Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta petunjuk dan bimbingan-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan akhir Praktikum Biologi Dasar,
dapat terselseikan tepat pada waktunya.
Demikian, harapan saya semoga laporan ini bias memberikan manfaat bagi
orang lain, khususnya pribadi saya sendiri.
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia yang terdiri dari
17.4999 pulau dari sabang sampai merauke. Luas total wilayah indonesia adalah 7,81 juta
km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 km2 lautan, dan 2,55 juta km2 zona
ekonomi eksklusif (ZEE). Mengingat luas wilayah lautan indonesia lebih luas dari
wilayah daratan, menjadikan sumberdaya pesisir dan lautan menjadi potensi yang sangat
penting, karena diwilayah pesisir dan lautan menyediakan berbagai sumberdaya alam,
baik hayati mauapun non hayati yang bernilai ekologis dan ekonomis yang tinggi.
Saat ini terdapat UU No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil sebagaimana telah diubah dengan UU No. 1 tahun 2004, dimana dalam
pasal 1 angka 2 UU tersebut mendefinisikan wilayah pesisir sebagi daerah peralihan
antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan didarat dan laut. Pasal 2
menyebutkan bahwa ruang lingkup pengaturan wlayah pesisir dan pulau-pulau kecil
meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahn
didarat dan laut, kearah darat mencakuo wilayah administrasi kecmatan dan kearah laut
sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai. Dengan demikian ruang lingkup UU No. 27
tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah
pertemuan antara pengaruh perairan dan daratan, kearah daratan mencakup wilayah
administrasi kecamatan dan kearah perairan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis
pantai kearah laut lepas atau kearah perairan kepulauan.
Terdapat 3 isu utama yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir ini, antara
lain; pertama isu dekradasi biofisik lingkungan pesisir (karang, stok ikan, erosi pantai,
pencemaran, sedimentasi dan siltasi), kedua isu konflik pemanfaatan dan kewenangan
diwilayah pesisir sehingga mengurangi efektivitas pengelolaan pesisir secara lestari, dan
ketiga ketidakpastian hukum sering terjadi karena adanya ambiguitas pemilikan dan
penguasaan sumberdaya pesisir. Secara kuantitatif terdapat 80% isu pesisir akibat intraksi
antara manusia yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dengan lingkungannya dan akibat
tindakan pihak lain misalnya kerusakan karang, deforestasi mangrove, pengerukan pasir
laut yang dilakukan oleh nelayan, penyelam, masyarakat, HPH dan pengusaha besar.
Persoalan pengelolaan diwilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil semakin krusial
seiring dengan disahkan UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, yang
kemudian digantikan oleh UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, dan
sekarang digantikan lagi oleh UU No. 23 tahun 2014. Pada undang-undang pemerintahan
daerah, terdapat mandat yang diberikan kepada pemerintahan daerah untuk mengelolah
sumberdaya wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil sejauh 12 mil u tuk provinsi.
Dengan demikian, permasalahan yang terjadi diwilayah pesisir laut dan pilau-pulau kecil,
tidak hanya trjadi konflik antar lembaga pemrintah (konflik sektoral) akan tetapi juag
terkait dengan kewenangan daerah dalam mengelolah wilayah pesisir laut dan pulau-
pulau kecil.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui ketentuan pandangan terhadap undang-undang no. 16 tahun
1964 tentang pe,bagian hasil bagi nelayan penggarap penggunaan kapal motor
BAB II
METODE PENELITIAN