan
evaluasi secara berkala
e. Pemeliharaan dilakukakan 6 bulan sekali.
87.
Upaya Pemantauan Lingkungan
88. Pemantauan dilakukan terhadap
komponen lingkungan yang relevan
digunakan sebagai indikator untuk
mengevaluasi
penataan,
kecenderungan dan tingkat kritis dari
suatu pengelolaan lingkungan hidup.
89.
Tahap Prakonstruksi
90.
Sumber Dampak
91. a.Pembebasan Lahan
92. Jenis Dampak yang Timbul
a. Keresahan Masyarakat
b. Hilangnya Lahan Pertanian
93. Indikator Parameter Lingkungan
Hidup yang Dipantau
a. Masyarakat/Penduduk
terkana
pembebasan lahan.
94. Bentuk Pemantauan Lingkungan
Hidup
1.
Metode
pengumpulan dan analisis data

a. Kuesioner kepada masyarakat yang


terkena pembebasan lahan
b. Analisis
secara
kuantitatif
data
kuesioner
95. 2. Lokasi pemantauan lingkungan
hidup Masyarakat Desa Pancasari
yang terkena pembebasan lahan

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

96.
3.Jangka waktu dan frekuensi
pemantauan
selama
berlangsungnya
pekerjaan prakonstruksi.
97. Tahap Konstruksi
98.
Sumber dampak
Kesempatan Kerja dan Berusaha
Perubahan mata Pencaharian
Kualitas Udara
Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas
Kerusakan jalan
Penurunan Kesehatan Masyarakat
Penurunan Kualitas Air Permukaan
Peningkatan Kebisingan
99.
Jenis dampak
a. Kesempatan kerja dan peluang berusaha
menjadi lebih baik.
b. Penurunan pendapatan para petani.
c. Peningkatan emisi gas-gas buang dan
debu dari kendaraan .
d. Tingkat pelayanan jalan menjadi
berkurang.
e. Kerusakan jalan.
f. Infeksi saluran pernafasan akibat debu.
g. Terjadi erosi permukaan pada musim
hujan.
h. Suara bising dari kendaraan berat.
100. Indikator Parameter Lingkungan
Hidup yang Dipantau
a. Jumlah tenaga kerja lokal yang diterima
.
b. PP No.41 tahun 2009 tentang
pengendalian pencemaran udara

c. Kerusakan jalan akibat kegiatan


pembangunan.
d. Tingkat layanan jalan desa Pancasari,
seperti :
- Kapasitas jalan
- Tingkat kejeluhan jalan
101. Bentuk Pemantauan Lingkungan
Hidup
1. Metode pengumpulan dan analisa data
-Untuk
penyerapan
tenaga
kerja,
pengumpulan data diperoleh dari bagian
personalia kontraktor SK-BWS Bali
Penida yang selanjutnya dilakukan
analisa digunakan kuesioner.
-Metode gravimetri untuk debu tersuspensi di
udara ambien di lokasi pembangunan
pedestrian Danau Buyan.
-Untuk penurunan kapasitas jalan dilakukan
pemantauan langsung dan analisis data:
perhitungan kapasitas dan tingkat
kejenuhan jalan
102. 2.Lokasi pemantauan lingkungan
hidup
Jalan Desa Pancasari, Kecamatan Banjar,
Kabupaten Buleleng
Area sekitar pembangunan pedestrian
Danau Buyan
103.
3.
Jangka waktu dan frekuensi
pemantauan
104.
selama
berlangsungnya
pekerjaan konstruksi Pedestrian
Danau Buyan.
105.
Tahap Operasional
106.
Jenis sumber dampak yang
dipantau:
107. a. Pengoperasian dan Pemeliharaan
Danau
Buyan
dan
Bangunan
Penunjangnya
108. Jenis dampak
a.Timbulnya Erosi dan Sedimentasi

109. Parameter yang dipantau :


110. a Adanya erosi dan sedimentasi.
111. Bentuk Pemantauan Lingkungan
Hidup
a. Metode pengumpulan dan analisis data :
112.
Pengamatan langsung di lokasi
Danau Buyan dan sekitarnya
b. Lokasi pemantauan lingkungan hidup :
113.
Area sekitar pembangunan
Pedestrian Danau Buyan
c. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan:
114. selama tahap operasi Pedestrian
Danau Buyan
115.
5.SIM
PULAN DAN SARAN
116. Simpulan
117. Dengan adanya analisis mengenai
upaya pengelolaan lingkungan dan upanya
pemantauan lingkungan akan membantu
mengetahui lebih dini dan mencari solusi

terhadap permasalahan yang akan timbul


pada pembangunan suatu proyek, agar
nantinya tidak merugikan banyak pihak.
Dengan demikian pembangunan tetap
berjalan tanpa menimbulkan dampakdampak yang tidak diinginkan.
118. Saran
1. Sebaiknya setiap kegiatan yang akan
direncanakan seperti proyek konstruksi
baik skala besar maupun skala kecil
sebaiknya dilakukan studi UKL & UPL
untuk menganalisis dampak yang
ditimbulkan dan mencari solusi
pencegahan jika ditemukan dampakdampak negative.
2. Studi UKL & UPL haruslah dilakukan
sesuai acuan peraturan perundangundangan yang telah ditetapkan.
119.
120.
121.

Anda mungkin juga menyukai