Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HUKUM LAUT DAN PENGELOLAH WILAYAH PESISIR

POTENSI SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI MALUKU

DISUSUN

OLEH:

ROSMALA HEHAITU

202021618

KELAS : R3J

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, Sehingga saya
dapat menyelesaikan makala yang saya kerjakan dengan mudah. Walaupun belum sempurna baik
teknik penulisannya maupun hasilnya. oleh karena itu kritikan, tanggapan dan saran dari semua
pihak khususnya para pembaca akan saya terima dengan senang hati guna perbaikan kemudian.
Sehubungan dengan itu saya sampaikan ucapan terima kasih kepada ibu dosen untuk
memberikan saya kesempatan untuk membuat makala ini. Terima kasih.
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………….……………..

Kata Pengantar ……………………………………………………………..…………..

Daftar Isi …………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….

C. Tujuan Dan Manaat………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian wilayah pesisir dan potensinya ………………………………………….

B. Sumberdaya pesisir Pulau-pulau kecil dan pemanfaatannya …………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang membentang dari
Sabang sampai Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang terdiri dari
2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Mengingat luas wilayah laut Indonesia lebih luas dari wilayah daratan, menjadikan
sumber daya pesisir dan lautan memiliki potensi yang sangat penting , karena di wilayah pesisir
dan lautan menyediakan berbagai sumber daya alam, baik hayati maupun non-hayati yang
bernilai ekonomis dan ekologis yang tinggi . serta pulau – pulau kecil di wilayahnya, Dengan
potensi yang unik dan bernilai ekonomi tadi maka Wilayah pantai Indonesia memiliki potensi
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat penting untuk dikembangkan
(ekosistem pantai). Diperkirakan 60% atau 150 juta dari penduduk Indonesia bermukim di
wilayah pesisir dan sekitar 80% lokasi industri di Indonesia terletak di wilayah pesisir, karena
akses transportasinya lebih mudah ke pusat perdagangan. Pemanfaatan sumberdaya alam di
wilayah pesisir telah menimbulkan ancaman kelestarian ekosistem yang sangat kritis

B. Rumusan masalah
Bagaimana cara pemanfaatan wilayah pesisir yang memiliki sumber daya yang begitu
besar terutama di daerah kepulauan yaitu pulau-pulau kecil yang masih terbengkala di
daerah Indonesia lebih tepatnya Maluku.

C. Tujuan
Untuk melihat bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mana didalamnya
sangat banyak potensi sumberdaya alam yang melimpah. apalagi dari segi lautanya
sendiri yaitu pulau-pulau kecil yang dapat di olah menjadi dentinasi wisata.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian wilayah pesisir dan potensinya

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat
wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin.
Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-
proses alami di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan
oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Wilayah
pesisir yang letak wilayahnya menjadi pertemuan antara darat dan laut ini menjadikan
wilayah pesisir sebagai wilayah penghasilkan sumberdaya lautan dan sumberdaya daratan.
Sumberdaya pesisir dapat didefinisikan sebagai potensi yang berasal dari lautan ataupun
daratan dengan langsung berbatasan pada lautan. Sumberdaya pesisir berupa potensi alam
di wilayah pesisir yang mampu dimanfaatkan, dikonsumsi, dan dinikmati oleh masyarakat
umum. Keberadaan Sumberdaya pesisir saat ini mulai disadari oleh berbagai kalangan,
sebagai sumberdaya yang memiliki potensi menjanjikan, terutama bagi masyarakat
nelayan. Ketertarikan lebih akan potensi sumberdaya pesisir ini semakin meningkat,
karena sumberdaya pesisir yang berasal dari lautan secara logis menjadi sumberdaya milik
bersama (umum) dan sumberdaya pesisir yang berasal dari daratan menjadi sumberdaya
penyokongnya.
Secara umum, jenis ekosistem di wilayah pesisir ditinjau dari penggenangan air dan
jenis komunitas yang menempatinya dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) ekosistem, yaitu
ekosistem yang secara permanen atau berkala tergenang air dan ekosistem yang tidak
pernah tergenang air. Sedangkan jika ditinjau dari proses terbentuknya, ekosistem
wilayah pesisir dapat dikelompokkan menjadi ekosistem yang terbentuk secara alami dan
ekosistem yang sengaja dibentuk atau ekosistem buatan. Dan adanya Pengelolaan
sumberdaya pesisir yang tepat dan baik tentunya sebagai langkah penunjangnya. Adanya
pengembangan, pelestarian, pengelolaan, serta pemanfaatan hasil pesisir dengan baik tentu
memerlukan peran dari berbagai pihak, seperti halnya kepedulian masyarakat sekitar,
Pemerintah, Dinas terkait, dan stakeholders. Masyarakat nelayan yaitu suatu konstruksi
masyarakat dimana kehidupan sosial budayanya dipengaruhi secara signifikan oleh
eksistensi kelompok – kelompok sosial dimana kelangsungan hidupnya bergantung pada
usaha pemanfaatan sumberdaya kelautan dan pesisir {Kusnadi, 2010}. Masyarakat
nelayan tinggal dan menggantungkan hidupnya pada lingkungan pesisir dan sumberdaya
yang ada, masyarakat nelayan menjadi turut andil dalam perkembangan kehidupan
sosialnya. Keberadaan masyarakat pesisir memiliki peran penting pada daerah pesisir serta
terhadap keberlangsungan sumberdaya lautan dan perikanan yang ada.

B. Sumberdaya pesisir Pulau-pulau kecil dan pemanfaatannya

Berdasarkan hasil toponimi dan verifikasi oleh Tim Nasional Pembakuan Nama
Rupabumi, Indonesia memiliki kurang lebih 13.466 pulau, yang sebagian besar merupakan
pulau-pulau kecil dan diantaranya adalah pulau-pulau kecil terluar. Pulau-pulau kecil
memiliki potensi sumberdaya, Pulau kecil merupakan salah satu sumber daya pesisir dan
laut yang mempunyai berbagai fungsi ekologi dan ekonomi. Fungsi-fungsi tersebut
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar sebagai sumber kehidupan mereka.
Keberadaan sumber daya alam pulau kecil ini perlu dijaga agar tetap memberikan manfaat
ekonomi dan ekologis serta dalam pembangunan masyarakat. Saat ini terdapat UU No. 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 1 Tahun 2014, dimana dalam Pasal 1 angka 2 UU tersebut
mendefinisikan wilayah pesisir sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Pasal 2 menyebutkan bahwa ruang
lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat
mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut
di ukur dari garis pantai. Dengan demikian ruang lingkup Undang-undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah
pertemuan antara pengaruh perairan dan daratan, ke arah daratan mencakup wilayah
administrasi kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari
garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan UU No. 1 Tahun 2014,
namun dalam implementasinya. masih terdapat kendala misalnya terkait kelembagaan dalam
pengelolaan taman nasional yang menurut pasal 78A UU No 1 Tahun 2014 sudah
mengamanatkan bahwa kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk
suaka alam dan kawasan pelestarian alam yang berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dalam bentuk Taman Nasional/Taman Nasional Laut, suaka Margasatwa, dll diserahkan
pengelolaannya dari Kementerian Kehutanan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan, namun
dalam prakteknya di lapangan masih dikelola oleh PHKA (KLHK); adapula konflik antara UU
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan UU No. 27 jo UU No.1 Tahun 2014 terkait
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RZWPPK) dimana dalam Pasal 24 ayat (1) UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang menjelaskan bahwa rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(3) huruf b ditetapkan dengan peraturan daerah. Tata ruang wilayah yang dimaksud mencakup
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi. Sementara itu Pasal 9
ayat (5) UU No. 27 tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil juga ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Mengacu pada Renstra yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil sebagai salah satu unit teknis yang membidangi kelautan, pesisir dan
pulau-pulau kecil harus mendukung terhadap pencapaian sasaran strategis yang telah di tetapkan
KKP. Salah satunya adalah mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
Guna mewujudkan hal tersebut maka dijabarkan sasaran strategis dalam bentuk butirbutir untuk
mencapai tujuan yaitu : Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola
secara berkelanjutan, dan pulau-pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi
tinggi. Kedua butir tujuan tersebut diharapkan dapat mendukung dalam pencapaian yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan Renstra yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2010 tentang Renstra Menteri Kelautan dan
Perikanan, maka sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 yang
sesuai dengan tupoksi Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau kecil adalah Pulau-pulau kecil
dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi, berdasarkan tujuan yang akan dicapai
yaitu Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disipulkan bahwa makala ini dapat memberikan pemahan mengenai
pentingnya mempelajari tentang hukum laut beserta wilayah pesisir dan potensi seperti apa yang
akan kita temui di dalam sebuah daerah/Negara yang ksusunya memiliki beragam sumberdaya
yang begitu banyak apaligi kita sebagai Negara Indonesia sebagai Negara kepulauan.

Anda mungkin juga menyukai